A/N : Sebelum saya melanjutkan cerita saya akan menjelaskan tentang beberapa hal.
Pertama, soal penampilan Rukia (Oc), Penampilan Rukia disini mirip dengan karakter Konjiki no Yami anime To LoveRu hanya saja rambutnya bewarna ungu dengan model twintail
Kedua, untuk chapter awal saya khususkan pada tokoh utama dulu, Mungkin chapter 3 atau 4 keatas baru tokoh lainnya.
Ketiga soal teknik Naruto, Naruto mempunyai banyak teknik, hanya saja baru dua teknik yang saya keluarkan --Nanti di chapter ini Naruto akan mengeluarkan teknik lainnya.
Soal kelemahan teknik Naruto itu ada, dan akan diketahui seiring jalannya cerita.
Dan yang terakhir, saya salah menuliskan rank milik Kaguya di Chapter sebelumnya, seharusnya rank Kaguya itu Elite IV, karena disini perbedaan setiap rank cukup jauh kurasa rank segitu udah cukup.
Okay sampai disini saja...
Selamat membaca...
.
.
.
.
.
.
.
Naruto
.
.
.
.
.
Masashi Kishimoto
.
.
.
.
.
Rate : M
.
.
.
.
Chara Universe
.
.
.
.
.
Another Place...
Tiga sosok berjubah berdiri mengelilingi sebuah patung kuno.
Dengan hodie yang menutupi kepala mereka dan ruangan yang hanya disinari dua obor menyamarkan wajah mereka.
Salah satu sosok mendekati patung tersebut meletakkan tangannya disisi patung.
"Sudah waktunya bagi anda untuk bangkit dari tidur anda, Yang Mulia!"
Ucap sosok tersebut
Tangannya itu pun bersinar, sinar itu pun kemudian menyelimuti patung tersebut.
Sring...
Sosok itu pun menarik tangannya kembali. Segera setelah sinar itu menghilang, keretakan terjadi di segala sisi patung yang makin lama membesar hingga akhirnya patung itu pun hancur, menampilkan sesosok dengan aura kegelapan pekat menyelimuti dirinya.
Ketiga sosok tersebut menunduk hormat, layaknya sang kesatria kepada sang raja.
"Selamat datang kembali, Raja Kegelapan!''
Sosok yang dipanggil 'Raja Kegelapan' itu pun membuka matanya.
Wush...
Memperlihatkan kedua matanya yang putih bersinar namun dengan aura kegelapan saat orang lain melihatnya.
.
.
.
.
.
.
Chapter 2
.
.
.
Sosok itu menolehkan pandangannya ke arah tiga sosok lainnya yang tengah menunduk hormat kepadanya.
"Bangkitlah wahai para kesatria ku!" Ucapnya dengan nada berat. Ketiga sosok itu pun bangkit berdiri.
"Sudah berapa lama aku tertidur?" Tanya nya menatap ketiga sosok itu.
"Lebih dari 1000 tahun, Yang Mulia," Jawab salah satu sosok.
Sosok itu memejamkan matanya, kemudian membuka kembali dan menatap ketiga sosok tersebut.
"Persiapkan diri kalian!"
Ketiga sosok itu pun langsung menghilang, seolah ditelan kegelapan, setelah mendengarkan perintah dari sang Raja
Setelah ketiga sosok itu menghilang, ia pun berbalik lalu mengangkat tangan kanannya.
Sring...
Sebuah energi kegelapan muncul di tangan kanannya, energi itu pun kemudian memenuhi seluruh ruangan.
Sesaat kemudian energi itu pun menghilang. Sebuah singgasana besar bewarna hitam terlihat dihadapannya. Sosok itu pun melangkah mendekati singgasana itu lalu mendudukinya.
.
.
.
.
.
At Naruto Place...
Duduk bersantai di taman belakang sekolah adalah rutinitas harian Naruto, selain tidur dan bermalas-malasan di kelas saat jam istirahat.
"Kau disini eh, Naruto?" Seorang pemuda berambut pirang datang menghampiri, sembari membawa dua buah softdrink di tangannya.
"Kau mau?"
"Yah, kau tau kebiasaanku bukan, Raiser?" Ucap Naruto, menerima softdrink yang diberikan Raiser.
"Hm, lalu kenapa kau tidak sesekali mengambil misi, Naruto? Kau tahu kau bisa saja naik rank dengan mudah kalau kau mau mengambil misi,"
Memang benar yang dikatakan Raiser, kalau Naruto mau bisa saja ia naik rank dengan mudah. Namun sampai saat ini, ia belum pernah sekalipun mengambil misi, ia lebih suka berpetualang daripada melakukan misi.
Ada cara lain untuk menaikkan rank tanpa harus menunggu turnamen diselenggarakan. Yaitu dengan cara mengumpulkan poin dalam misi, jumlah poin tergantung dengan tingkat kesulitannya.
...
Naruto pun memikirkan atas ucapan Raiser, benar juga ia belum pernah mengambil misi selama ini. Mungkin berpetualang sebentar tidak apa-apa bukan.
"Kurasa kau benar, Raiser," ucap Naruto setelah memikirkannya
"Jadi kau mau? Ayo, sekalian kuantar kau ke guild sekarang," Raiser lalu berdiri, berjalan menuju guild diikuti oleh Naruto dibelakangnya.
...
Sesampainya di guild, seorang wanita paruh baya menghampiri keduanya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Sepertinya ia merupakan penjaga guild ini.
"Ah, temanku ingin mengambil misi," Jawab Raiser sembari menepuk pundak Naruto.
Wanita itu pun mengangguk, lalu melangkah mundur sebentar sebelum akhirnya kembali dengan membawa selembar kertas berisikan misi yang tersedia.
"Ini daftar misi yang tersedia, tuan," Ucap wanita itu lalu memberikan kertas tersebut.
Naruto menerima kertas tersebut. Melihat isi daftar misi sebelum akhirnya berhenti pada sebuah misi.
Alis kanan Naruto terangkat, tertarik pada misi tersebut.
"Aku ingin mengambil ini," Ucap Naruto sembari menunjuk daftar misi tersebut.
Si wanita melirikan pandangannya pada tunjukkan Naruto, alis wanita itu mengernyit saat melihat hadiah dari misi tersebut.
"Apa anda yakin, tuan?" Tanya Wanita itu memastikan.
"Ya, aku yakin," Jawab Naruto menganggukkan kepalanya.
"Tapi, hadi--"
"Aku tak mempedulikan hadiahnya!" Potong Naruto cepat. Ia tahu kalau hadiah yang diberikan atas misi itu sedikit, tidak sesuai dengan tingkatan misi, namun poin yang diberikannya itulah yang membuatnya tertarik.
Poin yang diberikan atas misi itu bisa dikatakan cukup banyak. Poin itu bahkan bisa membuatnya naik menjadi rank zilver dengan mudah.
Dan Naruto yakin kalau misi tersebut pasti tidaklah mudah.
"Baiklah tuan," Wanita itu pun kembali mundur lalu muncul dengan membawa selembar kertas berbentuk gulungan.
"Ini adalah deskripsi atas misi tersebur tuan," Ucap si wanita menjelaskan.
"Hm, baiklah, terimakasih!" Setelah selesai dengan urusannya Naruto pun menghampiri Raiser.
"Kau sudah selesai?"
Naruto pun mengangguk menjawabnya.
"Kalau begitu ayo," Mereka berdua pun berjalan pergi.
.
.
.
.
.
.
Sepulang dari akademi Naruto pun bersiap untuk menjalankan misi pertamanya, besok pagi.
Ah, ia hampir lupa untuk membaca deskripsi dari misinya itu.
Naruto pun mengambil gulungan itu, membuka lalu membacanya.
Sebuah desa yang terletak di selatan kerajaan mengalami kejadian misterius.
.
Energi aneh berwarna kehitaman terbentuk dan membungkus desa tersebut.
Kabarnya semua penduduk desa menghilang dan kehilangan kontak dengan dunia luar.
.
Misi kalian adalah menyelidiki apa yang terjadi di desa itu, jika ada yang masih hidup selamatkanlah.
.
Nama misi : -
Tingkat kesulitan : Tinggi
Hadiah : 20 Gold
6000 Poin
.
Setelah membaca deskripsi itu pun Naruto bergumam, "Desa yang menghilang?..., Menarik!"
.
.
.
Next Day...
Pagi harinya Naruto pun pergi ke tempat pengurusan misi. Sesampainya disana ia pun menemui seorang pria berjenggot yang merupakan pengurus di tempat itu.
""Kau yakin ingin ingin mengambil misi ini nak?" Tanya pria itu setelah menerima deskripsi yang dibawa Naruto sebelumnya.
"Tentu saja aku yakin," Jawab Naruto mantap.
"Hah, baiklah... Akan kupanggil orang yang memberi misi ini, tunggu sebentar!" Lalu pria itu pun beranjak pergi.
Sesaat kemudian ia pun kembali dengan seorang pria berambut hitam sebahu.
"Ini adalah klienmu!" Ujarnya sembari menunjuk pria tersebut.
"Perkenalkan namaku Kurro, senang bertemu dengan anda!" Ucap si pria tadi mengulurkan tangannya.
"Namaku Uzumaki Naruto, panggil saja aku Naruto, senang juga bertemu dengan anda!" Balas Naruto. Berjabat tangan.
"Ah, baiklah aku akan mengurus ini, Kalian bisa pergi!" Ujar pria berjenggot itu.
Keduanya pun beranjak pergi, menuju gerbang kerajaan.
...
"Jadi..." Ucap Naruto buka suara setelah mereka melewati gerbang, keluar dari kerajaan.
"Apa yang terjadi pada desamu, Kurro-san?" Ucap Naruto memulai pembicaraan.
"Entahlah, aku juga tidak tahu, Naruto-san..." Balas kurro.
"Ha, Apa maksudmu?" Tanya Naruto tidak mengerti.
"Begini, tiga bulan yang lalu..."
Flashback
Kurro adalah seorang pedagang, bersama temannya ia telah berdagang di mizu no kuni ( Kerajaan Air ) selama sebulan dan berniat untuk pulang hari ini.
Awalnya tidak ada halangan yang berarti ketika perjalanan pulang, namun saat sampai di kampung halaman, Kurro dan temannya terkejut dengan apa yang terjadi di desa.
Aura bewarna hitam pekat mengelilingi desa hingga radius 100 meter dari sisi tembok kayu desa.
Aura itu seakan 'memakan' apa yang ada di dalam desa. Karena dari dalam desa, mereka bisa mendengar teriakkan atau jeritan keputusasaan, ketakutan, hingga penderitaan, semua bercampur aduk di dalam aura kehitaman tersebut.
Keadaan di desa bisa dibilang sangat menakutkan.
Kurro dan temannya hanya bisa shok melihatnya, tubuh mereka pun tidak bisa digerakkan karena saking terkejutnya.
"Aa-apa yang terjadi...!?" Ucap Kurro setelah beberapa saat terdiam dan mulai berhasil mengendalikan lagi tubuh masing-masing.
"Akupun juga tidak tahu," Jawab temannya.
...
Cukup lama mereka memandangi aura kehitaman yang terus menguar itu.
"Aku akan mencoba memeriksanya," Ucap temannya sembari mendekati desa dengan perlahan.
"Tunggu!" Belum sempat untuk mendekati, Kurro telah menahan pundaknya.
"Kita tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana!" Ucap Kurro memperingati.
"Lalu kita harus apa!? Aku tidak mungkin diam saja saat melihatnya," Balas temannya keras kepala, lalu melepaskan pegangan Kurro.
Temanya itu pun mendekati aura tersebut, jari telunjuknya mulai menyentuh aura secara perlahan.
Namun ada satu hal yang temannya itu tak sadari.
Yaitu ia telah salah karena mencoba untuk menyentuh aura misterius itu.
Dan begitu jarinya telunjuknya mulai mengeras dan berubah wujudnya menjadi batu, iapun mulai menyadarinya.
Tetapi sudah terlambat.
Bagaikan virus, perubahan itu dengan cepat merambat ke seluruh anggota tubuhnya, dan ketika ia hendak menoleh ke Kurro, kepalanya telah berubah menjadi batu.
...
Kurro hanya bisa terdiam mematung saat melihat kondisi temannya yang mengeras bagaikan patung dan begitu ia hendak menolong temannya.
Krak... Pyar...
Tubuh temannya itupun hancur, menjadi butiran pasir yang kemudian terhisap kedalam desanya tersebut.
"Ti-tidak...,"
Flashback end
"...--Jadi begitu Naruto-san," Ucap Kurro menyelesaikan ceritanya
Naruto pun hanya manggut-manggut tanda mengerti.
Aura kehitaman yang mampu merubah manusia menjadi patung? Menakjubkan, pikir Naruto mendengarnya.
"Emm..., Kurro-san, apa ada sesuatu di desamu yang spesial atau mungkin berbeda?" Ucap Naruto mencoba bertanya.
Kurro mengelus dagunya perlahan, mencoba mengingat apakah ada sesuatu yang seperti itu di desanya.
Cukup lama hingga akhirnya ia mengingatnya, "Kurasa ada Naruto-san,"
"Benarkah? Apa itu?"
"Sebuah pedang...," Naruto mengalihkan pandangannya, menatap Kurro dengan tatapan bingung.
"... --Pedang itu adalah pedang pusaka yang dimiliki desa kami, sudah lama ada bahkan sebelum desa itu berdiri...,"
"... --Meskipun itu pedang pusaka, kami bahkan tidak bisa memakainya...," Ucap Kurro sedikit tertawa saat mengingatnya.
"Bagaimana bisa, apa itu pedang khusus?" Tanya Naruto kembali.
"... --Mungkin, karena setiap orang yang mencoba menyentuh pedang itu...,"
"... --Maka kutukan sedang menunggunya!"
"Kutukan...?"
"Yah, kutukan yang membuat wujudnya berubah menjadi batu lalu hancur, seperti yang terjadi pada temanku,"
Penjelasan dari Kurro itu membuat Naruto sedikit terkejut, ia tidak menyangka ada pedang seperti itu di dunia ini.
...
Setelah beberapa saat keheningan terjadi, Naruto pun buka suara.
"Kurasa pedang itulah yang melakukannya,"
"Bagaimana kau tahu?"
"Hanya sekadar dugaan, lagipula bukankah kau bilang bahwa pedang itu akan memberikan kutukan yang mencoba menyentuhnya?"
"Dan menurut dugaanku, ada orang lain yang bukan hanya telah menyentuhnya, tapi juga melepaskan segel yang sepertinya ada di pedang itu!"
Kurro pun jadi teringat sosok Kepala Desa saat mendengarkan penjelasan Naruto tadi. Sosok yang selalu mencoba untuk memakai pedang itu tapi tidak bisa dan tidak mau menyentuhnya dan menyuruh orang lain untuk melakukannya.
Apa mungkin dia yang melakukannya? Pikir Kurro bertanya-tanya, tetapi dengan cepat diusirnya pikiran tadi, ia tahu kalau kepala desa bukanlah sosok yang seperti itu.
"Kurasa kita harus cepat, Kurro-san, sebelum pedang itu mengambil nyawa orang lain lagi,"
Kurro mengangguk mendengarnya, "Tapi, bagaimana caranya?" Perjalanannya masih jauh, sekitar dua hari lagi baru sampai dan bagaimana cara Naruto membawa mereka lebih cepat kesana.
"Itu tak perlu khawatir. Sekarang coba pegang pundakku!"
Kurro pun melakukan apa yang Naruto katakan.
"Lalu pejamkan matamu dan bayangkan tempat desamu itu!"
Kurro pun lalu membayangkan tempat desanya.
"Sudah?"
Kurro mengangguk untuk menjawabnya.
"Kalau begitu bersiaplah! [Switch]"
Sring...
Dalam sekejap tubuh mereka pun menghilang, meninggalkan seberkas sinar putih.
...
Sring...
Keduanya pun telah tiba di luar lokasi yang dituju berada, mengamati keadaan sekitar, "Kau bisa membuka matamu, Kurro-san!"
Kurro pun membuka kedua matanya dan mendapati bahwa ia telah tiba di dekat desanya.
Wushh...
Seperti yang diceritakan oleh Kurro.
Dari jarak seratus meter dihadapan mereka, lokasi tempat tinggal Kurro berada yang kini tidak dalam keadaan baik.
Sebuah aura dengan warna hitam pekat yang kini 'menyelimuti' seluruh desa.
Aura yang menguar layaknya api, tapi siapapun atau apapun yang mengeluarkan aura aneh itu tidak bisa dianggap remeh
Karena dari aura tersebut, mereka seolah mendengar jeritan penuh keputusasaan, kekecewaan, dendam, dan kesedihan yang mendalam yang berasal aura itu
Naruto menatap intens aura yang hitam dan tanpa disadari oleh kurro, kedua mata safir Naruto pun bersinar terang.
Di penglihatannya ia bisa melihat sebuah pedang yang melayang dan terletak di tengah desa, di tempat yang sepertinya merupakan tempat berkumpul penduduk saat festival.
Tetapi ada satu hal yang Naruto bingungkan.
Kemana semua penduduk desanya?
Di dekat sekitar pedang itu, dirumah, bahkan dijalanan sekalipun ia tidak melihat ada tanda-tanda kehidupan disana. Bukan hanya penduduk desa, ia juga tidak melihat ada satu hewan yang berkeliaran sekalipun.
Setelah melihat itu, sinar dari matanya itu pun meredup. Menolehkan pandangannya kearah Kurro yang kini sedang melamun dan berkeringat dingin saat melihat aura itu.
"Kurro-san," Ucapan dari Naruto itu pun membuyarkan lamunan Kurro.
"... ya?"
"Tolong mundur sebentar! Ada sesuatu yang harus kulakukan,"
Kurro pun melangkah mundur beberapa langkah.
Kuharap ini berhasil
Memfokuskan pandangannya ke aura lalu merentangkan tangan kanannya ke depan, Naruto pun berucap lirih, "[Eraser]"
Seberkas cahaya mulai menyinari tangan Naruto, lalu perlahan menyebar ke aura hitam dan mulai menghilangkan aura itu dengan menutupinya dengan cahaya Naruto tadi.
Sesaat kemudian aura itupun menghilang sepenuhnya. Naruto lalu berjalan memasuki desa diikuti dengan Kurro dibelakangnya.
...
"Jadi ini pedang yang kau maksud?" Setelah beberapa saat menyusuri jalan desa, keduanya pun akhirnya tiba di tempat pedang itu berada.
"Ya itu benar, Naruto-san," Jawab kurro menganggukkan kepalanya.
Kurro tentu saja masih ingat bentuk dari pedang tersebut.
Sebuah pedang besar bewarna hitam dengan aksen kemerahan di sisinya, tak lupa sebuah batu ruby bewarna merah yang menghiasi gagang pedang itu, dan hiasan yang menambah kesan bagi pedang tersebut.
Pedang itu terletak digenggaman tangan sebuah patung besar di tengah desa.
"Mengapa pedang itu ada disana?"
Meletakkan pedang pusaka di tempat terbuka seperti ini? Bukankah itu akan mendatangkan hal yang buruk kedepannya.
Kurro yang sepertinya mengerti apa yang dipikirkan Naruto menjelaskan, "Seperti yang kubilang tadi, tidak ada yang bisa memindahkan bahkan menyentuhnya, pedang dan patung ini bahkan sudah ada sebelum desa ini berdiri!"
oh...
Naruto ingin sekali merutuki kebodohannya.
...
Sesaat setelah itu Naruto mulai mengamati patung tersebut.
Sebuah patung setinggi lima meter dengan ukiran yang membentuk halus di bagian tertentu. Patung ini sepertinya dibuat dengan bahan terbaik, terbukti dengan umurnya yang sepertinya sudah sangat tua namun terlihat kokoh --Ia bisa melihat itu dari debu yang menempel di kaki patung tersebut.
Ngomong-ngomong patung siapa ini? Tidak mungkin membuat sebuah patung kecuali ia adalah seorang bangsawan atau orang yang terkenal di negerinya, dan juga untuk apa orang yang membuat patung meletakkan pedang itu disini?
Sementara pikiran Naruto sedang menganalisis masalah, pikiran Kurro berada di tempat lain.
.
.
.
Konoha Kingdom...
Di aula kerajaan, tempat dimana para orang-orang penting kerajaan berkumpul untuk melakukan rapat besar, dan itulah yang mereka lakukan hari ini.
Duduk di singgasan kebesarannya, Sang Raja Konoha, Namikaze Minato mendadak meminta untuk mengadakan rapat.
Dewan Kerajaan telah berkumpul dan kini tengah duduk rapi di hadapannya.
Begitupula dengan para Komandan
Michael, Sang Jenderal Besar Kerajaan setia menemani disampingnya.
"Aku minta maaf karena telah meminta kalian untuk berkumpul mendadak hari ini, tapi situasi memaksa untuk melakukan hal itu," Sang Raja pun memulai penjelasannya, "Sebuah desa di bagian selatan kerajaan mengalami kejadian misterius selama beberapa bulan ini, bahkan beberapa orang telah dikirim yang kesana tidak kembali hingga saat ini...,"
...
Setelah beberapa saat penjelasan, Sang Raja pun mulai memberikan titah, "Komandan, Silva!"
Seorang gadis berambut perak yang tertutup helm armor seketika menghadap dan menundukkan badannya ala seorang kesatria.
"Ha'i, Yang Mulia,"
"Kutugaskan kepadamu untuk pergi dan selidiki apa yang terjadi disana, bawalah beberapa pasukan untuk ikut serta, dan sebisa mungkin hindari kontak fisik dengan ras atau kerajaan lain!"
"Siap, Yang Mulia!" Komandan itupun berdiri, lalu berbalik melangkah keluar dari aula kerajaan.
"Dan lainnya tingkatkan kewaspadaan kalian dan tetap lakukan tugas kalian seperti biasa!"
"Siap, Yang Mulia!"
"Baiklah, rapat ini ditutup!"
Dan rapat itupun berakhir. . . .
.
.
.
.
.
"Cih, sial, kenapa pedang itu sama sekali tidak mau didekati!?"
Sudah tiga kali lebih keduanya berusaha untuk mendekati pedang itu, namun sepertinya pedang itu tidak menyukai mereka --ini terbukti dengan aura kehitaman yang melempar mereka sedari tadi.
"Kurasa pedang itu tidak mau didekati, Naruto-san,"
"Yah, dan sepertinya kita akan mendapatkan masalah serius," Balas Naruto, melihat pedang tersebut yang mulai mengeluarkan auranya kembali.
Dan terbukti apa yang dikatakan Naruto.
Dari aura tersebut belasan lebih pasukan skeleton pun muncul. Mereka memakai pakaian khas seorang kesatria dengan pedang dan perisai di masing-masing tangannya, kedua rongga matanya yang putih bersinar seakan menatap tajam Naruto dan Kurro.
Di bagian terdepan belasan pasukan skeleton itu, ada sesosok skeleton yang berbeda dari yang lainnya. Ia memakai zirah yang berbeda dan senjatanya adalah sebuah kapak berukuran besar di punggungnya.
Pandangannya menghadap kebawah hingga kemudian iapun mendongak.
"Grrr... Siapa kalian? Mengganggu istirahat orang lain saja!" Sosok tengkorak itu bicara, dengan nadanya yang serak dan berat.
"Kami bukanlah siapa-siapa, kami hanya ingin mencoba untuk menyentuh pedang itu," Naruto lah yang menjawab, sembari menunjuk kearah pedang tersebut.
"Geh, kau ingin menyentuh pedang ini? Jangan bercanda, tak ada yang bisa menyentuh pedang ini kecuali, tuanku!?"
"Kalau begitu bisakah kau melepaskan orang-orang itu? Aku tahu orang-orang desa ini berada didalam pedang tuanmu itu!"
Itulah alasan kenapa sedari tadi Naruto dan kurro ingin menyentuh pedang itu. Naruto tahu kalau orang desa berada didalam pedang itu meskipun mereka berdua tidak tahu cara membuka segelnya, setidaknya mereka telah berjuang.
Namun ternyata perjuangan mereka harus menghadapi halangan.
"Kau ingin orang-orang ini kembali? Bagaimana kalau kita buat taruhan. Jika kalian berhasil menang melawanku maka aku akan melepaskan mereka...,"
"Jika kami kalah...?"
"Jika kalian kalah maka kalian harus menyerahkan jiwa kalian kepadaku, bagaimana kalian menyetujuinya?!"
Melirik Kurro, Naruto lalu berbisik, "Kau bisa bertarung, Kurro-san?"
Kurro tersenyum mendengarnya, kemudian membalasnya, "Tentu, karena dulu aku adalah mantan tentara bayaran!"
Naruto mengangguk puas mendengarnya. Tatapannya pun kembali ke Skeleton tadi, "Baiklah kami setuju!"
"Gahahaha... Bagus, kalau begitu bersiaplah!" Skeleton itupun lalu merentangkan satu tangannya, menunjuk kearah Naruto.
Seakan tahu apa yang yang diinginkannya, para pasukan skeleton yang berjumlah empat belas itu lalu bergerak maju sembari mengangkat perisainya dan mengacungkan senjatanya.
"Kurro-san, gunakanlah ini," Ucap Naruto kemudiam menyerahkan sebuah pedang.
"Arigatou, Naruto-san!" Balas Kurro, menerima pedang tersebut.
"Hm... Kalau begitu ayo!"
"Ha'i"
Keduanya pun bergerak maju. Ketika sudah berada di hadapan pasukan skeleton itu, Naruto pun langsung menebaskan pedangnya.
Krak...
Suara tulang yang patah dan tengkorak yang menggelinding terjadi karena hasil dari serangan Naruto barusan, namun hal yang terjadi selanjutnya membuat Naruto terkejut.
Kepala skeleton yang berada di tanah itupun berubah menjadi debu dan skeleton tadi yang seharusnya tidak berkepala malah kembali utuh.
Astaga, regenerasi? Batin Naruto melihat hal tersebut.
Keterkejutan Naruto juga sama seperti yang dialami Kurro. Pedang yang seharusnya sudah memotong lengan skeleton didepannya ini seolah-olah tidak terjadi apa-apa, lengan itu kembali utuh.
Uh... Kurro ingin sekali mengumpat sekarang.
Cih... Naruto mendecih kesal, memutar otaknya untuk mencari kelemahan dari mahluk dihadapannya ini sementara tangannya terus melakukan serangan, meskipun hal itu tidaklah berguna .
...
Naruto yang tengah berpikir keras pun lengah dan tidak menyadari skeleton yang ada dibelakangnya.
Skeleton itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, hendak membelah tubuh Naruto.
Krak...
Sebelum sempat melakukannya, sebilah pedang menembus zirah nya menusuk dadanya.
Brukk...
Naruto yang mendegar suara terjatuh dibelakangnya langsung berbalik, menatap sesosok skeleton yang kini tersungkur di depannya dan tak lama kemudian skeleton itupun berubah menjadi debu.
Tunggu... Matanya sedikit melebar saat melihat kejadian barusan, matanya kemudian beralih kearah Kurro, pelaku pembunuhan skeleton tersebut.
"Kau yang melakukannya?"
"Begitulah...,"
"Dibagian mana kau menyerangnya?"
"Dada, mungkin..." Jawab Kurro mengendik bahunya.
Dada... jangan-jangan... Mata Naruto membelalak mengetahui fakta didepannya ini.
Itu dia... Kini Naruto tahu kelemahan dari para Skeleton ini.
"Kurro, kita serang jantungnya, aku yakin itulah kelemahannya!" Seru Naruto yang kemudian merangsek maju, menusuk satu skeleton di depanya, dan benar saja, skeleton itupun ambruk lalu berubah menjadi debu.
"Hm...," Gumam Kurro mengangguk ikut maju bersama Naruto.
...
Krak...
Skeleton itupun ambruk terkena tusukan dari Naruto.
"Akhirnya...," Ujar Naruto, menatap skeleton yang telah berubah menjadi debu, itu adalah skeleton terakhir.
"Yah, ltu cukup melelahkan," Celetuk Kurro sembari merenggangkan ototnya.
"Hahaha... Menarik, ternyata kalian berhasil mengalahkan pasukanku, jujur kuakui aku sedikit takjub kepada kalian anak muda!"
Seketika keduanya menolehkan pandangan kesosok Skeleton yang tengah tertawa barusan. Karena pertempuran tadi, mereka hampir lupa kalau masih ada satu skeleton lagi yang mungkin merupakan pimpinan mereka.
"Kalian bisa mengalahkan pasukanku, tapi apakah kalian bisa mengalahkanku...?!" Ucap Skeleton tersebut, menarik kapak besar yang ada si punggungnya.
Deg...
Naruto dan Kurro pun berkeringat dinhin ketika merasakan aura tak mengenakan di hadapan mereka ini.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued...
Akhirnya update juga...! Fyuh~
Apa pertarungannya tadi seru? Maaf kalau tidak seru karena saya baru pertama kali buat adengan pertarungan ini.
Maaf kalau saya baru update hari ini, tetapi masalah urusan kuotalah yang membuat saya tidak bisa up cepat.
Bukan apa-apa tapi saya tidak mungkin menghamburkan uang hanya untuk membeli kuota, lagipula saya mempunyai urusan lain dan juga mencari inspirasi.
Bicara soal karakter yang baru muncul tadi, akan saya jelaskan.
Namanya adalah Noella Silva dari anime... apa ya namanya, lupa ane... Ah iya Black Cover.
Soal teknik yang [Switch] yang dipakai Naruto tadi adalah teknik sejenis teleportasi, tapi bukan hanya diri sendiri, orang lain dan benda bahkan bisa diteleportasi ke tempat yang diinginkan --Jika tempat itu pernah dikunjungi.
Terakhir saya berterimakasih kepada para reader yang telah memberi masukan dan menyemangati saya, saya merasa tersanjung atas hal itu.
Saya masih baru disini jadi saya membutuhkan dukungan dan masukan dari kalian semua.
Saya berharap fic ini dapat terus berlanjut hingga akhir
Jangan ragu jika ada yang kalian ingin tanyakan, karena selanjutnya saya akan menjawab pertanyaan kalian tetapi yang menurut saya menarik.
Ok... Sampai disini dulu, pamit dulu. Byebye~