Disclaimer
Naruto milik MK
Apa kau pernah, melihat orang yang dari dulu ada didekatmu,disisimu sampai sekarang mengalami hal tragis yang merenggut nyawanya?. Kalau pernah mungkin kau tahu perasaan ku sekarang, aku melihat sendiri saat orang yang kusayangi dipenggal kepalanya didepanku. Sangat tragiskan? Atau kau pernah mengalami yang lebih? Haha ini tak bisa di anggap main-main orang yang kusayangi yaitu kedua orang tuaku dibunuh oleh sesuatu yang kulihat dia memancarkan aura gila.
Sesuatu, ya sesuatu. Aku tidak bisa menganggapnya orang, karena dari tindakannya membunuh ibuku dengan.. Ahh.. Yang di sebut mutilasi? Kenapa, dia harus melakukan itu. Aku yang saat itu masih usia 10 tahun, aku yang saat itu sudah tahu mati iitu mengerikan. Kenapa aku harus melihat hal yang lebih mengerikan lagi?. Ok mungkin terlalu banyak kata tanya yang kupakai, tapi itu karena dulu apa, mengapa, alasanya dia melakukan itu. Ya setidaknya sampai sekarang, aku sudah tahu.
"Jangan sedih, aku masih ada disini." Dengan senyumannya aku bisa tenang sekarang, karena di satu satunya yang ada dihidupku sekarang, ya sekarang.
"Mari kita pulang, doa kita sudah cukup hari ini. Kau jangan pernah memikirkannya lagi, Naruto."
aku mengusap air mataku yang entah apa selalu aku teteskan, meski aku sudah sering mencoba melupakannya. Kejadian itu atau ini tetap menyedihkan.
Aku berdiri setelah mengusap nisan ayahku. Tentu setelah itu aku mengusap nisan ibuku.
"Sudah, kau jangan menangis lagi adik kecil." ucapan dia memang benar, aku tidak boleh menangis tak ada hasilnya aku menangis. Aku memandangnya, kulihat senyumnya itu adalah alasan aku tidak perlu menangis, karena ada senyumannya. Tanganku di pegang olehnya, jemariku digenggam erat. Aku tetap suka genggaman ini, hangat.
"Ayo kita pulang."
Ya aku pulang. Aku masih punya tempat pulang, aku masih punya dia kakak manis terbaikku.
Setahun sejak kejadian yang menyedihkanitu, aku akhirnya tahu alasan kenapa orang itu melakukannya. Dia itu melakukannya karena senang. Aku sempat tak percaya dengan ini, orang yang kusayangi mati oleh orang yang bahkan hanya melakukan yang dia senangi. Meskipun aku tidak punya bahan untuk membantah logika dari kakaku itu, karena usiaku dulu masih 11 tahun. Tidak tahu masalah penyakit jiwa itu. Tapi aku tidak perduli lagi, aku masih punya kakak yang manis, ya manis sampai-sampai aku ingin menjilatnya.
"Kakak, apa kau melihat kartu ujianku?"
"Hm? Aku tidak pernah melihatnya, memangnya kau sudah masuk ujian ya?"
Hahh.. aku hanya menghela nafas. Seharusnya hari ini aku berangkat pagi, ya berangkat pagi saat ujian. sebelum ujian aku ingin memanfaatkan waktu untuk membackup data yang terhapus yang kuhafal tadi malam. Tapi sekarang aku malah terjebak dalam permainan layaknya sinetron, kartu yang hilang.
"Coba kau cari yang benar, aku tahu saat kau bilang mencari kau hanya mengecek tempat dengan memandangnya saja, dasar orang tidak teliti. hihi." Ya dia benar metode mencari yang kupakai adalah itu dengan alasan agar mempercepat daya jelajah ku dan mengakibatkan semua area kujelajahi dengan cepat. Meskipun aku tahu setiap barangku yang hilang pasti nyasar ke tas milik kakakku.
Ya setiap kali dia menyembunyikan barangku dia hanya akan memberikannya saat di depan gerbang sekolah dia, yang jauh dari gerbang sekolahku. Aku tahu itu, tapi aku tak pernah bisa menanyakan barangku padanya, aku takut dia salah paham dan marah, lalu pergi meninggalkan rumah dan aku. Ya aku tahu aku berlebihan.
"Ya sudahlah kak, ayo kita berangkat. Biarkan saja aku dihukum push up hari ini, aku tak mau kau terlambat." Dari kata-kataku saja kau pasti tahu aku menyayanginya berlebihan kan? Ya aku takut itu benar.
"Kau ini, jangan mementingkan orang lain seperti itu. Maksudku, jangan sampai kau sendiri susah dan orang lain bahagia."
"Tapikan aku memang hanya ingin membuatmu bahagia kak." hm kurasa senyuman ku keren.
"Dasar bodoh!."
Aduh.. kenapa dia memukulku?
Dan selanjutnya kami berangkat. Dan seperti yang kuduga dia minta antar ke sekolahnya, lalu seperti yang kuduga juga dia memberikan kartu ujianku. Dengan muka agak malas aku menerimanya, berusaha bertingkah agak manja mungkin tidak apa apa.
"Kenapa mukamu seperti itu? Kau tidak mau? Ya sudah cepat kembalikan!" bukannya perhatian yang kudapat malah bibir mengerucut kesal yang ku dapat serta tatapan sebal lucu. Walau aku suka sih. Ya ampun aku sudah gila.
Tanpa berkata apapun lagi aku langsung berlari meninggalkan gerbang sekolah beserta kakakku yang mengutuk ku dari jauh. Ya sekolahku dan kakakku berbeda. Aku masih smp dia sma. Hari ini adalah hari ujian kelulusan ku yang pertama, itulah alasanku merasa panik saat kartu ujianku hilang. Tentu saja kan? Mendapat masalah di hari pertama itu tidak menyenangkan, ya walaupun hari-hari biasapun tetap tidak.
Aku memasuki sekolahku, aku melihat lihat sekelilingku masih agak sepi, karena ini masih masuk waktu pagi. Aku merasa salah pada kakakku, kenapa? Ya karena sebenarnya hari ini dia libur! Aku tidak tahu harus tertawa atau kasihan, ya kemarin dia bilang padaku kalau satu Minggu ini dia libur, karena ujian kenaikannya 2 Minggu lagi dan sekarang masih ujian kelulusan. Dia masih Kelas 1 sma dan aku kelas 3. Tidak jauhkan? Karena itu merasa dekat dengannya adalah beruntung. Aku juga saat kelas 6 masih mandi bersama dengan dia. Ya ampun apa yang kupikirkan.
"Hey Naruto, mengapa wajahmu keliatan mesum."
"Eeh?" tanpa sadar aku sudah berada di depan kelasku, ya kelas sementara hanya saat ujian. Dan tanpa sadar juga aku melamun dan tiba-tiba ada orang yang bilang bahwa wajahku mesum. Apa iya? Aku bahkan tidak membayangkan saat kami saling membasuh badan saat itu.
"Wajahmu mesum lagi Naruto, cepat masuk aku harus menyapu!"
"Wajahku tidak mesum nona." ya mungkin, karena aku tidak bisa lihat wajahku saat ini.
"Aku tidak peduli, tadi aku lihat wajahmu mesum dan aku ingin menghajarnya. Tapi nanti saat tugasku sudah selesai."
"Maafkan aku Hanabi, aku tidak akan mengulanginya." aku menunduk reflex padanya aku tidak tahu kenapa aku minta maaf. Tapi ancamannya sangat menakutkan, mengingat dia benar-benar akan melakukannya.
"Eeh? Asalkan aku tidak dimasukan dalam imajinasi kotormu itu."
"Tentu saja tidak." ya tidak mungkin aku membayangkan seorang gadis kecil sedang telanjang didepanku lalu aku memnggosoknya memandikannya, membawanya dengan hanya handuk menutupinya, menidurinya. Yang itu kelewatan. Ya tidak mungkin aku ekhem nafsu pada gadis bertubuh kecil berdada rata dan tidak menarik ini. Meskipun itulah daya tariknya. Ada waktu dimana aku ingin membawanya pulang dan ku jadikan boneka teman tidurku agar ku peluk setiap saat tubuhnya itu. Dan juga wajahnya itu, manisnya sangat sangat manis.
"Apa hanya perasaanku atau kau sedang menghinaku didalam pikiranmu?" ya ampun aku tidak tahu dia membaca pikiran lewat wajah. Tapi bagian terakhir dari pikiranku adalah memuji keimutan dan kemanisanmu.
"Naruto wajahmu mesum lagi!"
"Hanabi wajahku tidak mesum!" entah kenapa aku selalu melamun panjang saat yang jadi objek pikiranku adalah gadis cantik dan imut ya seperti Hanabi kakakku itu juga imut dan manis! kenapa ada tanda serunya?. Oh ya nama kakakku adalah Hinata, imut kan?.
"Cepat kita masuk Naruto jangan melamun terus, kau bilang akan menghafal denganku pagi ini.?
"Kau yang membuatku melamun terus Hanabi" Aku pun masuk ke kelas bersama Hanabi, di dalam sudah ada banyak orang. Ternyata orang orang yang di acak jadi sekelas denganku rajin juga. Untuk peraturan ujian memang muridnya harus di acak, menghindar orang yang menyontek. Meskipun tidak mencegah hal itu terjadi.
"Kenapa aku yang membuatmu melamun? Ternyata benar kau membayangkan ku dasar mesum!" Dia menjitak kepalaku sebelum aku menjelaskan sesuatu, meskipun tidak ada yang bisa kujelaskan.
Pelajaranpun dimulai, maksudku ujianpun dimulai. Pengawaspun masuk lalu duduk di
kursi guru. Ternyata pengawasnya guru yang kukenal, dia adalah guru pelajaran kimia, Kakashi. Dilihat memang dia tampan tapi gaya malas dan buku yang di pegang nya itu yang membuatku khawatir. Ya khawatir jika Hanabi melihatnya, aku tak bisa membayangkan jiwa polosnya direnggut oleh gurunya sendiri. Tunggu dulu kenapa aku mengkhawatirkan ini? Ya karena Hanabi adalah gadis imut dan aku suka gadis imut!.
"Naruto, sst."
ada apa Hanabi? Apa kau secara kebetulan dengar atau tahu apa yang kupikirkan dan sekarang kau ingin menyatakan cintamu padaku?
"Ada apa sayang?"
"Jangan sembarangan kau! Cepat berikan satu pulpenmu padaku!." kukira apa
"Ini." aku melemparkan pulpen baruku yang keliatan lama pada Hanabi
"Kenapa pulpen ini luarnya putih semua?" ya pulpen itu keliatan lama karena aku sering menulis dan melumurinya dengan cairan penghapus tinta yang putih itu taukan?.
"Itu gaya klasik."
"Apa maksudmu gaya klasik? Ini menjijikan. Kenapa kau tulis dengan nama kakakmu?"
"Karena aku selalu memikirkannya."
"Bukankah tadi kau memikirkanku?"
"Apa kau... Cemburu?" Kukira aku tersenyum sekarang. Membayangkan kalau benar Hanabi cemburu lalu karena Hanabi tidak rela aku direbut orang lain, Dia menembakku lalu menjadikan aku tunangannya lalu menikah dan punya anak. Aku sudah gila.
"Ap-apaan itu?! sangat menjijikan!" sepertinya dia marah?.
Dia memalingkan pandangannya ke depan menatap guru pengawas itu sambil memegang pulpen pemberian dariku yang belum sempat di-terima kasihkan olehnya. Sekilas sepertinya dia sedang memasang muka sebal yang sepertinya untukku. Apakah dia benar cemburu?.
"Hanabi."
"I-iya?" Lah kenapa gugup?
"Kau tidak suka pulpen itu? Sini kembalikan saja." Dengan cepat aku bergeser sedikit menjulurkan tanganku pada bangkunya lalu langsung kuambil pulpen itu dari tangannya.
"Apa kau tidak ikhlas memberinya padaku? Hah!" jelas bukan itu masalahnya, aku hanya menukarkan pulpen itu dan berencana menghiburnya dengan cara ini.
"Ini. Kukembalikan."
"Ap-Apa ini?!" dia menunjukan pulpenya padaku dengan muka memerah yang manis.
"Tentu saja namamu Hanabi chan." Aku tersenyum sekarang, kurasa keren. setidaknya sekarang aku tersenyum karena beberapa detik selanjutnya penggaris yang di pegang Hanabi di lempar ke arahku.
Dia marah? Padahal yang kutulis hanya, Hanabi Imut. Apa salah? Mungkin aku lupa kalau dia tidak suka dengan masalahnya badannya itu. Oh ya aku lupa.
"Ahem." deheman suara dari pengawas langsung membuatku duduk rapi di bangkuku. Mungkin ujian akan dimulai.
"Pelajaran hari ini adalah Bahasa Inggris. Ini tolong bagikan." Dia meletakan 35 soal dan lembar jawaban di meja dan menyuruh orang yang duduk di meja itu menyebarkan kertasnya dengan berpindah melalui tangan.
"Bila ada yang bingung boleh tanyakan pada bapa. Semuanya akan bapak jawab, kecuali jawaban dari soal yang kalian kerjakan."
"Iya, pak."
"Ok." guru itu kembali duduk di bangku guru dan mulai mengawasi. Ya mengawasi, mengawasi buku yang selalu ia bawa. Aku takut Hanabi melihatnya.
Tapi aku lihat dia sudah serius mengerjakannya. Berarti aku juga harus serius!.
Jam pulang sudah berbunyi, meskipun aku belum mengisi semua jawaban soalnya aku tidak peduli, karena aku tidak tahu harus menulis apa. Pelajaran terakhir hari ini adalah matematika, meskipun aku sudah menghafal semalam, menebak jawaban tanpa harus menulis rumus itu tidak akan sama gampangnya dengan menjawab esay yang harus disertakan hitungan-hitungan rumusnya.
Hari ini aku pulang bersama Hanabi meskipun setiap hari memang begitu. Aku tidak pergi untuk menjemput kakakku karena aku tahu dia ada dirumah dan sedang menyiapkan jebakan mematikan untuk membunuhku karena tidak memberi tahunya hari ini dia libur. Aku bisa membayangkan ekspresi marah lucunya itu.
"Naruto wajahmu mesum lagi!."
Dia ini tak bisa lihat aku senang kah?
"Wajahku tidak mesum Hanabi, hanya sedang... bersemangat?."
"Kenapa ada tanda tanyanya?! Aku tahu kau sedang memikirkanku yang sedang mandi!." Kau salah paham Hanabi, aku tidak memikirkanmu sedang itu! Tapi mendengarnya aku malah membayangkannya. Dasar sial!.
"Lihatkan wajahmu mesum lagi!"
"Aku tidak mesum Hanabi!"
Hanya seorang noob, thanks.