Pemuda berpenampilan layaknya anak muda pada umumnya itu duduk tenang menunggu temannya. Sekali kali mata heterocomenya melirik kesana kemari, bergerak awas memperhatikan sekitar.
Bar tempat pertemuan mereka terbilang cukup ramai. Suara hiruk piruk pesta terdengar seperti biasanya. Bau alkohol mengudara, bercampur aduk dengan bau parfum yang beraneka ragam, membuat mual.
Yamada Jiro mendengus kesal saat Nakahara Chuuya tampak berjalan mendekat.
"Kau lama." mereka beradu tinju, "ada masalah?"
"Yah," Nakahara duduk disampingnya, memesan minuman pada bartender. "Aku harus mengurus seorang alpha bodoh yang selalu saja menggangu hidupku."
Jiro hanya mengangguk. Ia tau siapa alpha yang dimaksud oleh omega disebelahnya. Diam diam menghela nafas dan berusaha tidak terlalu dekat dengan Nakahara karena sadar bahwa alphanya sekaligus matenya, Dazai Osamu, ada disini.
"Jadi, kau butuh informasi apa?"
"Aku butuh informasi mengenai hypnosismic yang baru baru ini beredar. Kabarnya mereka dapat membuat kepala manusia terutama pria, pecah?"
Nakahara menopang dagu, "itu hanya sebuah mic. Tapi gelombang yang dikeluarkan dari nada suara mic itu dapat membuatmu gila. Tergantung mic jenis apa itu. Pemerintah sialan itu membuatnya. Gelombangnya akan masuk kedalam telinga dan mengacaukan sarafmu."
"Begitu." Jiro terperanjat saat bahu Nakahara tiba tiba dirangkul seorang pria asing.
"Hmm~ wangi sekali, maukah kau menemaniku tuan?"
"Lep--" Nakahara bersiap menghajar, namun ia kalah cepat.
"Jauhkan tangan kotormu itu dari temanku!" Jiro tanpa pikir panjang langsung bangun dan meninju wajah pria itu.
DUAGH!
"Ugh..." pria itu terjengkang dan memegangi wajahnya yang berdarah. mungkin tulang hidungnya patah.
"Jiro! Sebaiknya kau--" Nakahara segera menarik lengan Jiro.
"--Chuuya! Ayo pergi dari sini." Dazai Osamu mendadak datang dan menarik Nakahara pergi menjauh.
"Tapi--Jiro! Lari!" Nakahara mendadak hilang, perlu diketahui bahwa Dazai Osamu dan Nakahara adalah seorang mafia. Mereka hidup dalam bayang bayang gelap jepang. Jadi tidak heran mereka dapat lolos dengan mudah.
"Wah wah, beraninya bocah ini memukul bos kami." tiga orang berbadan kekar datang, mengepung Jiro. "Perlu kami apakan bocah ini bos?"
"Ugh.. Bagaimana jika kita adu rap battle dengannya. Aku yakin bocah sepertinya pasti kalah. Ssh, pukulanmu tadi lumayan nak. Hidungku patah sepertinya." bos itu menatap penuh dendam. Mangsanya lolos dikarenakan bocah didepannya.
.
.
.
Hypnosis mic KING RECORDS
Tidak mengambil keuntungan apapun dari pembuatan fict ini selain mendapat asupan RiouSabu --walau harus bikin sendiri--
Kesalahan penulisan nama, latar, kesamaan ide, bukan tanggung jawab saia. Ini ide emang dapet inspirasi dari salah satu komentar di sebuah book wp. Tapi secara keseluruhan jalan cerita ini adalah hasil pemikiran milik saia pribadi dan beberapa teman, tentunya.
Jika ooc, mohon dimaafkan karena diri ini masih berusaha memperdalam pengetahuan tentang karakter. Jangan dilupakan juga jika ooc itu tergantung dengan keperluan jalan cerita ini.
Yang tidak suka, silahkan hengkang dari sini, terimakasih
Happy reading!
.
.
Ichiro dikejutkan dengan penampilan adiknya saat ia membuka pintu rumahnya.
"Jiro! Apa yang terjadi padamu?! Saburo tolong bawakan p3k dan air!" panik, Ichiro langsung menggendong adiknya itu ala bridal dan menutup pintu rumahnya menggunakan kaki.
"Ni-niichan..."
Jiro syok, tentu saja.
Baru pulang dan mendadak niichan kesayanganmu langsung panik dan menggendongmu. Kurang bahagia apa Jiro sekarang?
Jiro didudukkan diatas sofa, Ichiro dengan panik langsung memegang kedua bahunya.
"Jiro! Kau kenapa? Ada yang luka lagi? Kau baik baik saja kan? Apa ada yang sakit? Buka bajumu! Niichan mau lihat!"
"Ichi-nii! Ini p3knya!"
"Bagus Saburo!" cepat cepat Ichiro melepas jaket Jiro, membuka sweaternya dan menyibak kaus Jiro. "Astaga! Tubuhmu lebam lebam begini! Lepas kaus ini! Akan kuobati kau!"
"Nii--" Jiro baru saja mau membantah sebelum Saburo memotong ucapannya.
"Baka Jiro. Apa sih yang kau lakukan diluar sana!" Saburo meledek, namun tangannya dengan cekatan segera membasahi kapas dengan alkohol dan memberikannya pada Ichiro.
Ichiro dengan telaten mengobati lebam ditubuh dan wajah Jiro. Saburo yang ingin meledek wajah Jiro yang makin absurd, kasihan juga hingga dia diam saja.
"Ittai! Niichan, sakit..."
Ichiro mau tak mau menggeram kesal. "Salahmu sendiri! Apa yang kau lakukan diluar sana hingga lebam begini?! Tawuran?!"
Jiro mau tak mau terdiam. Salahnya juga yang tadi terlalu menantang para preman itu. Sekarang niichannya mungkin akan ikut terseret.
Melihat Jiro yang diam dan tidak membalas perkataannya, Ichiro segera menyelesaikan pekerjaannya dan duduk disebelah Jiro lalu menepuk puncak kepalanya.
"Jadi, ada apa sebenarnya? Saburo, tolong bawakan kaus Jiro."
"Ha'i Ichinii." Saburo cepat cepat berlalu, meninggalkan Ichiro yang masih menatap Jiro, menunggu jawaban.
"Niichan... Aku tadi mencari informasi dari seorang kenalan..." Jiro berucap hati hati. Bagaimanapun Ichiro dan Saburo adalah seorang omega. Akan berbahaya jika mereka nekat ikut bertarung melawan preman yang menghajarnya tadi. "Kenalan ku itu diganggu... Dan aku refleks menghajar orang yang mengganggunya."
Jiro berhenti bercerita saat Saburo datang dengan membawa kaus abu abu longgar.
"Saburo, duduk sini, lanjutkan, Jiro." Ichiro menepuk nepuk tempat kosong disebelahnya, dan Saburo hanya mampu menurut.
"Ternyata orang yang kuhajar adalah pemilik hypnosis mic yang baru baru ini beredar... Ia dan gengnya menghajarku, dan berkata akan membunuh seorang penduduk tidak bersalah jika aku tidak dapat melawannya nanti..."
Ichiro mangut mangut, "tunggu--Nanti?! Apa maksudmu?!"
"Dia menantang baka Jiro untuk rap battle. Dimana mereka akan melakukannya?" Saburo yang paling jenius di antara ketiganya langsung paham kemana arah pembicaraan ini.
Intinya, para preman itu ingin menantang Jiro dalam sebuah rap battle. Jika Jiro tidak menerima tantangan itu, maka penduduk yang tidak bersalah yang akan menjadi korban.
"Hm... Mereka ingin rap battle seminggu lagi di distrik G Ikekuburo. Yang jadi masalah sekarang... Mereka ber 4 dan aku hanya sendirian.. Ah sial."
Ichiro terdiam. Tak lama kemudian, Jiro dijewernya hingga mengaduh.
"Dasar! Lain kali jangan asal hajar seperti itu!"
"Itte-itte-itteee!! Sakit, niichan!"
Saburo tertawa mengejek. Namun bagaimana pun mereka adalah saudara. Mereka harus saling menjaga. Jiro sedang terkena masalah dan itu berarti kedua Yamada lainnya harus ikut turun tangan.
"Huh. Yasudah. Sini ikut niichan. Aku ingin menunjukkan sesuatu." Ichiro berdiri, berjalan menuju lantai 2, dan mengambil sebuah kotak yang masih terbungkus rapi dari kamarnya.
"Apa itu ichinii?" Saburo yang memang belum mengetahui apa isi kotak itu langsung mendekat.
"Niichan, kapan kau keluar dari rumah?"
"Baka Jiro! Kotak itu diantar kerumah oleh seorang petugas. Kami berdua tidak pernah keluar rumah kok!"
"Ha'i, ha'i, jangan bertengkar. Ini hypnosis mic yang baru baru ini beredar. Aku mendapatkannya dari sebuah situs ilegal." Ichiro membuka kardus, memperlihatkan 3 buah mic yang tampak serupa namun berbeda warna.
Manik heterocome adik adiknya berbinar, "tak kusangka ichinii/niichan memiliki benda ini!" Jiro dan Saburo berujar semangat.
Ichiro mengambil mic dengan warna biru dan memberikannya pada Jiro. "Ini untukmu, Jiro. Dan Saburo, ini untukmu." mic dengan warna kuning berpindah dari tangan Ichiro ke tangan Saburo, membuat bocah tinggi itu makin berbinar. "Terimakasih, niichan/ichinii!"
Ichiro sendiri mengambil mic dengan warna merah dan bertuliskan BB, membuatnya mendapatkan ide.
"Dengan mic ini, kita akan disebut sebagai Buster Bros. Itu nama geng rapper kita."
Namun Jiro mendadak khawatir. "Niichan, apa tak apa apa jika kau dan Saburo keluar? Aku takut kita kalah dan--"
"Sst! Itu tak akan terjadi! Niichan kuat kok! Dan lagi, Saburo belum genap 14 tahun. Dia belum heat." Ichiro tersenyum lebar, meredakan ketakutan Jiro. Saburo pun ikut tersenyum, namun tentu saja mulut penuh racunnya itu mengejek Jiro.
"Jiro tak perlu takut~, naa, aku tidak mungkin heat disaat yang tidak tepat~ justru aku mencemaskan mu, bisa saja kau mengacaukan rapper kami."
"Haa?! Apa katamu Saburo?! Enak saja! Awas jika kau heat pertama kali disaat rap!"
"Kalian..."
"Hee? Kita lihat saja nanti, baka Jiro. Sudah kukatakan aku tidak akan heat disaat rap."
"Deal! Dan jika kau heat disaat rap?"
"Aku mungkin akan bertemu mateku~"
"Cih. Saburo!"
"Apaan, baka Jiro!"
BLETAK!
"Kalian berdua tenang dan jangan bertengkar! Oh astaga. Ini hanya masalah heat. Aku sudah heat kemarin, jadi aman. Dan Saburo tidak akan heat ditengah rap. Kita hanya akan menggunakan hypnosis mic ini sekali untuk melawan mereka. Aku tidak mau adik adikku battle rap melawan orang asing lainnya diluar sana."
"Ittai... Sakit niichan/ichinii..."
"Dengar! Kita battle rap hanya untuk menolong warga tak bersalah. Aku membeli hypnosis mic juga untuk berjaga jaga saja. Kalian tidak boleh salah dalam menggunakannya!" Ichiro menatap tajam penuh ancaman, membuat kedua adiknya menciut dan langsung mengangguk terlampau cepat.
"Ha'i niichan/ichinii!"
Ichiro mengangguk puas, "bagus. Simpan mic itu. Ayo kita makan malam, sudah jam 7."
Saburo dan Jiro berpandangan, lalu berdiri untuk menyimpan mic itu di kamar mereka masing masing, meninggalkan Ichiro yang membereskan kertas pembungkus dan kardus yang kosong.
Yah, siapa sangka jika nama mereka akan terkenal setelahnya.
.
.
.
Jaket dirapatkan, dingin menusuk wajah yang tak tertutup helai kain. Yamada bersaudara berjalan dalam sunyi.
"Kau yakin ini tempatnya Jiro?"
"Mereka bilang akan battle disini,"
Mereka berhenti berjalan, heterocome memandang sekeliling sebelum si bungsu menarik ujung jaket sang sulung.
"Ichinii, sepertinya mereka memakai suatu kode disini."
Telunjuk mengarah pada poster popcorn yang terlihat janggal diujung jalan. Dua lainnya mengikuti kemana arah jari itu menunjuk.
"Sepertinya kau benar. Tempat ini juga terlalu sepi. Apa mereka bersembunyi di suatu tempat?"
"Tunggu, aku pernah mendengar isu jika tempat ini mempunyai persembunyian bawah tanah dengan kode kode rumit. Tapi aku tidak tau tepatnya."
Saburo tampak berpikir, "jika begitu berarti mereka sedang menanti kita di suatu tempat..."
Heterocome Ichiro terhenti pada toko asing di sebelah poster janggal. Toko itu gelap namun dari kejauhan tampak tulisan open yang berkedip kedip. Lampu itu tampaknya rusak dan toko itu kosong. Namun toko kosong mana yang masih menyalakan listrik untuk sebuah lampu rusak?
"Jika begitu, ayo kita cari tau. Toko itu sepertinya akan memberi kita jawaban." Ichiro memimpin didepan, diikuti Jiro dan Saburo.
.
.
.
Mereka masuk tanpa izin. Didalam benar benar gelap. Namun mereka dapat merasakan bahwa ada seseorang didalamnya.
"Apa ada orang disini?"
Plok plok plok
"Kuakui," seorang pria botak dengan luka sayat dimata kanannya memberi tepuk tangan, keluar dari balik lemari setelah menyalakan lampu berbentuk lilin. "Kalian cukup hebat mengetahui kejanggalan toko ini lewat poster disana."
Ichiro langsung memasang badan untuk kedua adiknya. Berjaga jaga jika pria itu berniat menyerang.
"Silahkan, lewat sini. Mereka sudah tidak sabar menghancurkan kalian." wajah itu tampak mengejek, membuat Jiro geram namun ditahan Ichiro.
Pria itu menuju sebuah lemari tua dipojok ruangan, menggeser tuas berkedok vas disebelahnya dan ajaibnya lemari itu bergeser kesamping menunjukkan sebuah tangga.
Jalan bawah tanah.
Pria botak itu berjalan lebih dahulu sebelum suara Saburo menghentikannya.
"Mereka?"
"Ya, mereka. Kami ini hanya sekumpulan penyuruh. Dia menggaji kami jika kami mengikuti semua perintahnya. Jika membelot, kepala yang jadi taruhan." pria itu tersenyum getir. Tampak sekali ia tidak suka bila dipaksa mengikuti perintah. "Sudahlah. Cepat lawan mereka dan jika bisa, menanglah, semoga berhasil." setelahnya, pria itu diam saja selama perjalanan.
Yamada bersaudara berpandangan, lalu memutuskan mengikuti pria itu. Sepertinya ia pria yang baik, namun taruhan nyawa menjadikannya jatuh dalam kejahatan.
Mereka diantar pada sebuah panggung besi berbentuk persegi dengan beberapa kawat duri pada ujungnya. Disekitar panggung itu, tampak ratusan orang yang menyoraki sang penantang.
"Apa apaan manusia sebanyak ini..." Jiro menggumam kaget.
"Ah! Akhirnya kalian datang juga! Lama sekali! Oh. Tunggu. Kalian bodoh bukan. HAHAHAHA!" orang yang Jiro pukul wajahnya tampak tertawa mengejek. Tatapannya meremehkan. Sedangkan ketiga bodyguard nya hanya diam dengan wajah datar.
"Cih. Banyak omong sekali kau, kenapa tak segera saja kita mulai rapnya. Akan kubuktikan bahwa Buster Bros bisa mengalahkan anak manja sepertimu." Ichiro maju, diikuti kedua adiknya yang langsung menyalakan hypnosis mic mereka.
"Oh? Kau menantang ku? Belagu sekali!" pria itu langsung menyalakan hypnosis mic nya, sedangkan seorang bodyguardnya bergerak sebagai MC.
"Kau banyak omong. Kita mulai saja rapnya!"
"Siap? Mulai dari buster bros!"
Saburo maju, menghela nafas sebelum mulai mengucapkan kalimat demi kalimat.
"Kami adalah Buster bros! Dan kami tak akan kalah, yo! Yo! Yo!
Gue mulai semua ini sambil belajar sampai hangus terbakar.
Coba robohkan mc tua yang berdiri berjajar.
Gue ancaman, semua elemen pasti gue hajar.
Hembusan akal dan pikiranku takkan terkejar.
Gue bukan mc yg gunain lirik lucu dan kelakar.
Jangan coba lawan diriku jika tak mau hangus terbakar.
Kuketuk pintu forum, hanya dengan modal nyali.
Tuk terbarkan serumku, yang liar tak terkendali.
Kemunculanku perdana, kejutan yang pertama.
Kekuatanku tak dinyana, merusak semua bagai hama.
MC yg disini dan disana, sadari keadaan takkan lagi sama.
Kucari berkelana, kutemukan dan harga dirimu kan kujamah."
Salah satu dari dua bodyguard maju dan menyalakan hypnosis mic, mulai melantunkan alunan rap yang tak kalah dari Saburo.
"Kami adalah Underground! Loe semua bakal mampus! Ha!
Lirikku yang terhampar takkan jadi hambar.
Pikiranku yang kasar, cukup tuk menampar
mc cuma lah gelar, battle hanya ujian agar rapku lebih kekar.
Tuk bikin semua sadar, teror ini telah kutebar.
Eksposisi, narasi, juga aplikasi.
Kata kata sulit dari para mc yg sok aksi.
Sok asik juga mungkin sok beredukasi.
Ayo maju semua pasti gue atasi.
Semua orang disini bakalan jadi saksi.
Lihat semua wannabe terkirim keluar galaksi.
Sadari lah ini bukan khayalan fantasi,
Tapi tulisan dan lidah ku yang beraktraksi.
Kuterjang semua dengan minim istilah.
Bekal istilah percuma bila kau kalah.
Satu maju,semua maju tak jadi masalah.
Tapi bilaku lebih maju mohon akui sajalah,
Bila kata kataku yg salah ku mohon maaf.
Mungkin akal dan pikiranku saja yang saraf.
Kuhanya ingin tiggikan taraf.
Balasan dan respectnya itu yang kuharap."
Kali ini Jiro maju dan menggantikan posisi Saburo,
"Cih! Oke kulihat ada yg tak takut,bernama Underground.
Sedikit ku salut, tapi kebanyakan ku geli.
Seperti bush, mungkin kuterlihat angkuh,
Lirikku bagus, kataku pun terlihat ampuh.
Satu jurus, yang kau terap belum buatku lumpuh.
Seribu jurus, belum takluk man lidahmu melepuh.
Bisa jadi kubaru lulus.
Tapi dengan tiap nilai plus.
Setiap orang yg menilai pun beriku standing aplause.
Kata kataku menjurus kutak perlu kamus.
Tanpa kamus kekuatanku bukan lah desas desus.
Seperti kau bilang ku rumus, Buster Bros hasilnya jenius.
Singkat frase mu, cerminan minim hasil akal.
Tingkat MC semu, yang sudah pasti terjungkal.
Yg buat jemu, tak hebat cuma kebesaran vokal.
Karena tiap kata tajammu semuanya bisa kucekal."
Bodyguard lainnya maju dan balas melawan Jiro, penonton lainnya makin bersorak menyaksikannya.
"Semua respect kudapat dari hasil keringat.
Luluhkan penat, kan selalu kuingat.
Four dathoow mari kita sama sama maju.
Karena lesatan hihop itu yang kita tuju.
Tanganku mungkin kotor tapi tetap keluarkan hasil dari rima generator.
Hingga ku jadi tersohor, dengan sebutan lirik narator.
Amarahku tak perlu jadi bara tuk keluarkan kata mutiara.
Karena dengan segala cara, kubuat skillku semakin dalam tak bermuara.
Saling maki ku tak sakit hati juga benci
karena hari hari kita memang diisi dengan belajar mencaci.
Jangan heran persepsiku yg kau bilang tak berbahan, takkan kau sangka bisa buat satu perubahan.
Ku memang akan dan masih terus berguru
agar satu saat kugetarkan tiap penjuru.
Sadari diriku bukan pemfitnah.
Kucuma tak bisa diam bila terus kau serapah.
Kata kataku mungkin ada yang tak benar, tapi apadaya kata kata telah kutebar.
Itu hanya peringatan agar kepalamu tak tambah besar."
Kini berganti Ichiro sebagai leader yang maju, dalam hati berharap agar Buster bros dapat memenangkan rap battle ini karena ia tak ingin adik adiknya menjadi korban.
Mengambil nafas, Ichiro membalas dengan semangat yang terpancar.
"Hahaha!
Nambah lagi wanabee sok dedikasi dengan verba kamus.
Penuh asumsi arogansi bagai mc baru lulus, kau mudah hangus.
Kubakar kau dari akar dengan verba menghunus.
Sedikit bonus, kan kueksekusi cepat dan halus.
Hingga kau berangus, tak lagi angkuh bagai george bush.
Kau ringkas bagai rumus, dan ringan bagai pilus.
Prediksi mungkin otakmu tak miliki silabus
kau cepat mampus, rima mu lumpuh bagai lupus.
Dan free bahkan mampu tuk kalahkanmu dalam satu jurus.
Ku main lurus, bersih tanpa akal bulus.
Dan bila rimamu mulai menyimpang maka kau bakal mampus... Hahahaha!
Gak pake mami papi,
Cuma Buster bros disini yang mesti kau hadapi...
Dan hati-hati.
Dengan kata yang kan kau beri pada kami!"
Tampak sekali kekesalan tampak pada leader underground. Ia bersiap membalas sebelum tubuhnya terlempar karena serangan dari hypnosis mic Ichiro.
Dua bodyguard lainnya juga tampak ambruk dengan darah yang keluar dari hidung dan telinga.
Buster bros... Menang telak.
Kerumunan manusia diam beberapa saat. Hening hingga seseorang berteriak mengelukan nama Buster bros.
Ichiro mengambil nafas, dipeluknya kedua adik tersayangnya. "kita berhasil!"
"Ya, ichinii! Kita menang!"
"Kita menang niichan!"
Sorak sorai menjadi latar kemenangan pertama buster bros melawan preman underground yang dikenal sebagai bos besar perdagangan ilegal.
.
.
.
TBC.Hai, balik lagi denganku.Kali ini aku membuat cerita dengan tema omeverse. Semoga bisa tetep lanjut dan ga hilang ide.
Lirik rappernya aneh? Haha, maaf maaf, aku ngambil itu sepenuhnya dari google. Aku belum bisa bikin rap sendiri. Jika sudah bisa nanti, akan kutulis rap buatanku sendiri.
Oh iya, sepertinya cerita battle rapnya agak aneh yah? Maaf sekali lagi, aku ga ngikutin manga hipumai... Kalo ada kesalahan, tolong bilang agar bisa ku perbaiki kedepannya.
Terimakasih..