Naruto belong to Masashi Kishimoto

I own this story but not the chara

Welcome to my imagination and enjoy

.

.

.

.

.

Summary: "Hei bocah!"/ "Kau itu... apa benar usiamu 19 tahun?"/ "...Tapi aku juga bukan manusia paling pendek di dunia, kan? Paman saja yang terlalu tinggi. Seperti raksasa."/ "Secara hukum Paman tidak akan dituduh sebagai pedofil. Kecuali Paman memang sengaja meneriakkan umurku. Dan lagi..."/ "Kalau Paman mengubah penampilan menjadi seperti ini, Paman terlihat 10 tahun lebih muda. Jadi tidak akan ada yang menuduh Paman pedofil."/ "Kau... Tidur dengan meneteskan air liur semalaman?"/ "Kau yang minta mandi berdua kan? Kau yang mesum!"/ "Jangan mengataiku di hati Paman!"/ "Kau harus mengurangi semua makanan manis agar tubuhmu yang rata itu tidak membengkak seperti balon."/ "Aku berpanutan bahwa body goals yang baik adalah tubuh yang sama seperti Bymax dalam kartun Heroes 6.../

.

.

.

.

.

.

.

.

.

3. Crazy!

.

Naruto menggeram frustasi karena sekali lagi Sakura memilih tidur di atas bahunya dengan air liur yang menetes di bahunya. Luar biasa. Bagaimana bisa dia melakukan hal yang tidak lumrah seperti itu? Bahkan sejak pertama mereka harus tidur di satu tempat yang sama. Benar-benar menguji kesabaran.

"Bangun, bocah!"

Sakura membuka matanya terkejut dan tersenyum tanpa dosa melihat jejak air liurnya di bahu pria yang jauh lebih tua darinya itu. Bahkan tanpa sungkan dia membersihkan bibirnya dan mengusap-usap bagian baju Naruto yang basah karena ulahnya. Jorok!

"Paman... Setiap kali dekat dengan Paman aku selalu merasa tenang. Dan kadang-kadang menjadi lebih rakus dari biasanya. Bahkan dalam mata tertutup aku jadi bisa membayangkan tengah memakan permen yang beraroma lemon, cinnamon, dan juga mint. Enak sekali Paman."

"Pergi mandi dan jangan membuatku merasa menyesal menggadaikan masa lajangku bersama gadis rakus sepertimu."

"Boleh aku gigit tangan Paman? Aku jadi lapar paman. Ingin makan permen."

Naruto terbangun dan segera membopong gadis itu. Menurunkannya ke kamar mandi dan mencebik kesal. "Mandi, sikat gigi, dan bersihkan juga sifat rakusmu itu sebelum kita turun menemui ibuku. Mengerti?"

Sakura mengangguk sembari tersenyum bodoh sementara sang suami meninggalkannya sendiri di kamar mandi. Bicara tentang kegilaan, dia juga tidak tau kemana sifat malu yang dia punya ketika bersama dengan Naruto. Selalu saja ada perasaan janggal yang ingin menekan ego dan kekakuan pria yang jauh lebih tua darinya itu. Dan lagi... tubuh coklat itu benar-benar menggoda untuk digigit dalam arti yang sesungguhnya. Sebagai pecinta makanan manis, aroma cinnamon itu membuat siapapun teringat dengan kue, permen, atau apapun yang manis.

"Paman... menarik..."

.

.

.

Kushina mengulum senyum melihat putranya turun dengan tangan yang dirangkul erat oleh sang menantu. Sekalipun wajah sebal Naruto mendominasi keadaan, Kushina yakin Sakura mampu meruntuhkan semua sifat dingin itu.

"Etto... Kakak ipar?"sapa Ino dengan senyum lebar. Tangannya menjabat Sakura sehingga pelukan gadis itu dari kakaknya perlahan terlepas. "Apa kakakku sangat hebat semalam, hm?"goda gadis ponytail itu. Dia bisa melihat beberapa berkas merah di leher Sakura.

"Eh? Ini?" Sakura menunjuk bekas merah di lehernya. Asal muasal bekas itu sama sekali jauh dari kata 'intim' atau 'mesum' atau 'adegan dewasa'. Big no. Sakura merasa dia masih anak-anak. Lagipula bekas itu ada karena dia kalah bermain melawan Naruto semalam.

.

.

.

Flashback

"Paman..."rengek Sakura yang merasa sebal Naruto meinggalkannya terlelap sementara dia tidak bisa tidur.

"Apa? Kau ingin membuatku tidak bisa tidur?"

"Aku tidak bisa tidur padahal aku mengantuk."keluh gadis merah muda itu dengan manja.

"Kalau kau terlalu banyak memakan gula, begitu akibatnya."

"Glukosa seingatku malah memberi efek mengantuk, Paman."

"Terserah."

"Paman!"

"Nani? Jangan membuatku ingin melemparmu ke jendela."

Sakura merengut dan berjalan menuju lemari. Mengambil futon dan menutupkannya pada wajah Naruto yang terlelap. Pria itu meronta dan mengunci tangan gadis itu setelah berhasil melepaskan jerat futon yang menghalangi nafasnya.

"Ya! Kau ingin membunuhku?!"

"Paman! Badanku ini panas. Air putih yang ada di nakas membuat semua badanku gatal dan panas. Aku harus bagaimana karena kenyataannya aku tidak bisa tidur. Aku jadi ingin menggigit semua. Futon, bantal, seprei, termasuk Paman."

Naruto begidik dan melirik gelas air yang berisi separuh. Sial. Dia baru ingat kalau air itu disiapkan oleh Sai, adik ipar, yang dengan wajah kertasnya itu mengatakan selamat tidur secara mencurigakan. Apa jangan-jangan...

"Aku harus bagaimana, Paman?!"jerit Sakura sembari melompat-lompat.

Tanpa banyak berpikir, pria itu membopong tubuh istrinya dan menaruhnya ke atas closet. "Diam disitu dan aku harus menyiapkan air."

"Ini sudah tengah malam. Aku tidak ingin dimandikan bahkan dengan Paman."

"Diam."

Naruto memastikan suhu air yang ada di dalam bathtub tidak terlalu panas. Setelah itu Naruto membopong Sakura dan memasukkannya ke air hangat itu.

"Paman! Aku tidak mungkin mandi tanpa melepas baju. Aku bisa masuk angin!"

"Diam atau kau yang kugigit!"

"Paman jahat! Paman vampir!"

Naruto mengindahkan rutukan manja gadis itu dan menarik selang shower dan mengguyurkan air dingin di atas kepala Sakura.

"Dingin! Paman jahat!"

"Kau sedang bereaksi terhadap obat perangsang. Jadi diam dan biarkan aku membantu sampai reaksinya berakhir."

"Tapi badanku jadi tidak karu-karuan, Paman. Badanku hangat tapi kepalaku seperti disiram es!"

"Efeknya hanya beberapa jam."

"Aku bisa sakit besok!"

"Lalu kau ingin kumakan sekarang, he?"

Sakura sigap menggelengkan kepala dengan air mata yang turun membasahi pipinya.

"Good. Biarkan aku membantu. Hm? Meredakan hal seperti ini tidak selalu dengan saling memakan."

Penjelasan singkat itu membuat Sakura sedikit tenang sehingga dia bisa menerima rasa berantakan yang melandanya saat ini. Perlakuan asam sekaligus manis pria yang ada di hadapannya itu membuat air mata Sakura keluar bagaikan banjir bah. Setidaknya pria itu tidak membantunya dengan cara yang lain. Huh... Bagaimana bisa Sakura membayangkan dia akan melakukannya tanpa rasa dan dengan pria yang baru saja dikenalnya?

"Sudah lebih baik?"tanya Naruto. Sakura mengangguk. Tubuhnya sudah tidak sepanas dan segatal semula. Dia bisa keluar dari bathtub penuh siksaan itu dan kembali tidur ke kamar.

"Tunggu disana. Akan kuambilkan pakainmu."

Setelah menyerahkan 1 stell piyama tidur berikut dalaman, Naruto keluar dari kamar mandi. Menunggu istri kecilnya keluar. Gadis itu sudah mengeringkan rambutnya dan terlihat cukup rapi untuk tidur ketika memasuki kamar.

"Sudah mengantuk?"

"Belum bisa tidur, Paman."

Naruto menghela nafas panjang dan berjalan menuju meja belajarnya. Mengambil kartu uno dan sejumlah penjepit jemuran. "Kita bermain ini saja. Yang kalah dijepit pakai ini di leher."

"He? Kenapa leher?"

"Lebih tidak sakit dibanding jepit di telinga."

Sakura menaikkan kedua alisnya. Tidak memahami cara berpikir suaminya. Oke, bisa disebut suami kan sekalipun Naruto jauh lebih tua darinya?

"Oke, kita mulai!"

.

.

Flashback off

.

.

.

"Are? Ternyata kakakku juga memiliki jejak merah. Walau cuma 1."ujar Ino dengan geli.

"Urusi saja suamimu yang menyebabkan semua ini terjadi."gerutu Naruto. Dan karena apa yang dilakukan Sai, Sakura jadi jauh lebih menyebalkan sekarang. Menempel terus dan lebih lengket dari lintah yang menempel di kulit.

"Wow. Kau sangat hebat mengingat kau jadi pertapa selama beberapa tahun ini."sapa Menma dengan kekehan. Tangannya merangkul leher saudara kembarnya itu.

"Terserah."

Sakura hanya tersenyum melihat tingkah keluarga Naruto yang ternyata jauh dari bayangannya. Sangat absurd. Bahkan lebih absurd dari Ayah, Ibu, dan juga Sasori-nii jika dijadikan satu. Tapi kenapa sifat Paman satu itu bisa sangat dingin?

"Sudah, sudah... waktunya sarapan. Kalian duduk dulu."usik Kushina dengan senyum yang mengembang indah.

"Etto... Sakura, boleh aku tau apa makanan kesukaanmu?"tanya Ino dengan antusias.

"Aku suka semua makanan manis."

"Makanan yang paling kau suka di antara semua itu?"

Senyum jahil gadis itu membuat perasaan buruk tiba-tiba hinggap di hati Naruto. Jangan kalimat aneh yang muncul. Rapal Naruto dalam hati. Tapi doanya itu harus mendapatkan kenyataan yang berbanding terbalik.

"Aku paling suka makan Naruto-nii. Sangat manis hingga membuatku tak bisa berhenti."

Benar kan?

Gadis pink itu tidak akan membuat hari-harinya tenang. Dia seperti petasan hidup yang sengaja dikirim Kami-sama hanya untuk mengolok-olok rasa trauma atas hubungan yang tidak bisa mengantarkan rasa bahagia pada hatinya.

"Kau mendapat pasangan yang benar-benar luar biasa, Nii-chan."pekik Ino senang. "Kurasa tak lama lagi Ibu dapat menambah koleksi cucu."kelakar gadis pirang itu yang langsung disambut tawa hangat anggota Namikaze yang lain.

"Prosesnya saja kita belum memulai. Tapi kenapa semua orang mengatakan cucu?"bisik Sakura dengan polos (bodohnya) di telinga Naruto.

"Kau mengatakan pada mereka kau ingin memakanku, Baka."bisik Naruto setengah menggeram.

"Etto... Kalau itu... Aku memang ingin memakan Paman. Tubuh Paman Naruto membuatku ingin makan pancake terus-terusan."

"Hei!"

"Paman yakin ketika Kushina-kaachan dan Minato-touchan membuat Paman mereka tidak ikut memasukkan adonan pancake di dalamnya kan?"

Kami-sama... bisakah gadis ini pergi saja? Kewarasan Naruto perlahan-lahan hilang dengan segala ucapan bodoh (polos) bocah yang baru saja keluar dari masa remajanya itu. Sampai kapan pernikahan ini akan berlangsung?

.

000

.

Sakura bukannya bodoh. Dia juga tau bagaimana proses manusia bisa terbentuk. Dia sudah hafal di luar kepala sejak bagaimana langkah-langkah ritus kuno itu berlangsung beserta gambaran perkembangan janin di dalam rahim seorang wanita. Sperma dan ovum bersatu – membentuk zigot – morula – blastosis - implantasi ke dalam dinding rahim – berkembang menjadi janin – lahir - bayi. Hell! Masalahnya, dia kesulitan menjadi 'orang normal' ketika ada di samping Naruto.

Terlebih, jika topik makan memakan menjadi hal yang diperbincangkan. Rasanya Sakura tidak sanggup. Dia gadis normal. Dan dia harus merutuki obat kuat (siapapun yang memberikan) yang telah memberi efek berbeda pada tubuhnya. Dia menjadi sangat responsif atas segala sesuatu yang berkaitan dengan Naruto. Sejak malam itu. Ketika pria tua yang juga suaminya itu mencoba membantunya tanpa menyentuh seperti adegan yang biasa ada di novel-novel dewasa. Naruto tidak meluluskan egonya sebagai laki-laki untuk mengklaim kepemilikannya atas Sakura dan itu membuat Sakura senang. Dia bukan pria egois dalam hal hubungan intim.

Efek apa saja yang terasa mengganggu? Pertama, Sakura jadi tidak tahan berada dalam radius dekat dengan suaminya. Selain karena aroma pria itu sama dengan aroma makanan kesukaan Sakura, aroma itu berubah menjadi aphrodisiac yang mengirimkan getar gairah di sepanjang kulit Sakura. Gadis itu bahkan harus melatih pernafasan agar tidak menghirup aroma itu terlalu banyak sekalipun godaan untuk tidur di atas dada pria itu amat menggoda.

Kedua, suara yang berat dan seksi membuat Sakura tidak bisa berkutik. Setiap kata yang keluar dari bibir itu mengingatkannya pada musik tango dan wine. Jujur saja, Sakura bukan penggemar minuman berakohol (dia bahkan bisa muntah hanya dengan sesapan 1 kali) dan bukan pecinta tari asal Argentina itu. Dia tau segala hal di atas dari novel yang dibacanya dan penggambaran teman-teman pecinta drama di sekitarnya tentang definisi pria seksi. (otaknya sudah rusak!)

Yang ketiga dan paling tidak bisa dihindari, kontak skin to skin yang malah membuat tubuh Sakura terasa dibakar di tempat. Setiap kali pergerakan kulit Naruto di atas kulitnya akan membuat Sakura sulit tidur. Tubuhnya serasa dialiri listrik secara terus menerus disertai gelenyar aneh yang membuatnya ingin lebih dekat lagi. Masalahnya, bagaimana dia bisa menghindar jika dalam tidur pria itu menjadikannya guling? Untuk bagian guling hidup itu, Naruto selalu menuduhnya mesum jika di pagi hari ketika dia bangun Sakura berada di pelukannya dan separuh tubuh Sakura berada di atas tubuhnya. Padahal itu berkat ulah tangan Naruto sendiri. Pria itu menarik Sakura dan menenggelamkan wajahnya pada bahu gadis itu (mungkin pria tua itu tidak sadar). FYI, pria itu selalu topless ketika tidur dan Sakura sendiri bukan gadis yang suka memakai piama berlengan panjang. Sakura lebih suka memakai tanktop dan hotpants setengah paha. Dengan kondisi seperti itu, siapa yang akan tahan untuk tidak meneteskan air liur jika jajaran otot sempurna eightpack itu membayang tepat di depan mata dengan warna kulit yang serupa karamel?

Sakura mungkin saja dikutuk. Dia protes dengan keras akan ketidakadilan karena harus menikah dengan pria yang jauh lebih tua. Dan lihatlah dia sekarang. Dia bahkan tidak bisa mengendalikan matanya untuk berhenti melototi tubuh sempurna milik Naruto. Sakura sering sekali tidak sadar menulis 'Namikaze Sakura' di semua kertasnya saat sedang menganalisa diagnosis pasien. Semua masih maklum karena dia pengantin baru. Tapi kondisi itu sudah merusak konsentrasinya.

Astaga... Dia sudah benar-benar gila.

"Hei! Diagnosa pasien di bed nomor 5 itu ap... Ya Tuhan!"sentak Tenten ketika melihat jajaran tulisan 'kiss' di hampir setiap kertas laporan Sakura.

"Baka!"

Duagh!

"Ittai! Kau ini apa-apaan sih Tenten?"

Gadis bercepol dua itu memutar kedua bola matanya sebelum mencubit pinggang Sakura agar gadis itu terlepas dari lamunannya. 3 jam lagi mereka presentasi kasus dan Sakura sibuk dengan lamunan tentang ciuman. Enak saja!

"Pasien bed nomor 5 diagnosanya apa? Cium?"seloroh Tenten kesal.

Sakura yang baru terbangun dari lamunan menatap tidak percaya dengan apa yang dia tulis. Ya Tuhan! Dia harus menulis ulang laporannya sementara waktu presentasi sudah dekat.

"Kau mengacaukan segalanya hanya karena rindu dengan suamimu?"tebak Tenten asal. "Pria, kencan, dan segudang janji membuatku sebal. Mereka seharusnya muncul di bumi ketika kuliahku selesai. Dan lihat salah satu hasilnya."

"Jangan keterlaluan, Tenten."

"Aku tidak akan jadi begini kalau kau tidak mengacaukan bakal presentasi kita, Jidat. Kau tau sendiri kan kalau berkutat di Poli Bedah bukan hal yang membuatku bahagia? Aku harus melihat kamar operasi, pasien yang luka, darah, mess, dan tidak ada laki-laki berwajah tampan yang menghibur. Semuanya mengerutkan alis. Kau menambahnya dengan lamunan malam hangatmu bersama suamimu." Tenten menggerutu.

"Kami bukan pasangan hangat. Tapi panas dan seksi."kilah Sakura. Walau malu, tapi dia ingin menunjukkan bahwa kehidupan pernikahannya baik-baik saja. Siapa yang berpikir jika dia masih gadis sementara suaminya memiliki predikat 'penakluk wanita di atas ranjang'? Sejujurnya Sakura tidak tau darimaan gelar itu berasal. Dia tidak terlalu menyukai gosip kecuali ketika dia berusaha menyelidiki siapa sebenarnya pria yang dia nikahi.

"Melihat tingkahmu aku jadi berpikir kau mungkin akan segera memiliki bayi."

Bayi lagi.

Apa semua orang selalu berpikir bahwa wanita yang menikah akan berubah menjadi pabrik bayi? Menikah sekarang kan tidak selalu dikaruniai anak secara langsung. Bisa jadi dia harus menunggu satu bulan, dua bulan, tiga bulan, ah entahlah!

.

000

.

Naruto memandang sebal pada tumpukan kertas di meja kerjanya yang terasa 'beranak' tanpa henti. Dia ingin pulang. Tidur di rumah. Sekalipun ketika tidur dia akan mendapati gadis belia yang kebetulan adalah istrinya itu menempel sempurna di setiap celah tubuh Naruto. Dan bisa protes apa dia? Naruto tetaplah pria dan dia tidak munafik untuk menikmati sensasi seorang wanita di atas tubuhnya. (mesum!)

"Ini gambaran desain yang dikirim oleh Orochimaru sebagai hadiah pernikahanmu."ujar Shikamaru setelah masuk ke ruangannya tiba-tiba.

"Ha?"

"Hadiah. Rumah. Bukannya dulu memang kau menanamkan saham di perusahaannya tanpa melakukan akuisisi. Dia merasa berterima kasih dan berjanji akan memberikanmu satu rumah dengan desain yang kau minta."

"Kalau bocah itu melihat ini dia pasti akan berteriak untuk membelikannya rumah permen!"gerutu Naruto tanpa minat. Diambilnya kertas itu dengan mengerutkan dahi. Luar biasa. Orochimaru mengirimnya 5 desain rumah, 5 contoh desain interiornya, dan detail lingkungan rumah yang sudah disiapkannya untuk Naruto.

"Kau harus memilihnya satu. Aku tidak ingin mendapat omelan darinya dan mengganggu siang tenangku."gerutu Shikamaru.

Naruto mengamati kelimanya dan memilih satu yang akan membuat Sakura berteriak girang. Desain rumah tradisional dengan detail amat manis dan desain interior yang terkesan kuat dengan beberapa unsur feminin. Setidaknya rumah itu memiliki unsur yang mewakili pemilik rumah pria dan wanita.

"Yang ini dan katakan untuk menjauhkan segala bentuk gula. Aku harus membuat dia diet gula."ujar Naruto yang tentu saja tidak dipahami oleh Shikamaru. "Dan katakan aku akan membayar rumahnya."

"Orochimaru akan menyembunyikan bill nya. Aku yakin."

Naruto hanya mengerutkan dahi dan membiarkan Shikamaru berlalu dari ruangannya. Dia harus memikirkan bagaimana caranya mengatakan semua ini pada Sakura dan juga Ibunya. Dua manusia itu benar-benar sejenis dan tentu akan banyak kehebohan jika dia mengumumkan ingin pindah.

.

000

.

"Pindah?"tanya Sakura dan Kushina berbarengan.

Oh ayolah! Mereka baru saja menjadi mertua dan juga menantu beberapa hari belakangan ini. Tapi kekompakan ini membuat Naruto pening mendadak.

"A... Aku ti... tidak yakin jika..."

Hei! Sejak kapan gadis merah muda itu tergagap?

"Kau akan menyukainya. Tipikal pecinta gula sepertimu akan menyukai rumah itu."yakin naruto dengan raut wajah lelah.

"Benarkah? Apa di tempat itu aku juga bisa memakan Naruto-nii?"

Celetukan super polos (bodoh) itu membuat seluruh isi meja makan menoleh padanya. Tidak hanya seluruh anggota Namikaze, tapi juga beberapa maid yang berjaga di pinggir ruang makan. Beberapa dari para maid itu bahkan tersedak mendengarnya.

"Makan saja pudingmu dan jangan berkata sesuatu yang aneh."ujar Naruto jengah.

"Apa setelah memakan pudingku aku juga bisa memakan puding Naruto-nii dan juga memakan Naruto-nii nanti?"

Minato menahan tawanya sekuat tenaga. Mendapati ada satu manusia lagi sejenis istrinya benar-benar menarik. Dan segala kekakuan Naruto karena patah hati akan segera luluh dengan kehadiran sang menantunya. Minato yakin itu.

"Lakukan sesukamu."pasrah Naruto tanpa mengindahkan raut berbinar sang ibu seolah dia sedang mendapatakan double prize terbaik sepanjang hidupnya.

"Apa itu artinya aku akan mendapatkan cucu lagi?"

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

.

.

.

Olla minna. Chiyo desu. Terima kasih sudah ikut menanti kisah ini. Semoga kalian puas dengan updatenya. Arigatou sudah mendukung.

Pastikan untuk terus memberi dukungan dengan follow, favorite, dan review cerita ini. Sebanyak-banyaknya untuk review.

Arigatou. Jaa matta ne, minna. :)