Boyfriend Next Door ᴥ Chanbaek

.

Chanyeol memiliki tetangga baru, mereka dari keluarga Byun dan salah satu putranya bernama Byun Baekhyun. Chanyeol dan Baekhyun bukanlah dua orang asing yang baru mengenal, keduanya bersekolah di tempat yang sama bahkan satu kelas. Hanya sebuah kebetulan bahwa keluarga Baekhyun pindah tepat di sebelah rumahnya.

Alih – alih bersahabat, kedua orang itu selalu bertengkar. Tidak akur. Sering sekali adu mulut. Mereka saling bertentangan bahkan untuk memilih antara air hangat atau air dingin. Keduanya seperti Tom dan Jerry.

Dan Baekhyun benar – benar ingin mengutuk kepindahannya ke wilayah baru ini.

Kenapa hidupnya selalu dikelilingi dengan si Park menjengkelkan itu?

"Kau menyukaiku 'kan?" Tuding Chanyeol tepat di depan hidungnya. "Makanya kau pindah ke sini untuk lebih dekat denganku, aku tahu itu."

Baekhyun menatapnya sebal, bukannya disambut dengan hangat sebagai tetangga baru malah dituduh sembarangan oleh si idiot ini. Ingin sekali ia melemparkan kotak kue di tangannya ke wajah pria tinggi yang dungu di depannya sekarang.

Sebagai tetangga baru yang baik, ibunya menyuruh ia mengantarkan sekotak kue beras kepada para tetangga dan kini giliran rumah Chanyeol. Baekhyun akan lebih senang jika yang menyambutnya anggota keluarga Park yang lain.

"Sudi sekali aku menyukaimu." Sarkas Baekhyun. Tangannya menyodorkan kotak kue di depan dada Chanyeol sambal mendorongnya sedikit. "Ini, dari ibuku."

Si mungil langsung berbalik dan meninggalkan Chanyeol di depan pintu rumahnya. Chanyeol mendecih, namun matanya tak lepas dari Baekhyun sampai si mungil masuk ke rumahnya dengan pintu yang dibanting cukup keras.

"Ugh, kasarnya."


Tepatnya saat kenaikan kelas di tahun ketiga sekolah menengah atas, Chanyeol yang entah tidak ada angin maupun badai mulai mengibarkan bendera perangnya pada Baekhyun. Sedangkan lelaki mungil itu menjadi bingung kenapa perlakuan Chanyeol padanya sangat menyebalkan dan tak jarang pria bertelinga lebar itu mencari gara – gara dengannya. Padahal sebelumnya mereka tak saling mengenal, bertegur sapa pun tidak. Baekhyun hanya mengetahui Chanyeol karena pria itu terkenal sebagai salah satu siswa popular sekaligus anggota band di sekolahnya, selebihnya ia benar – benar tak mengenal Chanyeol.

Rasanya muak dengan memikirkan Chanyeol. Tiada hari di sekolah tanpa bertengkar dengannya. Padahal hari ini Baekhyun cukup lelah, ulangan fisika pagi tadi membuat otaknya pusing tujuh keliling. Tapi, si Park menjengkelkan itu dengan tidak tahu dirinya menumpahkan jus buah yang dibelinya di kantin ke atas meja Baekhyun. Beruntung tidak ada buku atau apapun di atasnya.

"Aku 'kan sudah minta maaf, berhentilah berteriak seperti itu." Ujar Chanyeol dengan kedua tangan yang sigap menutup telinganya.

"Maafmu tak membuat mejaku jadi bersih kembali, Park Chanyeol! Aku tak mau tahu pokoknya kau harus membereskan mejaku sampai bersih dan tidak lengket." Baekhyun menubruk bahu Chanyeol ketika melewatinya. Kakinya menghentak kesal, wajahnya merah padam sampai ke telinga.

"Harus dibersihkan pakai apa?" tanya Chanyeol setengah berteriak saat Baekhyun sudah berada di bibr pintu.

Si mungil itu menggeram sebelum menoleh pada Chanyeol, "Jilat saja dengan lidahmu, idiot!"

"Bertengkar lagi?"

"You know me so well." Baekhyun meneguk colanya. Setidaknya soda dingin itu mampu meredamkan panas di dadanya akibat ulah Chanyeol.

Luhan –sahabatnya– terkekeh melihat raut masam Baekhyun yang menurutnya sangat menggemaskan alih – alih membuat takut. Lelaki asal Tiongkok itu paham betul apa yang dapat membuat mood Baekhyun hancur berantakan dalam sekejap, siapa lagi kalau bukan Chanyeol penyebabnya.

"Tapi.. semakin kuperhatikan sepertinya Chanyeol itu menyukaimu, Baek."

Cough cough

Baekhyun tersedak sodanya. Tangannya mengambil tisu di atas meja kantin yang tersedia untuk membersihkan mulut dan sekitar hidungnya yang terasa perih karena kemasukan soda. Ia mendelik pada Luhan di sampingnya. "Apa kau kehilangan pikiranmu Luhan?"

Luhan mengangkat bahunya santai, "Hanya firasatku, Baek. Tak perlu dianggap serius."

Si mungil merotasi matanya tak peduli. Darimana sahabatnya itu memiliki pemikiran yang konyol seperti itu? Dilihat darimana pun, tak akan mungkin Chanyeol menyukainya. Mana ada seseorang yang menyukai orang lain tetapi tingkahnya menyebalkan begitu. Jika iya, seharusnya Chanyeol berlaku sedikit manis padanya bukan mengajak bertengkar terus setiap saat.

"Orang tuaku bilang, seseorang punya caranya sendiri dalam mengungkapkan perasaan mereka. Mungkin membuatmu kesal adalah cara Chanyeol menyukaimu."

"Luhan, kau terlalu banyak membaca cerita fiksi. Tidak ada yang seperti itu. Kalau suka ya suka saja, bukannya malah membuat kesal setiap saat."

"Itulah caranya, Baek. Dengan membuatmu kesal setiap hari, Chanyeol akan membuatmu jadi memikirkannya terus. Iya 'kan?"

"Aku memikirkan dia? Yang benar saja."

Tidak, Baekhyun tidak memikirkan Chanyeol terus – menerus. Masih banyak hal bermanfaat yang lain selain memikirkan si idiot itu.


Sore ini agaknya menjadi waktu yang pas untuk Chanyeol meluangkan sedikit waktunya mengerjakan hal yang produktif. Mencuci Roger misalnya, motor vespa berwarna putih gading yang didapatkannya bulan lalu dari sang kakek. Berhubung usianya sudah beranjak dewasa dan memiliki surat izin mengemudi, orang tuanya mengizinkan putranya memiliki kendaraan pribadi.

Sambil bersenandung dengan riang, si pria tinggi itu memulai kegiatannya.

Di seberangnya, ada Baekhyun yang tengah menyiram rerumputan juga tanaman bunga dengan selang. Rumah mereka hanya dibatasi tembok setinggi pinggang Chanyeol –sebatas ketiak untuk Baekhyun karena demi apapun Chanyeol sangat tinggi.

"Wah, sepertinya paman Byun menyewa tukang kebun baru ya?"

Chanyeol memulai. Tangannya yang sibuk menggosok body vespa dengan spons berbusa tak menghentikan mulut jahilnya untuk mengusik ketenangan Baekhyun.

Baekhyun menggigit pipi dalamnya kesal. Ia akan mengabaikan Chanyeol saja sampai pria itu lelah sendiri. Tungkai pendeknya melangkah sambil menyeret selang biru itu ke tanaman yang lain, tepat berada di perbatasan tembok rumahnya dengan rumah Chanyeol.

"Apa itu? Si tukang kebun sombong sekali."

Chanyeol mengambil selangnya yang masih tergulung rapi sebelum memakainya untuk menyiram si Roger yang kini dipenuhi busa sabun. Bibirnya bersiul – siul sedangkan matanya mencuri – curi pandang pada Baekhyun yang masih asik berkutat pada tanamannya.

Tanpa disadari Chanyeol, sebenarnya Baekhyun pun sedikit melirik padanya. Lelaki mungil itu agaknya terpana pada penampilan Chanyeol. Celana jeans selutut dan kaos hitam tanpa lengan yang memperlihatkan bisepsnya yang besar membuat Baekhyun iri setengah mati. Berbanding terbalik dengan lengan miliknya, besar sih, tapi besar karena lemak. Huft.

"Anak ayah rajin sekali hari ini." Celetuk Ayah Baekhyun, Byun Yunho, yang baru saja pulang turun dari mobilnya sehabis pulang dari kantor.

"Paman Byun," sapa Chanyeol dari pekarangan rumahnya dengan sedikit menundukkan kepala yang dibalas dengan ramahnya dengan Yunho. "Paman sepertinya memiliki tukang kebun baru, ya?"

Yunho tertawa, ugh sudah berumur pun masih sangat tampan saat tertawa.

"Iya, Yeol. Bagaimana? Tukang kebunnya rajin 'kan?"

Baekhyun menggeram kesal. Ingin rasanya menyiram ayahnya sendiri dengan selang di tangannya. Baru dua minggu kepindahan mereka ke sini, keluarganya dengan keluarga Park sudah sangat akrab –pengecualian untuk dirinya dan Chanyeol, tentu saja– apalagi ayahnya dan Chanyeol. Kedua pria berbeda usia itu senang sekali menggoda Baekhyun sampai dirinya bingung sebenarnya yang anak kandung ayahnya itu dia atau Chanyeol.

"Rajin 'sih, Paman. Tapi sombong ya."

Yunho menggeleng prihatin kemudian menepuk bahu Baekhyun, "Nak Baekhyun, jangan sombong begitu pada tetangga kalau tidak mau saya pecat." Sejurus kemudian Yunho masuk ke dalam rumah dengan tawa yang menyebalkan.

"AYAH!"

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA… aduh perutku sakit.."

"Dasar sialan kau, Park Chanyeol!"

"HAHAHA– auh, hei, hei! Berani sekali kau menyiramku!"

"Aku tak peduli! Rasakan! Rasakan!"

"Aku akan membalasmu tukang kebun sialan!"

"WAAAAAA IBUUUU!"

Dan sore yang indah itu dihiasi dengan gelak tawa, makian, serta semprotan air dari masing – masing pihak.


Kalau boleh jujur, sebenarnya Chanyeol memang menyukai Baekhyun.

Saat itu mereka masih di tahun kedua, masih nakal – nakalnya. Chanyeol melihat Baekhyun pertama kali ketika dirinya berada di UKS. Chanyeol yang berpura – pura sakit karena malas ikut pelajaran sejarah bertemu dengan Baekhyun yang saat itu sedang berbaring lemas di ranjang UKS. Dahinya berkeringat, matanya terpejam, dan sesekali ringisan terdengar dari bibirnya yang pucat.

"Chanyeol lagi, Chanyeol lagi." Wendy, dokter jaga saat itu yang sudah sangat hapal dengan kelakuan Chanyeol mendesah malas ketika pria itu menampakkan batang hidungnya di UKS –lagi.

"Kali ini apa? Sakit perut? Flu? Batuk? Atau kanker?"

"Kejam sekali 'sih, Dok." Chanyeol mendaratkan bokongnya di pinggir ranjang yang kosong, bersebelahan dengan Baekhyun. "Omong – omong dia kenapa?" dagunya mengarah pada Baekhyun yang masih meringis.

"Oh, ambeien."

"Kasihan sekali, pantas meringis terus. Namanya siapa?"

"Byun Baekhyun, satu angkatan denganmu."

Remaja bertelinga lebar itu mengangguk, memerhatikan wajah meringis Baekhyun yang menurutnya masih sangat manis bahkan ketika sakit.

"Oh ya, bolehkah aku minta tolong? Karena kau tidak ada kerjaan, tolong antarkan Baekhyun pulang, ya? Aku sudah menghubungi orang tuanya tapi tidak ada yang bisa menjemput. Nanti akan aku kasih alamat rumahnya dan tenang saja surat izinmu juga akan kubuatkan."

Dan seperti itulah Chanyeol mengenal Baekhyun.

Keesokannya Chanyeol mencoba menyapa Baekhyun yang kebetulan lewat di hadapannya. Tapi respon dari Baekhyun benar – benar membuatnya sedikit jengkel.

"Memangnya kita kenal?" Ucapan itu selalu terngiang di otaknya. Bagaimana bisa Baekhyun melupakan orang yang sudah membantunya pulang ke rumah dalam semalam? Apa otaknya terbentur?

Jadi, yang bisa Chanyeol lakukan adalah memerhatikan Baekhyun diam – diam sampai kenaikan kelas tiba dan tanpa diduga ia sekelas dengan Baekhyun. Mulai dari situ, Chanyeol mencoba mendekatkan diri pada si mungil dengan menggodanya tiap saat. Karena menurut Chanyeol, dengan begitu Baekhyun akan terus mengingatnya.

"Kau sedang apa?"

Oh, Baekhyun sedang dalam mode jinak. Siapa sangka dirinya akan duduk di sebelah Chanyeol –tempat Jongin– yang sedang berkutat dengan PR kimia yang harus dikumpulkan sehabis istirahat nanti.

"Tidak lihat? Aku menyalin PR kimia milik Kyungsoo." Jawab Chanyeol tanpa menoleh pada Baekhyun.

Baekhyun hanya mengangguk, memutar – mutar pulpen milik Jongin yang tergeletak di mejanya.

"Makanya kalau ada PR itu kerjakan di rumah, bukan di sekolah." Ujar Baekhyun.

"Semalam niatnya aku ingin mengerjakan bersama temanku, tapi dia terlalu sombong untuk membukakan pintunya untukku." Sindiran Chanyeol membuat Baekhyun tersedak liurnya sendiri.

Semalam, Chanyeol memang berulang kali mengetuk pintu kamar Baekhyun dengan niat mengerjakan PR bersama setelah mendapat izin dari orang tua Byun itu. Tapi yang didapatnya malah Baekhyun berteriak mengusirnya dan berkata kalau dia mengantuk.

"Maaf, aku memang mengantuk semalam. Makanya kalau mau datang kabari aku dulu, jangan tiba – tiba."

Benar 'sih, Baekhyun tidak berbohong kalau semalam dia sudah mengantuk.

"Sebagai gantinya kau harus pulang denganku nanti."

Jari lentik Baekhyun mencubit gemas hidung Chanyeol. "Kau lupa kalau aku memang menumpang terus sekarang?"

"A-a-ah lepaskan! Iya-iya kau tahu sendiri aku pelupa. Sudah sana jangan mengganggu kalau tidak ingin kucium."

Baekhyun mendelik pada Chanyeol. "Enak saja cium – cium, kau suka padaku hah?"

"Kalau suka memangnya kenapa? Tidak boleh?" sahut Chanyeol, menelengkan kepala untuk melihat wajah Baekhyun yang memerah karena ucapannya yang frontal dan tidak tahu malu.

"Y-yak! Apa 'sih kau ini, sudah kerjakan saja tugasmu."

Chanyeol tertawa geli ketika melihat Baekhyun yang memerah malu dan beranjak dari duduknya untuk menjauh. Menggoda Baekhyun itu memang menyenangkan.


Saat jam istirahat kedua di sekolah, biasanya anak – anak ekstrakulikuler broadcasting akan melakukan siaran radio khusus sekolah mereka. Para siswa boleh me-request sebuah lagu atau menyampaikan sebuah pesan melalui mereka untuk seseorang –untuk kegiatan yang satu ini biasanya terjadwal setiap hari Senin, Rabu dan Jumat.

Dan kebetulan hari ini adalah hari Jumat. Sudah ada dua pesan yang dikirimkan oleh anonim (identitas pengirim boleh disamarkan sesuai permintaan) untuk seseorang yang mereka tujukan.

Yonhee, siswi kelas dua yang hari bertugas melakukan siaran telah menyampaikan pesan – pesan itu dengan sangat baik.

"Selanjutnya surat terakhir dari –oh! Wah kakak yang satu ini sepertinya sangat berani karena tidak menyamarkan identitasnya."

Baekhyun dan Luhan yang mendengarkan siaran itu dari kantin menjadi penasaran dengan surat selanjutnya yang akan dibacakan oleh Yonhee. Dua surat sebelumnya berisi tentang surat cinta, tetapi si pengirim terlalu malu untuk mengungkap identitasnya jadi menurut Baekhyun itu terkesan kurang jantan walaupun cukup menghibur.

"Untuk Byun Baekhyun,"

"What?" Baekhyun tak salah dengar, surat itu ditujukan untuknya. Luhan di sampingnya sudah bersiap untuk menggodanya dengan cara yang menjengkelkan padahal suratnya pun belum dibacakan.

"Dari Park Chanyeol tetanggamu dan teman sekelasmu yang tampan. Wah~ ternyata Chanyeol sunbae dan Baekhyun sunbae bertetangga.." goda Yonhee. "Baekhyun, semoga saja kau mendengarkan ini tapi aku yakin kau memang sedang mendengarnya bersama dengan Luhan di kantin dan memesan segelas es teh manis untuk berdua, huh dasar pelit. Maaf Baekhyun Sunbae, tapi isi suratnya memang seperti ini hehehe…"

Baekhyun serta Luhan pun mendengus sebal dan mengutuk Chanyeol dalam hati. Bisa – bisanya si Park itu mengejek mereka pelit. Mereka bukannya pelit, hanya lebih senang untuk berbagi. Daripada membelli dua gelas dan tidak habis akhirnya mubazir sekaligus buang – buang uang, itu tidak baik namanya.

"Aku setuju padamu kalau Chanyeol memang menyebalkan." Kata Luhan menahan malu karena beberapa pengunjung bahkan hampir semuanya menahan tawa akibat isi surat dari Chanyeol.

"Baek, aku tahu kita sering bertengkar karena aku selalu membuatmu kesal dan aku bertaruh kau sedang megutukku saat ini. Tapi, aku minta jangan beranjak dulu dari tempatmu sekarang, karena ada hal penting yang ingin aku sampaikan padamu."

Tepat sekali. Baekhyun sebenarnya tak ingin mendengar pesan dari Chanyeol karena ia berani bertaruh kalau isinya pasti konyol. Apalagi sekarang ia berada di kantin, banyak orang dan semuanya sedang menaruh atensi padanya diam – diam.

Dan dengan berat hati akhirnya lelaki mungil itu tetap mendengar dengan saksama apa yang akan disampaikan si telinga lebar itu.

"Pasti kau bingung saat tiba – tiba aku menjahilimu padahal kita tidak saling kenal sebelumnya. Padahal asal kau tahu saja, aku sudah mengenalmu sejak di kelas dua. Waktu itu kau terbaring lemah di UKS dan aku sedang membolos di UKS aduh aku jadi buka kartu. Kau sedang kesakitan dan meringis lalu aku bertanya pada Bu Wendy katanya kau ambeien. Pffttt–ah, maaf…"

"Chanyeol sialan." Baekhyun mendesis marah dan malu. Wajahnya yang memerah ia benamkan di atas lipatan tangan karena kini warga sekolah menertawakannya.

"HAHAHAHAHAHA–ADUH BAEKHYUN AKU TAK TAHU KAU AMBEIEN PPFFFTTTT.." Luhan terpingkal – pingkal di tempatnya sambil memukul – mukul meja kantin.

"Ish, diamlah. Itu dulu sekarang sudah tidak lagi!" sahut Baekhyun kesal.

"Aku lanjutkan ya pffft–Bu Wendy minta tolong padaku untuk mengantarmu pulang karena keluargamu tak ada yang bisa menjemput. Besoknya aku mencoba untuk menyapamu tapi kau malah bilang 'memangnya kita kenal?' jujur saja rasanya aku malu sampai ingin salto. Aku sudah baik hati menyapamu tapi kau lupa denganku. Aku kesal sekali, bisa – bisanya kau melupakan penolongmu ini, pendek!"

"Aku akan mencekik Chanyeol setelah ini."

"Padahal asal kau tahu saja, aku sudah suka padamu saat melihatmu sakit di UKS."

"Woooooooooo…."

Kali ini terdengar sorakan menggoda dari warga sekolah yang berada di kantin, tak terkecuali dengan Pak Junhoe–penjaga sekolah yang kebetulan sedang berada di kantin untuk makan siang.

Sedangkan Baekhyun semakin memerah malu atas pernyataan Chanyeol yang membuatnya terkejut. Dadanya bergemuruh, perutnya serasa digelitiki oleh ribuan kupu – kupu.

"Selama itu aku selalu memerhatikanmu dari jauh. Aku menyukaimu diam – diam, sakit rasanya saat tahu kau berpacaran dengan Changmin Hyung. Beruntung kalian tak bertahan lama dan putus karena mantanmu itu pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya. ASIK! Aku pesta semalaman karena terlalu bahagia kau putus, hehehe."

"Jujur, aku membuatmu kesal dan menjahilimu selama ini karena aku bingung bagaimana bersikap di depan orang yang aku sukai. Apalagi kau tak mengenalku, jadi aku semakin menjahilimu berharap kalau sikapku ini akan membuatmu ingat padaku, menyedihkan sekali diriku. Sudah, itu saja. Aku harus sembunyi karena aku yakin kau akan menjambakku habis ini."

"Benar 'kan kataku, Chanyeol itu menyukai–Yak! Baekhyun kau mau kemana?" teriak Luhan.

"Aku ingin menjambak Park Chanyeol!"


"YAK! PARK CHANYEOL!"

"DIMANA KAU? KELUAR SENDIRI ATAU AKU YANG MENYERETMU KELUAR?!"

Kepalanya menyembul dari balik meja dan menatap takut pada Baekhyun yang kini tengah berdiri garang di depan kelas. Sebenarnya butuh keberanian bagi Chanyeol untuk menyampaikan semua itu pada Baekhyun. Entah ada angin darimana, saat pelajaran sebelum istirahat kedua tadi ia menulis surat untuk dibacakan di radio sekolah. Jongin sedikit membantunya menulis, karena kalimat yang ditulis Chanyeol benar – benar hancur dan menjengkelkan. Bahkan setelah direvisi Jongin pun hasilnya masih menjengkelkan.

"Oh, di situ kau rupanya!"

Kaki – kaki pendeknya bergerak cepat menuju Chanyeol yang mencoba kabur, beruntung ia lebih gesit dan langsung menjambak rambut Chanyeol sesuai perkataannya tadi.

"Ah! Sakit, Baek! LEPAS!"

"Biar saja! Rasakan! Rasakan! Siapa suruh membahas penyakit ambeienku hah?!"

"Iya–maaf, ampuni aku, ya?"

Baekhyun menarik tangannya dari rambut Chanyeol. Di tangannya terdapat beberapa helai rambut Chanyeol yang rontok akibat jambakannya. Si mungil menggigit bibirnya kesal dan menatap Chanyeol tajam.

Sementara Chanyeol mengusap – usap kepalanya merasakan sakit.

"Kau sudah dengar kan tadi?"

"Hm. Semuanya."

"Bagaimana?"

"Aku malu! Kau membuatku malu!" teriak Baekhyun sedang tangannya memukul Chanyeol dengan brutal. Dadanya naik turun karena kesal.

"Yak! Yak! Berhenti memukul, bajingan kecil!" balas Chanyeol.

"Apa kau mencium ibumu dengan mulut itu?! Kasar sekali."

Chanyeol menggeleng, "Aku tak mencium ibuku."

"ERGHHH PARK CHANYEOL!"

Kedua tangan besar Chanyeol menangkup pipi tembam Baekhyun yang langsung mengentikan teriakan si mungil. Membawa langkahnya mendekat untuk mengikis jarak antara dirinya dengan Baekhyun. Sejurus kemudian, kelereng hitam kecokelatannya yang jernih menatap lembut milik Baekhyun.

"Kau sudah tahu kalau aku menyukaimu. Aku tak menuntut kau untuk membalas perasaanku, aku hanya ingin kau tahu karena berpura – pura itu melelahkan."

Baekhyun rasanya seperti tenggelam pada iris cantik milik Chanyeol. Raut wajahnya mulai melunak, tidak ada lagi ekpresi marah atau kesal. Justru kini pipinya sudah semerah tomat dan jantungnya kembali bergemuruh. Harum napas Chanyeol membelai wajahnya karena jarak mereka yang sangat dekat dan itu membuatnya terlena.

"Aku sangat menyukaimu. Bagaimana denganmu?"

"A-aku…" lidahnya kaku untuk berucap, tak biasanya ia begini di depan Chanyeol. "Chanyeol, aku,"

"Baiklah tidak perlu dijawab–"

"Aku juga suka padamu." Baekhyun melirih.

" –tunggu! A-apa?"

Kali ini Baekhyun mencoba untuk tersenyum, senyuman manis. "Aku juga menyukaimu."

"Katakan sekali lagi." Pinta Chanyeol.

"Aku menyukaimu."

"Lagi."

"Aku menyukaimu."

"Satu lagi, kumohon."

"IH! AKU MENYUKAIMU, IDIOT!"

Chanyeol tertawa renyah melihat ekspresi kesal Baekhyun yang menggemaskan. "Apa kau mencium ibumu dengan mulut itu?"

Baekhyun menggeleng, "Tidak, aku menciummu!"

Detik selanjutnya mereka berciuman. Tak peduli dengan berpuluh – puluh pasang mata yang sedari tadi menahan napas memerhatikan mereka sejak Baekhyun menjambak rambut Chanyeol.

Tidak hanya teman sekelas, bahkan para siswa dari kelas lain pun turut menyaksikan adegan sinetron yang disuguhkan mereka dari jendela di luar kelas. Yonhee, sang penyiar juga ikut hadir di tengah kerumunan untuk melihat pasangan baru itu. Dan juga tak ketinggalan Pak Junhoe yang ikutan menonton sambil menyeruput es the manis di plastik.

"Kita pacaran ya sekarang?" tanya Chanyeol menegaskan hubungan mereka saat tautan itu terlepas.

"Memangnya siapa aku bisa menolak?"

Mereka berpelukan, penonton bersorak ramai dan melempari mereka dengan potongan kertas kecil layaknya confetti untuk menyambut pasangan baru.

"Baek?"

"Hm?"

"Kau sudah tidak ambeien kan?"

"PARK CHANYEOL!"


End. Update spesial malam takbiran hehe…

sorry for typo(s)

strobaeki .