Captivé
.
Present by flavescens
.
Naruto © Masashi Kishimoto
.
Warning : OOC, typo(s), and any other mistakes
.
Don't like? You know exactly what you have to do
.
Enjoy!
.
.
.
.
.
Haruno Sakura. Haruno Sakura. Haruno Sakura.
Aah, bagaimana bisa Uchiha Sasuke lupa akan nama itu. Nama seorang gadis dari masa lalunya, yang dulu sangat mengaguminya, memujanya seolah ia adalah sosok nyata dari pangeran negeri impian.
Hmm... sebenarnya tidak juga, Sasuke tidak pernah benar-benar lupa.
Hey, bagaimana ia bisa melupakan cewek berkacamata dengan rambut merah muda dikepang dua yang dulu pernah memberinya surat cinta saat zaman SMA? Sasuke ingat betul bagaimana menyebalkannya tingkah si gadis yang selalu menempel pada dirinya bak permen karet.
Jujur saja, sebenarnya putri keluarga Haruno itu tidak cantik dan tidak begitu menarik. Bodynya sangat tidak mencerminkan gadis SMA, terutama dadanya yang rata serata-ratanya. Tingkah dan gayanya pun sangat jauh dari kata trendy. Dia bukan tipikal gadis high maintenance yang gemar mengikuti perkembangan zaman. Dia cuma anak rumahan, yang kerjanya mengurung diri di kamar sambil membaca buku-buku pelajaran. Tapi mengabaikan semua itu, mengabaikan gadis-gadis lain yang lebih berkelas-yang juga mendambakan sosoknya, pada kenyataannya memang cuma Haruno Sakura yang berani mengumbar cinta di depan Uchiha Sasuke. Pada titik ini, Sasuke tidak tau harus menyebut Sakura terlalu percaya diri atau malah tidak tau malu.
Sudah tak terhitung berapa banyak penolakan yang Sasuke lontarkan baik secara tersirat maupun terang-terangan, namun Sakura terus saja berpegang teguh pada tekadnya untuk memenangkan hati sang Uchiha-yang mana tidak pernah Sasuke hiraukan. Memang, Sasuke tak begitu ingat apa saja yang dulu pernah Sakura lakukan dalam rangka membuatnya jatuh cinta pada gadis itu, yang pasti itu cukup membuat Sasuke angkat tangan saking frustasinya. Sakura... sudah seperti mimpi buruk dalam masa remaja seorang Sasuke Uchiha.
Bukan keberhasilan, juga bukan kegagalan. Sasuke tak bisa mengatakan bahwa semua usaha Sakura pada masa itu adalah sia-sia dan sama sekali tak ada artinya. Karena setidaknya, gadis berambut merah muda itu pernah menjadi bagian dari hidup Sasuke. Seseorang yang telah memberinya kenangan. Hn, kenangan buruk...
"Jadi apa keputusanmu, Uchiha-san? Masih ingin membatalkan kontrak?"
Kesimpulannya adalah, Sasuke masih ingat pada seseorang bernama Haruno Sakura.
"Bukan maksudku hendak mengancam anda, aku disini hanya berusaha memperingatkan, dan juga membantu anda dalam mengambil keputusan yang terbaik, tentu saja. Bagaimanapun juga, pihak kami tidak akan memaksa anda untuk menerimanya. Namun kami juga tidak bisa tinggal diam apabila anda menolak."
Tapi apakah benar wanita yang kini duduk dihadapannya adalah Sakura yang Sasuke kenal?
Benarkah itu dia?
"Perusahaan Uchiha harus membayar denda atas pembatalan kontrak yang dilakukan secara sepihak, dan anda pasti tau kalau itu tidaklah sedikit. Bahkan kami bisa saja menggunggat perusahaan anda sesuai hukum yang berlaku apabila anda menolak negosiasi yang saya ajukan."
Sasuke hampir dibuat tidak percaya ketika netranya menangkap nama Haruno Sakura, kini tercantum pada nametag di pakaian seorang wanita anggun yang secara tiba-tiba datang ke ruangannya. Mengajaknya bernegosiasi tanpa basa-basi.
"Ehem, Uchiha-san? Anda masih disana?"
Tidak ada lagi gadis berkacamata dengan rambut merah muda dikepang dua. Tidak ada lagi gadis rumahan yang lugu dan buta terhadap gaya. Tidak ada lagi gadis dengan suara melengking yang dulu selalu meneriakkan namanya-nama Sasuke.
"Uchiha-san?"
Karena kini, yang duduk dihadapannya adalah sosok sempurna dari seorang wanita dewasa. Rambut merah muda sebatas bahu yang dibiarkan tergerai, wajah cantik berpoleskan make up tipis, mata beriris emerald-hijau nan menawan, senyum palsu yang angkuh juga membius disaat bersamaan...
Dan jangan lupakan kemeja putih berkerah lebar, blazer hitam serta rok span sewarna yang membalut tubuh wanita tersebut. Dia seperti sosok putri. Seolah kisah itik buruk rupa yang menjelma menjadi angsa jelita benar-benar ada, nyata dan Sasuke saksikan sendiri dengan mata kepalanya. Yah, dadanya masih rata sih, whatever...
"Uchiha Sasuke?!"
Sasuke tengah sibuk memperhatikan kaki jenjang Sakura yang saling menyilang ketika suara tenang namun tegas milik sang gadis terdengar, menyapa indra pendengarnya.
Uh, sejak kapan Sasuke melamun?
"Jadi bagaimana, Uchiha-san? Setuju kah? Sebaiknya cepat ambil keputusan, karena saya juga punya urusan selain memperbaiki kontrak kerja sama ini."
Whoaa, gadis ini pasti sudah gila! Tidak ada yang pernah berani membentak seorang Uchiha Sasuke sebelumnya.
Namun Sasuke tau, dirinya jauh lebih gila ketimbang Sakura. Karena detik berikutnya, ia anggukkan kepalanya secara spontan, pertanda bahwa ia telah menyetujui apapun yang wanita itu inginkan, "Aa, tentu saja."
Setelah Sasuke menandatangini dokumen entah apa yang Sakura sodorkan kearahnya, wanita itu beranjak dari tempat duduknya, lantas melenggang pergi dengan anggun, keluar dari ruangan Sasuke.
Lelaki itu mengernyitkan dahinya sesaat setelah putri Haruno tersebut menghilang dari sorot iris obsidiannya. Tak lama kemudian, ia tertawa sendiri bak orang hilang akal.
Lucu sekali, kenapa pendirian Sasuke bisa jadi lemah begini hanya karena satu orang wanita? Haruno Sakura, pula!
Sasuke membuat catatan mental. Gadis itu berbahaya!
Dan Sasuke menyukainya...
.
.
.
.
.
"Uchiha-san, perwakilan dari Haruno Corporation baru saja datang. Mereka membatalkan kontrak terkait proyek pembangunan real estate yang sebelumnya telah anda setujui kembali."
Adalah laporan pertama yang Sasuke dengar dari sekretarisnya begitu ia mendudukkan diri di meja kerja. Ada banyak sekali pertanyaan yang memenuhi benaknya ketika itu. Seperti, apa maksud perusahaan Haruno? Balas dendam kah? Jika benar begitu, berarti Sakura, wanita yang kemarin lusa datang ke ruangannya dan mengajaknya bernegosiasi hanya bermaksud untuk mempermainkannya.
Sasuke tak bisa hanya duduk diam dalam menanggapi keputusan kolega bisnisnya tersebut. Seandainya memang alasan pribadilah yang melatar belakangi kejadian ini, maka Sasuke harus turun tangan. Lagipula, ini tidak seperti ia membuat suatu kesalahan sampai-sampai mereka bisa mempermainkan perusahaan Uchiha. Memang, sebelumnya Sasuke sempat mengancam akan membatalkan kontrak apabila Haruno Corporation masih keukeuh pada pendirian mereka untuk membangun real estate di daerah terkebelakang di Tokyo. Mereka berpendapat bahwa daerah tersebut adalah daerah yang strategis untuk membangun komplek perumahan elit, karena bangunan serupa baru terdapat pada jarak 50 km jauhnya dari daerah tersebut, sehingga kemungkinan persaingan bisa diminimalisir. Sementara daerah lain yang sebelumnya pihak Sasuke usulkan, hampir semuanya terletak di pusat kota. Real estate milik perusahaan lain berhamburan di sekitar sana. Belum lagi lahan tersebut merupakan pemukiman warga atau setidaknya kawasan hijau, sehingga akan sedikit sulit untuk diratakan.
Argumen pihak Haruno sangat kuat. Namun Sasuke punya pendirian yang jauh lebih kuat. Jika dari awal dia tidak setuju, maka sampai akhir tetap tidak setuju. Tidak peduli jika itu berujung pada batalnya kontrak kerja sama.
Yah, setidaknya sampai gadis itu datang. Paras cantiknya mampu membuat Sasuke terbuai hingga ia melunak dan bersedia merubah keputusan.
Tapi apa sekarang? Kini malah ia yang dipermainkan!
Maka, disinilah Sasuke sekarang. Berjalan dengan arogan memasuki gedung Haruno Corporation. Ini bukan lagi masalah uang atau kerja sama, karena pada kenyataannya Sasuke tak terlalu peduli akan relasi antara perusahaan Uchiha dengan perusahaan Haruno yang sesungguhnya tidak seberaba besar itu. Yang ia bicarakan kini adalah harga diri dan juga perasaan. Entah kenapa Sasuke merasa tidak suka hanya dengan memikirkan bahwa Haruno Sakura telah membodohinya.
"Bisa saya bertemu dengan..." Sasuke terdiam sebentar untuk berpikir. Apakah ia harus menemui pemimpin Haruno Corporation langsung, atau-
"Nona Haruno Sakura," putus lelaki 25 tahun itu pada akhirnya. Urusannya disini memang lebih kepada gadis berambut merah muda itu ketimbang atasannya.
"Maaf. Siapa?" Wanita di balik meja resepsionis itu terdengar kebingungan.
"Nona Haruno Sakura."
"Maksud tuan, putri dari Kizashi-san? Tapi beliau tidak bekerja disini."
Sasuke mengernyit. Bukan fakta mengenai hubungan Sakura dengan pemimpin perusahaan Haruno-Haruno Kizashi-yang membuat Sasuke heran, karena marga yang gadis itu sandang sudah cukup membuatnya paham akan adanya hubungan keluarga antara mereka berdua-yang ternyata adalah ayah dan anak. Melainkan... apa itu tadi? Tidak bekerja di perusahaan ini? Lantas apa maksud gadis itu mengajaknya bernegosiasi jika ia tak ada hubungannya sama sekali dengan kerja sama antara Uchiha Group dan Haruno Corporation?
"Bisa saya tau dimana Nona Haruno bekerja?" Tanya Sasuke lagi. Ia butuh penjelasan sekarang, dan cuma Haruno Sakura lah tempat dimana Sasuke bisa mendapatkan kejelasan tersebut. Sasuke harus bicara dengan gadis itu.
"Saya sangat menyesal, tapi saya tidak bisa memberikan informasi tersebut kepada orang luar."
"Kalau begitu biarkan saja bertemu dengan Kizashi-san."
"Tuan sudah membuat janji?"
"Belum."
"Anda harus membuat janji terlebih dahulu jika hendak bertemu dengan beliau."
Sasuke menghela napasnya lelah. Menemui pemimpin sebuah perusahaan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia harus membuat janji, juga mengatur jadwal pertemuan dahulu dengan pihak bersangkutan. Tau dia tak bisa berbuat apa-apa lagi, Sasuke akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari gedung Haruno Corporation setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada sang resepsionis.
Sebuah Cadillac putih berhenti tepat di samping Sedan Sasuke ketika pria itu bermaksud mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir. Tak lama berselang, seorang wanita muda keluar dari driver seat. Sasuke tertegun. Rambut merah muda itu...
Haruno Sakura!
Ahh, kebetulan sekali! Waktu dan tempat yang sangat tepat untuk Sasuke membalas apa yang kemarin gadis itu lakukan kepadanya. Sasuke dengan cepat menyandarkan lengannya ke pintu mobil Sakura ketika gadis itu menunjukkan gelagat hendak segera pergi.
"Sasuke?!"
Senyum tipisnya terulas kala mendengar suara Sakura yang sarat akan keterkejutan. Belum lagi cara gadis itu memanggilnya, berbeda sekali dibandingkan tempo hari, saat ia mengajak Sasuke bicara soal bisnis. Saat ini, mereka sedang berada pada situasi informal. Dan kali ini Sasuke pastikan, ia tidak akan terintimidasi untuk kedua kalinya.
"Pagi yang cerah," Sasuke memulainya dengan sebuah sapaan ringan.
Posisi mereka yang berada di celah-celah antara mobil Sakura dan mobil Sasuke benar-benar menguntungkan bagi lelaki itu. Gerak-gerik Sakura yang menunjukkan ketidaknyamanan dapat dengan mudah Sasuke baca.
Bagus! Sudah seharusnya kau gugup, Haruno!
"A-apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Sakura sembali meletakkan tangannya di dada Sasuke ketika pria itu membunuh jarak tipis diantara mereka sedikit demi sedikit.
"Tidak ada yang terjadi." Sasuke masih betah berbasa-basi.
"Aku datang ke kantor seperti biasa, duduk dengan nyaman di meja kerja, lalu sekretarisku datang. Ia membawa kabar bahwa perusahaan ayahmu membatalkan kontrak kerja sama," Lanjutnya dengan nada yang menajam di akhir.
"Apa?!" Sakura terkejut bukan main. Demi Tuhan, ia sama sekali tidak tahu menahu soal tudingan yang lelaki Uchiha itu cecarkan.
"Aku sama sekali tidak mengerti apa motif sebenarnya dibalik tindakanmu kemarin, Haruno. Barusan aku mendapat informasi kalau kau sebenarnya tidak bekerja di perusahaan ayahmu. Orang gila macam apa yang berusaha membuat kontrak kerja sama ketika mereka bahkan tidak punya hak untuk itu?! Selain itu-"
Perkataan Sasuke terpotong oleh dering nada telepon. Itu telepon untuk Sakura. Gadis itu dengan cepat merogoh saku blazernya dan mengambil handphone miliknya. Raut wajah Sakura berubah jengah tatkala ia memperhatikan nama si pemanggil.
"Halo?" Sapanya dengan nada enggan.
"Sekarang tidak bisa."
"Kalau begitu bilang saja pada beliau kalau akulah yang menolak! Aku... ada urusan dengan seorang teman."
Sakura menjauhkan handphonenya dari telinga sebelum orang di seberang sana sempat merespon.
"Siapa itu? Ayahmu?"
Alih-alih menjawab pertanyaan Sasuke, Sakura malah mendorong tubuh lelaki itu menjauh. Ia membuka pintu mobilnya, kemudian masuk ke dalam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Untuk sesaat, Sasuke merasa harga dirinya telah terjun jauh ke dasar jurang. Belum pernah ia merasa sebegitu diabaikan, apalagi oleh seorang gadis-yah, karena Sasuke terbiasa mengabaikan ketimbang diabaikan.
Ketika Sasuke telah siap menyingkir untuk memberi Sakura jalan, jendela mobil si gadis turun tiba-tiba. Di dalam sana, Sakura menatapnya dengan ekspresi datar.
"Masuklah."
Satu alis Sasuke praktis terangkat.
"Cepat! Ada sesuatu yang harus kita bicarakan," desak si gadis Haruno.
Di titik ini, Sasuke mulai merasa kesal dengan cara bicara Sakura. Ia berdecak jengkel di dalam hati.
"Maaf, tapi aku tidak punya alasan untuk masuk. Dan kau... tidak punya hak untuk memberiku perintah dalam bentuk apapun. Selamat tinggal."
Sasuke merogoh sakunya, mengeluarkan kunci mobil, dan bersiap untuk pergi. Namun kemudian,
"Sasuke," Sakura bersuara.
"Aku janji ini tidak akan lama. Masalah yang sedang aku hadapi berkaitan dengan pembatalan kontrak kerja sama itu. Ini akan menguntungkan untuk kita berdua. Karena itu, ikutlah."
Sasuke berbalik dan menatap gadis Haruno itu dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Baginya, kata-kata Sakura belum cukup meyakinkan.
"Kumohon..."
Ahh, Sasuke benci akan fakta bahwa ia sama sekali tidak bisa menafikkan kecantikan Sakura. Pesona putri keluarga Haruno itu kian terpancar, terlebih ketika ia menatap Sasuke penuh harap dengan netra hijau cerahnya. Kini Sasuke sadar, bahwa Sakura memang tengah dihadapkan pada suatu permasalahan serius.
"Hhhh. Baiklah," ucap Sasuke setelah menghela napas dalam.
Ia berjalan mendekati mobil Sakura dan membuka pintu pengemudi. Menundukkan tubuhnya, lelaki itu berkata,
"Geser sana. Biar aku yang menyetir."
Sakura tersenyum puas sembari beranjak dari kursi driver dan duduk manis di passanger seat. Ha! Satu lagi hari baik dimana ia berhasil menaklukkan seorang Sasuke Uchiha.
.
.
.
.
.
To be Continue
.
.
.
.
.
Author's note :
Sebagaimana yang sudah saya cantumkan di summary, ini ff REPOSTED, yang udah lebih dulu saya publikasikan di wattpad sebagai ff 'debut'. Saya nemu arsip ini secara gak sengaja dan emang udah lumayan lama dianggurin. Dan berhubung lagi bosan juga nulis kisah yang sedih-sedih, jadi saya pun beralih hati dari ff mc saya yang satu lagi. Lagian yang ini plotnya udah jelas dari awal sampai akhir jadinya nulisnya lebih enak :') #sorry
Kata Captivé saya ambil dari bahasa Prancis yang artinya Terpikat. Karena lebih duluan dipublish di wp, jadi di sana juga udah ada beberapa chapter. Buat yang ngebet pengen tau lanjutannya bisa cek profil saya, flave_scens. Ini sekalian promosi jadinya, hehehe…
Maap yaw banyak bacot :')
I'll see ya at the next chapter :)
Salam hangat,
flavescens