Jenderal Park

keanijun

2019

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Waktunya sudah nyaris petang ketika Baekhyun menyeret kaki telanjangnya di atas karpet berbulu. Baekhyun tidak ingat kapan ia pernah menapakkan kaki di tempat ini, tapi sungguh tidak asing. Nuansa seperti ini ada dalam angan Baekhyun, walau lamat-lamat. Lantainya agak kasar, sedang karpetnya jelas seperti tidak pernah dicuci selama beberapa bulan, atau bahkan lebih. Aroma disana lembab, tapi menjadi lebih hangat di dekat jendela. Jika lebih jeli, dapurnya cukup bersih, seperti jarang digunakan. Begitupun dengan lemari yang tidak menyisakan satu barang pun disana. Ada tiga sofa di depan Baekhyun beserta televisi hitam putih yang sepertinya tidak pernah ia lihat lagi eksistensinya. Baekhyun menyamankan diri di sofa yang paling panjang. Memang itu sudah kempes, busa spons menyembul dari beberapa robekan yang sebagian sudah ditambal dengan kain seadanya. Warnanya peach namun pudar. Benar-benar pudar hingga sudah tak terlihat lagi motifnya.

Sepanjang dinding kayu, Baekhyun tak menemukan banyak pajangan kecuali lukisan bunga lily yang mencolok, sebab warnanya merah. Tak taunya, di tiang penyangga, ada ukiran-ukiran kecil tulisan yang Baekhyun yakini itu nama.

Oh sehun
Kim Jongin
Kim Junmyeon

Dan masih ada yang lain, namun itu lapuk bersama kayu yang mulai keropos. Bisa saja sebentar lagi tempat ini akan roboh.

Baekhyun pergi ke ruangan yang ada di paling pojok. Dibalik pintu tua tersimpan ruang tidur yang kelihatan nyaman. Terlebih, tempat ini jauh lebih terang karena jendelanya besar, nyaris selebar dinding kamar. Tirai rumbai bunga berwarna putih menyisakan celah-celah kecil untuk mega keemasan mengisi sudut ruangan yang lenggang. Hanya ada ranjang tua dan nakas kecil disampingnya, tanpa ada ornamen apapun kecuali lampu kecil di langit-langit.

Baekhyun mendekati jendela dan membuka tirainya lebar-lebar. Seketika cahaya kuat menusuk ke penglihatannya, sangat menyilaukan. Ia berbalik lagi dan mulai menyusuri sekitaran nakas. Baekhyun menemukan beberapa catatan usang disana. Kertasnya menguning dan kaku, beberapa diantaranya ditulis dalam bahasa inggris dengan huruf tegak bersambung yang sudah luntur tintanya. Tidak ada satupun yang bisa Baekhyun baca.

Laci-laci disana hanya berisi barang-barang kecil seperti jarum, kancing baju, dan beberapa perekat. Kecuali sebuah amplop coklat seukuran genggaman tangan. Baekhyun membukanya dan menemukan beberapa foto lama dengan tulisan dibelakangnya. Semua itu foto di sebuah barak tentara, Baekhyun pikir semacam perang.

Banyak diantaranya hanya foto kegiatan di barak militer, tetapi beberapa juga bukan.
Ada lima orang pria berseragam tentara ; Kim Junmyeon, Oh Sehun, Kim Jongdae, Choi Siwon, Shim Changmin.
Dua orang wanita beda usia ; ibuku yang cantik dan kakak yang seperti matahari.
Seseorang yang berseragam dengan banyak lencana yang menggantung ; Park Chanyeol, jenderal perang.
Dan sebuah foto yang menampilkan bocah ingusan dengan sapu ditangannya. Baekhyun bergetar dengan itu dan hanya bisa mengusapnya beberapa kali, barangkali ia salah lihat. Darahnya seolah bergerak cepat di dalam tubuhnya, ia sendiri nyaris kelimpungan. Kepalanya tiba-tiba pening.

Byun Baekhyun,
Segala sesuatu yang bersinar dan terasa hangat

Tidak terpikir oleh Baekhyun jika dia atau seseorang yang menyerupainya di masa lalu akan ada di tumpukan foto itu. Baekhyun pikir luar biasa jika ada seseorang yang benar-benar mirip, bahkan namanya sama. Mereka hidup di dua masa yang berbeda, seperti reinkarnasi.

Sebuah surat jatuh dari dalam amplop. Kertasnya tipis dan dilipat kecil, nyaris saja Baekhyun tidak menyadari itu.

Aku menunggumu di air terjun seperti biasanya.
Saat matahari turun, carilah aku ke arah utara, aku akan sembunyi di bawah pohon besar.
Kita harus segera pergi karena aku sudah menyelesaikan semuanya.
Dan jangan mati sebelum kau melihatku.
Aku mencintaimu

Byun Baekhyun

"Siapa kau?" suara berat itu datang dari pintu kamar yang Baekhyun biarkan terbuka. Disana seorang yang renta berdiri dengan tongkat dan sebelah tangan membawa keranjang. Matanya menatap Baekhyun nyalang. Baekhyun masih di tempatnya, mengamati pria tua didepannya. Hingga saat mereka bersitatap, semua menjadi aneh. Sesuatu lain datang dari dalam diri mereka masing-masing. Seperti yang sudah terkubur kini meluncur keluar.

Baekhyun dengan instingnya mengatakan ; Park Chanyeol, Jenderal perang.

.

.

.

.

.