Prolog

.

.

.

Baekhyun menarik napasnya dalam. Gugup menyertai langkahnya memasuki rumah besar keluarga suaminya, Park Chanyeol. Kedatangannya disambut tatapan jengah kedua mertuanya, membuatnya kembali merasa perih di dadanya untuk yang kesekian kalinya dalam 3 tahun ini. Matanya memanas namun Baekhyun mencoba tegar, tidak ingin terlihat cengeng dan semakin dibenci. Ah, Baekhyun sebenarnya jarang sekali menangis seumur hidupnya, bahkan ketika ditinggal mati kedua orangtuanya ia tidak menangis. Baekhyun hanya lelah dengan perasaan sakit ini.

"Duduklah," suara bernada dingin dari bibir Park Seoyoung memecah keheningan yang menyelimuti ruang tamu rumah besar itu.

Baekhyun membungkuk sebentar sebelum duduk di sebrang kedua mertuanya. Kepalanya menunduk, menghindari tatapan dingin menusuk dari dua orang di hadapannya. Jemarinya saling meremas satu sama lain, terasa sedikit basah karena keringat dinginnya.

Seoyoung berdeham. "Jadi kapan kau akan memberi keluarga ini keturunan?" tanyanya dengan nada yang jauh dari kata ramah. Kedua kaki dan tangannya dalam posisi menyilang, dengan dagu terangkat memandang sinis sosok sang menantu di hadapannya.

Baekhyun diam dalam posisinya. Dadanya berdebar keras, hal yang juga selalu dialaminya ketika pertanyaan itu terlontar. Pertanyaan yang menyadarkan betapa dirinya dibenci oleh kedua orangtua suaminya.

Terdengar decihan jengkel dari Seoyoung. "Tidak bisa menjawab, huh?" sindir Seoyoung. Wanita paruh baya dengan wajah yang awet muda itu beralih menatap suaminya. "Yeobo, katakan hal yang sudah kita bicarakan. Suami kesayangan anakmu ini nampaknya kehabisan alasan kali ini."

Baekhyun mengangkat wajahnya. "Eomonim, aku-

"Kami memutuskan akan menikahkan Chanyeol dengan wanita yang bisa melahirkan keturunan untuknya," suara berat berwibawa Park Yoochun menghentikan ucapan Baekhyun.

"A-apa? Abeoji-

"Tidak ada yang bisa dibicarakan lagi, kami butuh seorang cucu secepatnya. Bawa bukti kehamilanmu untuk mengagalkan pernikahan ini paling lambat bulan depan. Bila tidak, maka pernikahan ini akan terjadi dengan atau tanpa persetujuan kau dan Chanyeol."

.

.

.

Sudah lebih dari 2 jam Baekhyun melamun di ruang tamu. Begitu sampai di apartemen tempat tinggalnya bersama Chanyeol, Baekhyun tidak bergairah untuk melakukan apapun selain duduk termangu memikirkan ucapan ayah mertuanya beberapa saat yang lalu.

Baekhyun tahu, ini salahnya yang tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga Chanyeol. Namun haruskah mereka melakukan itu? Menikahkan Chanyeol dengan wanita lain tanpa memikirkan perasaannya?

Ah... tentu saja kedua mertuanya tidak perlu repot memikirkan perasaannya. Karena dari awal pernikahan ini memang tidak pernah sepenuhnya mendapat restu dari mereka.

Baekhyun memikirkan reaksi Chanyeol saat mendengar hal ini. Apakah suaminya itu akan kembali membelanya seperti dulu? Atau menyetujuinya karena ia juga sudah ingin segera memiliki seorang anak?

"Baekhyun-ah, aku pulang!" suara Chanyeol membuyarkan lamunan Baekhyun. Segera ia bangkit dari sofa dan berjalan menghampiri sosok berbalut jas formal khas orang kantoran.

Baekhyun menunjukan senyum manisnya, menyambut suami tercintanya. "Akhirnya kau pulang juga, Chanyeol-ah!" ucapnya bernada riang, seakan tidak pernah memiliki beban pikiran seperti beberapa saat yang lalu. Tangannya dengan sigap membantu Chanyeol melepas jasnya dan membawakan tas kerjanya ke kamar.

Chanyeol tersenyum, merasa senang karena adanya Baekhyun yang selalu menyambutnya saat pulang dari kerjanya. Tubuh tinggi tegap itu berjalan mengikuti suami kecilnya yang membawa tas dan jas kerjanya ke kamar mereka.

Baru selesai dari kegiatannya menaruh jas kotor Chanyeol di keranjang baju, Baekhyun mendapatkan sepasang lengan kekar milik suaminya melingkari pinggangnya. Bahunya dijadikan tempat bertumpu dagu milik Chanyeol.

"Bagaimana pertemuan dengan orangtuaku tadi? Apa mereka mengatakan sesuatu?" tanya Chanyeol. Sebenarnya Chanyeol ingin menemani Baekhyun, namun ayahnya melarang karena ia harus bekerja di perusahaan mereka.

Tubuh Baekhyun menegang, kembali mengingat perkataan ayah mertuanya. "Eung... Tidak. Mereka hanya ingin makan bersamaku...," jawab Baekhyun ragu-ragu. "Ah ya! Eomma mengetes kemampuan memasakku, dan katanya aku sudah banyak berkembang, Yeol!" Baekhyun mencoba berbicara segembira mungkin, tidak mau Chanyeol menyadari kebohongannya.

Chanyeol terdiam beberapa saat. Pertama, ia sangat mengenal Baekhyun jadi ia tahu saat suaminya itu berbohong. Kedua, Ibunya tidak mungkin memuji Baekhyun mengingat selama ini beliau bersikap sangat dingin padanya.

Apa yang sedang Baekhyun sembunyikan dariku?

"Apa yang kau sembunyikan dariku, Baek?" Chanyeol melepas pelukannya dan membalikkan tubuh Baekhyun membuat keduanya berhadapan. Tangan kirinya memegang pundak Baekhyun, sedangkan tangan kanannya dengan lembut mengamit dagu Baekhyun agar si mungil menatapnya. "Katakan yang sebenarnya, kumohon."

Baekhyun menatap Chanyeol sendu. Ia ingin mengatakannya, namun ia tidak mau membuat Chanyeol menjadi anak durhaka yang membantah orangtuanya. Cukup dengan menikahinya saja sudah membuat lelaki itu memiliki hubungan yang buruk dengan orangtuanya, padahal sebelumnya mereka keluarga yang harmonis.

Baekhyun tahu, jika ia menceritakannya Chanyeol akan langsung mendatangi orangtuanya dan menolak rencana itu. Baekhyun tidak mau itu terjadi.

Baekhyun menyunggingkan senyumnya, hingga matanya melengkung manis membuat Chanyeol untuk yang kesekian kalinya jatuh pada pesona si mungil yang kini berhasil ia dapatkan.

"Bukan apa-apa. Mereka hanya menanyakan apa aku sudah hamil atau belum, seperti biasa."

Akhirnya Baekhyun memilih merahasiakan rencana itu. Pikirnya, biarkan waktu menjawabnya. Toh, walaupun ia tidak kunjung hamil, Chanyeol tidak akan pernah meninggalkannya bukan? Ia yakin kedua mertuanya juga akan berubah pikiran nanti.

Semoga saja begitu.

.

.

.

Finally setelah sekian bulan gak publish ff baru, aku bisa memantapkan diri buat nulis ff ini. Satu-satunya ff yang berhasil aku persiapkan alurnya dari awal sampai akhir (yang lain seperti biasa stuck di tengah wkwk).

So... Adakah yang tertarik untuk baca kelanjutannya?

Sampai jumpa di chapter 1! Aku akan update kalo peminatnya banyak hehehe see you!