Disclaimer : Masashi Kishimoto dan Ichiei Ishibumi. Saya hanya meminjam karakter kepemilikan beliau tanpa berniat mendapatkan keuntungan materi sekalipun. Begitu pula dengan para karakter lain yang saya pinjam.

Presented By :

Rating :M (For Safe)

Pair :Naruto U. X ...

Genre : Action, Fantasy, Supernatural.

Warning : Typo, OC, AU, OOC, HumanNaru!, Bahasa tidak Baku, Alternative Reality, and Etc.

" "

...

...

...

...

...

...

Sumarry : Takdirnya sebagai raja sesungguhnya telah dimulai "Ketika seorang korban yang dengan sukarela meskipun tidak melakukan kesalahan dihukum mati sebagai ganti si penghianat, Meja batu akan pecah, dan kematian akan berjalan dengan arah sebaliknya,"Aku sudah lelah dengan dunia ini" Waktunya kau bangkit wahai High King The Magnificient,"

.

.

.

Sebelumnya.

"Kenapa semuanya gelap? Apa sedang pemadaman listrik?" tanya Naruto. Tetapi walaupun ada pemadaman, seharusnya ada obor yang dinyalakan di gerbang desa atau ada penduduk yang melakukan ronda malam karena takut binatang hutan yang memasiku desa, pikirnya.

Degg

"A-apa yang terjadi?!" ucap Naruto saat sampai di gerbang desa.

.

.

.

The King

.

.

.

Kini di gerbang desa terlihat beberapa tubuh yang tergeletak bersimbah darah. Tubuh-tubuh itu memiliki luka tusuk yang menganga menembus tubuh mereka yang tergeletak kaku terbaring di atas genangan darah mereka sendiri.

"S-siap yang melakukan ini?" ucap Naruto agak tergagap melihat orang-orang di desanya mati dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Dia tak tahu ada bencana apa barusan yang menimpa desanya hanya saja tiba-tiba muncul perasaan tak enak yang menggerogoti hatinya,

"K-kaa-san, T-tou-san!" Tiba-tiba pikirannya mengarah pada orang tuanya yang entah bagaimana keadaan mereka saat ini.

Tubuhnya dengan otomatis langsung berlari secepat mungkin ke arah rumahnya. Sepanjang jalan, dia melihat banyak mayat yang berserakan di jalan- jalan desa. Sungguh pemandangan yang sangat mengerikan yang pernah Naruto alami saat ini, entah itu orang tua, anak-anak, dan remaja, pria maupun wanita mereka kini bersimbah darah di sepanjang jalur dia berlari.

'A-aku m-mohon kalian baik-baik saja.' Batinnya sambil mulai bercucuran air mata.

Brak

"Kaa-san! Tou-san!" teriak Naruto saat membuka pintu rumahnya dengan kasar, dia menelusuri rumah itu dan tak ada tanda-tanda dari kedua orang tuanya di dalam sana.

"Aku mohon Kaa-san, Tou-san," ucapnya menelusuri rumahnya, tetapi kenyataan menamparnya. Tak ada siapa pun di dalam rumah itu, hanya kegelapan dan kesunyian yang ada yang kini semakin membuat perasaan Naruto bertambah tak karuan.

"B-balai desa, y-ya mungkin mereka di sana!" ucap Naruto sambil berlari kembali menuju balai desa. Saat Naruto berlari keluar rumah, belum jauh dari sana dia melihat seseorang berambut panjang berjalan ke arahnya dengan tergopoh-gopoh. Karena keadaan malam hari yang tengah mendung dan tak ada satu pun cahaya yang menjadi sumber penglihatannya, dia tak mengenali sosok itu dengan jelas hingga,

"N-Naru-to," ucap sosok itu memanggil dirinya sambil merentangkan tangannya mencoba menggapai Naruto.

Deg

"K-ka-san," ucap Naruto saat mengenali suara yang memanggilnya, dia berdoa semoga sosok yang kini berjalan dengan lunglai itu bukanlah ibunya. Tetapi perlahan awan yang menutupi cahaya bulan mulai menyingkir dan membuat cahaya menerangi sosok itu.

Kini terlihatlah rambut merah dari sosok yang memanggil Naruto. Sosok itu terus berjalan dengan tergopoh-gopoh memegangi perutnya yang terus mengeluarkan darah yang bercucuran jatuh ke atas tanah. Mata Naruto bergetar dengan hebat, perlahan air mata mulai keluar dari kedua bola matanya dan kesedihan sangat kentara dari kedua matanya saat mengenali sosok tersebut.

"Kaa-san!" Teriak Naruto sambil melesat menghampiri sosok itu.

Greb

Tiba-tiba sosok itu terhuyung dan hampir jatuh jika Naruto tak keburu menangkapnya dengan kedua tangannya. Perlahan dia mengambil posisi duduk dan membaringkan tubuh ibunya di atas pangkuannya seraya tak melepaskan pelukannya.

"K-kaa-san, hiks apa yang terjadi?!" tanya Naruto begitu panik melihat keadaan Ibunya yang mengenaskan. Di mana kini sang ibunda tercinta tengah menutupi lubang diperutnya menggunakan sebelah tangannya. Dia lalu menatap wajah pucat Ibunya yang juga membalas tatapannya dengan lembut seolah mencoba menenangkannya.

Perlahan tangan Kanan Kushina naik ke arah pipi Naruto dan secara perlahan mengusap air mata dari sang buah hati.

"J-jangan menangis, k-kau tampak je-jelek jika menangis hehe," ucap Kushina terlihat begitu menyedihkan. Dia mencoba menghibur putranya untuk berhenti menangis, akan tetapi bukannya meredakan tangisan Naruto. Perlakuan Kushina malah semakin membuat perasaan Naruto begitu hancur.

Kini kondisi sang ibunda tengah diujung tanduk, akan tetapi sang ibunda masihlah mencoba untuk menghiburnya lepas dari kesedihan. Sungguh kasih ibu yang sangat tak terhingga.

"Kaa-san! Hiks, aku mohon bertahanlah," ucap Naruto sambil terus menangis sedih. Hatinya sangat hancur sehancur-hancurnya sekarang ini. Pikirannya tak bisa berpikir dengan jernih saat melihat kondisi ibunya. Dia tak tahu harus berbuat apa untuk bisa menolong sang ibunda tercinta.

"T-tak apa Naru, m-mungkin ini waktunya Ibu meninggalkanmu," tiba-tiba hati Naruto berdesir nyeri dengan hebat saat mendengar kata-kata ibunya, dia merasa akan kehilangan sosok paling berharga dalam hidupnya dan tak akan pernah bertemu kembali untuk waktu yang sangat-sangat lama.

"Hiks apa yang Ibu katakan?! Aku akan membawa Ibu ke rumah sakit segera! Kita harus segera merawat luka Ibu!" teriak Naruto sambil mencoba membopong tubuh Ibunya. Tetapi Kushina langsung menangkap tangan Naruto mencoba menghentikan tindakan Naruto yang mencoba untuk memangkunya.

"Uhuk, sudahlah Naru, ini bukan perpisahan, Ibu hanya akan per-" ucap Kushina langsung terpotong oleh teriakan Naruto.

"Tidak! Ibu tidak akan ke mana-mana! Ibu akan terus disisiku," ucap Naruto sambil bercucuran air mata. Dia tak siap untuk itu, dia sungguh tak siap! Dia menginginkan ibunya selalu hadir menemani dirinya hingga dirinya sukses dimasa depan. Dia ingin ibunya hadir dalam acara pernikahannya atau hadir untuk melihat anaknya kelak dengan siapa pun jodohnya. Dia menginginkan itu semua! Dia menginginkan kehadiran sang ibunda untuk selamanya.

"Gunakan Chakramu," tiba-tiba muncul suara bisikan yang menerpa telinga Naruto membuat tubuh Naruto tersentak. Dia teringat bahwa dirinya dulu adalah seorang Ninja dan kini chakra itu masihlah tetap ada dalam tubuhnya saat tanpa sengaja dia mengeceknya dulu.

'B-benar, aku punya kekuatan untuk menolong ibu!' Batin Naruto tanpa mengidahkan suara siapa atau makhluk apa yang berbisik padanya, perlahan Naruto membaringkan ibunya di permukaan tanah dan mulai berkonsentrasi untuk mengeluarkan chakranya.

Whhuusss

Tiba-tiba tangan kanan Naruto mengeluarkan chakra berwarna Toska layaknya milik klan Otsutsuki yang mulai ia arahkan ke arah perut berlubang Kushina.

Whhuusssss

Perlahan chakra itu menyelimuti perut Kushina dan mulai memperbaiki sel perut Kushina. Akan tetapi, Chakra itu mulai menunjukkan keanehan yang di sebabkan keadaan Naruto yang tengah terguncang. Naruto secara perlahan tak dapat mengontrol chakra murninya dengan takaran yang benar membuat chakra itu tak bekerja dengan maksimal.

"S-sial! A-aku mohon," ucap Naruto sambil terus mencoba menjernihkan pikirannya dan tetap menyalurkan chakranya mencoba untuk menutup luka ibunya. Perlahan namun pasti lubang di perut Kushina mulai tertutup seperti sedia kala, akan tetapi tak ada tanda-tanda kondisi dari Kushina membaik dan malah tanda kehidupannya yang dirasakan oleh Naruto perlahan-lahan menurun.

"Tidak tidak tidak! aku mohon bertahanlah Ibu!" teriak Naruto saat merasakan tanda kehidupan ibunya menghilang. Dia sungguh panik karena ini dan tanpa sengaja membuat chakranya bergerak dengan kacau sebelum perlahan-lahan menghilang dari kedua telapak tangannya.

Kini Kushina terbaring tak berdaya di hadapan Naruto, walaupun luka diperutnya telah menghilang tapi tak menunjukkan tanda-tanda kehidupannya, dan perlahan tanda kehidupan Kushina mulai menghilang dari tubuhnya yang menandakan bahwa jiwanya perlahan meninggalkan tubuhnya.

"Ibu! Bangunlah ibu!" teriak Naruto mengguncang tubuh Kushina berharap tubuh itu menunjukkan tanda-tanda kehidupannya. Akan tetapi hasilnya nihil, tubuh itu tetap terbujur kaku di atas permukaan tanah yang sangat dingin tersebut.

"Aaaarrrggghhh!" teriak Naruto sambil menjambak rambutnya dan menatap ke atas. Dia sungguh tak menyangka bahwa tadi pagi adalah pertemuan terakhir dengan ibunya. Jika di beri pilihan, dia lebih memilih berada di samping ibunya walau harus bernasib sama dengan ibunya dan penduduk desa yang lain.

Duak

Sebuah tinju Naruto layangkan pada permukaan tanah. Dia sangat kesal, sedih, dan tentu saja marah pada dirinya sendiri karena tak bisa menyelamatkan sang Ibunda. Dia sungguh merasa teramat kecewa pada dirinya sendiri yang beranggapan bahwa dirinya tak berguna sedikit pun untuk kedua orang tuanya yang salah satunya sudah terbujur kaku di hadapannya.

"Siiiaaaaaalllll! Hiks percuma saja memiliki kekuatan jika tak bisa menolong orang yang kukasihi," ucap Naruto tertunduk di hadapan mayat ibunya. Naruto mulai merenungi dan mengingat-ingat semua memori yang pernah dilalui olehnya bersama Ibunya. Semakin jauh dirinya mengingat, maka semakin sesak pula hatinya.

Tap

Tap

Tap

Perlahan terdengar suara langkah kaki yang mendekati Naruto, dan dengan cepat Naruto melihat siapa yang tengah menghampirinya dalam keadaan ini.

Sepasang mata merah kini menatap dirinya dengan dingin, sosok itu tersembunyi di bawah bayangan sebuah pohon yang rindang. Dan secara perlahan sosok itu berjalan ke bawah sinar bulan yang masih bercahaya dengan terangnya. Kini Naruto dapat melihat jelas sosok dari pemilik mata merah itu. Terlihat kini seorang pria bersetelan serba hitam memiliki rambut panjang hitam dan juga telinga yang runcing. Pria itu tengah memangku sosok lain di pundaknya di hadapan Naruto. akan tetapi, Naruto tak dapat melihat dengan jelas sosok yang tengah di panggul tersebut, karena bagian kepalanya ada di bagian punggung dari sosok bermata merah itu.

"Siap kau," tanya Naruto menatap sosok itu dengan Nada yang terdengar parau. Dia menatap sosok itu dengan air mata yang masih mengalir walau tampak agak surut.

"Kokabiel," ucap sosok itu menjawab pertanyaan Naruto lengkap dengan suara yang dingin pula.

Degg

Jantung Naruto berdetak keras saat retinanya tak sengaja menangkap sebuah benda mirip sebuah tombak yang terbuat dari cahaya tengah dipegang oleh pria itu. Matanya bergetar menatap benda yang memancarkan cahaya berwarna kekuningan itu.

"Apa kau yang melakukan ini," Naruto menghapus air matanya dan perlahan berdiri sambil menatap sangat tajam dengan kedua matanya yang memancarkan emosi yang siap meledak kapan pun pada pria di hadapannya ini.

"Apa kau yang melakukan ini!" Ulang Naruto dengan teriakan penuh amarah karena sang pria tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Brug

Sosok itu melempar orang yang di bawanya ke hadapan Naruto dan kini terlihat rambut kuning berantakan yang menutupi wajah orang atau lebih tepatnya mayat itu. Kondisi Minato tak jauh berbeda dengan Kushina, yang di mana sebuah luka menganga terlihat jelas di kedua mata Naruto berada di punggung kiri ayahnya. Dia tak menyangka ayahnya pun yang selalu mendukung dirinya dan orang yang selalu membelanya dari amukan sang ibunda, kini terbujur kaku di depan kedua matanya.

"T-tou-san," gumam Naruto menatap tak percaya mayat di hadapannya. Tubuh Naruto terjatuh dengan lemasnya. Dia seolah tak memiliki tenaga sama sekali untuk menopang tubuhnya saat ini, dan sekarang kondisi batin Naruto berada di tingkatan paling bawahnya. Ia terguncang hebat menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya meninggal dengan tragis tepat di depan matanya.

"Aaaaarrrggghhhhh!" Tiba-tiba Naruto berteriak dengan kencangnya dan mulai terselubung oleh tekanan kekuatan berwarna gelap yang keluar dari dalam tubuhnya dengan meledak-ledak. Naruto terus berteriak sambil menangis sejadi-jadinya tanpa sadar melepas energi sang kutukan yang mulai mengambil alih tubuhnya.

'Ya teruslah marah~'

'Dan balaskan dendam orang tuamu,'

Dan perlahan seluruh tubuh Naruto terbungkus oleh kegelapan, membentuk sebuah bola hitam raksasa di hadapan Kokabiel. Beberapa detik berlalu dan kini bola yang mengurung Naruto berbentuk lingkaran sempurna dengan hawa hitam yang terlihat di permukaan bola hitam itu.

Duummmm

Bola itu tiba-tiba meledak membuat shokwave yang menerbangkan debu-debu di sekitar tempat bola hitam itu tadi berada. Kini terlihat asap debu yang menghalangi pandangan Kokabiel untuk melihat apa yang terjadi di depannya.

"Grroooaaaarrrrrr!" tiba-tiba terdengar raungan sangat keras yang menerbangkan debu-debu di sekitar tempat Naruto berada. Dan kini setelah semua debu itu menghilang, terlihatlah makhluk berwarna hitam berbentuk layaknya manusia dengan bagian kepala runcing dengan dua tanduk domba yang mencuat ke depan. Memiliki dua buah tangan yang besar dengan ujung sikut yang runcing ke belakang dengan setiap kukku jarinya berwarna hijau bersinar. Memiliki mata dan mulut yang bersinar hijau yang kini menatap Kokabiel dengan aura permusuhan yang begitu kentara.

Srriiingggg

Tiba-tiba makhluk atau bisa disebut perwujudan dari Naruto menghilang dari tempatnya dan muncul tengah melesat sangat cepat ke arah Kokabiel dengan tangan kanan yang di penuh akan kukku yang sangat tajam siap digunakan untuk mencabik tubuh Kokabiel.

Duuummm

Suara benturan cakar makhluk itu yang tak berhasil mengenai targetnya dan hanya membentur permukaan tanah.

"Gggrrrr," geraman makhluk itu saat Kokabiel terbang menghindari serangannya, ia terbang dengan kelima pasang sayapnya yang terlihat menyatu dengan gelapnya langit malam.

"Makhluk apa itu?" gumam Kokabiel saat melihat Makhluk hitam itu kini menatap dirinya. Seumur hidupnya dia tak pernah melihat atau mendengar makhluk hitam itu dari sang ayah, dan baru pertama kali dia bertemu dengan makhluk hidup ini.

Whhhuuussss

Makhluk itu melesat ke atas mencoba menangkap Kokabiel yang terbang ke sana kemari menghindari setiap terjangan yang Naruto lancarkan. Makhluk hitam itu bergerak dengan bebasnya di atas langit mengejar Kokabiel walaupun tak memiliki sepasang sayap seperti musuhnya. Tak menjadi halangan untuk makhluk itu melayang dan terus mengikuti gerakan lincah dari sang lawan mencoba untuk menangkap sang bintang tuhan. Alasan Jelmaan Naruto bisa melayang adalah karena dia dapat memadatkan udara yang dipijaknya sehingga dirinya bisa mengambang di udara walau tanpa sayap atau apa pun sejenisnya.

"Menarik," gumam sosok Kokabiel, melihat sosok Naruto yang telah berubah sangat total terus mengikuti gerakannya dengan lincahnya.

"Kita lihat sejauh apa kekuatanmu," ucap Kokabiel sambil melesat menyerang balik dan menciptakan sepasang pedang cahaya di kedua tangannya.

Trak

Trak

Trak

Mereka berdua terus bertukar serangan di atas langit dengan kecepatan di atas rata-rata, tak ada sosok mana pun yang terlihat mau mengalah dan melonggarkan sedikit pun pertahanannya mereka. Di mana Naruto terus melancarkan cakarannya yang selalu ditangkis oleh pedang cahaya Kokabiel dan begitu pun sebaliknya.

Jengah dengan keadaan ini, tiba-tiba Sebuah lengan ketiga muncul di punggung Naruto dan melesat dengan cepat ke arah Kokabiel tanpa Kokabiel sadari hingga,

Buakk

Kokabiel terkena pukulan telak di pipi kirinya akibat hantaman dari lengan itu dan meluncur menghancurkan pepohonan di jalur luncurannya.

"Ugh! K-kuat sekali," gumam Kokabiel sambil perlahan mulai bangkit lagi.

Whhhuusssss

Dan sepertinya Naruto tak membiarkan Kokabiel untuk berehat sejenak pun, dia dengan cepatnya melesat dengan sebuah energi padat di depan mulutnya yang bersinar kehijauan siap untuk diluncurkan kepada musuhnya yang tengah berusaha berdiri.

"Sial!" Teriak Kokabiel sambil sesegera mungkin mulai menciptakan sihir pertahanan berlapis-lapis untuk menyambut serangan Naruto.

Dduuuaaarrrrr

Benturan kedua jurus itu menciptakan efek yang meratakan hampir satu pertiga hutan di sekitar mereka.

"K-kuat sekali! Aku harus cepat bertindak," ucap Kokabiel berusaha keras menahan serangan pemusnah itu dan dilain sisi ia tengah memikirkan cara untuk mengalahkan makhluk dari jelmaan anak pirang yang dilawannya.

Dan terjadilah pertempuran yang sangat mengerikan di sepanjang malam itu yang memorak-porandakan hutan di samping desa tempat tumbuh besarnya Naruto.

.

.

.

.

The King

.

.

.

.

Di sebuah tempat jauh di ujung alam semesta tempat tersegelnya sang malapetaka atau 666 tersegel. Terlihat seorang pemuda yang duduk di atas salah satu kepala makhluk itu yang perlahan membuka kedua matanya.

"Sudah dimulai," gumam sosok itu mulai berdiri dan menatap ke arah tempat bumi berada yang jaraknya sangatlah jauh dari tempatnya berada sekarang.

.

.

.

.

The King

.

.

.

.

"Ugh, di mana ini?" ucap seorang pemuda bersurai pirang mulai terbangun. Dia perlahan mulai mendudukkan posisinya dan menopang kepalanya yang terasa nyeri. Dia terbangun di atas sebuah futon di sebuah kamar tradisional jepang. Dengan lantai kayu dan juga pintu geser yang terlihat sangat klasik.

Deg

"K-kaa-san! Tou-san!" ucap Naruto sambil mencoba untuk berdiri mencoba untuk membangkitkan tubuhnya yang terasa sangat ngilu.

Brug

Tetapi karena keadaan lukanya yang parah membuat sosok itu terjatuh kembali di atas permukaan lantai kayu.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki yang terdengar tengah menghampiri dirinya.

Srreeettt

Suara pintu kayu yang dibuka dari luar.

"Ara~ ara, apa yang terjadi di sini?" ucap sosok wanita yang terlihat layaknya wanita Jepang yang sempurna karena memiliki wajah cantik dan menampakkan senyum anggun di wajah putihnya. Memiliki mata berwarna violet dan kulit putih seputih susu serta rambut hitam sepunggung yang diikat ekor kuda dengan sebuah pita berwarna oranye yang mengikat rapi rambutnya. Di atas kepalanya terdapat dua buah rambut yang mencuat layaknya antena ke belakang dan mengenakan sebuah setelan pakaian Miko berwarna putih dan merah yang terlihat sangat pas di tubuh Indahnya.

"A-aku harus mencari K-kaa-san dan Tou-san," ucap Naruto mengabaikan gadis itu dan perlahan mulai mencoba untuk bangun kembali. Akan tetapi,

Brug

Lagi-lagi tubuh itu terjatuh dan buru-buru sang gadis membantu Naruto untuk berbaring di tempat tidurnya.

"Lepaskan aku!" ucap Naruto sambil menolak kasar bantuan gadis itu.

"Kau belum boleh bangun dengan luka seperti itu," ucap gadis itu tetap membantu pemuda itu walau bantuannya ditolak oleh oleh sang pemuda.

Karena kondisi tubuh yang sedang lemah, kekuatan Naruto kalah oleh sang gadis yang berhasil memaksanya untuk kembali terbaring di atas futonnya kembali.

"Lepas! Hiks K-kaa-san," ucap Naruto kembali mengucurkan air matanya.

Sang gadis menatap pemuda pirang itu dengan sendu, dia juga pernah mengalami kejadian yang di alami oleh sang pemuda. Dia juga pernah ditinggal untuk selamanya oleh sang ibunda tercinta gara-gara darah berbeda yang mengalir dalam nadinya. Dia teramat mengerti perasaan pilu yang tengah di rasakan pemuda di hadapannya itu.

Greb

"Sstttt, menangislah, keluarkan semua bebanmu," ucap gadis itu sambil memeluk sang pemuda dengan erat mencoba untuk menjadi tempat sandaran untuk sang pemuda.

Perlahan Naruto mulai tenang dan memegang erat kedua sisi baju sang gadis sampai,

"Hiks hiks huuaaaa," tangis Naruto pun pecah dan terdengar sangat pilu di telinga gadis itu, perlahan setetes air mata juga ikut keluar dari mata violet gadis itu.

Sang gadis terbawa oleh tangisan dari Naruto sehingga membuat dirinya pun merasakan kesedihan dari sang pemuda. Setelah beberapa saat berpelukan, akhirnya tangisan Naruto mulai mereda dan meninggalkan suasana yang hening dan canggung.

"A-aku sudah merasa lebih baik," ucap Naruto sambil mencoba melepaskan pelukan itu.

"Ara, benarkah?" ucap gadis melepaskan pelukannya dan menggoda Naruto yang sukses membuat semburat merah muda muncul di kedua pipi Naruto.

"Y-ya," kini Naruto berada dalam keadaan yang benar-benar memalukan dan jika Jubi ada, dia lebih memilih menghantamkan kepalanya pada Jubi dama daripada terjebak dalam keadaannya yang sekarang benar-benar memalukan.

'Memalukan,' batinnya sambil mengalihkan kepalanya mencoba menghindari tatapan lembut dari sang gadis miko.

"Fufufu baiklah, tetapi aku tak keberatan loh jika kau mau memelukku sekali lagi," ucap gadis itu sambil terus menggoda Naruto dan berhasil membuat wajah Naruto kembali memerah dan lebih memerah lagi dari yang tadi.

"Hn," dan hanya itu yang keluar dari mulut Naruto mencoba untuk menstabilkan detak jantungnya yang berdetak lebih kencang.

"ara fufufu, siapa namamu pemuda-san?" tanya gadis itu sambil menatap lucu dirinya.

"Naruto, Uzumaki Naruto ... Kau?" ucap Naruto memperkenalkan dirinya sambil bertanya kembali kepada sang gadis.

"Ara~ nama yang lucu, baiklah toping ramen namaku adalah Himejima Akeno, miko di tempat ini," ucap sang gadis sambil memperkenalkan dirinya pada Naruto sambil tertawa dengan elegannya.

"Itu artinya badai!" ucap Naruto kesal karena merasa di ledek oleh gadis di hadapannya.

"Ara, benarkah? Bukannya itu toping ramen ya?" ucap Akeno terus menggoda Naruto membuat Naruto kesal dibuatnya.

"Bukan!" ucap Naruto dengan nada yang benar-benar kesal. Seenak saja gadis di hadapannya merubah arti namanya yang keren menjadi toping makanan dewanya.

"Ara~ padahal terdengar lebih lucu loh~" ucap sang gadis Atau Akeno dengan nada yang terdengar terus menggoda.

"Terserah," ucap Naruto sambil memalingkan wajahnya

Krrruuukkk

Tiba-tiba terdengar suara perut berdemo dari arah Naruto yang membuat kedua orang itu tersentak. Perlahan sebuah senyum yang terlihat menyebalkan dimata Naruto muncul di bibir manis Akeno. Ck! Kenapa perutnya bersuara di saat yang benar-benar tidak tepat!

"Ara ara, tunggu sebentar," ucap Akeno sambil beranjak dan mulai berlalu dari kamar yang di tempati oleh Naruto.

'Setidaknya kau tak sedih lagi.' Batin Akeno sambil memandang Naruto yang tengah mengalihkan kepalanya ke arah lain sebelum menutup pintu kamar itu.

Setelah Akeno pergi, kini dalam ruangan itu hanya di isi oleh Naruto seorang. Naruto tiba-tiba merenung memikirkan kekuatan dari dunianya dulu.

" ... " Naruto mulai melihat kedua telapak tangannya dan mulai berkonsentrasi untuk mengeluarkan chakranya. Hingga,

Whhuuuussss

Chakra hijau toska mulai membungkus kedua tangan Naruto sebelum perlahan mulai menghilang kembali menguap bagaikan tak pernah ada. Naruto memandang sendu kedua tangannya yang kini terlentang di bawahnya dia masih menyesali karena tak bisa menolong sang ibunda di saat terakhirnya membuat dirinya kini hidup sebatang kara.

'Kaa-san, Tou-san.' batin Naruto mengenang saat-saat terakhir ibunya.

Srreeekk

Suara pintu yang terbuka berhasil mengalihkan pikirannya kembali dan menatap Akeno yang kini membawa Nampan berisi bubur dan sayuran rebus.

"Aku membuatkan bubur untukmu, sekarang makanlah," ucap Akeno sambil menaruh bubur itu di pangkuan Naruto yang langsung diterima dengan malu-malu olehnya.

"Maaf merepotkan," gumam Naruto mulai melahap bubur di hadapannya dengan cepat dan tak sampai makan waktu 5 menit bubur itu telah raip dari tempatnya meninggalkan mangkuk bubur yang kini tampak kosong.

"Maaf," ucap Naruto sadar karena makan terburu-buru.

"Ara ara ara itu wajar, kamu sudah tak sadarkan diri selama 1 minggu lebih," ucap Akeno membuat Naruto tersentak.

'Selama itu ya,' batin Naruto merenungi ucapan Akeno.

"Boleh aku bertanya padamu," ucap Naruto dengan nada yang kembali terdengar sendu.

"Ara~ silakan saja," ucap Akeno sambil merapikan bekas Naruto makan.

"Tolong jawab yang jujur ... Di mana kau menemukanku?" tanya Naruto melihat Akeno,

"..."

"Seminggu yang lalu aku sedang berada di desa Miyama, saat itu terjadi ledakan dan guncangan kuat yang membuat orang-orang di desa itu panik, karena rasa penasaran aku mencoba untuk mencari asal suara dan guncangan itu,"

"Lumayan jauh juga aku terbang dari sana, dan saat aku menemukan desa kecil yang terlihat seperti habis mengalami pembantaian massal yang sangat keji, aku sangat terkejut dan tak menyangka ada makhluk yang tega membunuh orang-orang di sana,"

"Dan aku terus menelusuri desa itu hingga aku sampai di sebuah lembah yang hancur porak-poranda ... Di sanalah aku melihat tubuhmu tergeletak tak berdaya dengan tubuh yang dipenuhi oleh luka yang termat sangat parah," jelas Akeno panjang lebar sambil menatap Naruto yang kini tertunduk menyembunyikan kedua matanya di bawah bayangan rambutnya sehingga Akeno tak dapat melihat dengan jelas ekspresi apa yang terpasang di wajah Naruto.

"Sekarang giliranku ... Apa yang terjadi di tempat itu sampai-sampai kau tergeletak di sana tak sadarkan diri?" Tanya Akeno mencoba menatap kedua bola mata hijau toska yang tengah tersembunyi di balik bayangan rambut pirang itu.

(Maaf aku lupa menjelaskan mata Naruto di chapter kemarin memiliki mata hijau toska seperti Otsutsuki Toneri,)

"Aku ..." ucap Naruto menggantung dan dengan sabar pula Akeno menunggu jawaban selanjutnya keluar dari mulut Naruto.

"Tak mau membicaranya," lanjutnya di ikuti oleh ekspresi wajah Akeno yang perlahan menunjukkan raut kecewa, tapi walaupun dirinya kecewa Akeno mengerti mungkin ini terlalu berat untuk Naruto ceritakan kembali.

"Baiklah, mungkin lain kali kau mau bercerita padaku," ucap Akeno sambil mulai beranjak kembali untuk menaruh bekas makan Naruto.

"Kamu bisa tinggal di sini untuk sementara waktu, sampai kamu menemukan tempat yang cocok untuk kamu tinggali," ucap Akeno sebelum menutup pintu kamar itu.

.

.

.

The King

.

.

.

Sudah beberapa hari Naruto tinggal di tempat Akeno yang ternyata adalah sebuah kuil di pinggiran kota Kuoh di puncak sebuah bukit. Dan ngomong-ngomong soal Kuoh, ternyata jarak dari sini ke tempat asalnya lumayan jauh untuk ditempuh.

Kini Naruto tengah dalam perjalanan menuju desa asalnya dengan cara melompati gedung dan pepohonan layaknya di dimensinya dulu. Soal Akeno, dia berkata pada Naruto bahwa dia harus kembali ke Kota karena sudah terlalu lama absen sekolah. Dia meninggalkan seorang bunshin untuk mengurusi kuil tersebut sebagai tanda balas budi pada Akeno, tak lupa juga dia mengirim beberapa bunshin yang mencari info soal kota tersebut dan juga salah satunya ditugaskan untuk mengikuti Akeno.

Katakanlah dia seorang penguntit, tetapi saat mendengar penjelasan dari Akeno tempo lalu, dia mulai menaruh rasa curiga pada gadis itu. Dia masih teringat Akeno menyebutkan kata terbang tanpa alat bantu apa pun, mungkin bisa saja Akeno menggunakan pesawat atau apa pun sejenisnya. Tetapi terlalu mencurigakan jika dia hanya menyebut kata Aku terbang dan bukannya menyebutkan kata Kami terbang. Hei perempuan remaja di Jepang yang dapat menerbangkan sebuah pesawat sangat jarang dan hampir tak ada, jika pun ada pasti sudah ramai dibicarakan di media sosial.

Lupakan soal itu dulu dia harus fokus kembali ke desanya dengan segera sebelum matahari terbenam.

"Kau akan mengemban takdir yang besar Nak," sebuah kalimat tiba-tiba terlintas di pikiran Naruto. Sebelum kesadarannya menghilang saat pertempurannya dengan Kokabiel, dia sempat mendengar kata-kata itu meluncur entah dari mulut siapa.

'Kokabiel,' batinnya menyebut nama itu dengan begitu dingin.

"Aku berjanji akan memburumu di mana pun kau sembunyi!" Ucapnya mempercepat lajunya sampai menyaingi kecepatan sebuah peluru AWM.

.

.

.

.

The King

.

.

.

.

Di sebuah bangunan tua di akademi yang sangat megah terlihat sepasang manusia atau makhluk entah apalah tengah saling berhadapan di samping sebuah jendela.

"Akeno, dari mana saja kau? Kau absen hampir dua minggu lamanya, apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya seorang gadis bersurai kulit putih terang, dan mata biru-hijau. Memiliki rambut merah yang panjang sapai ke paha, dengan helai rambut tunggal mencuat dari atas. Rambutnya juga memiliki poni longgar yang menutupi dahinya dan poni samping membingkai wajahnya. Dia mempunyai tinggi badan sekitar 172 cm.

Memakai pakaian berupa seragam sekolah untuk anak perempuan Akademi Kuoh, yang terdiri dari kemeja putih lengan panjang bergaris hitam serta pita hitam di kerah bajunya dan korset hitam yang pas, rok magenta dengan aksen putih, dan sepatu cokelat dipadu kaos kaki putih yang panjang.

"Ara ara, apakah kau merindukanku? Takku sangka Rias kecilku begitu merindukanku fufufufu," ucap Akeno dengan nada yang menggoda bagi kaum adam mana pun yang mendengarnya. Gadis berambut merah atau Rias menggulirkan bola matanya dengan bosan. Bukan apa, tapi kadang sahabatnya ini tak bisa diajak serius dan malah menggoda dengan kata-kata yang tak perlu.

"Seriuslah, kau membuatku di peringati oleh Sona karna perbuatanmu itu," ucap Rias sambil bersedekap dada membuat kedua dadanya terlihat jauh lebih besar. Jika jin kura-kura melihatnya mungkin kakek tua itu sudah terkapar bersimbah darah karna tak kuat melihat pemandangan surgawi di depannya itu.

"Fufufu kau terlalu lucu untuk takku goda," ucap Akeno sambil menutup mulutnya dengan elegan dan mengeluarkan tawa khasnya. Dia sungguh merasa terhibur dengan ekspresi wajah yang dikeluarkan oleh sahabat merahnya saat kesal, dan saat ada kesempatan itu dia tak akan pernah untuk melewatkannya.

"Kemarin aku melakukan pembersihan menyeluruh di seluruh bagian kuil dan kau tahu, karena sudah terlalu lama aku tak berkunjung membuat tempat itu sangat amat berantakan membuatku membutuhkan waktu lebih lama," ucap Akeno setengah berbohong, dia tak mengatakan alasan sesungguhnya merawat Naruto pada Rias karena sebuah alasan yang tak diketahui hatinya enggan untuk mengatakan soal pemuda berambut pirang tersebut.

"Kau tak menyembunyikan apapun padaku?" tanya Rias sambil memicingkan kedua matanya menatap curiga pada Akeno. Dia mencari pancaran kebohongan dari kedua manik violet tersebut dan dia dapatkan hanya tatapan Akeno yang seperti biasanya.

"Ara ara~ kapan aku pernah berbohong pada sahabatku ini," ucap Akeno dengan nada biasanya. Ck ulung sekali kau berbohong.

"Hhuuuh baiklah, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Ini soal Issei," ucap Rias mengganti topik pembicaraan.

"Ara, ada apa dengan Issei-ku?" ucap Akeno dengan seenak jidatnya mengklaim sang kaisar Naga merah tersebut.

"Ck, akhir-akhir ini sifatnya terlihat agak berubah, aku khawatir dia akan menjadi congkak karna kekuatannya," ucap Rias dengan nada kesal di awalnya dan dilanjutkan dengan nada yang memancarkan kekawatiran dari raut wajahnya.

"..." Tak ada balasan dari Akeno karena dia sendiri pun bingung harus melakukan hal apa pada kohainya tersebut. Dia memang terlihat agak berbeda setelahnya berhasil menghajar heirs dari keluarga Phenex. Dia terlihat selalu membanggakan-banggakan dirinya di hadapan anggota klub maupun anggota sitri membuat beberapa orang menunjukkan raut wajah kesal dan tak nyaman.

"Aku takut kecongkakkannya hanya akan jadi bumerang yang menyerang balik pada kita," lanjut Rias masih dengan nada yang sama.

"Jujur aku sendiri pun tak tahu harus melakukan apa Rias, aku hanya berharap suatu saat ada yang menyadarkannya kembali bahwa di atas langit masih ada langit," ucap Akeno tanpa logat anehnya. Dia berharap ada kejadian ke depannya yang berhasil merubah sifat dari inang Draig tersebut.

"Ya semoga saja," harap Rias. Tanpa mereka sadari dari kejauhan ada sepasang mata yang mengamati mereka sadari awal. Walau jaraknya sangat jauh, tak jadi halangan untuknya dapat membaca gerakan mulut mereka berdua menjadikan dirinya dapat memahami apa yang mereka bicarakan.

'Kau berbohong untukku? Apa tujuanmu,' batin sosok itu sebelum menghilang dalam kepulan asap dan menyampaikan informasi ini kepada dirinya yang sesungguhnya.

.

.

.

.

The King

.

.

.

.

Duak

Suara benturan yang terjadi dari tubuh seekor minotaur yang membentur tiang bangunan kosong dengan kerasnya, sang minotaur menggeram marah pada sosok yang kini tengah berjalan ke arahnya.

"Gggrrr Beraninya manusia hina sepertimu berbuat ini padaku," ucap Minotaur itu perlahan bangkit. Dia tak terima dibanting oleh seorang manusia biasa di hapannya yang bahkan dirinya tak merasakan aliran kekuatan sihir atau pun artefak apa pun dari tubuh lawannya itu.

"Berkacalah makhluk hina," ucap sosok itu begitu dingin dengan tangan yang direntangkan ke depan.

Whhhuussss

"Aaarrrgghhhhhh!" teriak minotaur penuh kesakitan saat tiba-tiba sebuah bola kecil sebesar kelereng meluncur dari telapak tangan lawannya dan membentur dadanya dengan kerasnya hingga berhasil menembus ke belakang tubuhnya.

Krak

Krak

Tiba-tiba dari lubang kecil itu muncul retakan yang menjalar ke seluruh tubuh minotaur itu dan mulai membesar hingga,

Pppyyaaarrr

Tubuh itu pecah bagaikan kaca yang langsung menguap menjadi asap hitam yang terbang dibawa angin malam yang berembus dengan kencangnya.

"Dunia ini sudah terlalu rusak," gumam sosok itu berjalan pergi meninggalkan bangunan kosong itu yang menjadi saksi dari kebangkitan perdana umat manusia.

"Dan dengan senang hatiku tata ulang."

.

.

.

.

Tbc

.

.

.

Halo, yap di sini Naruto sudah berada di kuoh, tapi mungkin pulang kampung dulu sih

Makasih untuk JASHIN atas msukannya dan ya akan ku coba perbaiki lagi.

Dan soal inspirasi fic ini awalnya dari lagu AW yang berjudul Lily. Ya chapter 2 kurasa, adalah bagian yang paling kentara.

Dan terimakasih untuk para Raider atau Author yang sudah menyempatkan diri membaca ficku. Sebenarnya sih fic ini ku persembahkan pada seseorang. Tapi gak tau dia baca apa enggak.

.

.

.

Dan jika kamu udah baca.

Pesan khusus

Hai Ino jika kamu sudah baca, aku rindu kamu. Maafkan aku yang dulu, aku menyesal.

.

.

.

Haha segitu aja pesannya (dasar bucin :v)

Oke saya tunggu masukan dari kalian-kalian para pembaca yang budiman.

Mungkin itu saja dari saya. Sekian! Baaayyyy

.

.

.

.

Sentinel97 Log out.