"Naru, kau bilang kita akan ke makam ibuku kan?" Tanya Sasuke pada Naruto yang sekarang tengah merapikan penampilannya di depan cermin kamarnya.

"Ah, kita perginya siang ya, aku ada pertemuan mendadak," Ucap Naruto sambil membereskan bara-barangnya dengan terburu-buru.

Sasuke yang melihat dari pintu menatap bingung pada Naruto. "Kau masih bekerja di hari ini?"

Naruto berjalan ke arah Sasuke dan melaluinya untuk mengambil sepatunya. "Pertemuan mendadak, hanya sebentar," Jawab Naruto sambil memakai sepasang sepatu kulit hitam.

Sasuke menghela napasnya dan berjalan mendekati Naruto. "Kalau begitu kau aku antar ya," Ucapnya sambil mengambil kunci mobilnya.

Naruto tersenyum dan segera berdiri. "Terimakasih ya,"

Sasuke juga balas tersenyum dan mengajak Naruto menuju mobilnya. Jujur saja, sejak kejadian kemarin, setidaknya hubungan mereka sudah kembali seperti dulu. Walau belum ada status apa pun di antara mereka.

"Nanti setelah kau selesai, aku akan menjemputmu dan kita langsung ke pemakaman ibuku ya," Ucap Sasuke sambil berkendara.

Naruto hanya menganggukkan kepalanya tanda ia setuju. Ya, memang masih ada beberapa hal yang mungkin masih belum membuat Naruto terbiasa. Seperti hal ini, Naruto masih sering mengacuhkan Sasuke dan tidak menjawab pertanyaannya seperti dulu. Dia hanya akan menjawab singkat dan menggerakkan tubuhnya.

"Hei, setidaknya jawab dengan mulutmu," Ucap Sasuke membuat Naruto menoleh dengan bingung.

"Maksudmu?"

"Bukan apa-apa, hanya saja aku seperti tidak dianggap saat bicara dengamu," Balas Sasuke yang masih membuat Naruto bingung. "Dulu kau itu cerewet sekali, tiap kali ada keheningan, kau akan langsung memecahnya dan tidak berhenti bicara," Ucap Sasuke tetap fokus pada jalan sambil tersenyum tipis mengingat kisah lama. "Saat aku bertanya padamu, dan hanya membutuhkan jawaban yang singkat, kau pasti akan langsung bicara terus tanpa henti. Hah, aku jadi kangen disaat-saat seperti itu,"

Naruto hanya diam sambil terus memperhatikan Sasuke. Jika Sasuke bisa membaca pikiran seseorang, maka yang akan dia dengar adalah, 'Aku juga, Teme,'

Kalau untuk berkata jujur seperti itu Naruto masih belum mau, karena kan dia yang pertama kali menolak Sasuke saat pemuda itu datang. Jadi anggap saja Naruto itu gengsi. Tapi dia juga tidak sanggup kalau disuruh untuk memendamnya lama-lama seperti ini, jadi mungkin, suatu hari nanti, di waktu lainnya, Naruto akan mengatakan semuanya tanpa peduli dengan apa yang dia katakan sebelum-sebelumnya.

Sasuke menatap pada Naruto sekilas dan tersenyum lembut. "Aku tau jika kau masih belum bisa mengungkapkan semuanya," Sasuke menghela napasnya dan masih tersenyum.

Naruto yang melihatnya juga ikut tersenyum. 'Ya, kau sangat tau hal itu,'

Kemudian tidak ada lagi percakapan yang tercipta diantara mereka, hingga akhirnya mobil Sasuke sudah terparkir di depan kantor Naruto.

"Ah, terimakasih ya, aku pergi dulu," Ucap Naruto sambil membuka sabuk pengamannya. Dan baru saja ia ingin membuka pintu, Sasuke menahan tangnnya. "hm? Sasuke, ada apa?" Tanya Naruto sambil menatap bingung pada Sasuke.

Sasuke hanya diam tidak menjawab, tapi dia malah mendekatkan wajahnya pada wajah Naruto dan kemudian memberikannya sebuah ciuman yang singkat namun manis. Sangat singkat, bahkan Sasuke sendiri tidak merasa puas.

Ya, bukannya tanpa alasan Sasuke memberikan ciuman yang amat singkat itu. Tapi Sasuke tau, Naruto masih belum bisa menerimanya seutuhnya seperti sebelumnya. Tapi siapa sanngka, Naruto yang Sasuke pikir akan segera pergi dan tidak akan memandangnya lagi malah tersenyum dengan manis sekarang.

"Um, nanti jika pekerjaanku sudah selesai, kita ke makam ibumu ya," Ucap Naruto dengan senyumnya. "Jaa, matta," Kemudian Naruto segera keluar setelah melambai pada Sasuke.

Sasuke yang masih bingung terus menatap pungggung Naruto yang perlahan menghilang. Dan barulah kemudian ia tersenyum dan menertawakan kebodohannya sendiri. "Dasar si Dobe itu, selalu saja penuh kejutan. Wajar jika aku tidak bisa untuk tidak mencintainya,"

Sasuke kemudian menjalankan mobilnya dengan senyum yang masih belum luntur dari wajahnya. Ya, setidaknya dengan begini dia tau, jika yang namanya cinta itu tidak hanya sebuah keberuntungan. Tapi cinta itu memang dasarnya dari hati. Dan jika sudah seperti itu, apa pun bisa terjadi kan? Seperti apa yang dilakukan bocah kucing itu barusan.

.

Sasuke merapikan penampilannya dan terus melihat pada jam tangannya. Hanya beberapa menit lagi, dan Naruto akan segera menghubunginya untuk menjemputnya. Sasuke yang sudah berdandan serapi dan setampan mungkin, kemudian segera keluar dari apartemen dan pergi ke mobilnya.

Sasuke memang sangat bersemangat sekarang, karena mungkin ini adalah saat terbaik yang pernah ia miliki. Mungkin juga ini adalah waktu paling membahagiakan baginya untuk seumur hidup. Haah, Sasuke mendadak gugup.

Sasuke terus melajukan mobilnya sampai teleponnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Dan itu adalah panggilan yang sudah ia tunggu-tunggu dari tadi. Sasuke segera mengangkat panggilan teleponnya namun tetap fokus pada jalan di depannya.

"Moshi moshi," Jawabnya dengan senyum yang entah kapan sudah terlukis di wajahnya.

"Ah, Sasu, bisakah kau menjemputku sekarang?" Tanya seorang di seberang telepon. Dan siapa juga yang tidak tau siapa sang penelepon sampai membuat Sasuke sesemangat ini.

"Hm, tentu saja aku bisa," Balas Sasuke. Mungkin nada bicara Sasuke terdengar biasa saja, tapi jangan salah, dia sangat senang saat ini. Apalagi saat mendengar nada bicara Naruto yang seolah sudah merindukanya.

"kalau begitu cepat ya,"

Sasuke terkekeh mendengar perkataan Naruto. Setelah enam tahun mereka tidak bertemu, ini pertama kalinya Naruto mengucapkan kalimat itu.

"Hei, kau kenapa tertawa?" Tanya Naruto yang sepertinya mendengar kekehan Sasuke.

"Bukan apa-apa," Jawab Sasuke menghentikan kekehannya. "tapi sepertinya kau benar-benar sudah merindukanku ya," Ucap Sasuke iseng.

Dan di seberang, Naruto hanya menggembungkan kedua pipinya yang juga sedikit memerah. Sayang Sasuke tidak melihatnya. "Aku hanya ingin cepat ke makam ibumu, jadi jangan ge er,"

Sasuke kembali terkekeh. Pria kecilnya memang sedikit tsundere. "Ya ya, aku tau,"

"Kalau begitu kutunggu ya, jaa nee, Sasu,"

"Hai', jaa naa, Naru," Dan panggilan terputus. Bahkan mendengar bagaimana mereka mengakhiri panggilan telepon, orang-orang pasti akan berpikiran jika mereka pacaran.

Sasuke segera melajukan mobilnya untuk menjemput Naruto. Dia tidak mau jika Tuan putrinya sampai menunggu.

.

"Naruto!"

Naruto menoleh dan mendapati Obito menghampirinya. "Ah, Obito senpai!" Balas Naruto dan juga dengan senyum lebar di wajahnya.

"Sedang menunggu jemputanmu ya?" Tanya Obito memulai pembicaraan.

"Ya, begitulah," Jawab Naruto sedikit ragu.

"Are are," Obito tiba-tiba mengubah nada bicaranya menjadi menggoda kouhainya. "Apakah itu pacarmu?"

Ditanya seperti itu Naruto mendadak jadi gugup. Ya, mau dijawab pacar, bukan, tapi kalau dijawab bukan pacar, malah Naruto yang tidak bisa untuk mengatakannya. "Etto, bagaimana ya,"

Obito terkekeh geli mendapati reaksi malu-malu Naruto. "Ya ya, aku tau itu," Ucapnya masih terkekeh. "Tapi tidak aku sangka kau bisa menerimanya kembali secepat ini,"

"Kalau itu sih," Naruto jadi bingung mau jawab apa. "Ya, sepertinya Tuhan tau apa yang terbaik. Dan mungkin karena itu dia masih tetap di sisiku," Jawab Naruto sambil tersenyum.

Obito ikut tersenyum tulus. "Syukurlah, aku juga tau sebahagia apa rasanya. Entah nanti kau yang akan menemuinya, atau mungkin dia yang akan menemuimu, yang pasti kebahagiaan akan datang tanpa membuatmu kecewa lagi,"

"Ya, seperti kau dan aku," Tiba-tiba seorang pemuda dengan rambut putih dan masker di wajahnya menghampiri Obito dan Naruto dari belakang.

"Kakashi!" Obito agak terkejut mendapati kekasihnya yang sekarang sudah berada di sampingnya.

"Yo, Naruto, kerja bagus tadi," Sapa Kakashi pada Naruto yang hanya membalasnya dengan sebuah senyum formal.

"Kita pulang sekarang?" Tanya Kakashi pada Obito. Baru saja Obito mau menjawab, sebuah mobil yang sangat di kenal Naruto sudah terparkir di depan mereka bertiga.

"Ehem," Obito berdeham kecil sambil menyikut Naruto saat Sasuke keluar dari mobilnya. Naruto hanya diam dan menatap Obito agak kesal.

"Naru," Sapa Sasuke saat ia sudah berdiri di depan Naruto, tidak lupa ia tersenyum pada Obito dan Kakashi yang berdiri di samping Naruto. Naruto balas dengan tersenyum, hanya tersenyum. Takutnya jika dia membalas dengan hal lain Obito malah makin menggodanya. "Kita pergi sekarang?"

Naruto menganggukkan kepalanya sekali. "Tentu saja!" Ucap Naruto bersemangat masih mempertahankan senyumnya.

"Hee? Kau tampak bersemangat sekali," Sepertinya keinginan Sasuke untuk menggoda Naruto kembali lagi. "apa sebegitu kangennya denganku?"

Jujur saja, Naruto merasa agak kesal. Tapi dia tidak bohong jika perkataan Sasuke tidak sepenuhnya salah. Hanya cara bicara Sasuke saja yang membuatnya kesal, kalau seperti itu nanti ada yang bilang mereka pacaran bagaimana? Ya, sebenarnya tidak apa-apa juga sih.

"Kau yang kenapa, penampilanmu rapi sekali," Balas Naruto dengan nada datar dan tidak pedulinya. Tidak peduli tapi penasaran.

"Bukan apa apa," Jawab Sasuke singkat yang mengundang penasaran Naruto lebih dalam.

"Kau yakin?" Selidik Naruto sambil menyipitkan matanya menatap Sasuke.

"Ya, ya tentu saja," Sasuke meyakinkan. Tapi tetap saja tatapan selidik Naruto masih terus mengawasinya. Sasuke sih tidak apa apa di tatap seperti ini terus oleh Naruto, bukankah itu artinya Naruto peduli padanya? Lagi pula dia kangen saat Naruto yang selalu menjadi polisinya ini. Ah, melihat Naruto yang seperti ini jadi membuat Sasuke ingin segera bermain dengan bibir manis Naruto.

"Mereka kenapa sih?" Dan tanpa diundang, Kakashi malah mengganggu kedua -calon- pasangan yang tadi baru saja mau memulai adegan romantis mereka.

Obito yang berada di sampingnya hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil bergumam 'Dasar bodoh,'.

"Ano, Kakashi-san, sumimasen," Naruto sedikit membungkuk kan badannya. Dia lupa jika atasannya masih berada di sini.

Obito yang tidak mau mengganggu lagi, atau lebih tepatnya tidak mau kekasihnya mengganggu lagi segera membawa Kakashi untuk pergi dari sana. Kakashi yang tidak tau apa-apa hanya memasang wajah bingung saat di tarik oleh Obito. "Naruto, kami pergi dulu ya," Ucap Obito sambil melambai pada Naruto dan kemudian menghilang setelah masuk ke mobil Kakashi.

Naruto balas melambai dan kemudian kembali menatap Sasuke setelah mobil milik Kakashi pergi. Sasuke yang ditatap oleh Naruto yang hanya diam juga ikut diam. Mereka mendadak canggung lagi. Ya, sebenarnya yang canggung cuma Naruto sih.

"Kita kapan ke makam ibuku?" Tanya Sasuke akhirnya membuat Naruto kembali mengalihkan perhatiannya pada Sasuke.

"Un, kita pergi ke sana sekarang saja!" Ajak Naruto dengan senyum lebarnya. Sasuke terdiam saat melihat wajah manis Naruto. Oh, ayolah, jangan pikir jika ini hanya sebuah senyum lebar biasa. Senyum itu mengingatkan Sasuke pada saat ia pertama kali bertemu dengan Naruto. Dan tentu saja jika Sasuke sangat merindukan senyum semanis itu, jadi wajar jika dia sampai terkagum seperti itu.

"Sasuke?" Naruto segera membuyarkan lamunan Sasuke. Sasuke kembali fokus dan kemudian tersenyum lembut.

Naruto hanya menatap bingung pada Sasuke, dan terkejut saat Sasuke yang mulai mendekatkan wajah mereka berdua. "Sasuke? Apa yang kau lakukan?" Tanya Naruto sedikit gugup sambil memundurkan wajahnya.

"Boleh kucium?" Tanya Sasuke balik menatap lekat pada manik samudra Naruto.

Naruto mendadak memerah. Dia segera memalingkan wajahnya dari Sasuke. Ini sebenarnya adalah saat-saat yang paling dihindari oleh Naruto sekarang. Bukan karena tidak suka, tapi ia hanya merasa gugup. "Ini tempat umum bodoh," Tolak Naruto sambil segera beranjak dari sana dan masuk ke mobil Sasuke.

Sasuke yang melihat Naruto malu-malu seperti itu terkekeh gemas. Sasuke kemudian segera menyusul masuk ke mobil dan duduk di samping Naruto yang mengalihkan pandangannya dari Sasuke. Sasuke masih terkekeh gemas melihat Naruto yang memerah sampai ke telinga.

"Maa, sepertinya aku memang masih belum bisa untuk mendapatkan lebih banyak ciuman darimu ya?"

"Baka,"

Sasuke hanya tersenyum mendapati respons singkat Naruto yang masih belum memandangnya. Sasuke kemudian memasang sabuk pengamannya dan menyalakan mobilnya. "Naa, Naru, apa kau mau mampir untuk makan siang dulu?" Tanya Sasuke terlebih dahulu pada Naruto. Tapi bukannya mendapatkan jawaban Naruto, Sasuke malah mendapatkan sesuatu yang lebih spesial.

Ya, siapa yang sangka jika saat Sasuke menoleh, Naruto akan memberinya sebuah ciuman singkat di bibir. Sasuke hanya bisa terdiam untuk kedua kalinya, kemudian menyeringai saat melihat pemuda Namikaze itu yang hanya menatap ke luar jendela dengan wajah yang makin memerah.

"Hm? Do you want to try something naughty with me?" Tanya Sasuke dengan nada jahilnya sambil makin mendekatkan wajahnya dengan Naruto.

Naruto malah makin menjauh dan tidak menjawab apa pun. "Naru-chan, apa benar begitu?" Tanya Sasuke lagi yang kini berbisik di telinga Naruto.

Wajah Naruto yang dari awal sudah memerah jadi makin memerah karenanya. "Cepat jalankan mobilnya bodoh!" Perintah Naruto masih enggan menatap pada Sasuke.

Sasuke terkekeh melihat tingkah manis Naruto. "Hai' hai', kita akan segera berangkat," Ucap Sasuke sambil menyalakan mobilnya. Dan selama di perjalanan, masih belum ada pembicaraan diantara mereka. Namun sekarang alasannya bukan karena Naruto yang masih merasa belum yakin, tapi ini karena Naruto yang malu bukan main. Tapi manis kan.

Tidak beberapa lama, kemudian Sasuke menghentikan mobilnya di depan sebuah toko perhiasan. Naruto menjadi bingung melihat tempat mereka berhenti. "Sasuke? Kenapa berhenti di sini? Tidak mungkin makam ibumu ada di sini kan,"

Sasuke terkekeh mendengar perkataan Naruto. "Mana mungkin, aku ke sini karena di suruh Itachi," Jawab Sasuke sambil membuka sabuk pengaman miliknya.

"Itachi nii-chan?" Naruto ikut turun saat Sasuke membukakan pintu mobil untuknya. "mengapa dia menyruhmu ke sini?" Sasuke tidak menjawab dan terus berjalan masuk ke dalam toko.

"Selamat datang tuan," Sapa salah seorang pelayan toko dengan sopan yang berdiri di belakang etalase. Sasuke membalas dengan tersenyum tipis. "Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Ya, aku mencari cincin pasangan," Jawab Sasuke sambil memperhatikan cincin-cincin yang berjajar rapi dalam etalase.

Naruto yang mendengar perkataan Sasuke menjadi sedikit kaget. "Cincin? Apa Itachi nii-chan juga yang menyuruhmu?" tanyanya.

Sasuke tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Naruto. "Ya, dia menyuruh ku untuk melakukannya secepat mungkin, jadi aku beli saja sekarang," bukannya mengangguk paham, Naruto malah makin bingung dengan jawaban Sasuke.

"Tuan, apakah kau memerlukan cincin pasangan biasa atau cincin pernikahan?" Tanya pelayan itu lagi pada Sasuke.

"Cincin pernikahan,"

Lagi-lagi, Naruto dibuat kaget dengan perkataan Sasuke. "Apa maksudmu Itachi nii-chan akan segera menikah? Wah, hebat sekali!"

"Ya, kalau itu sih, kita doa kan saja,"

"Silahkan dilihat beberapa contoh cincinnya," Pelayan toko itu menyerahkan sebuah buku dengan bermacam desain cincin di dalamnya. Sasuke memperhatikan tiap halaman dan juga beberapa kali sang pelayan memberikan saran atau menjelaskan tentang gambar cincin yang di perhatikan Sasuke.

Terus membalikkan halaman buku, Sasuke kemudian sampai pada sepasang cincin berwarna perak dengan dua garis heliks berwarna biru yang terukir di cincinnya, dan ditambah dengan sebuah berlian kecil yang berwarna selaras. "Sasu, yang ini bagus sekali, lho," Sambar Naruto sambil menatap gambar cincin di depannya dengan wajah berbinar.

Sasuke yang melihatnya terkekeh gemas. "Padahal kan aku yang memilih, tapi malah kau yang menentukan ya,"

"Aku tidak menentukannya, tapi memamg benar jika cincin ini sangat bagus menurutku. Ah, aku suka sekali," Ucapnya sambil terus memperhatikan gambar di depannya.

"Cincin itu sepertinya sangat cocok dengan warna mata anda yang indah itu," Sanjung sang pelayan yang membuat Naruto tersenyum dengan pipi yang bersemu.

"Arigatou,"

Sasuke tampak menimbang sebentar. "Kalau begitu aku ambil yang ini saja," Ucapnya yang entah keberapa kali membuat Naruto lagi-lagi kaget.

"Kau serius?"

"Tentu saja,"

"Hee, tapi bagaimana jika Itachi nii-chan tidak suka?"

Sasuke hanya mengangkat bahu. "Siapa juga yang peduli dia suka atau tidak,"

"Kalau begitu, bagaimana dengan ukurannya?" Tanya sang pelayan kemudian dan Sasuke segera memberitahu ukurannya. "Baiklah, tunggu sebentar,"

Setelahnya sang pelayan pergi sebentar ke belakang. Sasuke kemudian menoleh ke sampingnya dan mendapati Naruto yang mulai merasa bosan. "Kau bosan?"

"Sedikit," Jawab Naruto singkat.

Keduanya kemudian hanya diam. Naruto sibuk memperhatikan sekitar, dan Sasuke sibuk memperhatikan Naruto. "Hei, aku yakin jika kau yang memakai cincin itu maka akan selaras dengan warna mata mu,"

Naruto menetap bingung dan kemudian tertawa garing. "Kau hanya mengulangi perkataan pelayan itu, Sasuke,"

"Sebenarnya aku sudah mau bilang sejak aku baru melihat gambar cincin itu, tapi pelayan itu malah mendahuluiku,"

"Alasan,"

Dan setelah menunggu tidak terlalu lama, akhirnya cincin yang di pesan oleh Sasuke sudah datang. Setelah membayar, Sasuke dan Naruto segera kembali menuju mobil. Bagaimana pun juga tujuan utama mereka itu bukan disini.

Akhirnya setelah limabelas menit, mereka sampai di pemakaman. Naruto dan Sasuke segera turun dari mobil dan berjalan masuk bersama. Dan mereka sampai pada makam yang memang untuk pertama kalinya dikunjungi oleh Naruto.

Naruto segera meletakkan sebuket mawar putih yang sempat di beli olehnya tadi di makam Mikoto. Naruto menyatukan kedua telapak tangannya dan berdoa. Dan Sasuke yang berada di belakangnya kemudian ikut berjongkok di samping Naruto dan ikut berdoa.

"Hah, padahal aku masih ingin bercerita banyak hal pada Mikoto baa-chan," Ucap Naruto saat ia sudah selesai berdoa. Wajah Naruto jelas sekali sedih. Ia sudah menyayangi Mikoto seperti dia menyayangi Kushina, jadi dia tau bagaimana rasanya kehilangan.

Sasuke kemudian menepuk pundak Naruto membuat Naruto menoleh. "Aku bahkan tidak bisa memperlihatkan pada Ibu jika aku akan berbahagia dengan keluarga kecilku bersamamu," Ucapnya dengan sorot mata yang tak kalah sedih dari Naruto.

Naruto hanya diam dan kemudian menundukkan wajahnya. Naruto tau itu, Mikoto adalah salah satu orang yang mendukung hubungannya dengan Sasuke. Dan sekarang dia malah tidak bisa menyaksikan saat-saat yang dia tunggu. Di mana Namikaze Naruto berganti menjadi Uchiha Naruto.

"Sasuke," Panggil Naruto pelan sambil mengangkat wajahnya dan menatap pada Sasuke yang juga menatapnya. "um.." Naruto terdengar ragu dengan kata yang akan ia katakan.

"Ada apa?" Tanya Sasuke dengan nada yang lembut dan dengan sebuah senyum lembut. "katakan saja, Naru,"

"Aku... Maukah kau memeluk ku?" Tanya Naruto dengan suara yang bahkan hampir kalah dengan suara hembusan angin. Tapi jangan pikir jika Sasuke tidak dapat mendengarnya.

Sasuke tersenyum dan segera membawa Naruto ke dalam pelukan hangatnya. "You know if I will not reject it, I'll do it without you ask. I will always give you warmth,"

Naruto tersenyum sambil menenggelamkan wajahnya di dada bidang Sasuke. Ya, memang benar, jika yang dia inginkan hanyalah kehangatan dari orang yang ia sayangi. Orang yang ia cintai.

"Naa, Sasuke," Panggil Naruto masih dengan suara pelan. "apakah aku terlambat jika aku bilang bahwa aku sangat merindukanmu?"

Sasuke tersenyum mendengarnya. Dia adalah orang yang paling menginginkan Naruto mengatakan hal itu padanya. "Tidak ada yang terlambat, selama kita memang masih saling mencintai,"

Naruto hanya diam. Saling mencintai. Ia sangat tau apa arti dari kata itu. "Do you really still love me? " Bukannya dia masih belum percaya, tapi ia hanya memastikan. Lagipula, bukankah setiap orang memiliki kata yang sangat mereka sukai jika orang yang mereka cintai mengatakan itu pada mereka?

Sasuke melepaskan pelukannya dan menatap manik samudra Naruto dalam. "Aku sudah mengatakannya berkali-kali, namun aku tidak akan pernah bosan," Sasuke perlahan tersenyum penuh arti. "Aku mencintaimu, itu tidak akan pernah berubah selamanya. Dan selamanya itu tidak akan pernah berakhir,"

Perlahan Sasuke menghapus jarak di antara keduanya dan mencium lembut bibir manis Naruto. Naruto pun tidak menolak, dia menyukainya, jadi untuk apa menolak. Ini adalah ciuman paling hangat dan dalam yang pernah mereka lakukan setelah enam tahun ini. Ciuman yang walau singkat, tapi memiliki makna yang dalam.

Kemudian ciuman itu terlepas, Naruto segera menundukkan wajahnya yang memerah. "Dasar, kau mencium ku di pemakaman, bodoh,"

"Memangnya kenapa? Lagi pula Ibuku juga ingin melihat kita berciuman secara langsung, lho,"

Naruto hanya mengerucut kan bibirnya yang membuat ia terlihat makin menggemaskan di mata Sasuke. "Naa, Naru, sebenarnya ada lagi hal yang ingin aku lakukan untuk menepati janjiku pada Ibu,"

Naruto hanya diam dan membiarkan Sasuke melanjutkan perkataannya. Tapi Sasuke sama sekali tidak menjawab dan malah merogoh saku celananya. Naruto makin bingung saat Sasuke mengeluarkan sebuah kotak beludru yang Naruto yakin jika itu adalah kotak berisi cincin yang tadi di beli oleh Sasuke.

"Sasuke?"

Sasuke masih belum menjawab dan kini menatap pada batu nisan ibunya sambil tersenyum. "Okaa-san, aku datang ke sini bersama Naruto, pemuda manis yang selalu kau inginkan untuk menjadi menantu mu,"

Naruto bingung sendiri harus bereaksi apa mendengar perkataan Sasuke. Tapi dia hanya diam saja membiarkan Sasuke untuk melanjutkan kegiatannya. "Dulu kau sangat ingin melihat aku berdiri di altar yang sama dengan Naruto, saling bertukar janji suci, dan saling membagi kebahagiaan. Apa sekarang okaa-san masih menginginkannya? Jika ya, beri aku kesempatan untuk memperlihatkannya padamu,"

Naruto agak terkejut saat Sasuke tiba-tiba mengambil tangan kanannya dan menciumnya lembut. "Aku akan melamar seorang Namikaze Naruto di depanmu dan menjadikannya milikku,"

Naruto tertegun saat Sasuke memasangkan salah satu cincin yang entah kenapa sangat pas di jari manisnya. "S-Sasu?" Naruto sepertinya masih bingung dengan apa yang terjadi.

Sasuke menyatukan kening mereka dan menatap manik samudra Naruto dalam. Saling berbagi kehangatan dalam perasaan yang sama sama hangat. "Aku tidak mau lagi. Aku tidak mau terlambat lagi," Ucap Sasuke dengan suara lembutnya. "Aku takut kehilangan kau lagi, aku takut kau tidak menerimaku lagi, aku takut jika takdir memisahkan kita lagi. Aku takut jika aku menyakiti hatimu lagi,"

Naruto tau. Sangat tau, jika mata hitam itu benar-benar ketakutan. "I do not want to keep you waiting again," Lanjut Sasuke masih menatap manik samudra Naruto. "Please... Would you marry me?"

Satu hal yang Naruto sadari adalah saat air matanya yang mendadak meleleh. Naruto menangis, tangis kebahagiaan pastinya. Ia terisak, ia tidak bisa menahan semuanya. Ia segera memeluk Sasuke erat dan terus menangis. "Sudah lama aku menanti untuk kau mengatakan hal itu padaku, bodoh... Teme..."

Sasuke balas memeluk Naruto tidak kalah erat. "And, your answer?"

Naruto melepaskan pelukannya dan mencium bibir Sasuke sekilas, dan kemudian tersenyum sangat lebar setelahnya. "There is no reason to say, yes I want. Highly,"

1 Week Later...

"Silahkan cium pengantinmu,"

Dan setelah sang pendeta mengatakan hal itu, kedua pengantin itu saling berbagi ciuman yang sangat manis. Para hadirin yang datang pun menyaksikan dengan penuh kebahagiaan. Sebahagia pasangan pengantin yang kini sudah resmi menikah itu.

Kedua pengantin itu kemudian saling bertatapan. Hanya dengan saling melempar senyum, mereka sudah bisa merasakan kebahagiaan yang tidak ada tandingnya lagi.

"Aku mencintaimu. Paling cinta," Sasuke mengusap wajah Naruto yang berkali lipat sangat menawan sekarang.

"Aku juga," Balas Naruto tersenyum lembut. "Aku mencintaimu selamanya,"

Sasuke tidak punya alasan untuk tidak tersenyum lebar sekarang. "Dan selamanya itu tidak akan pernah berkahir,"

Mereka saling memandang, hangatnya pandangan mereka benar-benar tidak bisa membuat berpaling. Hangat yang kekal. Kekal yang membawa kebahagiaan.

Sekarang Naruto percaya akan satu hal. Semua kebahagiaan itu akan datang bahkan jika kau tidak percaya. Dan tidak ada kebahagiaan yang terlambat, mungkin Tuhan hanya merancang kembali kebahagiaan kita agar semunya semakin terlihat indah...

Benar kan?

.

END


.

The last A/N

Haah... Makasih ya, buat kalian yang dari awal sampai akhir masih stay sama cerita ini^^ kalau aja kalian nggak ngasih aku semangat buat lanjut terussss aku nggak tau gimana kabar dengan cerita ini...

MINNA! ARIGATOU GOZAIMASHITA!

And... Walau ini adalah chapter penghabisan dari penghabisan, bukan berarti kita ngga bisa ketemu lagi yaa...

See you in another story^^

THANKS FOR EVERYTHING !

With love

Virgo a.k.a Akuma