Pesan : tolong baca Note pada bagian paling bawah ya
.
.
.
.
"...Dan untukmu, Naruto."
Wanita berambut merah itu terlihat duduk lemah bersandar pada sebuah dinding bangunan dengan seorang bayi yang berada didekapannya. Didepannya, bersimpuh seorang wanita cantik berambut hitam terurai yang memandangnya dengan penuh rasa sakit. Iris wanita berambut hitam itu terlihat merah membengkak akibat terlalu banyak mengeluarkan air mata.
Sungguh, dia benar-benar tak mengira bahwa sahabatnya akan pergi secepat ini. Terlebih lagi, dia pergi dengan meninggalkan dua orang bayi kembar yang baru saja selesai untuk disusui. Ghh...Kalau saja dia datang lebih cepat, pasti nyawa sahabatnya akan tertolong. Namun, apa daya jika takdir berkata lain.
Dia datang tepat ketika para gagak keparat itu tewas bersimbah darah dengan seluruh bagian tubuh yang tertusuk oleh puluhan pedang hitam. Dia terkejut, ternyata salah satu dari anak Kushina-, nama dari sahabatnya telah dalam mode Balance Breaker dari salah satu Longinus, Canis Lykaon. Dengan penuh kehati-hatian dia lalu menciptakan sebuah segel untuk menahan lonjakan Mana dari Longinus itu agar tidak menghancurkan tubuh mungil dari putra Kushina.
Dan ketika hendak mencoba menyelamatkan nyawa dari Kushina sendiri, dia sudah terlambat. Sebuah tombak yang terbuat dari cahaya telah melubangi dada bagian kiri dari wanita berambut merah itu. Dia hanya bisa menumpahkan segala kekecewaan dengan meledakkan tekanan Mana miliknya sebelum berhasil ditenangkan oleh diri Kushina sendiri.
[Tenanglah, kau bisa mengganggu mereka]
Dengan penuh kasih, dia mendekap salah seorang bayi yang berada ditangannya yang terlihat hendak mengeluarkan air mata. Dia mencoba memberikan kehangatan pada bayi itu ketika sang ibu kandung sedang berbicara dengan kakak sekaligus saudara kembarnya, untuk yang pertama...dan terakhir.
"Kau akan menemui banyak rintangan pada jalan kehidupanmu, sayang. Jiwa Inugami yang berada didalam tubuhmu akan menjadi anugerah sekaligus cobaan yang akan kau lalui. Namun ketahuilah, Kaa-chan selalu mendukungmu pada setiap jalan yang kau pilih..."
Wanita berambut merah itu lalu melirik kearahnya dengan sebuah senyuman lemah yang terukir begitu menyedihkan. Dia terlihat menggerakkan tangan kirnya seraya berkata dengan pelan setelah selesai berbicara dengan putranya.
"Yumiko, bisa kemarikan dia sebentar?"
Dia lalu bergerak mendekati sahabatnya, kemudian memberikan bayi yang berada dalam dekapannya kepada ibu kandungnya. Dengan lemah, wanita berambut merah itu mengendong kedua anak kembarnya, kemudian mendekap mereka erat.
"Maaf jika kaa-chan tidak bisa bersama kalian untuk waktu yang lebih lama Naruto, Claudia. Namun, ingatlah pesan Kaa-chan baik-baik. Kaa-chan tidak akan menuntut balas dendam dari kalian, semua kebenaran ini berhak untuk kalian ketahui, dan untuk selanjutnya, keputusan ada ditangan kalian masing masing."
Sebuah kecupan penuh kasih sahabatnya berikan kepada kedua bayi berambut pirang yang berada didekapannya. Meski dengan meninggalkan sisa darah pada dahi mereka, namun kedua bayi itu sama sekali tidak merasa terganggu dengan itu. Wajah mereka terlihat begitu damai tertidur dalam gendongan ibunya.
"Naruto, jaga adikmu, dan Claudia, sayangilah kakakmu. Jadilah saudara kembar yang saling mendukung satu sama lain. Sebenarnya... hiks sebenarnya... masih banyak hiks yang Kaa-chan ingin sampaikan. Kaa-chan ingin melihat kalian tumbuh...melihat kalian dewasa...melihat kalian menikah hiks... Kaa-chan ingin melihat kalian menjadi orang tua..."
"Oh Kushina..."
Pada akhirnya, dia tidak dapat menahan isakan yang keluar dari bibirnya. Pemandangan ini terlalu menyakitkan untuk dilihat. Dengan bergerak pelan, dia lalu ikut mendekap tubuh kedua bayi mungil itu bersama dengan sahabatnya.
Merasakan lelehan air mata mengenai wajah mereka membuat bayi dengan nama Naruto dan Claudia itu terbangun menangis. Sangat menyayat hati ketika mendengar tangisan dari kedua bayi itu. Mereka seperti tau jika sang ibu, yang menjadi satu-satunya orang tua bagi mereka pergi untuk selamanya.
"...Maaf membuat kalian terbangun, Naruto, Claudia. Mungkin ini hanya sebuah pertemuan singkat, namun ingatlah jika Kaa-chan...selalu...menyayangi...kalian."
Bersamaan dengan itu, kelopak mata Kushina terlihat mulai menutup dengan meninggalkan sisa tetesan air mata. Wajah cantik itu nampak begitu damai, seiring dengan terukirnya sebuah senyuman kecil yang terlihat bergitu indah.
"Jaga mereka, Yumiko"
Sebuah bisikan kecil secara tiba-tiba mengalun lembut di kedua pendengarannya. Setelah menghapus lelehan air mata yang menghiasi pipinya, dia lalu mengambil kedua bayi kembar itu, kemudian mendekap mereka dengan erat.
"Pasti Kushina...itu pasti."
.
.
.
.
The Abnormal Slash Dog
Arc 1 : Tou-san
Disclaimer : Saya hanya meminjam semua karakter dari pemilik aslinya
.
.
.
.
Naruto muncul dari ketiadaan dengan menggunakan lingkaran teleportasi khas miliknya. Didepannya, sebuah pemandangan malam berupa indahnya danau yang diterangi oleh sinar rembulan terlihat memanjakan matanya.
Naruto menolehkan kepalanya, dan ketika pandangannya mendapati sosok wanita yang duduk ditepi danau, dia tersenyum. Dengan langkah pelan pemuda itu berjalan mendekati sosok yang terlihat di penglihatannya, dan ketika jarak mereka inggal terpaut beberapa meter, sebuah suara yang terdengar begitu lembut mengalun diteliga Naruto.
"Maaf mengganggu waktu bersantaimu, Naruto-kun."
Naruto hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan wanita itu. Dan dengan langkah pelan, dia berjalan mendekat sebelum mendudukkan diri tepat disampingnya.
"Sama sekali tidak, Kaa-sama."
Amaterasu tersenyum lembut. Rencana untuk berbicara dengan Naruto ternyata langsung dia lakukan dengan memanggil putranya kemari. Yah, setidaknya ini adalah tempat yang cocok untuk berbicara, mengingat ditempat inilah Amaterasu menyendiri jika merasa lelah ataupun sekedar ingin bersantai.
"Jadi, apa yang ingin Kaa-sama bicarakan? Misi lagi kah?"
Naruto bertanya dengan iris ruby yang memandang heran kearah ibundanya. Bukan hal aneh ketika dewi Amaterasu memanggilnya untuk bicara pribadi, mengingat dengan nama ibundanya-lah dia menerima misi. Namun, biasanya dewi matahari itu lebih memilih untuk berbicara dengannya ketika siang hari di ruangan pribadi miliknya.
Seketika suasana berubah menjadi agak berat. Kilatan serius terlihat pada sorot mata Amaterasu yang memandang putranya tajam. Ini merupakan misi yang cukup berat bagi Naruto. Bukan dalam artian fisik, namun mental. Setidaknya Amaterasu ingin putranya lebih menguatkan tekadnya terlebih dahulu sebelum menjalani misi ini.
"Beberapa kali kelompok Cao Cao terlihat memantau gerbang kompleks istana Kyoto Naruto-kun. Kaa-sama ingin kau membereskan mereka."
Sebuah sentakan kecil terlihat pada badan Naruto ketika dia mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Amtarasu. Cao Cao? Tentu Naruto sangat mengetahui siapa orang itu.
Dia adalah salah satu dalang dari perang saudara dua tahun lalu. Seorang pria berusia dua puluh lima tahunan yang merupakan pemegang tombak pembunuh dewa, True Longinus. Memang, secara pribadi Naruto belum pernah bertarung dengannya, namun setidaknya dirinya mengetahui seluk beluk pria itu melalui dewi Amaterasu ataupun informasi yang dia dapatkan ketika menjalankan misi.
Setidaknya ada enam orang yang Naruto ketahui merupakan anggota dari kelompok Cao-Cao, dan semuanya merupakan anggota klan pahlawan yang berkhianat kepada mitologi Shinto. Ditambah lagi, tiga dari mereka merupakan pemilik Longinus, seorang pendekar pedang, dan dua orang pengguna Sacred Gear berbahaya.
Tentu akan menjadi sebuah keuntungan jika mereka kembali memihak kepada Shinto. Namun sayangnya kepercayaan Amaterasu pada mereka sudah habis sehingga dia meminta Naruto untuk mebersihkannya.
Namun, yang paling menjadi beban pikiran untuk Naruto adalah adiknya sendiri. Yah, semua karena adik bodoh itu merupakan salah satu anggota dari kelompok Cao Cao. Ck, dasar gadis merepotkan. Tidak sadarkah dia kalau kepergiannya malah menambah beban untuk kakaknya?
Melihat raut wajah rumit yang terukir pada paras tampan putranya membuat ekspresi Amaterasu sedikit melunak. Dia tau apa yang menjadi beban pikiran pemuda itu. Siapa lagi kalau bukan Claudia, gadis yang menjadi kembaran Naruto sekaligus putri angkatnya. Sebenarnya ada rasa sesal pada diri Amterasu ketika membiarkan putrinya bersama dengan para pemberontak klan pahlawan, namun apa daya jika takdir berkata lain.
"Kaa-sama tau kau memikirkan adikmu Naruto-kun. Bagaimanapun juga, dia tetaplah putri yang sudah ibumu titipkan untuk Kaa-sama. Jadi bawalah dia pulang, setelah itu kita akan urus seluruh konsekuensi yang dia tanggung akibat terlibat dalam kasus pemberontakan."
Mereka tau ini sulit. Tetua Klan Pahlawan sudah memutuskan bahwa hukuman bagi para pemberontak adalah kematian dan sayangnya, Claudia termasuk salah satu dari mereka. Mungkin saja dengan adanya Naruto dan Amaterasu dapat sedikit meringankan hukuman yang diterima Claudia, namun yang pasti adalah gadis itu tetap akan menerima hukuman berat.
"Terimakasih, Kaa-sama. Aku akan pergi keistana Yasaka-sama dini hari nanti."
Naruto tersenyum senang. Tanpa diminta pun ibundanya sudah paham akan keinginannya untuk membawa adiknya kembali, meski dengan konsekuensi berat yang akan diterima gadis bodoh itu. Yah, bagaimanapun juga Claudia tetaplah menjadi adik yang harus ia jaga.
"Oh iya, jangan lupa ajak Karna-kun dan Tamamo-chan. Mereka pasti senang mendapat misi bersama dengan Slash Dog terkuat sepanjang masa." Amaterasu berkata lembut disertai kerlingan mata menggoda yang sukses mebuat rona merah tipis sempat mucul di wajah Naruto.
Oh demi apapun, setelah melakukan misi diberbagai tempat, Naruto masih belum menemukan wanita dengan kecantikan yang melebihi ibu angkatnya, terlebih dengan senyuman menggoda yang tak mungkin Naruto dapatkan pada hari-hari biasa.
"Ah, kau membuatku malu Kaa-sama."
Naruto menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya berusaha menahan detakan jantungnya yang sempat melonjak. Setelah kembali normal, dia lalu menatap ibunya dengan pandangan serius.
"Ada yang ingin aku bicarakan mengenai anggota Elite 12, Kaa-sama."
.
.
.
.
-o0o-
.
.
.
.
"Jadi, ada apa hingga kau memanggil kami, Naruto?"
Suara yang terdengar begitu serius mengawali pembicaraan pada malam hari itu. Di salah satu sudut tepi danau yang dihiasi oleh indahnya rembulan, dua lingkaran sihir berbeda warna muncul dibelakang Naruto.
Memang, setelah pembicaraannya dengan dewi Amaterasu usai, Naruto langsung memanggil Karna serta Tamamo untuk berdiskusi tentang misi yang akan mereka jalani besok. Bukannya terburu-buru, namun dirinya lebih suka jika mereka memiliki persiapan yang matang sebelum menjalani misi.
Naruto mengubah posisi duduknya sehingga wajahnya dapat beradu pandang dengan lawan bicaranya. Dengan ekspresi serius, pemuda itu bersuara dengan nada datar.
"Duduklah, ada yang harus kita bicarakan."
Tak ingin bertanya lebih banyak, Tamamo dan Karna lalu mengambil posisi duduk tepat didepan Naruto. Mereka tau jika suatu hal yang akan disampaikan oleh teman kecil mereka adalah masalah yang serius, melihat bagaimana ekspresi dan nada yang digunakan Naruto ketika bertemu mereka.
Naruto menciptakan lingkaran sihir penyimpanan diatas telapak tangan kanannya yang terbuka. Dari lingkaran sihir itu keluar beberapa dokumen berbentuk kertas yang Naruto bagikan kepada Tamamo dan Karna.
"I-ini?"
Sebuah anggukan kepala dari Naruto sudah cukup untuk menghilangkan sedikit rasa penasaran dari mereka. Dengan sekali jentikan jari, sebuah layar proyeksi muncul diantara ketiga teman kecil itu, menampilkan sebuah foto seorang pria berambut biru dengan usia dua puluh lima tahunan yang sedang memegang sebuah tombak berbentuk unik. Disamping foto itu, terdapat tulisan yang merupakan data diri dari pria berambut biru itu.
"Dokumen ini berisi data diri tentang kelompok Cao Cao. Tadi, Kaa-sama meminta kalian untuk menemaniku menangani masalah yang ditimbulkan mereka," ujar Naruto seraya mengangkat dokumen yang berada digenggaman tangannya.
"Jelaskan."
Setelah itu, Naruto lalu menjelaskan kepada dua teman kecilnya tentang pembicaraan dengan dewi Amterasu beberapa saat lalu. Mulai dari masalah terlihatnya Cao Cao beserta kelompoknya disekitar gerbang komplek istana Kyoto sampai dari detil misi yang akan mereka lakukan. Dan selama penjelasan itu, mereka dapat merasakan dinginnya aura seorang Slash Dog masa kini.
Baru ketika Naruto selsesai berbicara, suasana mulai kembali sedikit mencair. Pemuda berambut pirang itu lalu meletakkan dokumen yang berada digenggamannya, kemudian dengan menggunakan tangan kanannya yang bebas, dia mengambil sesuatu dari sihir penyimpanannya.
Sebuah botol berwarna gelap dengan ukuran cukup besar disertai tiga cawan kecil adalah benda yang dikeluarkan Naruto. Dan dengan pandangan yang melembut, Naruto menatap kedua sahabatnya seraya menuangkan isi dari botol itu pada cawan-cawan yang kosong.
"Siahkan bertanya, tak perlu terlalu tegang seperti itu." Naruto berkata sembari menyodorkan dua cawan yang telah berisi cairan berwarna kemerahan kepada Karna dan Tamamo. Dengan anggukan kecil mereka menerima cawan yang disodorkan Naruto dengan senang hati.
"Ah, terimakasih."
Dengan mata yang terpejam, Tamamo dan Karna menyentuhkan pinggiran cawan pemberian Naruto dengan bibir mereka yang sedikit terbuka, sebelum kemudian membiarkan isi cawan itu memanjakan indra pengecap mereka.
Desahan nikmat terdengar dari dari kedua teman Naruto setelah mereka meletakkan cawan pada tempat yang kosong disekitar mereka. Seperti biasa, hanya anggur kelas atas lah yang selalu dibawa Naruto.
"Bagaimana? Ini anggur pilihan dari surga yang diberikan oleh Seraph Gabriel loh~"
Mereka tak perlu terkejut tentang bagaimana caranya Naruto bisa mendapatkan anggur yang katanya dari surga itu. Apalagi kalau bukan karena kontak dalam misi? Ingat, Naruto adalah prajurit bayaran, jadi wajar saja jika dia bisa mendapat anggur dari surga sebagai imbalan misi yang diberikan kepadanya dari fraksi malaikat.
"Nikmat seperti biasa, kau selalu membawa anggur dengan kualitas yang tinggi."
"Uhm, Karna benar Naruto. Anggur yang kau bawa tidak pernah lelah untuk memanjakan lidah kami."
Setelah menyesap kembali isi cawannya hingga kosong, Karna lalu mengambil kembali dokumen yang dia letakkan pada paha kirinya. Setelah membacanya sedikit, dia lalu menatap Naruto dengan pandangan bertanya.
"Oke, disini dikatakan jika jumlah anggota kelompok Cao Cao ada enam termasuk dirinya. Jadi, bisa kau jelaskan siapa saja mereka?"
Anggukan kecil diberikan Naruto sebelum dia mengibaskan tangan kanannya yang terangkat. Dan seketika foto yang tergambar pada layar proyeksi ditengah mereka berubah, memperlihatkan lima orang yang berdiiri membelakangi Cao Cao. Tak lama berselang, foto itu terpusat pada seorang pemuda berkacamata dengan usia enam tujuh belas tahunan.
"Kita mulai dari dia..."
.
.
.
.
-o0o-
.
.
.
.
"Hei? kira-kira apa tanggapan pihak Shinto ketika mengetahui berita tadi yah?"
Pada sebuah menara yang terletak di samping gerbang selatan komplek istana Yokai, sosok berkepala harimau terdengar bertanya kepada teman yang berdiri disampingnya. Setelah berita mengenai kemunculan sosok pemegang tombak suci tersebar dikalangan dikalangan para prajurit elite, ratu mereka, Yasaka-sama langsung memerintahkan untuk memperketat penjagaan pada gerbang masuk komples istana Kyoto, terlebih lagi untuk malam hari.
"Mengapa kau bertanya seperti itu?" ucap sosok yokai dengan sepasang sayap elang yang menghiasi punggungnya. Mata dengan iris vertikal itu selalu memandang awas pada lebatnya pepohonan yang menghiasi pinggiran jalan setapak menuju koplek istana. "Apa kau meragukan dewimu?"
"Bukan begitu, baka," ujar yokai harimau tadi menyela ucapan temannya. Yokai harimau itu menolehkan kepalanya sehingga iris emas miliknya beradu pandang dengan iris kuning tajam milik temannya. "Tapi, sampai saat ini mereka sama sekali belum memberikan tanggapan. Bukankah hal yang kita beritahukan merupakan sesuatu yang sangat penting?" lanjutnya dengan nada lemah yang menyiratkan kekhawatiran.
"Hah~ tak perlu khawatir seperti itu." Yokai elang itu berujar pelan setelah membuang nafasnya lelah. Dia lalu mengambil sebuah botol alumunium yang terletak disamping kirinya, kemudian menuangkan isinya pada sebuah gelas yang terletak didekat botol tadi. "Ingat apa yang dilakukan dewi Amaterasu pada tragedi sepuluh tahun lalu?"
Yokai harimau itu mengangguk ketika mendengar pertanyaan dari temannya. Masih teringat jelas dalam kepalanya tentang bagaimana tindakan pemimpin mitologi Shinto itu terhadap tragedi yang menimpa kaum yokai sepuluh tahun lalu.
"Dewi Amaterasu bahkan sampai turun dari istana kebesarannya hanya demi menghentikan konflik yang kaum kita alami, dan kau masih meragukannya? Kurasa kau kurang tidur."
Yokai elang lalu menyodorkan gelas dengan isi yang terliihat mengepul kepada teman berjaganya malam ini. "Ini kopi, minumlah agar pikiranmu terjaga," ujarnya dengan senyuman tipis yang dibalas ucapan terimakasih dari temannya. Setelah itu, dia lalu kembali melanjutkan pengawasannya sebelum beberapa siluet terlihat remang-remang berjalan medekati pintu gerbang.
Yokai elang menyipitkan matanya untuk memastikan apa yang dia lihat, dan setelah siluet itu terkena pancaran sinar rembulan, dia membelalakkan matanya.
Itu nyata! Tiga orang berjubah dengan postur manusia normal sedang berjalan menuju kearah mereka. Dengan sedikit panik, dia lalu mengguncangkan uubuh temannya yang nampak masih menikmati kopi yang belum lama dia berikan.
"Apa yang kau-,"
"Diam dan lihat itu," ujar yokai elang dengan datar yang membuat temannya mengernyit heran. Setelah paham akan situasi mereka, Yokai harimau lalu berdiri, kemudian menolehkan kepalanya dengan mata yang menyipit pada arah yang ditunjukkan oleh temannya.
"Dengar, aku akan turun untuk memastikan siapa mereka, sementara kau kembali dan laporkan ini pada panglima." Yokai Harimau itu berkata pelan yang dibalas dengan pandangan mata yang menyiratkan 'apakah kau serius?' oleh temannya
"Tentu, meskipun samar, aku dapat merasakan dua dari mereka adalah manusia dan salah satunya merupakan pengguna sacred gear."
'Justru itu yang membuatku khawatir bodoh. Kau kira siapa yang kita temui tadi siang hah?'
Mengabaikan pemikirannya, yokai elang itu hanya mampu mempercayakan masalah ini pada teman harimaunya. Yah, lagipula ini adalah rencana yang lebih efektif, mengingat perbedaan statistik kekuatan yang ada pada diri mereka berdua. Meski dia lebih unggul dari sisi kecepatan, namun temannya lebih unggul dalam hal pertarungan langsung. Jadi akan lebih menguntungkan jika dia yang pergi melapor sementara temannya berusaha untuk menahan mereka.
Yokai elang lalu berbalik dengan sayap yang telah terbentang. Sebelum terbang, dia menyempatkan diri untuk menolehkan terlebih dahulu kepalanya.
"Aku akan segera kembali, jadi jangan mati."
Yokai harimau hanya memberi jawaban dengan anggukan kepala disertai sebuah senyuman tipis yang terlihat begitu meyakinkan. Setelah melihat kepergian temannya, pandangan yokai harimau itu menajam disertai aura kekuningan yang telah menyelimuti kakinya. Dan dalam sekali lompatan, dia langsung turun tepat didepan gerbang, menghadang langkah dari tiga sosok asing yang terlihat mencurigakan.
"Berhenti disitu, tuan-tuan," ujar yokai harimau dengan tangan yang terangkat kedepan dengan telapak tangan yang terbuka.
Ketiga sosok itu terlihat menghentikan langkah ketika sosok yokai berkepala harimau secara tiba-tiba turun dari menara penjaga. Tak ingin membantah, mereka diam berdiri dengan kepala yang masih tertunduk.
Yokai harimau itu mengulas senyuman tipis ketika para orang asing itu sama sekali tidak memberikan perlawanan terhadap perintahnya. Dia lalu melangkah kakinya untuk bergerak mendekati mereka dengan mata kuning menyala ditengah gelapnya dini hari.
"Tolong buka jubahnya dan katakan apa tujuan kalian datang kemari?" Yokai Harimau itu bertanya dengan nada datar disertai sedikit rembesan aura senjutsu kekuningan yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
Dia tak ingin berkompromi terhadap ketiga sosok yang berdiri tak jauh didepannya. Dua dari mereka dapat dia yakini memiliki aura manusia, yang artinya, dapat dipastikan mereka berasal dari klan pahlawan. Namun, berjalan diwaktu dini hari adalah sesuatu yang tak wajar dilakukan oleh para anggota klan pahlawan yang tinggal bersama para yokai di komplek istana Kyoto.
Yokai harimau mengernyitkan dahinya ketika tak melihat reaksi apapun yang ditampilkan oleh ketiga sosok didepannya. Dengan rasa curiga yang semakin bertambah, dia melangkahkan kakinya kedepan disertai aura senjutsu yang semakin terasa kental. Bahkan, retakan kecil terlihat pada tanah yang menjadi bekas pijakannya
"Tolong lakukan apa yang saya perintahkan, tuan-tuan. Kita tak menginginkan adanya kekerasan bukan?" tanyanya dengan nada yang berubah menjadi dingin menusuk. Iris kuning menyala miliknya menatap tajam wajah gelap para sosok misterius yang tertutup oleh bayangan tudung jubah mereka secara bergantian.
'Tak bereaksi setelah menerima 50 persen tekanan Touki milikku? mereka bukan anggota klan pahlawan biasa.'
Tak ingin mengambil resiko, yokai harimau itu melompat mundur, kemudian memasang kuda-kuda bertarung. Pendar kekuningan seketika meledak menyelimuti tubuhnya dibarengi dengan melayangnya bebatuan kecil yang berada disekitarnya.
Ini buruk! Benar-benar buruk! Jangan-jangan mereka adalah kelompok orang bernama Cao Cao yang dikatakan memiliki tombak pembunuh dewa, True Longinus yang dia intai pagi tadi. Dan jika asumsinya benar, maka yang menjadi prioritasnya adalah menahan mereka, setidaknya sampai bala bantuan yang dibawa oleh temannya sampai.
'Mereka tetap tak bereaksi setelah merasakan seluruh Touki yang bisa kukendalikan? Kuharap elang itu segera kembali.'
Yokai harimau lalu menepukkan kedua telapak tangannya didepan dada. Aura kekuningan yang menyelimutinya seketika terserap menuju kedua telapak tangan yang masih saling bersentuhan didepan dadanya. Dan dengan sekali hentakan kuat, dia menepukkan kedua telapak tangannya pada permukaan tanah dibawahnya.
Pendar kuning yang semula terpusat pada kedua telapak tangan yokai harimau seketika menyebar mengelilingi tiga sosok asing didepannya. Tak lama kemudian, sebuah kekkai berbentuk setengah bola dengan ukuran sedang tercipta mengurung mereka.
"Hah...Hah...maaf tuan-tuan hah..setidaknya tunggulah disitu sampai teman saya tiba-hah...sial..."
Yokai harimau itu berkata dengan kalimat yang tersengal-sengal. Membuat kekkai dengan tingkat kepadatan energi alam yang tinggi ternyata sangat menguras stamina serta touki miliknya. Tak kuasa menahan lelah yang diterima oleh tubuhnya, yokai harimau lalu duduk bersandar pada batang pohon tumbang yang berada didekatnya.
Krak !
Sebuah suara layaknya retakan kaca yang akan pecah membuyarkan pikirannya. Dan ketika menolehkan kepala pada sumber suara itu, seketika matanya membola tak percaya.
Mustahil! Kekkai yang dia buat dengan sepenuh tenaga bisa diretakkan hanya dengan menggunakan sentuhan tangan?! Oke, dia mungkin lebih lemah dari panglima Tengu, namun untuk meretakkan kekkai buatannya, mereka setidaknya membutuhkan serangan sihir kelas mengengah.
Namun, ternyata kenyataan telah mengkhianati pemikirannya. Pada pandangan matanya yang bersinar terang, salah seorang dari sosok asing itu mampu membuat keretakan pada kekkai buatannya hanya dengan menggunakan sentuhan lima ujung jari tangan kanannya. Dan tak lama berselang, keretakan kekkai buatannya mulai menjalar hingga pada akhirnya pecah terurai menjadi serbuk cahaya kekuningan.
"Huh?"
Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, sebuah kekkai berwarna ungu tercipta menggantikan kekkai buatannya. Sebuah siluet sosok bersayap terlihat turun dari ketinggian. Bersamaan dengan itu, puluhan yokai yang termasuk dalam jajaran prajurit kelas elite seketika bermunculan mengerubungi tiga sosok mieterius itu.
"Kau tak apa?"
Sosok yokai berkepala elang yang menjadi penjaga gerbang tadi langsung menghampiri teman harimaunya. Dia lalu mengangkat telapak tangan kanannya yang terbuka, dan seketika sebuah botol bening berisi cairan berwarna kekuningan muncul dari lingkaran sihir penyimpanannya.
Yokai elang lalu menyodorkan botol kecil yang baru saja dia ambl dari sihir penyimpanan kepada temannya. Dan dengan tangan yang terulur pelan, yokai harimau menerima sodoran botol yang diberikan oleh yokai elang, kemudian meminum isinya dalam sekali tenggak.
"Hah~ seperti yang kau lihat-hah... aku hanya kelelahan," ujar yokai harimau seraya berusaha menegakkan badannya. Stamina dan touki miliknya dapat dia rasakan berangsur membaik setelah cairan tadi habis ditenggaknya. Itu adalah ramuan khusus bernama elixir yang dibuat oleh pihak Shinto guna menandingi air mata phoenix yang hanya dimiliki oleh ras iblis.
Kedua penjaga itu kemudian menggulirkan matanya, menatap sebuah kekkai ungu kehitaman yang terbentuk mengurung tiga sosok asing yang baru saja mereka tamui. Disekeiling kekkai itu, puluhan yokai yang termasuk dalam kalangan prajurit kelas elite terlihat dalam posisi bersiaga dengan senjata yang teracung. Para yokai itu berdiri tepat dibelakang sosok yokai berkepala gagak yang nampak mengangkat kedua tangannya kedepan guna menjaga kestabilan kekkai.
"Katakan tujuan kalian memasuki wilayah kami!"
Yokai gagak yang berdiri paling depan berteriak kepada tiga sosok asing yang sedang berada dalam kekkai buatannya. Setelah mendapat laporan bahwa muncul sosok asing yang terlihat mencurigakan didepan gerbang utara komplek istana, dia langsung memerintahkan kepada seluruh pasukan yang telah dalam kedaan siaga untuk bergegas. Dan dia bersyukur bahwa bawahannya masih sempat untuk menahan mereka sebelum bisa memasuki gerbang.
"Tak ingin bicara eh?" yokai gagak itu bergumam pelan dengan iris merah yang tak bisa lepas untuk menatap tiga sosok itu dengan pandangan tajam. Tak lama berselang, dia lalu mengepalkan kedua telapak tangannya yang terbuka secara perlahan. Bersamaan dengan itu, kekkai ungu yang masih dalam kendalinya juga ikut mengecil.
"Tak apa, aku bisa menghancurkan kalia-huh?"
Kalimat yang dia ucapkan seketika terhenti ketika melihat keretakan mucul pada kekkai buatannya. Dan tak lama berselang, kekkai itu pecah layaknya sebuah kaca tipis yang dilempari batu ketika salah satu dari ketiga sosok asing itu menghantamkan tinjunya.
Dia-, tidak bukan hanya dia, namun semuanya terkejut. Kekkai buatan panglima ras Yokai, Tengu yang bahkan dikatakan mampu menahan sihir kelas tinggi sekalipun berhasil dihancurkan tanpa sebuah serangan sihir yang berarti?! Tiga sosok itu benar-benar berbahaya.
Mengabaikan rasa terkejutnya, Tengu mencabut pedang yang berada dipingangnya, kemudian berteriak dengan pedang yang terangkat diatass kepalanya.
"Semua siap untuk bertempur!"
"""Ouh?!"""
Secara serentak semua pasukan yokai maju menyerang tiga sosok asing yang telah berani memasuki wilayah mereka tanpa izin. Namun, ketika jarak tersisa beberapa meter lagi, salah satu dari tiga sosok asing itu terlihat membuka tudung kepalanya, membuat semua langkah yang tertuju kearahnya berhenti membeku.
Kini nampaklah sosok perempuan jelita berusia dua puluhan dengan rambut sewarna sakura terurai lembut yang agak bergelombang. Sebuah senyuman tipis terukir pada bibirnya ketika melihat reaki yang ditampilkan oleh para perajurit yokai yang hendak menyerangnya.
"K-kau?!"
Tengu hanya bisa menjatuhkan pedang yang berada digenggamannya. Tangannya bergetar ketika mengetahui kepada siapa dia mengacungkan pedangnya. Dan dengan iris mata yang mengecil, Tengu lalu menundukkan badannya seraya berkata dengan intonasi yang agak dikeraskan.
"T-tuan putri pertama, Tamamo-hime?!"
.
.
.
.
Arc 1 : Tou-san
.
.
.
.
Pada sebuah ruangan yang berinterior klasik khas Jepang, sosok wanita dewasa berambut pirang panjang nampak mengulas sebuah senyuman lembut diwajahnya. Wajah cantiknya terlihat begitu bahagia ketika menerima kabar bahwa putri pertamanya telah kembali. Dan dengan senandung kecil yang mengalun lembut dari bibirnya, wanita itu selalu menatap satu-satunya pintu pada ruangan itu dengan rasa rindu yang amat sangat.
Srett
Ketika pintu sukses terbuka, sosok perempuan berambut sakura lembut yang dibiarkan terurai hingga punggung sukses membuat senyumannya semakin melebar. Dan dengan nada halus, wanita itu lalu menggerakkan bibirnya.
"Lama tak bertemu, Tamamo."
"Ya, lama tak bertemu, haha-ue."
Suara Tamamo terdengar menjawab ucapan yang baru saja ia dengar dari ibunya. Dan diiringi Naruto serta Karna yang berjalan dibelakangnya, Tamamo lalu melangkah mendekati ibunya yang langsung disambut dengan sebuah pelukan hangat.
"Ibu merindukanmu, Tamamo," wanita berambut pirang itu berucap pelan seraya mengeratkan pelukannya pada gadis yang merupakan putri pertamanya."Sangat merindukanmu..."
Dengan sebuah senyuman lembut yang terulas, Tamamo membalas pelukan dari ibunya. Dua tahun tidak bertemu juga membuat dia merasakan perasaan yang sama, Rindu. "Tama juga merindukan haha-ue."
Sementara itu, Naruto dan Karna hanya melihat pemandangan itu dengan sebuah lengkungan kecil yang menghiasi bibir mereka. Rasa senang muncul dihati kedua pemuda itu ketika melihat Tamamo bertemu kembali dengan satu-satunya orang tua yang dimilikinya, mengingat bahwa ayah Tamamo sudah tiada sejak sepuluh tahun lalu.
"Bagaimana kabarmu sayang?"
Yasaka-, setidaknya itulah nama dari ibu Tamamo melepaskan pelukannya, kemudian menatap putrinya dengan pandangan lembut. Jika dilihat lebih dalam, putrinya telah tumbuh menjadi seorang gadis yang amat cantik, namun memancarkan aura dewasa disaat yang bersamaan. Perpaduan itu membuat kharisma yang menguar dari dalam diri Tamamo meningkat beberapa tingkatan hingga mampu memikat lelaki manapun yang melihatnya.
"Baik, sepertinya haha-ue juga begitu," ujar Tamamo yang ikut melepaskan pelukannya. Iris emas gadis itu menatap wajah dari ibunya yang nampak tak berubah sama sekali meski sudah dua tahun tidak mereka bertemu. Hmm mungkin inikah kekuatan dari pemurnian energi alam yang dikatakan mampu menghentikan penuaan? Maa itu bisa dia tanyakan nanti.
Pasangan ibu dan anak itu lalu duduk berhadapan dengan pemisah berupa sebuah meja kecil. Setelah puas menatap putri pertamanya, Yasaka lalu mengalihkan pandangannya kepada dua pemuda yang berdiri diambang pintu.
"Naruto-kun dan Karna-kun kan? Lama tidak bertemu," ujar Yasaka lembut, Ratu yokai itu lalu mengambil sebuah teko kecil yang berada didepannya, kemudian menuangkan isinya pada empat gelas berbentuk elegan yang terletak pada sebuah nampan yang sama dengan teko tadi. "Kemarilah, aku yakin ada yang harus kita bicarakan."
Yasaka tidak perlu bingung mengapa tiga sosok yang tergolong masih belia itu datang ke istananya. Malah, ini hampir sama seperti yang dia perkirakan ketika dirinya mengutus Tengu untuk mengabarkan bahwa kelompok manusia mencurigakan terlihat memantau gerbang masuk komplek istana Kyoto.
'Prajurit bayaran yang paling terkenal saat ini, lalu Karna-kun yang memiliki kemampuan bertarung terbaik diantara seluruh anggota Elite 12, serta Tamamo yang dikatakan paling jenius dalam bidang sihir di angkatannya. Ternyara dewi benar-benar serius ingin melenyapkan para pemberontak itu."
Naruto dan Karna saling menukar pandangan masing-masing sebelum kemudian menganggukkan kepala mereka. Kedua pemuda berambut cerah itu melangkahkan kakinya menuju meja kecil yang sebelumnya telah disiapkan Yasaka, lalu mengambil posisi duduk tepat disamping Tamamo.
Setelah selesai menuangkan isi dari teko itu, Yasaka lalu membagikannya kepada tiga remaja didepannya. "Minumlah, ini akan menghangatkan kalian," ujarnya yang dibalas dengan ucapan terimakasih dari mereka bertiga.
Di sisi Naruto, pemuda itu mengambil gelas berwarna putih yang terletak pada sisi nampan paling kanan. Dia lalu mengangkat tangannya yang telah saling bertautan dengan pegangan gelas pemberian Yasaka, membiarkan kepulan uap tipis keputihan menghangatkan permukaan kulit wajahnya sekaligus mencoba menghirup dalam aroma yang menguar dari isi cawan itu. Setelah puas, Naruto lalu mendekatkan bibir gelas pada bibirnya yang sedikit terbuka, sebelum kemudian membiarkan cairan berwarna hijau kehitaman itu memanjakan lidahnya.
Sensai hangat dan nyaman langsung Naruto rasakan ketika cairan itu melewati kerongkongannya. Hmm, rasa teh hijau dari perkebunan khusus milik Yasaka-sama memang berbeda dari rasa teh yang sebelumnya pernah ia rasakan.
Setelah puas menikmati tehnya, Naruto lalu meletakkan kembali gelas yang isinya telah berkurang separuh pada nampan yang terletak didepan Tamamo. Setelah itu, dia menatap Yasakan dengan iris ruby yang berkilat serius. Bagitu juga dengan Tamamo serta Karna. Meski status mereka hanya sebagai pembantu Naruto dalam menjalankan misi, namun setidaknya mereka ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar lebih banyak, mengingat pengalaman mereka dalam dunia luar masih minim.
"Sebelumnya, maafkan cara kedatangan kami yang mungkin menurut anda mungkin cukup aneh, Yasaka-sama." Naruto memulai pembicaraan mereka dengan nada serius dan dingin. Aura kewibawaan seketika menguar dari dalam diri pemuda berambut pirang itu, yang bahkan mampu membuat ratu sekelas Yasaka sempat meneguk ludahnya kasar.
'Pemuda ini...meskipun aku sudah sering berbicara dengannya sebagai sosok Slash Dog, namun aura serta kharisma yang dipancarkannya benar-benar berada pada taraf yang berbeda.'
"Tak apa, aku yakin kau memiliki alasan untuk itu, Naruto-kun," jawab Yasaka setenang mungkin. Meskipun sedikit bingung, namun Yasaka memilih untuk bungkam dan menanyakan alasan itu nanti, mengingat masalah yang dihadapi mereka jauh lebih serius.
Sebuah anggukan kecil Naruto lakukan ketika mendengar jawaban dari Yasaka. Setelah itu, dia lalu mengangkat telapak tangan kanannya yang terbuka tepat didepan Yasaka. Dan seketika, sebuah lingkaran sihir kecil muncul diatas telapak tangan itu, sebelum kemudian lingkaran itu terecah membentuk sebuah layar proyeksi berukuran sedang yang terbagi menjadi tiga bagian.
Pertama memang kabur, namun lama kelamaan mereka dapat melihat dengan jelas apa yang tergambar pada layar proyeksi yang ditampiilkan Naruto.
Sebuah sentakan kecil terlihat pada diri sang ratu yokai. Secara instan, suasana berubah menjadi semakin berat seiring dengan terlihatnya pendar tipis keemasan yang menyelimuti tubuh Yasaka.
"Apa maksudnya ini, Naruto-kun?" ucap Yasaka dengan nada serius. Di ketiga bagian layar yang ditampilkan Naruto, puluhan kemah-kemah didirikan diantara pepohonan yang dia ketahui pada bagian terluar dari hutan yang mengelilingi kompleks istananya. Meskipun masih dini hari, namun Yasaka dapat melihat siapa yang mendirikan kemah-kemah itu.
Manusia, atau lebih tepatnya para anggota Klan Pahlawan
"Seperti yang anda lihat, Yasaka-sama" Naruto berujar dengan nada yang semakin dingin. Sebenarnya dia tidak ingin mempercayai semua ini, namun pengintaian yang dia lakukan bersama kedua temanya sebelum menuju istana telah membuktikan segalanya. Terlebih lagi, gambar pada layar proyeksi yang ditampilkan Naruto berasal dari visualisasi penglihatan Jin yang saat ini masih memantau mereka.
"4000 pemberontak Klan Pahlawan siap meratakan istana Kyoto."
.
.
.
.
And Cut-
Yo! Apa kabar?
Setelah mengetik selama sekian hari, akhirnya update juga nih cerita.
Oke, langsung ke pembahasan.
Oke, oke, aku akui aku bohong tentang death chara yang kukatakan terjadi pada chap ini. Maa~ ternyata setelah kupertimbangkan lagi, akan lebih nyaman jika memasukkan arc Kyoto pada awal-awal, mengingat aku juga ingin segera memunculkan sosok dari adik Naruto. Jadi, adegan saling gebuk akan dimulai di chap depan ya.
Sosok adik Naruto kuambil dari anime Gakuen Toshi Asterisk, Claudia Enfield. Mengapa bukan Kurumi? Setelah kupikir, kekuatan dari Zafkiel terlalu OP. Bayangkan jika Kurumi- sebagai adik Naruto memilih menggunakan Yud Bet pada Naruto untuk kembali ke masa lalu dan menyelamatkan ibunya, lalu mereka hidup dengan bahagia. bukankah itu akan merusak alur?
Mengenai ayah Naruto, kurasa misteri mulai terkuak dari scene diatas tadi. Jadi silahkan tebak sesuka hati kalian.
Hanya ada satu Jeanne disini, yaitu Jeanne Pendragon, salah satu anggota Elite 12 dengan penampilan dari Fate series. Lalu, untuk menggantikan kekosongan anggota Cao Cao, aku menggunakan sosok adik sekaligus kembaran Naruto, Uzumaki Claudia.
Lalu, hmm...aku membaca salah satu komentar kalian yang mengatakan 'Naruto akan tewas saat melawan musuh sekelas Maou.'
Oke, biar aku luruskan. Pada chap prolog, aku mengatakan Naruto akan tewas saat menghadapi Yondai Maou, bukan Maou, yang artinya Naruto yang sekarang tidak mampu untuk melawan 4 maou secara bersamaan. Aku tidak mengatakan bagaimana hasilnya jika Naruto melawan satu atau dua dari mereka bukan? Dan mengenai potensi Naruto, aku akan mencoba membaca lebih banyak referensi untuk itu. Dan juga, Terimakasih untuk supportnya, reader-san!
Yap, kurasa cukup untuk kali ini.
Mur4s4me out-
Note : Untuk fict The Chronicle of Namikaze Naruto Lucifer, setelah kupikirkan ternyata memang lebih baik kalau memang diadakan remake. Mengapa? Alasannya cukup banyak, tapi yang paling mendasari yaitu teralu OP nya si MC. Mungkin kalian bingung atau bahkan gak terima, tapi percayalah kalau aku sulit menjalankan alur kalau MC dan para protagonist terlalu overpower. Memang akan lama, namun hasil remake akan mengalami banyak perubahan terutama pada bagian kemampuan Naruto dan pair yang akan ku pilih.