Masih tersisa kemelut amarah, Baekhyun memilih untuk tidur di apartemen Jongdae. Setidaknya dengan berbincang dengan Jongdae, ia bisa melupakan kekecewaan hari ini.

Dasar Chanyeol tak sopan langsung izin pulang setelah kembali dari toilet dengan alasan tak masuk akal!

Belum mengambil anjingnya di penitipan?

Alasan gila macam apa itu!

Di situasi biasa Baekhyun pasti menganggap hal itu sangat menggemaskan—mengetahui Chanyeol memelihara anjing, tapi pujian itu terhambat oleh jiwa serigala terlanjur kesal hingga menjalar seluruh pembuluh darah.

Acara menginap bersama adalah hal yang wajar Baekhyun dan Jongdae lakukan. Terlebih waktu Baekhyun kesal dengan partner sementara atau Jongdae yang dirundung rindu dengan status long distance relationship.

Ya. Jongdae telah berpacaran selama dua tahun dengan seorang fotografer bernama Kim Minseok yang kini tengah bertugas memotret acara fashion week di Itali. Keduanya beta dan menjalani percintaan dengan normal. Jongdae dan Minseok sedang dalam masa indah mereka menuju jenjang pernikahan yang rencananya akan diadakan tahun depan.

Begitu iri Baekhyun pada sahabatnya yang mempunyai kisah romansa lancar, tak seperti dirinya. "Jongdae-ya, apakah kau merasa jika Chanyeol menghindariku?"

Mereka melanjutkan acara minum di ruang tamu ditemani bir kaleng dan sekotak pizza. Tak lupa mereka juga menonton film action untuk menepis rasa bosan.

"Mungkin hanya perasaanmu saja. Kau lihat sendiri dia sudah kepayahan menerima suapan 12 orang," Jongdae tertawa di akhir kalimat.

"Jika masalah itu, aku bisa maklum. Tapi itu kedua kalinya Chanyeol menghindariku!"

Jongdae mengernyit bingung. "Sebelumnya kau pernah bertemu dia? Apa itu di Bar?"

Baekhyun menyesap bir kemudian menggeleng, "Pagi tadi kami tak sengaja bertemu di toilet."

"Lalu?"

"Oh! Kau tahu? Dia itu memiliki penis besar!" Tiba-tiba saja Baekhyun bersemangat sambil ibu jari dan telunjuk ia bentuk melingkar mengingat diameter penis Chanyeol.

Tak perlu waktu lama untuk Jongdae mengambil bantal dan memukul kepala Baekhyun.

"Yak! Bisakah kau otakmu sekali saja berpikir jernih?" maki Jongdae kesal. Baekhyun selalu saja membahas seberapa gagah penis pasangan dan itu terdengar menjijikkan.

"Ahh! Aku lupa jika kau itu sosok yang haus belaian sang pacar. Ups!" Baekhyun menutup bibir dengan telapak tangan seolah keceplosan.

"Sialan kau Byun Baekhyun. Lebih baik kau pulang saja! Pergi sana!"

Baekhyun tergelak dengan nada bicara lucu Jongdae saat sedang marah. Makanya dia suka menggoda sahabatnya itu. "Maaf."

Baekhyun berdehem sebelum melanjutkan cerita yang sukses membuat Jongdae tersedak bir. "Dia adalah soulmate-ku."

"Apa?" Hampir saja Jongdae menyeburkan bir. Matanya terbelalak menatap Baekhyun tak percaya. Keheningan berlangsung beberapa detik sebelum Baekhyun mengangguk.

"K-kau serius?" Sungguh Jongdae tak percaya dengan takdir mate. Ayahnya seorang alpha dan ibunya beta. Di zaman sekarang ini sangat jarang para pasangan yang ditakdirkan bisa saling bertemu.

"Awalnya aku hanya penasaran dengan tubuh kekar Chanyeol saat bertemu di toilet. Tapi saat mata kita saling bertatapan di kaca toilet, aku merasakan sensasi sama dengan apa yang aku baca di buku pedoman omega di bab Soulmate."

Sejenak Jongdae terdiam. Meskipun dirinya seorang beta, tapi ia juga pernah membaca buku pengetahuan umum yang berisi saat sepasang takdir dipertemukan. Di buku tertulis perasaan seperti sengatan listrik mendebarkan dan aroma pheromone akan tercium memabukkan. Meski hanya bertatap mata, mereka akan merasakan rasa kelegaan yang paling membahagiakan di hidup mereka karena telah menemukan pasangan jiwa.

"Lalu apakah kalian melakukan perkenalan disana?"

Baekhyun menghela napas. Bahunya yang rapuh ia sandarkan pada kaki sofa. "Berkenalan apanya—" ucap Baekhyun menggantung.

Terpatri jelas dalam ingatan Baekhyun kejadian dimana saat ia mengajak Chanyeol berkenalan dengan menyebutkan nama terlebih dulu. Pria tinggi itu nampak syok dan malah pergi meninggalkannya sendiri dengan uluran tangan tak terbalas.

"Bukankah dia mengesalkan? Apa susahnya menerima uluran tangan perkenalanku?" sungut Baekhyun begitu kesal. "Apakah penampilanku hari ini buruk?"

Tidak. Baekhyun selalu tampil modis bahkan sampai piyama pun juga mengikuti trend.

Jongdae memilih diam dan mengingat. Mencerna keadaan antara Chanyeol dan Baekhyun tadi. Pria bermarga Kim itu memang menemukan kejanggalan saat Chanyeol terlihat terkejut dan melakukan perlawanan saat duduk di depan Baekhyun. Terlebih pegawai magang itu selalu berusaha menolak menatap Baekhyun. Chanyeol jelas terlihat canggung. Sangat berbeda dengan kemarin, saat Jongdae mewawancarai Chanyeol sebagai syarat masuk divisi marketing.

Jongdae menilai Chanyeol itu termasuk golongan yang ramah dan mudah membaur. Namun kenapa dengan Baekhyun malah terlihat menghindar?

"Hm. Mungkin dia pemalu." Simpul Jongdae. Ia tak boleh membuat sahabatnya patah semangat. Toh soulmate memang ditakdirkan bukankah harus bersama?

"Tidak. Cuma padaku. Cuma aku yang dia abaikan, Jongdae-ya." Baekhyun melipat kaki, memeluknya dengan ekspresi pundung.

Jongdae lupa jika temannya itu sensitif dan susah dibohongi.

"Byun Baekhyun, begini saja kau menyerah. Semangatlah!" Untuk saat ini tugas Jongdae hanya sebatas menyemangati. Namun ia berjanji pada dirinya sendiri akan bergerak, jika terjadi hal yang tak sesuai dengan prediksi. "Ingat besok sore kau ada penerbangan ke Tokyo. Persiapanmu sudah beres?"

Sesuai dengan rencana yang telah disusun sejak bulan lalu, Baekhyun menjadi wakil perusahaan untuk rapat di Tokyo. Dan si sempurna Baekhyun tentu saja telah selesai menyiapkan semuanya.

"Persiapan untuk besok sudah selesai. Hanya hatiku belum siap meninggalkan Chanyeol di Seoul sendirian. Oh Alphaku yang malang~"

"Sialan! Tak guna aku mengkhawatirkanmu!"

ooOoo

oo

Cuaca pagi cerah membuat tekad Baekhyun kembali bangkit. Berlandaskan pada pendapat Jongdae, Baekhyun semangat untuk mengejar Chanyeol.

Nanti sore ia akan ke Jepang, setidaknya pagi ini ia berharap bisa bertukar no ponsel dengan Chanyeol dan saat di Jepang mereka saling mengirim pesan.

Imajinasi Baekhyun sudah melalang-buana.

Benar kata pepatah jika jodoh memang tak akan ke mana. Baru menginjakkan kaki di lobi, keberuntungan telah tiba. Mata sipit Baekhyun langsung berbinar melihat sosok Chanyeol berjalan di depan.

Sejenak Baekhyun melamun terpesona. Dilihat dari belakang saja, sosok Chanyeol terlihat memukau. Rambut hitam tertata rapi. Bahu lebar terlihat nyaman untuk bersandar. Jas masih terlipat ditangan, ditemani tas kulit hitam. Kemeja putih pas tubuh mencetak otot kekar begitu jantan. Kaki jenjang melangkah lebar. Pesona alpha sejati.

Bukankah pemandangan menyejukkan di pagi hari?

Bahkan aroma parfum citrus Chanyeol menguar di sepanjang jalan, begitu memabukkan. Rasanya Baekhyun ingin tenggelam dalam pelukan hangat Chanyeol dan menghirup aroma citrus itu sepanjang hari.

Kembali memasang senyum ceria, Baekhyun melangkahkan kaki lebih cepat dari sebelumnya. Mengikuti langkah Chanyeol.

"Selamat pagi, Chanyeol-sshi." Dengan senyum terpasang, Baekhyun menyapa. Mata sipitnya sampai tenggelam di terdorong oleh pipi chubby.

Awalnya Chanyeol terkejut mendengar suara Baekhyun yang tiba-tiba terdengar dekat. Memberi lirikan singkat, pria itu mengangguk formal. "Selamat pagi, wakil manager."

"Bisakah kau tak seformal itu, hm?" Baekhyun membubuhi aegyo singkat.

"Um, maaf. Saya belum terbiasa."

Keduanya memasuki elevator, bersamaan dengan tiga karyawan lain.

"Ayolah, kau sadarkan jika aku ini mate-mu?"

Pertanyaan berinti pernyataan itu membuat Chanyeol membeku. Begitu juga ketiga karyawan lain mulai saling berbisikk.

Ting!

Baekhyun masih dengan kepercayaan diri tinggi, tengah berjalan di lantai dua tempat dimana divisi marketing dan divisi gudang berada.

Kini giliran Chanyeol malah berjalan di belakang. Apakah pria itu memang pendiam? Tapi kemarin Baekhyun lihat di balik dinding kaca, Chanyeol terlihat begitu bersemangat melakukan pembahasan dengan karyawan lain dan selalu tersenyum. Mengapa dia tidak pernah tersenyum sedikitpun dengannya?

Baekhyun menghentikan langkah, "Chanyeol-ah."

Chanyeol tertegun Baekhyun memanggil dengan panggilan informal.

"Kau suka kopi apa? Aku mau pergi ke dapur umum untuk membuat kopi pagi. Kau mau?"

"Tidak. Terima kasih."

Mungkin hanya perasaan Baekhyun saja, atau Chanyeol memang terdengar kesal? Karyawan magang itu langsung pergi begitu saja, menolak kebaikan Baekhyun.

Tak sopan! Sebenarnya aku punya salah apa?

Teriak Baekhyun dalam hati. Tak lagi ada mood membuat kopi, Baekhyun memilih langsung masuk ruangannya.

Sampai di divisi marketing, Baekhyun di sambut oleh berbagai sorot tatapan mata memicing. Dahi Baekhyun berkerut. Mencoba untuk tenang, berjalan mendekati Jongdae. "Ada apa?"

"Baekhyun-ah, situasi gawat. Kau ke Jepang akan ditemani karyawan lain. Woonsik ada keperluan mendadak."

"Kim Jongdae! Apakah kau gila? Itu terlalu tiba-tiba!"

Jongdae menghela nafas, "Maaf, Baekhyun-ah. Ini sangat mendesak dan gantinya… Chanyeol akan menemanimu."

"Apa?!"

ooOoo

oo

TBC

Oo

ooOoo

Update jamaah sama Purfypurf, cek works dia di wattpad ya ;)