LavenderKu

Chapters 3

Pair . NaruHina GaaHina

Rate . M (Kekerasan)

Genre . Romance . Action

Disclaimer . Masashi Kishimoto

.

.

.

.

.

.

.

Gaara terus memperhatikan Hinata seperti ada yang disembunyikan Hinata darinya dan cincin itu masih melekat di jari manisnya.

Ekspresi Hinata berubah setelah ia mendapat sebuah pesan lalu tersenyum.

"Kenapa dia?" gumam Gaara tak mengerti.

Hinata kembali menghiasi meja bersama Ino sambil bercanda tawa.

"Gaara!" seru Sai.

"Ada apa?" tanya Gaara.

"Apa Hinata menerima mu?" ujarnya bertanya.

"Tidak."

"Eh kenapa setahu ku kalian saling menyukai."

"Aku tak tau tapi ada yang aneh dengan sikap Hinata."

"Aneh maksud mu?"

"Pagi tadi aku lihat seseorang mengantarnya kesekolah dengan mobil sport warna putih, lalu saat aku menggandeng tangan nya, ia melepaskan nya dan kulihat jari manis nya ada sebuah cincin."

"Hmm.." gumam Sai lalu memperhatikan Hinata dan benar saja ada cincin berwarna putih silver.

"Itu cincin mas putih dilihat dari kilauwan nya cincin itu mas putih yang harga nya tinggi." ujar Sai.

"Begitu." sahut Gaara mengerti.

"Hei kalian ayo sini kita makan siang bersama!" seru Sakura sambil melambaikan tangannya kearah Gaara dan Sai.

"Iya.." seru Sai dan menghampiri sahabatnya itu bersama Gaara.

.

.

.

.

.

Malam ini Naruto dan Hinata berbaring ditempat tidur mereka sambil berpelukkan dan menonton acara tv dikamar mereka.

"Bagaimana perkerjaan mu?" ujar Hinata dan menaruh kepalanya dipundak Naruto.

"Ya begitulah." ujar Naruto dan mencium pucuk kepala Hinata.

Hinata memeluk Naruto erat, ia merasa nyaman dan hangat saat Naruto memeluknya sayang.

"Kau suka film hantu dan genre nya gore?" tanya Naruto.

"Tidak." ketus Hinata.

"Kenapa kau takut?" tanya Naruto.

"Umm." gumam Hinata.

"Ternyata kau penakut."

"Tiidakk.."

"Oh yaaa.."

"Humm"

Naruto tersenyum geli melihat tingkah Hinata yang manja membuatnya semakin menyayangi Hinata.

"Aishiteru Hinata."

"Aishiteru yo Naruto-kun."

"Gimana sekolah mu?"

"Seperti biasa menyenangkan."

"Kau hebat."

"Hebat?"

"Ya nilai mu selalu bagus disekolah."

"Terimakasih."

"Sama-sama."

"Aku seperti memiliki seorang kakak kalau didekat mu hihihi.."

"Benarkah? Tapi aku adalah suami mu."

"Kita baru kenal tapi ntah kenapa aku selalu nyaman disisi mu.."

"Aku juga.. Tapi aku telah lama mengenal mu.."

"Haa? Sejak kapan?"

"Sejak aku duduk dibangku SD kelas tiga aku menolong seorang gadis kecil dari anak-anak jahil karena mengambil boneka kucing nya lalu sebagai ucapan terimakasih ia mencium pipi ku."

"Eh?" Hinata blushing mendengar cerita Naruto dan menyembunyikan wajah nya di dada Naruto karena rona merah.

"Gadis kecil itu aku.." gumam Hinata dengan suara amat kecil dan dapat di dengar jelas oleh telinga Naruto.

"Ahahaha akhirnya kau ingat.." Naruto mencium pucuk kepala Hinata lagi.

"Aku mau tidur." ujar Naruto dan memeluk tubuh Hinata.

"Aku juga." gumam Hinata.

.

.

.

.

.

.

"Hinata selama ujian kita menginap dirumah mu yaaa." ujar Sakura.

"Dirumah ku?" tanya Hinata.

"Iya benar.." timpal Ino.

"Bukankah itu kebiasaan kita setiap ujian agar dapat belajar bersama." ujar Sasuke.

'Bagaimana ini.' pikir Hinata bingung.
Sementara Hinata berpikir keras mencari ide. Gaara terus memperhatikan tingkah nya tanpa ia ketahui.

'Ayah dan ibu sedang didesa menjenguk paman yang sakit, pasti rumah dikunci kalau dirumah ku yang sekarang... Naruto-kun selalu pulang jam delapan malam hmmm baiklah.' pikir Hinata penuh keyakinan.

"Baiklah tapi tidak menginap." ujar Hinata.

"Kenapa?" tanya Gaara.

"Gapapa sih.." jawab Hinata.

"Tak apalah." ujar Ino.

"Minggu depan kita libur karena guru meminta kita untuk mempersiapkan diri untuk ujian." ujar Sakura.

"Bagaimana kalau kita berlibur berlibur bersama?" ajak Ino.

"Kita diminta belajar bukan berlibur." ketus Sai.

"Hehehe.." Ino tertawa kecil mendengar penuturan Sai yang ketus.

"Dimana rumah mu Hinata?" tanya Gaara.

"Namikaze Mansion." jawab Hinata.

Semua terdiam mendengar alamat rumah Hinata dan Hinata menatap bingung teman-temannya.

"Kenapa?" tanyanya tak mengerti.

"Sejak kapan kau tinggal di Namikaze Mansion kau kan Hyuuga,, Hinata." ujar Sasuke.

"A-a-aku memang tinggal di daerah Namikaze Mansion." jawab Hinata gugup.

"Disana perumahan elit nomor satu di Jepang dan yang kedua Uchiha, ketiga Sabaku Villa." ujar Sai.

"Kau keren Hinata." seru Sakura.
Hinata hanya tersenyum mendengarnya.

"Hei kenapa hari ini tidak ada guru yang masuk." ujar Ino sambil mengedarkan pandangannya melihat suasana kelas yang berisik.

"HEI KALIAN SEMUA JANGAN MERUSAK DEKORASI KELAS BIAR NANTI BULAN JANUARI GAK SUSAH LAGI MAU MENDEKOR!" teriak Ino membuat seisi kelas terdiam tak menjawab dan hanya mampu menatap Ino ngeri.

"Hm bagus." ujar Ino dan kembali duduk dengan nyaman dan menatap sahabat baiknya yang menatap nya dengan sweatdrop melihat Ino yang berteriak dan seluruh kelas terdiam.

"Itu bukan teriakan seorang wanita." ujar Sai bijak.

"Hm." Ino memalingkan wajahnya kesal.

Gaara menggelengkan kepalanya melihat pasangan didepannya dan Hinata hanya tersenyum geli bersama Sakura.

"Teng! Teng! Teng!"

"YEEEEEEEE!"

Sorakan suara seluruh murid KHS terdengar keseluruh penjuru sekolah mendengar bel sekolah membuat kepala sekolah hanya menutup kedua telinganya.

"Ayo pulang!" seru Ino bersemangat dan telah menggendong tasnya.

"Ayo!" seru Hinata.

Semuanya keluar dari kelas masing-masing dengan wajah bahagia yang tak terduga karena seharian tidak belajar apalagi minggu depan libur untuk persiapan ujian semester satu.
Sungguh kebahagian yang luar biasa bagi mereka.

Naruto berdiri sambil menyenderkan tubuh tegapnya di body mobil sport miliknya di depan gerbang sekolah.
Semua siswi menatap Naruto dengan kagum dan wajah yang merah.

"Keren sekali siapa dia?"

"Kyaaaa keren!"

"Hei dia siapa apa?" tanya Ino yang keluar dari gerbang lebih dulu bersama Sakura.

"Dia keren!" seru Sakura.

"Hari ini Sasuke yang bawa mobil, Sai gak bawa karena kita mau jalan-jalan bersama kan." ujar Ino.

"Hinata?" tanya Sakura.

"Diakan bersama Gaara." jawab Ino.

"Hi." ujar Sai yang baru saja keluar.
Gaara mengendarai motornya dan berhenti di hadapan Ino, Sakura, dan Sai.

"Mana Hinata?" tanya Sai.

"Itu!" ujar Gaara yang melihat kedatangan Hinata.

"Ayo Hinata! Oh ya gak muat dalam mobil Sasuke,, kau bersama Gaara ya.." ujar Sakura sambil tersenyum licik.

"Uummm.." gumam Hinata bingung.

"Hinata!" seru Naruto memanggil Hinata sambil melambaikan tangannya.

Hinata menoleh dan mendapati Naruto yang telah menunggunya.
Hinata tersenyum kemudian menatap teman-temannya.

"Maaf semuanya sepertinya aku gak bisa ikut." ujar Hinata.

"Kenapa?" tanya Gaara bingung.

"Hei kau kenal pria tampan itu, Hinata?" tanya Sakura.

"Um." Hinata mengangguk.

"Maaf yaa kalau begitu aku duluan ya.." ujar Hinata dan menghampiri Naruto yang telah menunggunya.

"Hei." seru Sakura.

Gaara memperhatikan Naruto dan Hinata yang tengah berbicang sambil tertawa kecil membuatnya cemburu.

"Kau sudah pulang ternyata." ujar Naruto.

"Um." Hinata mengangguk.

"Mari berkencan dengan ku hari ini nona." ajak Naruto lembut.

"Hahaha baiklah." Hinata tertawa kecil mendengar sungguh Gaara sangat cemburu melihatnya.

"Kita ke butik dan ganti pakaian mu, aku tak mau dibilang berkencan dengan bocah." sindir Naruto.

"Aku bukan bocah." ketus Hinata.

"Oh yaaa?"

"Iyaaa.."

"Hahaha kau hebat nona, silahkan masuk." ujar Naruto dan membuka pintu mobilnya.

"Huum." Hinata menggembungkan pipi dan masuk kedalam mobil.

Naruto menutup pintu mobil setelah Hinata masuk dan berlari kecil menuju pintu sebelahnya.

"Siapa dia?" gumam Gaara.

"Gaara." gumam Sakura.

Setelah Naruto masuk kedalam mobil terlihat dari balik kaca mobil.
Naruto mencium bibir Hinata singkat kemudian menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari depan gerbang sekolah.

"Aku akan mendapatkan Hinata apapun yang terjadi!" ujar Gaara.

.

.

.

.

.

Waktu telah menunjukkan pukul 17.00 sore.

Naruto mengakhiri kencan mereka hari ini dan memilih pulang karena hari sudah sore.

Ditengah jalan yang cukup sepi ada sebuah mobil sedan berwarna hitam yang mengikuti mobilnya, Naruto sadar akan hal itu tapi ia tetap terlihat tenang.

"Besok kita kemana lagi mumpung aku libur sekolah.." ujar Hinata.

"Bisakah kau diam sebentar Hinata,," ujar Naruto sambil terus memperhatikan mobil yang terus mengikutinya dari kaca spion mobil.

"Ba-baiklah,," ujar Hinata pelan.

Ciiiiikkktt

"Aaaaaaakk.." teriak Hinata.

Naruto langsung banting stir setelah mobil itu mau menyerempet mobilnya.

Dengan kesal Naruto menghentikn laju mobilnya dan melepas sabuk pengaman nya dan melirik Hinata sebentar.

"Tunggulah di mobil jangan keluar." Printah Naruto kemudian keluar dari mobil menghampiri orang-orang yang keluar dari mobil.

Hinata ketakutan melihatnya apalagi tak lama berselang mereka mengaroyoki Naruto, lima lawan satu.

"Naruto-kun!" teriak Hinata ketakutan.

Naruto berkalahi dengan mereka, satu persatu mereka jatuh karena Naruto cukup tangguh dalam berkelahi.

Hinata menitihkan air mata setelah melihat seseorang dari mereka mengarahkan pistol kepada Naruto.

"Kau akan segerah mati tuan Namikaze hahahaha..." ujarnya masih mengarahkan pistolnya.

"Kau terlalu yakin." Ujar Naruto menyeringai.

Dorr..

Sebua tembakkan mengenai kepala pria itu dan pistol ditangan nya terjatuh.

Pria itu ambruk dan dibelakangnya berdiri Yuura sambil memegang pistol.

"Bagus Yuura!" seru Naruto.

"Iya Tuan.." ujar Yuura.

"Mereka mengikuti ku sejak tadi.." ujar Naruto.

"Aku tau maka dari itu aku terus mengikuti tuan seharian ini."

"Ya sudah ayo kita pulang."

"Mobil ku terparkir tak jauh dari sini,, kalau begitu aku permisi,,"

Yuura membungkuk kan badannya dan pergi menjauh.

Naruto berjalan menghampiri mobilnya dan masuk

"Naruto-kun kau tak apa?" tanya Hinata khawatir.

"Tidak apapa."jawab Naruto dan memasang sabuk pengamannya dan menyalakan mesin mobil dan pergi dari tempat itu.

"Me-me-mereka mati?" tanya Hinata gugup dan takut.

"Sudah jangan takut Hinata."

"Tapi mereka siapa?"

"Sudah jangan di pikirkan Hinata,,"

"Tadi Yuura kan,,"

"Iya,, udah sekarang aku sudah selamat dan gak apapa jadi jangan cerewet oke." Ujar Naruto kesal.

Hinata terdiam tak bergeming takut melihat Naruto apalagi jelas dari nada suaranya Naruto sedang kesal.

.

.

.

.

.

.

Didalam rumah Hinata baru sampai di rumah dan melihat beberapa orang bepakaian dengan stelan jas warna hitam yang telah menunggu di ruang tamu.

Naruto menatap semua orang itu tajam, Hinata takut melihat sosok Naruto saat ini, ia bukan Naruto yang hangat dan perhatian.

"KALIA SEMUA GAK BECUS!" teriak Naruto marah.

Semuanya terdiam sambil menundukkan kepala.

"Maafkan kami tuan.." ujar mereka takut.

"Aku muak kalian tau itu,, keluar dari rumah ku sebelum kalian mati di tangan ku.." ujar Naruto dingin, semua orang-orang itu langsung berlari keluar rumah ketakutan.

"Naruto-kun,,," ucap Hinata pelan dengan suara amat kecil.

Yuura datang sambil membawa koper berwarna hitam ditangan nya.

"Masuklah kedalam kamar Hinata." Ujar Naruto.

Hinata mengangguk pelan dan berjalan masuk ke kamar takut Naruto akan marah.

"Ada apa?" tanya Naruto.

"Aku membawa barangnya,," jawab Yuura.

"Kita bicarakan di ruang kerja ku." Ujar Naruto.

"Baik."

.

.

.

.

Hinata masuk kedalam kamar sambil menangis.

Ia taruh tasnya di sofa kemudian menghempaskan tubuhnya di kasur.

"Hiks..hiks..hiks.." Hinata memeluk erat bantalnya.

Drrtt...

Hinata merasakan ponselnya bergetar dan mengeluarkan ponselnya dari saku dan melihat siapa yang menelpon.

Gaara-kun.

Dengan cepat Hinata menghapus air matanya dan mengangkat telpon.

"Moshi-moshi.."

"Konbawa Hinata."

"Konbawa Gaara."

Di kamar Gaara, Gaara bingung kenapa Hinata tidak memanggilnya dengan akhiran Kun lagi.

"Hinata,, tadi yang menjemput mu disekolah siapa?"

"Teman ku."

"Begitu yaa ne, nande sepertinya suaru mu serak kau menangis?"

"Tidak."

"Jangan bohong aku tau.."

"Nggak kok gak nangis,,"

Tok! Tok! Tok!

"Nona Hinata,,"

"Iya tunggu sebentar,," seru Hinata dan menutup telpon nya karena salah tekan layar ponselnya pun masih dalam keadaan menelpon dan menaruh ponselnya begitu saja di kasur dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa?" tanya Hinata.

"Makan malam sudah siap." Ujar pelayan.

"Oh ya Mia, Naruto-kun, dimana?"

"Naruto-sama sudah pergi dengan Yuura-sama." Ujar Mia.

"Yuura itu siapa?"

"Maaf nyonya,, aku tidak tau lagi pula aku pelayan baru disini." Ujar Mia.

Gaara terkejut mendengarnya dari ponselnya, 'Nyonya?' pikir Gaara.

"Jangan panggil aku nyonya,, aku terdengar tua kau panggil begitu,,"

"Aa gomenasai,,"

"Baiklah kita turun dan makan bersama.."

Gaara menutup telponnya, ia semakin bingung dengan Hinata yang sekarang dan telah berubah drastis.

"Ada apa dengan mu Hinata?" gumamnya.

Bersambung~

Huuuaaaaa ,,,, selesai chapter 3 oke oke jangan lupa review yaa,,,

Chapter 4 gak tau kapan nanti saya publis,, tapi insyaallah secepatnya..

Oke sampai jumpa yaa... dada "lambai tangan"

Salam hangat Mitsuki HimeChan