Naruto: Breaking The Timeline (BTT)
Chapter: 00 (Prologue)

- x x x -

Notes: I honestly have no idea about boruto universe. Jadi, untuk beberapa karakter Boruto yang muncul di sini kekuatannya kuubah ya, hanya tahu namanya doang. Bahkan, aku lebih memilih bikin OC aja dibanding pakai karakternya Boruto untuk random situation ehe.

Warning: A Bit Innocent Naruto, Typo(s), Bahasa Tidak Baku, Sifat yang berbeda dari karakter di canon, Totally Weird.

Ganre: Action, Adventure, Romance

Pair: - x - (Locked 'til next chapter)


- x -

"ARRRGGGHHH"

Seseorang memenuhi seisi Konoha dengan sebuah teriakan, menjalar hingga seisi desa. Desa yang rata, hening, dan kerusakan di mana-mana, persis seperti saat Pain datang menghancurkan seisi Konoha sekitar 2 Windu yang lalu. Yang membedakan sekarang hanyalah darah, warna merah yang tertata dengan indahnya di konoha.

KEHANCURAN.

Tampak seorang pemuda bersurai kuning pendek meringis, dengan posisi bersandar pada sebuah bangunan yang sudah hancur. Ia menahan rasa sakit pada perutnya yang tertusuk 5 pedang beraura di perut dan dada. Menciptakan cetakan darah pada pakaian dan mantel hokagenya.

Di depannya terdapat satu orang lagi yang sedang tersenyum lebar. Ia mendekat sambil menjulurkan tangannya yang beraura. Ia memegang kontrol atas pedang yang ada di perut pemuda di depannya.

"Permainan berakhir, Naruto. Asal kau tahu, perdamaian itu mustahil. Manusia, kita, adalah orang yang serakah dalam banyak hal. Seperti diriku yang menginginkan kekuatanmu"

Naruto meringis dan berteriak makin kencang. Chakranya tertarik dan terhisap keluar di bagian perut perlahan-lahan.

"Setelah diriku, akan ada lagi yang mengincar kekuatan ini. Lingkaran setan. Ini tak akan ada habisnya, memang begitulah keadaanny-"

"MATI KAU KAWAKI!" Merasakan kehadiran chakra dari langit yang menuju ke arahnya, lantas Kawaki terpaksa menghentikan kegiatannya dan mundur menjauh dari Naruto.

Orang yang datang meninju tanah tempat Kawaki berdiri tadi. Kawaki berusaha menghindar karena pukulan tersebut menciptakan retakan yang mengincar dirinya.

"A-ayah! Bertahanlah!" Ujarnya sambil menarik masing-masing pedang yang menancap di perut Naruto. Namun cukup keras karena masih dibawah kendali Kawaki.

"Ugh. Himawari, Menjaulah dari sini... Ini urusanku dengannya" Naruto memegang kencang pundak Himawari. Terlihat Himawari menangis melihat wajah Naruto yang sudah babak belur dan darah di mana-mana.

"Dengan kondisimu yang sekarat ini... Kau masih bilang ini urusanmu dengannya? LALU SANG ANAK MELIHAT AYAHNYA HAMPIR TEWAS DAN MEMBIARKANNYA BEGITU SAJA?!"

Himawari menangis di pundak Naruto. Naruto hanya menatap langit yang gelap. Tetesan air dari langit perlahan mulai turun. Naruto merasakan perih yang luar biasa ketika air mengenai titik darah keluar di badannya.

"Ya, ya, ya. Menangislah dan suruh ia pergi. Atau ia akan kutarik paksa jiwanya" Kawaki kembali muncul dan perlahan mendekat ke arah mereka berdua.

Naruto sebenarnya sudah memiliki rencana untuk urusan dan kondisi ini. Ia mengorbankan nyawanya. Tujuannya agar Kawaki tidak mendapatkan kekuatan penuh dari dirinya. Namun, justru Hiwamari datang menyelamatkannya secara tiba-tiba.

Namun Naruto memiliki rencana lain.

"Himawari... Ugh... Dengarkan aku. Kau pergilah ke arah Barat sekarang, de-dekatilah puncak yang terdapat runtuhan dinding berdiri itu. Ketika dinding tersebut terdapat lubang cahaya kecil di atasnya... ka-kau sentuhlah" Himari yang mendengar itu lantas mengkerutkan alisnya. Meninggalkan ayahnya sama saja dengan membiarkannya terbunuh.

"Tidak. Tidak... Aku tidak akan pergi..." Ia berdiri menghadapkan diri ke Kawaki yang sudah semakin dekat.

"... Aku akan membunuhnya"

'Ke-keras kepala' Batin Naruto pasrah. Ia tidak kuat untuk bergerak. Chakra yang dimilikinya terhisap ke pedang yang tertancap ini, rasanya sari-sari kehidupan seperti tertarik juga.

Lalu Naruto menutup matanya, ia memanggil sesuatu dari alam bawah sadarnya, dan terbuka dengan pupil berwarna merah.

"Hei Bocah!" Himawari tersentak. Ia berbalik badan. Ia sudah tahu suara siapa ini.

"Kedelapan temanku sudah terhisap oleh orang brengsek itu. Hanya tersisa diriku sekarang. Kau sudah tahu apa yang terjadi pada kakakmu... Jadi... Ikutilah kata-kata Naruto sekarang! Chakra Naruto dan diriku semakin menipis!"

Himawari yang mendengar itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Ia tak rela jika jalan terbaiknya harus meninggalkan seluruh keluarganya seperti ini.

"Cepat!" Bersamaan dengan itu juga Kawaki menjulurkan tangan auranya. Secara tiba-tiba pedang-pedang yang ada di tubuh Naruto tercabut dan menyerang Himawari. Namun Hiwamari dengan sigap melompat keudara dan menendang keras pedang-pedang yang mendekatinya.

Naruto, lebih tepatnya Kurama yang sedang mengendalikan tubuh Naruto melihat kesempatan emas ini langsung membentuk segel tangan.

"Dimension gate of Jinchuriki Chakra: OPEN!"

Kurama mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah barat. Dirasa sudah pas, Ia menembakan cahaya kecil dari tangannya dan menempel pada sebuah dinding. Dinding tersebut membetuk segel-segel seperti memanggil Kuchiyose, bedanya di tengah segel tersebut terdapat cahaya terang bewarna-warni.

Himawari yang melihat tersebut langsung mempercepat lompatannya dari kejaran pedang-pedang Kawaki.

Namun mendadak pedang-pedang Kawaki berhenti dan...

"Si-sialan! Apa yang kau lakukan tadi?!" Kawaki menendang keras dan menginjak kepala Naruto keras-keras.

"AYAH-"

"Sentuh segelnya sekarang!"

Himawari memegang tengah segel tersebut. Tiba-tiba lubang segel mengeluarkan angin kencang mengelilingi badannya, dirinya mulai tertarik dan terhisap kedalam lubang tersebut. Kawaki yang tidak kehilangan akalnya langsung mengarahkan tangannya ke arah Himawari.

"CHIBAKU TENSEI!"

Badan Himawari tertarik ke arah lain. Gravitasi yang dikeluarkan Chibaku tensei menarik dirinya cukup kuat. Tapi ia terus bergerak melawan. Ia mengaktifkan Byakugannya tuk mengetahui titik yang lemah akan gravitasi Chibaku Tensei.

"Kurasa membunuh satu anakmu lagi di depanmu cukup menghibur. Bagaimana, Hokage-sama?"

Kawaki memegang leher belakang Naruto dan mengangkatnya, memaksa Naruto untuk melihat Himawari yang sedang berusaha menghindari hisapan Chibaku.

'Si-sial... Jika begini terus, aku tidak akan ada kemajuan. Bisa-bisa aku terhisap' Himawari mendadak merasakan chakra yang menyelimuti dirinya. Chakra berwarna merah yang sering ia lihat.

"I-ini... Ini chakra Jinchuriki... Berarti ini dari- Ayah?!"

"MAJULAH HIMAWARI!"

Tanpa basa-basi, dengan kecepatan penuh Ia langsung melompat meluncur ke arah portal. Badan Himawari kembali bersinar dan berwarna, selaras seperti warna portal yang ada di depannya. Portal pun terbuka lebar, angin kencang kembali keluar mengelilinginya.

Ia tak tahu apa yang akan terjadi jika ia masuk ke dalam portal ini. Ini adalah saran ayahnya. Ini yang terbaik. Sebelum benar-benar masuk dan berpisah, Ia melirikan matanya sejenak ke ayahnya. Ia ingin memberikan senyum terakhirnya untuk ayahnya.

Namun matanya melebar. Air mata berjatuhan.

Terdapat 5 pedang menusuk dada Naruto. Masih dengan posisi tercekik di bagian leher belakangnya, Kawaki tersenyum lebar. Ia menatap tajam Himawari yang melotot tak percaya. Himawari pun tak bisa melakukan apapun melihat ayahnya seperti itu. Ia pun masuk kedalam lubang portal dengan air mata.

"A-ayah.."


- x -

"Nee Sakura-chan... Akhir-akhir ini misi yang kita dapatkan cukup sulit dan membuat kita kewalahan" Naruto dan Sakura sedang berjalan Malam santai melewati taman setelah makan bersama di Ramen Ichiraku.

"Um... Kupikir karena hanya kita berdua saja bersama Kakashi-sensei. Lagipula kau selalu komentar sehabis kita melakukan misi. Berhentilah berkomentar! Padahal kau sudah kutraktir ramen"

"A-ah... Maafkan ak-" Sakura bingung dan berhenti akibat kalimat Naruto yang belum selesai. Namun yang membuatnya berhenti bukan itu, melainkan sebuah suara keras dari arah Naruto.

Ia membalikan badan. Alisnya mengkerut, pipinya memerah, mulutnya terbuka lebar, ia ingin berteriak. Terlihatlah Naruto tertiban sesuatu... lebih tepatnya seseorang. Seorang wanita dengan pakaian berantakan 75%, menindih Naruto dengan tidak elitnya.

"Sa-sakit... Apa in- AAAA!-" Naruto terkejut melihat ada seorang wanita yang menindihnya. Yang lebih menyeramkannya lagi adalah wanita satunya yang sudah siap membogem mentah dirinya.

"A-ampuni aku Sakura-chan! Ini bukan kesalahanku! I-Ia entah datang dari mana lalu meniban diriku! Aku tidak bohong!" Sakura yang tidak peduli dengan perkataan lawan bicaranya sudah siap mengeluarkan tinju andalannya, namun ia berhenti karena orang di depan Naruto tiba-tiba bergerak.

Naruto yang sudah pasrah masih memejamkan matanya. Ia tidak merasakan apa-apa selama beberapa detik. Ini berbeda dari biasanya, apa yang dilakukan Sakura? Tiba-tiba Ia sekarang merasakan gerakan pada perutnya, Naruto tersentak dan membuka matanya perlahan.

"Yo-yo nona... Kau baik-baik saja?"

"..."

"..."

"..."

"Nona? K-kau baik-baik saj-"

"A-ayah.." Naruto tampak bingung. Ayah? Apa maksudnya? Apakah yang didepannya adalah hewan? Dan Naruto adalah orang yang pertama yang ia lihat? Hei! Lagipula harusnya ia memanggil dirinya Ibu jika memang hewan.

"Maaf nona, sepertinya kau salah oran-"

"AYAH! KAU MASIH HIDUP!" Naruto langsung dipeluk oleh orang di depannya. Ekspresi Naruto saat ini lebih bodoh dari biasanya. Ia tak mengerti. Tentu saja dirinya masih hidup, tapi kenapa ia memanggil dirinya ayah? Lagipula siapa dia? Dari mana ia berasal? Bagaimana ia bisa dipanggil ayah? Kenapa hari ini banyak sekali orang yang memotong ucapannya? Dan masih banyak pertanyaan yang ada di kepalanya.

Sementara Sakura hanya menutup mulutnya sambil memandang Naruto dan orang asing ini dengan mata melebar.


- x x x BERSAMBUNG x x x-

Yossshhh. Ini prolog + tulisan + seri pertama dari author baru iniiiii. Mohon saran-sarannya untuk bahasa dan tulisan di atas. Baru nyoba-nyoba nulis fanfic, ehe.

Oh ya, sedikit bocoran. Fanfic ini 90% bakal matahin alur atau lebih tepatnya gak sesuai sama Anime/Manganya Naruto. Mungkin ada, tapi cuman buat alur tambahan.

Mungkin segitu aja. Ini baru prolog. Salam dari Author baru! See you in the next chapter! Oh, next? Hmm...