Revenge for Freedom
The Horde
Di tempat lain
Kelompok Alucard sedang dalam perjalanan menuju Emerald Woodland, yaitu tempat para Elf Hutan tinggal. Mereka harus melewati jalan gunung jika mereka ingin lebih capat sampai, Alucard sedang berdiri tenang melihat pemandangan di atas gunung, Harith yang melihat Alucard berdiri diam membuat dia penasaran dan menghampirinya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Harith, yang di sapa hanya diam tidak membalas. "Pasukan kita sedang bergerak sementara kau hanya diam disini!"
"Aku ingin membuat tanah ini tenang, tentram, damai dan hilangnya rasa takut, rasa kehilangan sesuatu. Aku ingin membuat tanah ini seperti itu!" Jelas Alucard. Lalu, Alucard kembali berjalan bersama kelompoknya.
"Aku mengerti perasaanmu itu, karena kita semua yang ada disini merasakan hal yang sama." Kata Harith
"Hm, benar sekali. Tapi, untuk mewujudkan itu kita harus melawan Dark Abyys yang sekarang berkuasa. Bukan itu saja pasti mereka sedang menambah kekuatan mereka."
"Sebelum kita melakukan ini, Chaos Slayer sudah membuat Dark Abyys merasa kesal!"
"Aku rasa membawamu ikut bersamaku adalah hal yang benar."
"Ha? Apa yang kau katakan?"
"Tidak ada!" Harih merengut kesal.
Tiba – tiba pasukan mereka terhenti, Alucard dan Harith segera menuju ke barisan depan untuk memeriksa apa yang membuat mereka terhenti, dan saat berada di depan mereka terkejut dengan apa yang mereka lihat.
"Kalian berdua?" Kata Alucard
.
.
Kembali kekelompok Fanny
Fanny menghampiri Hilda yang berada di depan pohon.
"Hilda! Apa yang sedang kau lakukan?" Sapa Fanny,
"Sedang melatih tinjuku!" Fanny melihat pohon yang berada dihadapan Hilda terlihat jelas bekas pukulan yang lumayan besar.
"Begini, aku akan ke desa itu mengetahui apa yang terjadi disana, karena itu aku ingin kau menggantikanku selama aku pergi!"
"Aku akan menemanimu"
"Tidak Hilda, jika kau ikut mereka akan tahu tujuan kita! Selain itu aku dan manuverku ini mudah unutk masuk dan kabur, tidak akan ketahuan!"
"Kau benar juga, kalau begitu berhati – hatilah!"
"Baiklah aku pergi!" Fanny pergi, melihat itu Hilda hanya melambaikan tangannya.
Fanny melesat cepat ke desa hanya dalam hitungan detik yang berjarak sekitar 1KM, dia berhenti bergelantung di dinding tembok menunggu apakah aman untuk dia masuk ke dalam desa. Ternyata, ada penjaga yang lewat dari nafas dan suara sepatu besi yang kasar, Fanny menebak penjaganya ini adalah Orc. Fanny mulai mengintip dia melihat kiri dan kanan dua kali, sepi dan kelihatannya aman. Fanny menaiki tembok dan segera masuk kedalam desa dengan cepat, agar dia aman lebih baik berada di atas rumah – rumah. Saat dia sedikit masuk kedalam desa dan sekarang berada di dekat alun – alun dimana ada balai desa dan di depannya ada air mancur. Dia melihat Orc yang berdiri tegap di depan balai desa di temani oleh pengawal.
"Dari kelihatannya dia adalah pemimpin kawanan Orc ini." Pikir Fanny, lalu dia melihat Orc yang sedang berlari menuju ke arah pemimpin Orc nya itu, Fanny segera pindah ke atas balai desa.
"Chief, ada kabar dari Black Citadel, bahwa ada kumpulan orang – orang bodoh yang bernama Chaos Slayer yang menjadi ancaman kita." Kata Orc itu,
"Heh, kita adalah kawanan Orc yang kuat dan berada di bawah kepemimpinan Tuan Balmond. Jika para Chaos Slayer ada disini akan aku kalahkan mereka dan akan ku bakar mereka sampai menjadi abu." Kat pemimpin Orc tersebut
"LORD BU'KHAM!" teriak para Orc,
"Kalau begitu akan aku tebas kau berkeping – keping!" Bisik Fanny,
"Hey hey kamu yang ada di atas sana!" Fanny terkejut karena ada yang memanggilnya, apa dia ketahuan segera dia menoleh kebelakang dan yang dia lihat seorang pria.
Pria itu menoleh ke kanan dan ke kiri "Kesini sebentar disini!"
Fanny sedikit turun untuk memeriksa apakah keadaan aman, saat di periksa ternyata tidak ada orang, Fanny menghampiri orang itu.
"Masuklah!" Pria itu meminta Fanny masuk rumahnya, dan saat Fanny masuk rumah di dalam ada seorang kakek dan wanita.
"Ha... apakah yang kulihat ini adalah kenyatan?" kata kakek itu,
"Iya, ayah dia Fanny dari Moniyan Empire" kata Pria itu,
"Kami minta tolong padamu!" Mohon kakek sontak membuat Fanny terkejut,
"Memangnya apa yang bisa saya bantu!?" tanya fanny,
"Sebelum itu, perkenalkan aku adalah Fahar, ini adalah ayahku Louis dan wanita itu adalah kakakku Vira."
"Seperti yang kamu lihat desa ini dikuasai oleh Orc, mereka memperlakukan kami seperti budak, bahkan mereka mengurung kami bagaikan burung." Jelas Vira,
"Kami tidak bisa meminta bantuan karena mereka tidak memberi izin untuk keluar!" kata Fahar,
"Tapi, di desa ini ada tembok pasti ada seorang ksatria?" tanya Fanny,
"Dulu memang ada ksatria yang melindungi desa ini! Tapi, empat bulan lalu para Orc itu datang menyerang, kami kalah jumlah dan kami menerima kekalahan. Para ksatria di tangkap dan di tahan di penjara bawah tanah. Lalu, mereka membangun tembok besar ini agar kami tidak bisa keluar." Cerita Kakek Louis,
"Tapi, saat aku melihatmu di atas tadi pasti ada harapan agar kami bisa lepas dari genggaman para Orc menjijikan itu!" tegas Fahar,
"Dimana penjara bawah tanahnya?" tanya Fanny,
"Pintu masuknya ada di sebelah kiri balai desa." Jawab Fahar,
"Akan aku pikirkan dulu! Dan aku akan berusaha menyelamatkan desa ini!" kata Fanny,
"Terima kasih!" kata mereka bertiga, Fanny keluar rumah dan segera kembali.
Saat Fanny kembali dia pergi mencari Hilda, dan dia bertemu Hilda yang berada di tendanya.
"Hilda." Panggil Fanny,
"O kau sudah kembali."
"Ada yang harus aku katakan!"
"Apa kau ingin menyelamatkan desa itu."
"Kau benar."
"Sudahku duga kau akan melakukan itu."
"Jika kita membiarkannya warga yang ada disana akan semakin tersiksa, jika kau tidak ikur maka aku pergi sendiri. Apa kau mendengarkanku, apa yang sedang kau lakukan?"
"Persiapan, kelompok ini adalah pasukanmu mereka pasti akan mengikutimu. Karena ini lah kita bertarung agar semua yang ada di tanah ini menjadi damai sampai ke akar – akarnya."
"Terima kasih kawan."
Segera Fanny memanggil pasukannya untuk berkumpul dan bersiap untuk bertempur.
"Ada apa komandan?" tanya seorang prajurit,
"Sebelum kita menuju Western Desert kita akan menyelamatkan desa yang ada di depan." Kata Fanny. "Kalian pasti berpikir kenapa? Karena tujuan kita adalah mengalahkan Dark Abyys sampai bagian terdalamnya. Maka dari itu aku, bukan tapi kita semua bisa terlepas dari ancaman dan genggaman Dark Abyys." Terus Fanny,
"APAPUN KEPUTUSAN KOMANDAN PILIH KAMI AKAN MENGIKUTI ANDA SAMPAI AKHIR KAMI!" salah seorang prajurit berteriak, dan menyebabkan semua mengikutinya. Fanny menganggap itu sebuah persetujuan untuk bertempur.
Fanny mengira pasukannya akan menolak ternyata mereka siap untuk mengikuti pemimpinnya.
Malamnya, tepatnya tengah malam tembok sedang dijaga oleh Orc. Gelap menghiasi luar tembok hanya ada kegelapan tanpa cahaya. Tiba – tiba salah satu Orc terkena anak panah dan di ikuti Orc lainnya yang menjaga di tembok itu.
Fanny muncul dan masuk ke desa, sambil melaksanakan tugasnya dia terpikir dengan rencananya tadi.
Sebelum penyerangan
"Fan, apa rencanamu?" tanya Hilda,
"Kita akan menyerang saat tengah malam, pertama – tama kita kita akan mengalahkan penjagaannya. kedua aku akan masuk dan membukakan pintu gerbangnya. ketiga kalian masuk dan kalahkan Orc yang ada di dalam, tapi jangan bunuh pemimpin mereka. Saat kami bertempur tugasmu Hilda adalah membebaskan para ksatria yang sedang di penjara secara diam – diam tanpa di ketahui oleh musuh, jika ada Orc yang menjaga habisi saja. Penjaranya ada di sebelah kiri balai desa." Jelas Fanny,
"Jadi kalian sebagai pengalih perhatian!" kata Hilda,
"Kau benar. Saat semua teralihkan mereka pasti tidak akan sadar kalau tawanan mereka sudah terbebaskan, setelah itu amankan desa."
"Baiklah akan aku lakukan."
Saat pertempuran
Seperti yang Fanny harapkan rencana berjalan sesuai rencana, tanpa ada kendala sama sekali. Dan akhirnya mereka berhasil mengalahkan para Orc, menangkap pemimpin para Orc Lord Bu'kham, dan membebaskan para ksatria yang di penjara.
Kini yang ada di hadapan Fanny adalah pemimpin Orc yang sedang terikat dengan kuat.
"Yang kau lakukan ini hanya akan menambah pertumpahan darah, kau mungkin berhasil mengalahkanku dan anak buahku, tapi kau tidak akan keluar dengan selamat!" ancam Bu'kham,
"Apa maksudmu?" Tanya Fanny, Bu'kham hanya meringis. Terdengar suara terompet yang sangat keras dari luar tembok.
"KOMANDAN ADA PASUKAN ORC YANG SEDANG MENUJU KEMARI!" teriak prajurit yang berada di tembok.
Mendengar itu Fanny kesal dengan pedang yang dia punya langsung dia memenggal kepala Bu'kham, tubuhnya yang tanpa kepala langsung ambruk.
"Fanny apa perintahmu!?" Tanya Hilda,
"Formasi pertahanan pemanah bersiaplah, kalian para ksatria apakah masih bisa bertarung?"
"Tentu saja, dipenjara selama empat bulan tidak akan membuat kami jatuh."
"Kalau begitu bersiaplah."
Fanny dan Hilda menuju ke tembok melihat sisi timur dimana sinar matahari sudah telihat, dan pasukan Orc yang lumayan banyak sedang menuju ke desa.
"Fanny pasukan Orc itu terlalu besar untuk pasukan kita, kemungkinan kita menang hanyalah setengah." Kata Hilda,
"Walaupun begitu kita tetap akan bertempur." Ujar Fanny,
Pasukan Orc bergerak dengan cepat menuju desa dengan baju zirah besi yang berat mereka bersiap untuk membantai manusia.
.
.
TBC
Bagi kalian yang sudah berkomentar terima kasih, dan semoga kalian tetap mengikuti Fanfic ku ini.
Semoga kalian suka, jangan lupa review dan follow.
Terima Kasih.
