Naruto belong to Masashi Kishimoto.

I own this story but not the chara.

Welcome to my imagination and enjoy.

.

.

.

Summary: Aku jatuh cinta padamu. Itu bukan hal yang salah kan? Yang menjadikan semua ini sulit adalah karena kau sudah jatuh cinta dengan orang lain.-Sakura/ Kalau kehadiranmu hanya untuk membuatku membencimu, maka enyahlah.-Naruto

.

.

.

.

.

.

Wildest Dream

.

.

.

.

.

1. Marry an Old Man

.

"Apa? Menikah?"

Sakura terpekur dengan kalimat yang keluar dari bibir kedua orang tuanya. Kizashi dan Mebuki hanya menatap putrinya tanpa memberikan penjelasan.

"Ayah... Apa Ayah lupa berapa umurku saat ini?"

"19 tahun dan Ayah pikir tidak ada yang salah dengan itu."balas Kizashi dengan tenang.

"Dan apa itu menjadikan Ayah memiliki alasan untuk menikahkanku dengan pria yang berusia 33 tahun?"

Mebuki mengerjapkan mata manakala protes itu melayang dari bibir putrinya. "Ibu menikah dengan ayahmu di usia yang nyaris sama denganmu. Dan saat itu usia ayahmu 27 tahun. Sejauh ini rumah tangga kami baik-baik saja."

"Ibu tapi... "

"Tidak ada tapi. Setujui saja."

Sakura mendengus tidak percaya dengan apa yang dikatakan ibunya. Menikah? Dengan pria tua? Dan dia tidak tau siapa sebenarnya dirinya. Apa dia akan menjadi istri kesekian? Apa laki-laki itu pedofil? Masokist? Gila? Kami-sama... Ini benar-benar bukan takdir yang menyenangkan baginya.

"Dia dan keluarganya akan datang minggu depan. Persiapkan saja dirimu. Jangan banyak membantah dan kosongkan semua kegiatan yang akan kau lakukan akhir pekan besok."intruksi Mebuki.

"NANI?!"pekik sang gadis bunga yang langsung membuat kedua orang tuanya terkejut.

"Apalagi?"

"Kenapa keputusan menikah ini begitu mendadak?"

"Kushina, mungkin kau tidak akan memercayainya. Dia sahabat dekatku. Dan dia ingin putranya menikah. Melihat dari situasinya, kau tidak terlalu muda untuk menikah dan Naruto belum 'terlalu tua' untuk bersamamu."terang Mebuki.

"Memang. Tapi jarak kami 14 tahun."

"Jarak yang dekat atau jauh tidak akan berpengaruh dengan pernikahan."

"Baiklah. Aku akan selalu kalah dengan semua perkataan Ibu. Kupikir ada baiknya kalau aku pergi dan membiarkan pikiranku dingin untuk sementara waktu."

Tanpa menunggu kalimat selanjutnya dari kedua orang tuanya, gadis bunga itu beranjak meninggalkan ruang tamu keluarganya menuju kamar. Mengurung diri di sana tanpa menyalakan lampu nakas seperti yang biasa dia lakukan ketika tidak bisa tidur.

.

000

.

Naruto menatap tidak percaya pada sang Ibu yang tiba-tiba mengumumkan pada dunia bahwa dia akan menikah tak lama lagi. Dia bahkan tidak pernah mengatakn 'Ya'. Demi Tuhan!

"Kenapa menatap Ibu dengan wajah seperti itu?"

"Ibu menyuruhku menikahi bocah?"tanya Naruto sanksi.

Kushina memutar bola matanya gemas. Kalau saja dia tidak ingat masa lalu apa yang harus dihadapi anaknya beberapa tahun yang lalu, sudah barang tentu Kushina akan memaksa Naruto menikah apapun yang terjadi. Bahkan tanpa ragu, dia akan menyeret anaknya ke kantor catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan sang putra dengan siapapun yang bisa mewaraskan sikap keras kepala pria itu.

"Apalagi alasanmu? Menma sudah memiliki putra dan putri. Bahkan Ino sudah melahirkan putri cantiknya. Kau tidak iri dengan adik-adikmu?"

"Aku tidak memiliki perasaan sensitif seperti yang ibu harapkan. Jangan membuatku menikah hanya karena alasan yang konyol. Terlebih jika harus menikahi bocah."

"Dia sudah 19 tahun, Naruto. Dan wajahnya manis sekali."

"Nah, usia seperti itu. Apa Ibu tidak terlihat terlalu memaksakan kehendak?"

"Dia cukup umur."

"Dan aku akan terlihat seperti paman tua yang menyedihkan."

"Jangan sarkastik. Itu akan membuatmu terlihat lebih menyedihkan."

Naruto menggerutu dan menatap nanar ke arah pintu taman belakang. Perihal menikah selalu menjadi topik yang tidak menyenangkan untuknya. Dia tidak memiliki keinginan untuk itu. Dan tidak akan pernah, kalau dia boleh mengingatkan. Menikah hanya akan menanamkan luka lebih dalam. Mengingatkannya akan tahun-tahun panjang penantian dan berakhir dengan melihat wanita yang dicintainya dipaksa menikah dengan orang yang sejujurnya cukup dekat dengannya. Sahabat sialan!

"Kalau kau tidak mau menikah juga, Ibu akan membuatmu mengucapkan ikrar perikahan dengan paksa. Mengerti?"

Merasa kalah berdebat, pria itu hanya mengangguk pasrah dan beranjak masuk ke kamarnya. Dia tidak memiliki rencana untuk melawan. Semuanya akan menjadi buruk ketika dia memaksakan kehendak. Dan ingatkan dia jika saat ini dia juga sudah tua. Sudah saatnya dia menutup lembar buruk dan menggantinya dengan janji mimpi yang baru. Sesuatu yang lebih indah ketimbang hanya terpuruk sendiri menatap masa lalu yang tidak akan pernah mengantarkannya pada masa yang indah.

.

000

.

Sakura menggerutu. Benar-benar menggerutu, sebenarnya. Dia baru saja masuk kuliah dan harus repot dengan segala hal yang berhubungan dengan pernikahan. Sekalipun marah dan memprotes keras ide itu, tapi dia kalah dan hanya bisa membiarkan kedua orang tuanya menyiapkan hari paling menyebalkan tanpa kehadirannya.

Dan... Bum!

Hari itu tiba-tiba ada. Dan bahkan dia tidak percaya dia sudah mengucapkan sumpah pernikahan dan kini tengah berdiri berhadapan dengan pria tua yang juga memiliki wajah masam sama sepertinya. Dia bisa menerka pria itu juga tidak suka pernikahan ini. Dan dilihat dari posturnya, lengan penuh otot dan tiga pasang bekas luka yang membentuk misai itu membuat Sakura begidik. Apa pria yang dinikahinya adalah mafia? Yakuza? Atau bahkan pembunuh bayaran?

Semua penampakan itu mengesampingkan kenyataan bahwa pria itu juga memiliki kulit coklat yang...hm... sebut saja seksi. Ya Tuhan... Dia mesum sekali. Dan apa-apaan dia dengan mata biru indah yang siap mengajak siapapun untuk tenggelam di dalamnya? Apa pria itu penyihir? Atau bahkan keturunan Siren?

"Cium! Cium! Cium!"

Riuh para undangan menyadarkan Sakura dari lamunannya. Sial. Dia lupa jika saat ini dia sedang ada dalam prosesi pernikahan. Lucunya, dia yang menjadi pengantin itu.

Pria pirang itu terlihat jengah. Tapi matanya menatap lurus bibir Sakura seolah itu adalah solusi paling masuk akal untuk dilakukan. Tanpa aba-aba, Naruto menghampiri istrinya (terkutuklah dirinya sendiri karena sudah resmi menjadikan dirinya pedofil), menangkup kedua pipi putih nan lembut itu dan mengecup ringan bibir yang merah ranum layaknya buah plum yang matang. Penggambaran lengkap sebagai musim semi. Rambut merah muda, kulit putih, dan postur mungil yang... eng... pas dalam pelukan. Ditambah dengan gaun pernikahan yang berwarna putih dengan hiasan dan ornamen berwarna hijau dan perak membuatnya terlihat amat... musim semi?

"Ladies and Gentleman, please welcome our new Mr. and Mrs. Namikaze."

Aba-aba itu sontak membuat Sakura terkejut dan nyaris terjengkang ke belakang. Namun gerakan reflek Naruto yang langsung memeluk pinggangnya membuat tubuh mereka melekat sempurna dan terlihat sangat intim. Mereka saling bertatapan dalam jangka waktu yang lama. Ya Tuhan! Bisakah seseorang mati tenggelam dalam pusaran mata biru yang mampu membuatmu bersumpah akan setia berada di dalamnya.

Karena sepertinya... Sakura sudah tenggelam di dalam mata itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hai minna-san. Sebelumnya Chiyo mau minta maaf. Laptop Chiyo keyboardnya rusak. Jadi terhalang buat update. Tapi akan sangat diusahakan dengan kekuatan pinjaman laptop. Aigoo. Doumo gomennasai Minna. Ini cerita baru. Kalau suka silahkan klik fav dan follow. Kasih review kalian. Dan... Happy birthday Sakura. Habis ini ada lagi yang update dari salah satu fanfiction di lapak saya. Jaa matta ne minna.