Happy Read.
Ost op: Beautiful (ANLY)
¤Uchida Tokugawa¤
-Present-
.Naruto belong's Masashi Kishimoto.
Naruto © Kishimoto M.
.Shokugeki No Souma belong's Yūto Tsukuda & Shun Saeki.
.Shokugeki No Souma © Yūto Tsukuda & Shun Saeki.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(Ramen and Tsundere Girl)
Seorang pemuda bersurai pirang melangkah pelan menyusuri jalanan kota Tokyo, pemuda tersebut melangkah dalam diam memandang jutaan lampu yang terlihat indah menghias kota tersebut dimalam hari.
"Kurasa semua perlengkapan untuk besok sudah kubeli"
Pemuda tersebut bergumam pelan sambil melirik kearah kantung belanjaan berukuran besar berada disetiap genggaman tangannya yang berisi sayur sayuran, bumbu rempah, daging serta beberapa bahan lainnya untuk perlengkapan rumah makan miliknya, ya dirinya memang membuka sebuah rumah makan sederhana dipinggiran kota Tokyo namun jangan dianggap remeh karena hampir setiap harinya porsi stock ramen yang dirinya jual selalu habis tanpa sisa.
Dan perkenalkan namaku adalah Naruto, Uzumaki Naruto seorang pemuda yang nekat pergi dari desanya di bagian timur Jepang menuju Tokyo untuk mengadu nasib agar keluarganya dapat hidup lebih baik dan memang beberapa tahun belakangan ini karirnya sebagai pengusaha ramen cukup berkembang pesat.
Set!
Naruto menghentikan langkah kakinya kemudian perlahan menaruh kantung besar belanjaannya ketika sampai didepan sebuah kedai sederhana yang dibagain atapnya terdapat spanduk bertuliskan Ichiraku Ramen, perlahan Naruto merogoh saku celananya mengambil kunci pintu kios ramen sekaligus juga tempat tinggalnya selama ini namun detik berikutnya dirinya menghentikan gerakannya mencari kunci pintu kedainya ketika melihat bahwa pintu tersebut ternyata tidak dikunci serta lampu ruang tengah kedainya menyala menandakan ada seseorang didalam sana.
Krieet!
Perlahan pemuda pirang tersebut membuka pintu kedainya kemudian melangkah masuk dan setelahnya ia dapat melihat seorang gadis bersurai kastanye panjang sepinggang duduk di bangku panjang untuk pelanggan dikedainya tersebut sambil menatapnya dengan datar.
"Kenapa kau lama sekali Naru?" Gadis tersebut berucap datar membuat Naruto terdiam sesaat sebelum akhirnya menghela nafas panjang.
"Bukankah sudah kukatakan Erina? Untuk jangan menduplikat kunci kedaiku lagi" Naruto menatap sebal kearah gadis dihadapannya saat ini, memang sudah dua tahun yang lalu sejak dirinya pertama kali tiba di kota ini dan secara tidak disengaja bertemu Erina Nakiri seorang anak dari keluarga bangsawan yang mendirikan Tōtsuki Culinary Academy, sebuah Academy memasak nomer satu didunia dimana setiap tahunnya lulusan dari Academy tersebut adalah chef terbaik, kemudian beberapa kejadian terjadi antara Naruto dan Erina hingga akhirnya menjadi seperti saat ini dimana gadis Tsundere super menyebalkan dihadapannya ini selalu mengunjungi kedainya setiap ada kesempatan.
"Itu adalah hukuman karena kali ini kau telat pulang"
Naruto sweatdrop sesaat ketika mendengar perkataan Erina barusan, gadis tersebut seolah mengatakan dirinya saat ini adalah seperti seorang suami yang telat pulang kerumah dan peran Erina sebagai seorang istri yang dibuat kecewa oleh sang suami akibat telat pulang, oh ayolah hampir dua tahun lamanya gadis Tsundere dihadapannya ini mengganggu kehidupannya dengan alasan sama seperti ini namun entah mengapa dirinya tidak merasa bosan ataupun marah setiap kali Erina berbuat aneh aneh.
"Haah~ terserah kau saja" Naruto mendesah pasrah kemudian melangkah memasuki dapur, "Jadi kau ingin yang seperti biasakan?" Sambungnya pelan sesaat sebelum memasuki dapur meninggalkan Erina yang tersenyum kecil melihatnya.
Beberapa saat kemudian terlihat Naruto yang keluar dari dalam dapur membawa sebuah nampan dengan kuali kecil yang tertutup ditengah nampan tersebut.
Tap!
Tap!
Tap!
Set!
"Silahkan dinikmati Erina-sama~"
Naruto menaruh nampan yang dirinya bawa tepat dihadapan Erina kemudian membungkuk hormat layaknya seorang butler namun dengan nada mengejek dibagian akhirnya membuat gadis kastanye tersebut mendengus pelan.
Klek!
Wussh~
Ekspresi Erina yang merengut seketika menjadi memerah akibat menahan aroma nikmat yang seketika menyeruak tajam kedalam Indra penciumannya sesaat setelah membuka tutup kuali membuat sebuah uap penuh akan rasa serta aroma Rampah menyebar diruangan tersebut dan juga masakan inilah yang selalu membuatnya mampir dikedai milik Naruto hampir 2 tahun belakangan ini.
Naruto tersenyum lebar melihat ekspresi Erina yang menahan nikmat dari Ramen buatannya, dirinya tidaklah pernah bosan melihat ekspresi tersebut selama 2 tahun belakangan ini seolah kehadiran Erina yang selalu menganggunya adalah hiburan tersendiri, mungkin memang gadis tersebut terlihat menyebalkan tipikal anak bangsawan yang keinginannya selalu ingin dikabulkan namun ada sisi tersendiri dari seorang Erina Nakiri yang membuat Naruto tertarik.
Set!
Dirinya terbengong sesaat ketika melihat Erina yang menyodorkan sebuah mangkuk kuali kosong kearahnya barusan, hah? sudah habis? Padahal belum ada 4 menit sejak ia selesai membuat dan memberikannya, sebenarnya seberapa cepat gadis dihadapannya ini memakannya?.
"B-buatkan lagi!"
Naruto mendengus pelan melihat nada perintah Tsundere dari gadis dihadapannya ini, inilah salah satu sifat menyebalkan dari Erina yaitu suka menyuruh nyuruh orang sesukanya.
"Hmph~ jadi begitukah caranya menyuruh seseorang untuk mewujudkan kemauanmu?" Naruto melirik malas kearah Erina yang saat ini menatapnya kesal, namun beberapa detik setelahnya gadis tersebut menunduk malu sesekali memainkan ujung untaian rambut kastanyenya membuat Naruto tersenyum tipis saat melihatnya.
"T-tolong buatkan lagi"
Pemuda pirang tersebut tersenyum puas mendengar kalimat gadis tersebut dan perlahan tangan kekarnya terulur kemudian mengacak Surai kastanye Erina gemas.
"Hahaha baiklah baiklah tunggulah" Naruto tertawa pelan kemudian kembali melangkah menuju dapur kedainya meninggalkan Erina yang wajahnya sudah memerah menahan malu dan kesal karena selalu saja seperti ini dimana pemuda pirang tersebut selalu berhasil membuatnya memohon hanya untuk bisa menikmati ramen sederhana buatannya namun entah mengapa memiliki rasa luar biasa.
"Naruto Baka!" Teriak Erina nyaring kearah dapur berharap pemuda pirang tersebut mendengarnya, "Cepatlah baka! Kau tau aku sudah sangat lapar karena sejak pagi hingga sekarang belum ada makanan yang kumakan" sambungnya nyaring mengeluarkan unek-unek dibenaknya dan juga memang seharian ini dirinya belumlah memakan apapun karena diakademi yang dirinya tempati yaitu akademi Tōtsuki Culinary Academy dimana ia dikenal sebagai Lidah dewa dan mencicipi hampir seluruh masakan murid akademi tersebut untuk menentukan kelulusan serta kelayakan mereka sebagai juru masak namun hasilnya sangat mengecewakan dimana seharian ini hanya masakan gagal dan gagal yang selalu ia rasakan bahkan hari ini sudah banyak murid gagal akibat masakan mereka dirinya tolak.
Erina mengerejapkan kedua irisnya menatap seluruh isi kedai milik Naruto beberapa saat sebelum tersenyum kecil, kedai ini meskipun kecil dan sempit namun rasa nyaman dan tenang yang dirinya rasakan melebihi dari rasa nyaman dan tenang di akademi serta Vila tempatnya tinggal di Tōtsuki Culinary Academy, disana dirinya digunakan seoalah hanyalah untuk menjadi alat penentu kelulusan setiap murid dimana lidah dewa miliknya digunakan dan entah mengapa hidupnya terasa kelabu.
"Meskipun tempat ini sempit dan kecil-!"
Cklek!
Tap!
Tap!
"Yaa maafkanlah kalau kedaiku ini kecil dan sempit wahai Erina-sama~"
Gadis bersurai kastanye tersebut terkejut karena kemunculan Naruto dari arah dapurnya secara tiba tiba sambil membawa sebuah kuali kecil berisi ramen kesukaannya membuat lamunan serta pikirannya buyar.
"B-bukan itu maksudku Baka!"
Erina tergagap menatap kearah Naruto yang memasang ekspresi sebal namun detik berikutnya gadis tersebut termenung saat melihat ekspresi Naruto yang berubah tersenyum lebar kearahnya sambil menyodorkan kuali berisi ramen kearahnya.
"Ma~ Jangan dipikirkan, lagian memang kenyataannya kedaiku ini kecil dan sempit" Naruto tersenyum lima jari kearah Erina, "Namun kuyakin 2-3 tahun mendatang usahaku ini musti akan menjadi lebih besar" sambungnya pelan.
Erina terdiam mendengar perkataan serta senyuman Naruto barusan, dirinya tidaklah bisa membohongi Indra perasanya karena memang sejak awal ia mencoba ramen buatan pemuda tersebut rasanya sangatlah enak.
Set!
Ctik!
Ctik!
Naruto yang melihat gadis dihadapannya saat ini telah memakan ramen buatanya tersenyum tipis kemudian dirinya melangkah menuju bangku dipojok ruangan tepat disebelah fentilasi, tangan kanannya merogoh saku celananya mengambil sebuah bungkus rokok dan perlahan dirinya mengambil sebatang berniat menghidupkannya.
Tap!
Tap!
Tap!
Plak!
Naruto terdiam saat melihat sebuah tangan menepis tangannya yang sedang memegang rokok membuat gulungan tembakau tersebut terlempar keluar jendela dan pelakunya adalah Erina yang saat ini menatapnya tajam.
"Bukankah sudah kukatakan untuk berhenti merokok Naruto?!" Erina menatap tajam kedua iris safir Naruto yang juga menatapnya selama beberapa detik sebelum pemuda tersebut tersenyum kecil.
"Kurasa aku melupakannya, gomen gomen Erina" Naruto tertawa pelan melihat ekspresi marah gadis kastanye dihadapannya ini kemudian iris safirnya melirik kearah mangkuk ramen yang telah kosong menandakan gadis tersebut telah usai memakannya dan juga dirinya kembali terpukau dengan kecepatan Erina, sebelumnya gadis tersebut membutuhkan waktu 4 meniy untuk memakan ramen buatanya dan barusan hanya 3 menit? Terkadang Naruto selalu dibuat tekjub dengan hal hal kecil yang dilakukan Erina seperti saat ini, "Hei ini sudah pukul 22'30, apakah kau tidak segera pulang Erina? Kurasa keluargamu akan khawatir jika putri tunggal mereka tidak ada dirumah disaat malam mulai larut seperti ini" Naruto menatap kearah jam dinding kedainya yang menunjukkan pukul 22'30 kemudian menatap kearah Erina yang membuang muka menatap kearah lain.
"Aku menginap disini!"
Tik!
Tik!
Tik!
Suasana dikedai tersebut seketika hening dan yang terdengar hanyalah suara jarum jam yang bergerak tiap detiknya, Naruto membatu seusai mendengar perkataan Erina barusan, apakah dirinya tidak salah dengar? Gadis tersebut mengatakan akan menginap disini? Malam ini? Oh ayolah jika sampai keluarga Nakiri mengetahui anak semata wayang mereka menginap dikedai butut seorang pemuda sepertinya maka habislah sudah semua perjuangannya selama ini di Tokyo untuk mencari kehidupan lebih baik.
"Tidak! Tidak! Tida-!"
Naruto menghentikan kalimatnya saat melihat wajah Erina yang menatapnya layaknya anak kucing dan ini salah satu sifat menyebalkan gadis tersebut yaitu menggunakan segala cara agar kemauannya terwujud.
Plak!
Naruto menepuk jidatnya sambil menghela nafas lelah sesaat setelah menatap Erina yang tersenyum puas karena keinginannya kembali dikabulkan.
"Hanya kali ini"
Erina tersenyum puas mendengar kalimat Naruto barusan, inilah salah satu sifat yang disukainya dari seorang Naruto yaitu selalu mewujudkan keinginannya meskipun terkadang harus berdebat dulu agar pemuda tersebut mau mengabulkan permintaannya.
"Baiklah arigatou Naruto~" Erina tersenyum puas kemudian melangkah menuju pintu belakang kedai Naruto yang menghubungkan ruangan rumah pemuda pirang tersebut dengan kedai Ichiraku, "Aku akan tidur di kamarmu dan kau tidur di ruang tengah" sambung Erina menyeringai kecil kearah Naruto yang menganga menatapnya tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
"G-gadis sableng" desis Naruto menahan sebal melihat kepergian Erina yang dengan sesuka hatinya menyuruhnya tidur diruang tengah sedangkan gadis tersebut tidur dikamarnya dan sebenarnya pemilik kedai ini siapa? Kenapa malah tamu yang mengatur si pemilik, memang benar kalau tamu adalah raja namun kalau seperti ini ya juga terasa sangat menyebalkan.
"Haa~ mau diapakan lagi, gadis tersebut memang suka bertindak seenaknya"
Namun pada akhirnya Naruto hanya menghela nafas pelan sambil tersenyum kecil sesaat kemudian melangkah masuk setelah selesai menutup kedai serta mengecek apakah masih ada yang belum beres ia kerjakan dikedai ya tersebut.
Set!
Naruto merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah sambil menatap langit langit rumahnya dalam diam, dirinya tidaklah merasa lelah atau apa kali ini dan juga gadis bernama Erina Nakiri tersebut entah mengapa selalu saja mengaturnya tentang hal apapun membuatnya terkadang berpikir sifat gadis tersebut hampir menyamai sifat ibunya yang cerewet.
"Erina Nakiri kah"
Naruto tersenyum kecil sebelum memejamkan kedua iris safirnya berniat tidur karena besok dirinya yakin akan sangat sibuk sama seperti hari hari sebelumnya, dimana para pelanggan terus menerus berdatangan hingga stok porsi ramennya habis.
"Hati Hati Ya Naruto!"
Seorang pria dewasa bersurai pirang dan disampingnya wanita dewasa bersurai merah sepinggang melambai kearah seorang pemuda bersurai pirang yang berada didalam sebuah kereta.
"Tentu Tou-san! Kaa-san! Naru janji akan membuat restoran Naru menjadi nomer satu dijepang!"
Pemuda bernama Naruto tersebut berteriak nyaring kearah kedua orang taunya menghiraukan beberapa orang disekelilingnya yang menatapnya aneh, sedangkan kedua orang tau atau lebih tepatnya Minato Namikaze serta Kushina Uzumaki hanya tersenyum lembut kearah Naruto.
"Semoga impiannya terwujud" Kuhsina tersenyum lembut menatap kereta yang membawa puteranya tersebut mulai bergerak pergi menuju kota besar Tokyo.
Set!
"Percayalah kepada Naruto, Kushina" Minato tersenyum kecil kearah Istrinya, dirinya percaya kepada putera semata wayangnya tersebut dan yakin bahwa suatu hari nanti impiannya akan terwujud dimana Naruto menjadi chef serta mempunyai restoran terbesar dijepang.
Sedangkan Naruto saat ini yang berada didalam kereta hanya memandang kedua orang tua yang telah membesarkannya tersebut dengan pandangan yakin, dirinya harus yakin bahwa suatu hari nanti akan berhasil dan tidak mengecewakan kedua orang tuanya.
.
.
.
"Untuk kepada seluruh penumpang dipersilahkan untuk turun karena kita telah sampai distasiun Tokyo"
Suara dari alat pengeras yang berbunyi membuat Naruto yang awalnya tertidur perlahan mulai mengerejapkan kedua matanya.
"Sudah sampai ya" Naruto sesaat merenggangkan tubuhnya kemudian bangkit dari duduknya berniat melangkah keluar dari dalam kereta.
"Whoaaah! Ini Tokyo!"
Kedua iris safir Naruto menatap takjub kota yang dirinya tempati saat ini, dimana bangunan pencakar langit berdiri megah disetiap mata memandang dan juga jutaan lampu yang tersebar disetiap tempatnya semakin memanjakan mata siapapun yang melihatnya.
"Jadi dialamat ini ya?" Naruto menatap sebuah tulisan di secarik kertas yang diberikan ayahnya sebelum dirinya berangkat, ayahnya mengatakan bahwa kedai dialamat tersebutlah yang akan menjadi tempatnya tinggal sekaligus kedai kerjanya.
Beberapa saat berkeliling dan juga bertanya kepada pejalan kaki tentang alamat yang tertulis di secarik kertas ditangannya tersebut akhirnya terlihat saat ini Naruto berdiri didepan sebuah kedai usang yang terlihat sudah lama tidak ditempati bahkan papan nama dibagian atas kedua tersebut telah memudar warnanya menandakan sudah lama tempat ini tidak ditinggali atau dikelola.
"Maa~ meskipun terlihat mengerikan namun semangatku untuk membuka restoran terbesar dijepang tidak akan padam!" Naruto dengan semangat berapi api menatap yakin kearah kedai dihadapannya bahwa mulai saat ini, dimulai dari kedai butut dihadapannya ini dirinya akan berjuang dari hari ke hari hingga akhirnya impiannya terwujud.
Keesokan harinya dipagi yang cerah dimana matahari telah berada hampir diatas kepala kita atau bisa disebut siang hari, yah siang hari dimana seharusnya sang tokoh utama kita Uzumaki Naruto yang sebelumnya dengan yakinnya mengatakan bahwa akan berusaha keras namun dihari pertamanya saja sudah bangun kesiangan.
"Uwooh! Aku kesiangan!"
Naruto berteriak nyaring dari dalam kamarnya saat melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10'30, dengan tergesa pemuda pirang tersebut melesat menuju toilet dan tidak sampai hitungan menit pintu kamar mandi terbuka menampakkan tubuh Naruto yang basah kuyup sehabis mandi dan dengan cepat pemuda tersebut melesat kembali menuju kamarnya.
Beberapa saat kemudian setelah bersiap akhirnya Naruto mengunci kedainya dari luar kemudian dirinya melangkah agak cepat menuju pasar swalayan yang hanya beberapa blok dari kedainya berniat membeli perlengkapan untuk kedainya dan juga berharap bahwa bahan bahan seperti sayur, daging, rempah serta bahan lainnya masih ada tersisa untuknya mengingat ia kesiangan dihari pertamanya membuka kedai.
"Semoga masih ada yang tersisa" Ucap Naruto pelan sambil terus melangkah menuju pasar swalayan.
Beberapa saat kemudian terlihat Naruto yang keluar dari pasar swalayan membawa dua buah kantung berukuran besar yang berisi bahan bahan untuk dirinya masak.
"Hanya tinggal daging" Naruto bergumam pelan sambil memegang kantung belanjaannya menatap sekelilingnya berharap masih ada penjual daging yang masih berjualan, namun perhatiannya tertuju kearah salah satu kios penjual daging yang berada tidak jauh dari tempatnya saat ini dan sepertinya hanya kios daging itulah yang terkahir buka sebab kios lainnya sudah tutup dikarenakan hari telah memasuki siang.
Tap!
Tap!
Tap!
Brukh!
Naruto seketika oleng kesamping hampir jatuh ketika seseorang menabraknya dari belakang dengan kuat.
"Kalau jalan pakai mata!"
Naruto menatap sweatdrop kearah seorang gadis yang barusan menabraknya, apakah gadis ini gila atau apa? Yang menabrak dari belakang adalah gadis tersebut dan dengan seenaknya malah mengatainya.
"Paman aku beli dagingnya!"
Naruto mengadahkan kepalanya menatap kearah gadis yang tadi menabraknya tersebut dengan pandangan kesal, sudah menabraknya dan malah menyalahkannya kemudian saat ini dengan seenak jidatnya malah mengambil sisa daging satu satunya yang tersisa dipasar ini.
"Hey! Itu daging milikku!" Naruto berucap nyaring membuat paman penjual daging menghentikan gerakan tangannya yang akan membungkus daging yang akan dibeli tersebut.
"Apa?! Jangan seenaknya pirang! Aku yang membeli daging ini terlebih dulu!" Gadis bersurai kastanye tersebut tak mau kalah dan meninggikan suaranya kearah Naruto yang didahinya muncul persimpangan.
Twich!
"Dengar ya! sebelum kau datang aku sudah berniat membeli daging tersebut" Naruto berucap pelan padahal sebenarnya dirinya sedang berusaha mati matian menahan emosinya kepada gadis sableng dihadapannya saat ini.
"Kalau sudah dari tadi kenapa tidak kunjung dibeli? Pokoknya daging ini aku yang beli!"
"A-apa! Kau gadis aneh!"
"Diam kau kuning tai!"
"K-kau!"
"Hei hei jangan bertengkar"
Naruto beserta gadis tersebut menghentikan adu mulut mereka dan menatap kearah paman penjual daging yang menyeringai kecil.
"Bagaimana jika kita tentukan siapa pembeli dari daging ini dengan..." Paman penjual tersebut memutuskan kalimat terakhirnya sambil tersenyum kecil menatap kearah Naruto kemudian gadis disampingnya, "Dengan Shokugeki" sambungnya pelan membuat sang gadis menatapnya tak percaya dan Naruto yang menatap bingung.
"Shokugeki? Jangan bercanda paman! Sipirang ini bahkan dilihat dari tampangnya tidak tahu cara memasak!"
Twich!
Perempatan kembali muncul didahi Naruto sesaat setelah mendengar perkataan gadis tidak tahu sopan santun dihadapannya ini, sedangkan sang paman penjual daging hanya tertawa kecil.
"Bukankah kau murid dari Tōtsuki Culinary Academy?" Paman tersebut menatap kearah sang gadis yang mengangguk pelan kemudian mengalihkan pandangannya menatap kearah Naruto "sedangkan kau dilihat dari barang belanjaannmu serta bau rempah yang kau beli mengatakan bahwa kau seorang koki dikedai ramen" sambungnya pelan membuatnya ditatap takjub oleh Naruto serta gadis disampingnya tersebut.
"Jadi bukan hal mustahil jika kalian melakukan Shokugeki"
Paman penjual daging tersebut menatap kearah Naruto kemudian sang gadis menunggu apa jawaban mereka namun detik berikutnya sebuah seringai kecil tercipta diwajahnya ketika melihat anggukan dari Naruto maupun gadis tersebut.
Namun perlahan Naruto memegang lehernya karena entah mengapa dirinya mulai merasa sesak susah bernafas seolah ada sebuah tangan transparan yang mencekik lehernya dengan kuat membuatnya ditatap aneh oleh sang gadis maupun sang paman penjual.
"Hei kau kenapa Gaki?"
"Kau kenapa pirang?"
Naruto menatap kearah depannya dengan pandangan yang semakin membuatnya karena kesulitan bernafas hingga akbirny-!
Fuaaah!
Hah!
Hah!
Hah!
Naruto seketika membuka kedua matanya menampakkan iris safir yang menatap kearah langit langit ruangannya dengan nafas terengah namun detik berikutnya dirinya sadar apa penyebab ia kesulitan bernafas tadi yaitu seorang gadis bersurai kastanye yang saat ini mendengkur halus diatas tubuhnya.
"Kau ini"
Naruto menatap sesaat kearah wajah polos Erina yang terlelap sebelum perlahan dirinya bangkit dengan hati hati agar tidak membangunkan gadis tersebut.
"Masih jam 7" dirinya bergumam pelan saat melihat jam dinding ruangannya yang masih menunjukkan pukul 7 pagi yang berarti waktunya masih tersisa banyak untuk bersiap siap maupun bersantai karena jam buka kedai ramennya adalah jam 9 pagi.
.
.
Beberapa saat kemudian terlihat Erina yang masih tertidur di sofa perlahan mengerejapkan kedua matanya sebelum akhirnya bangkit menjadi posisi duduk menatap sekelilingnya dengan pandangan sayu.
Wush~
Sebuah aroma masakan perlahan masuk kedalam Indra penciuman Erina membuat gadis tersebut seketika terdiam karena mengenal aroma masakan milik siapa, siapa lagi kalau bukan Naruto, ia sangat mengenal aroma khas ramen buatan pemuda pirang tersebut, Perlahan dirinya bangkit dari duduknya kemudian melangkah keluar dari rumah Naruto menuju ruangan kedai.
Set!
Erina dapat melihat dari celah pintu dapur kedai yang terbuka, disana terdapat Naruto yang mengenakan kaos putih dengan motif lambang pusaran serta calana jeans putih panjang sedang berdiri didepan beberapa bahan masakan yang dirinya ketahui bahan bahan tersebut adalah bahan untuk pembuatan ramen.
"Oh~ ternyata selain menyebalkan kau juga seorang pengintip ya Erina?" Naruto yang sedang menatap bahan bahan masakan dihadapannya tanpa menoleh berucap dengan nada mengejek kearah Erina ketika dirinya menyadari kedatangan gadis tersebut.
"A-apa! Aku hanya secara tidak sengaja lewat dan melihatmu baka!"
"Souka~"
Setelah itu suasana diruangan tersebut atau lebih tepatnya di dapur kedai Naruto menjadi sunyi dimana Naruto yang kembali fokus menatap bahan bahan dihadapannya dan Erina yang entah mengapa malah ikut diam menatap pemuda pirang tersebut.
"Naruto"
Naruto yang mendengar suara Erina memanggilnya kemudian menoleh menatap kearah gadis kastanye tersebut yang kali ini menatapnya dengan pandangan serius.
"Hm?" Respon singkat yang Naruto keluarkan.
"Ayo kita lakukan Shokugeki!"
"Ay-! Apa!"
Naruto yang ingin menjawab 'ayo' seketika menghentikan perkataannya dan menatap gadis disampingnya tersebut dengan pandangan bertanya tanya.
"Shokugeki dimana jika kau menang maka aku akan melakukan semua keinginanmu sedangkan jika aku menang maka sama seperti sebelum sebelumnya yaitu kau harus masuk Tōtsuki Culinary Academy" Ucap Erina dengan nada datar menatap kearah Naruto yang menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum kecil.
Tap!
Tap!
Naruto melangkah pelan kearah Erina kemudian berhenti tepat dihadapan gadis tersebut.
Set!
Set!
Dirinya menarik lengan kedua bajunya hingga kebahu dan detik berikutnya tersenyum kearah Erina yang juga menatapnya dengan senyuman kecil.
"Baiklah sesuai keinginanmu Erina! Mari kita lakukan Shokugeki!"
¤TBC¤
.Dont Like Dont Read.
END OST: Mirai Night (Sato Satomi)
.THANKS FOR READ FIC UCHIDA.
.Ichiraku Chef Belong's Uchida Tokugawa.
.Keep calm and read fic Uchida tokugawa.
-SAYONARA-