Damnation: Hannibal
Genre: Crime, School, Advent, Survive
Summary: It just, Boy With A Damnation.
~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~
Tahun 2030 AD, di tahun itu terjadi berbagai peristiwa yang menggemparkan penduduk dunia. Bukan, penduduk dunia yang dimaksud bukanlah orang-orang secara umum, bukan juga bagian dari kekuatan militer berskala internasional, mereka berada di posisi khusus dibandingkan kedua hal tadi. Singkatnya mereka yang dimaksud adalah mafia.
Mafia, organisasi yang menjalankan berbagai kegiatan ilegal secara kolektif dan terorganisir seperti produksi obat-obatan terlarang, peretasan, sampai rumah bordil. Mereka seolah-olah berada di kelas yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya dan itu kelas khusus itu memang benar adanya.
Tidak punya kewarganegaraan namun bisa dengan mudah tinggal di suatu negara.
Itulah ciri-ciri yang paling menonjol dari mafia. Tidak seperti Yakuza dan Gangster yang memiliki tato sebagai tanda keberaniannya, mafia zaman sekarang tidak punya rupa fisik buatan yang dapat membuatnya dengan mudah dikenali seperti tato dan tindikan. Mereka cenderung berbaur dengan orang biasa namun memiliki kehidupan lain yang 180 derajat berbeda dengan apa yang dikenal orang sekitar.
Tunggu... zaman sekarang? Memangnya ada apa dengan mafia zaman dulu?
Era mafia telah berubah dengan serangkaian peristiwa besar yang terjadi di tahun 2030. Saat itu terjadi gesekan yang cukup serius antara mafia Amerika dan mafia Eurasia (Eropa & Asia), hingga akhirnya perang dingin berkecamuk antara keduanya. Meski hanya perang dingin, namun perang tetaplah perang. Banyak korban dari kedua belah pihak, bahkan warga sipil juga terkadang menjadi korban dari konflik 2 kekuatan besar yang menguasai dunia mafia disaat itu.
Bagaimana dengan aparat negara (polisi dan tentara)? Apakah mereka juga ikut campur? Tentu tidak. Karena sejak sebelum perang dingin dimulai, pemerintah hampir di setiap negara telah dilobi agar tidak ikut campur oleh para mafia yang juga merupakan sponsor mereka dalam pemilu.
Kembali ke topik, perang dingin yang berlangsung selama berbulan-bulan akhirnya menemui jalan buntu. Bukan karena kedua pihak mengalami kekurangan sumber daya, bukan juga karena intervensi militer, melainkan karena seluruh pimpinan dari mafia di 3 benua itu telah diculik dalam waktu kurang dari 2 bulan. Hal ini membuat kedua belah pihak yang berseteru kocar-kacir karena rantai komando mereka telah terputus dan tidak ada suksesor yang cukup cakap untuk melanjutkan tampuk kepemimpinan.
Puncak dari insiden ini dikenal dengan nama PRIDE FALLS. Seperti arti namanya yaitu harga diri yang jatuh. Kurang lebih seminggu setelah semua pemimpin mafia itu diculik, muncul siaran dari media sosial yang menayangkan tidak kurang dari 50 orang ditembak mati oleh seorang pria misterius dengan topeng porselen putih polos menutupi wajahnya yang seolah-olah berusaha menunjukkan arti dari kekosongan.
Penembakan itu berlangsung dalam senyap, tanpa ada suara jeritan, maupun permohonan ampun yang sering muncul di dalam film. Seperti mereka semua telah pasrah menerima nasibnya.
"Para mafia yang masih tersisa diluar sana, aku tidak tertarik dengan apa yang sedang kalian kerjakan atau apapun yang kalian rencanakan. Hapus semua rupa fisik yang menjadi simbol keanggotaan kalian. Pemimpin kalian telah mati, jadilah para suksesor mereka kalau tidak maka hentikan saja kegiatan bodoh seperti ini." Ucap si eksekutor itu dengan nada dingin nan lirih ke arah kamera yang saat ini fokus kepadanya. Video itu diakhiri dengan pria tersebut menembak hancur kamera sekaligus mengakhiri siaran itu.
Sejak saat itu segala aktivitas yang menyangkut mafia perlahan-lahan mulai hilang dengan sendirinya karena tidak ada figur yang cukup cakap untuk menjadi pemimpin mereka. Semua yang diangkat ditunjuk untuk menggantikan bos mereka yang telah mati, kebanyakan selalu berakhir dengan kudeta dan perang saudara. Butuh waktu setidaknya satu tahun untuk memulihkan kondisi dunia mafia, meskipun saat ini kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai mafia sebagai dampak dari kekacauan itu.
"Jadi secara singkat, pada masa sekarang aktivitas mafia masih terus berlangsung. Namun dengan skala yang jauh lebih kecil dari yang dulu." Ujar Serafall mengakhiri penjelasannya.
"Sensei!"
"Iya, Hyoudo-kun?"
"Bagaimana dengan Yakuza?" Tanya seorang pemuda dengan antusias. Entah kenapa antusiasnya terasa menjengkelkan bagi Sera.
"Ettoo... Yakuza itu cenderung menutup diri berbeda dengan mafia. Jadi informasinyang beredar tentang kelompok itu bersifat rahasia. Sensei sendiri tidak tahu apa-apa."
"Jika tidak ada yang ingin bertanya, maka pelajaran hari ini cukup sampai disini. Jangan lupa belajar dirumah ya..." Ujar Serafall mengakhiri pelajaran sembari berjalan keluar kelas.
"Tchh... Bitch-Sensei..." Umpat seorang siswa yang tadi dipanggil Hyoudo itu.
"Tenang saja Issei-sama, kita bisa memberinya pelajaran nanti."
"Benar sekali Tuan Muda."
"Matsuda, Motohama, siapkan semuanya di ruang kelas ini sore nanti." Perintah Issei kepada kedua siswa lain yang diketahui bernama Matsuda dan Motohama.
"Baik, Tuan Muda."
Percakapan misterius yang dilakukan setengah berbisik itu kebanyakan hanya akan dianggap lelucon belaka. Berbeda dari yang lain, seseorang di kelas itu menatap mereka bertiga dengan pandangan yang sulit diartikan. Poni lempar yang tumbuh lebih panjang itu sanggup menutupi sedikit matanya membuat orang lain tidak dapat mengartikan arti tatapannya.
Sore Hari, Waktu Pulang Sekolah
Sore menjelang malam adalah waktu standar setiap sekolah memulangkan seluruh siswanya, tidak terkecuali dengan Kuoh Gakuen. Salah satu dari sekian banyak sekolah favorit di Jepang ini mengadopsi jam belajar sama seperti negara di Eropa, namun dengan berbagai kegiatan klub yang bersifat ekstrakurikuler membuat sebagian siswanya terkadang pulang saat langit beranjak malam.
"Omong kosong." Dengan kedua tangan yang dipegang erat oleh 2 orang, Serafall dibuat tidak berdaya oleh 3 orang yang ada di ruangan itu yang secara notabene merupakan murid-muridnya.
"Itu benar Sensei. Statusku di sana adalah tuan muda, yang berarti suatu saat aku akan menggantikan Ayahku sebagai bos besar." Ujar Issei enteng sembari mengambil posisi duduk di depan Serafall yang sedang ditahan oleh Matsuda dan Motohama.
"Sekarang minta maaflah Sensei."
Menghela nafasnya sebentar Serafall meminta agar kedua lengannya dilepaskan. Setelah permintaannya dikabulkan barulah dia meminta maaf, tentu bukan dengan cara yang umum. Dia meminta maaf dengan cara yang anggun sesuai dengan syarat yang diajukan oleh *Tuan Muda* di hadapannya. Setelan pakaian pengajar yang dia pakai menggunakan mini skirt sehingga membuat celana dalamnya terekspos dari posisi Issei.
Gulp...
Pada awalnya Issei hanya ingin membuat Serafall meminta maaf atas ucapannya saat pelajaran tadi. Namun melihat pemandangan sekilas tadi membuatnya mulai gelap mata. Dengan Serafall yang telah mengetahui posisinya sekarang, bukannya dia bisa meminta yang lebih dari sekedar permintaan maaf?
Sementara itu Serafall hanya bisa memejamkan matanya ketika melihat tangan Issei mulai menuju ke arah tubuhnya. Mencari gara-gara dengan keturunan Yakuza sama saja dengan membahayakan nyawanya.
Upaya pelecehan yang dilakukan Issei harus terhenti ketika sebuah bola bisbol memecahkan kaca ruang kelas itu, sontak semua pandangan tertuju ke arah kaca jendela yang pecah. Tanpa menunggu perintah Matsuda dan Motohama langsung mengamati lapangan untuk mencari si pelaku pengrusakan.
Puas mengamati lapangan sekolah selama beberapa menit, belum sempat mereka berdua berbalik sebuah kursi melesat ke arah mereka menyebabkan mereka berdua jatuh dari ketinggian lantai 2 Kuoh Gakuen. Semuanya terasa sangat cepat hingga mereka berdua baru bisa berteriak ketika telah menghantam tanah.
"Arrrghhh...!"
Sementara itu kembali ke ruang kelas, nampak Issei yang pingsan akibat tercekik dan Serafall-Sensei yang syok. Di dalam ruang kelas itu ada sebuah identitas baru yang kedatangannya tidak diduga-duga sebelumnya. Setelah puas mengacaukan upaya pelecehan sang Sensei, orang itu langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Serafall yang masih setengah syok langsung menyusul penyelamatnya yang baru berjalan sebatas koridor di depan ruang kelas ini lalu memegang erat tangan orang itu, terlihat tangannya masih gemetar dan mengeluarkan keringat dingin.
"T-Tolong aku." Ujar Serafall terbata-bata.
"Bukannya sudah selesai? Hyoudo dan temannya sudah pingsan. Sensei bisa langsung pulang lalu melupakan kejadian ini sembari berendam di bak mandi atau minum bir sampai mabuk." Tidak bergeming, dia terus melanjutkan jalannya meski tangannya sibuk digenggam erat oleh wanita dengan usia yang tidak jauh berbeda dengannya.
"Keluarga Hyoudo... adalah keluarga Yakuza."
"..."
Mereka berdua diam, entah sibuk mencerna maksud kalimat tadi atau malah sudah membayangkan bagaimana ngerinya berurusan dengan keluarga Yakuza. Penjelasan yang sangat logis atas situasi ini adalah dampak dari Pride Falls yang membuat pamor mafia sebagai penguasa dunia ilegal turun dan digantikan oleh Gangster dan Yakuza. Mafia sekarang lebih berbaur dengan masyarakat namun tetap saja ketika tersinggung mereka bisa saja memicu pertumpahan darah, oleh karena itu topik seputar mafia, gangster, dan yakuza diluar kurikulum pembelajaran adalah ilegal sebab ketiga faktor itu berada sangat dekat dengan masyarakat.
"Sera-Sensei, itu orangnya polos ya?"
"Kenapa mengalihkan topik?"
'Oh Iya... bukankah dia itu...'
"Aku ingin mencari makan, jika Sensei ingin ikut silahkan saja." Setelah mengucapkan itu dia melanjutkan perjalanannya seolah-olah tidak ada hal penting yang terjadi.
Beberapa jam setelahnya petugas Keamanan menemukan 3 tubuh tak sadarkan diri dari murid Kuoh Gakuen, 2 diantaranya luka parah sedangkan yang lain hanya pingsan karena kekurangan oksigen.
Sebagai sekolah yang memiliki reputasi mendunia, Kuoh Gakuen seringkali mendapati peristiwa yang serupa dengan hari ini. Biasanya hanya berupa ancaman baik fisik maupun verba kepada salah satu murid karena alasan bisnis, pangkat dalam pemerintahan dan sebagainya. Peristiwa kali ini jelas lebih dari 2 hal tadi, 2 murid yang terjatuh dari lantai 2 dan seorang murid yang dicekik hingga pingsan. Semuanya bisa menjurus pada pembunuhan. Apalagi fakta bahwa semua kamera cctv telah mati sejak beberapa jam yang lalu membuat dugaan bahwa pelakunya bukanlah seorang murid.
Ichiraku Ramen
Ichiraku Ramen adalah kedai kaki lima non permanen yang buka cukup jauh dari pusat kota. Biasanya pelanggan hanya memesan ramen untuk dibawa pulang dan sangat sedikit yang ingin makan di tempat sebab ukurannya yang kecil. Kedai ini dijalankan oleh Ichiraku dan putrinya yang bernama Ayame.
"Selamat datang, Namikaze-san seperti biasa?" Orang yang disebut Namikaze-san hanya mengangguk dalam diam. Dia tak banyak berbicara untuk sekedar basa-basi dengan pemilik kedai langganannya.
"Bagaimana denganmu nona? Saranku, jangan memilih menu yang sama dengan Namikaze."
"Tidak apa-apa, aku pesan yang sama saja." Ucap Serafall yang masih membuntuti Namikaze. Memang benar muridnya yang satu ini telah menyelamatkannya dari aksi pelecehan yang akan dilakukan Issei Hyoudou, namun karena dilakukan dengan cara kekerasan mungkin saja masalahnya tidak berakhir disini. Apalagi dengan status keluarga Hyoudo yang merupakan Yakuza.
"Silahkan dinikmati!" Termenung diam membuat membuat Sera melupakan konsep waktu. Proses pembuatan ramen pesanan mereka berdua terasa begitu cepat, atau setidaknya itu yang dia pikirkan.
"K-kecil?" Ramen biasanya identik dengan mangkuk besar, kaldu yang pekat, porsi besar, dan banyak toping. Namun ramen yang dipesannya ini sama sekali berbeda dengan bayangan itu. Mie yang tipis, kaldu berwarna cerah, dan topingnya hanya berupa rebung rebus.
"Jika sensei tidak suka, pesanlah lagi. Aku yang traktir."
"Tidak perlu, akan kumakan." Ujar Serafall sambil mengambil sumpit dan memakan hidangan ramen di depannya. Setelah selesai makan, Ichiraku mulai membuka percakapan dengan dengan pelanggan setianya itu.
"Besok, Hyoudou akan mengirimkan anak buahnya untuk menyelidiki Kuoh Gakuen. Mereka bisa menyamar menjadi petugas apapun di lingkup kota ini."
Mendengar nama Hyoudo membuat Sera melirik penyebut nama itu. Puas melirik Ichiraku, Sera mengalihkan pandangan pada satu-satunya orang yang paling mungkin diajak bicara oleh Ichiraku yaitu Namikaze. Ekspresinya masih saja tak terbaca sejak dia bertemu dengan muridnya ini.
"Sensei, besok jangan pergi ke Kuoh Gakuen. Akan lebih aman jika Sensei tidak usah pulang ke apartemen untuk sementara waktu, aku janji masalah ini akan selesai lusa." Ucap Namikaze secara tiba-tiba yang membuat Serafall terkejut.
"Kenapa?" Mendapat segala macam peringatan itu membuat Serafall sedikit-banyak panik.
"Jika bicara yakuza, sebaiknya jangan biarkan mereka tahu informasi pribadi targetnya. Itu bisa sangat merepotkan." Ucap Ichiraku untuk menenangkan Sera.
"Tapi dimana aku akan tinggal selama itu?"
"Tenang saja, kau bisa tinggal di tempat kami. Benarkan Otou-san? Ujar Ayame menimpali ucapan Serafall disertai dengan anggukan dari Ichiraku yang mengiyakan permintaan putrinya.
"Karena satu masalah telah selesai, aku akan pulang." Setelah mendengar Sera akan tinggal bersama Ichiraku dan Ayame, Namikaze juga berencana pulang untuk menyudahi rangkaian peristiwa yang mulai runyam ini.
Tanpa meninggalkan bayaran di meja.
Ichiraku yang melihat kelakuan Namikaze hanya bisa tersenyum kecut. Harga ramen porsi kecil seperti yang biasa dimakan Namikaze, walau seumur hidup juga tidak akan pernah bisa membayar hutangnya kepada orang itu.
"Ichiraku-san, siapa sebenarnya Namikaze?"
"Bukankah kau sendiri adalah gurunya, kenapa bertanya padaku?" Mendengar balasan Ichiraku membuat Serafall malu sendiri. Memang benar dia adalah guru yang mengajar Namikaze di Kuoh Gakuen. Tapi karena Namikaze sendiri yang tidak menonjol membuat Sera tidak ingin terlalu mengenal murid seperti itu lebih jauh.
Dan yang lebih memalukan lagi, dia meminta tolong kepada murid yang tidak ingin dia kenal lebih jauh itu dan dia menyanggupi permintaan tolongnya, meski sedingin itu.
Time Skip..
Keesokan Hari (Kuoh Gakuen)
Pagi ini suasana gerbang Kuoh Gakuen sedikit berbeda dari biasanya. Di sekitar gerbang Kuoh Gakuen telah bersiaga sekitar 10 orang yang berpakaian hitam formal, mereka mengawasi satu-persatu murid yang lewat gerbang utama Kuoh Gakuen seolah sedang mencari seseorang. Salah seorang dari 10 orang tadi terasa paling menonjol sebab tingginya tidak kurang dari 2 meter.
Kenapa tidak ada murid yang takut?
Jawabannya adalah karena posisi keluarga mereka. Kuoh Gakuen bukanlah sekolah ekslusif bagi para anak orang kaya dan penting di Jepang, tapi kebanyakan orang yang diterima di Kuoh Gakuen bisa dipastikan salah satu diantara sangat kaya atau sangat pintar. Tidak ada orang yang cukup bodoh untuk mencari gara-gara dengan murid Kuoh Gakuen.
"Hey... berhenti!" Sebuah tangan orang dewasa dengan sigap memegang kerah Namikaze. Cengkeraman itu kemudian diteruskan dengan menyudutkan tubuh salah satu murid Kuoh Gakuen itu ke tembok gerbang sekolah. Tidak ada yang mencoba ikut campur dalam ķeadaan itu, mereka sadar dengan posisi keluarganya masing-masing, ikut campur ke dalami masalah hanya akan menimbulkan konflik yang tidak perlu.
"Aniki! Apa yang kau lakukan?"
Mengacuhkan peringatan yang ditujukan padanya, manusia setinggi 2 meter itu menggeledah kantong dari Namikaze, dan benar saja dia menemukan sebuah pisau lipat tersimpan rapi di kantong celananya. Pertanyaannya adalah kenapa murid Kuoh Gakuen perlu membawa pisau lipat? Tentu saja ini adalah kejadian aneh.
Cuihh...
Bukannya merasa takut dan terintimidasi, Namikaze memilih opsi yang paling nekat untuk menghadapi situasi ini dengan meludahi orang yang mencengkeram kerah seragamnya.
"Onore...!"
Melepaskan cengkeramannya, tangan pria setinggi 2 meter itu langsung bergerak mengambil sesuatu dibalik jasnya, sebuah benda mainstream yang langsung bisa ditebak hanya dengan melihat cara berpakaiannya.
"Tenanglah Aniki!" Si kakak tertua memperlihatkan gelagat aneh yang membuat 9 bawahannya khawatir. Baru kali ini mereka melihat kakak tertuanya begitu marah setelah diludahi seorang murid tepat di wajahnya, dan sekarang kakak tertua itu terlihat kesulitan untuk meraih pistol di saku bagian dalam jasnya. Setelah beberapa kali gagal karena bagian bawah jas itu terlihat tersangkut, dengan sekali tarikan kuat pistol itu berhasil dikeluarkan dari jasnya.
Namun kali ini muncul keanehan yang lain.
Bukannya menodongkannya dengan angkuh kepada orang yang meludahi wajahnya, pria setinggi 2 meter itu malah ambruk ke depan dengan posisi tengkurap. Tak lama kemudian, muncul genangan merah dibawah jas pria tersebut. Genangan merah itu adalah darah.
"..."
"..."
Tidak ada yang bisa menjelaskan peristiwa itu, sekalipun terjadi tepat di depan mata 9 orang-orang Hyoudo yang ada disana. Kejadiannya terlalu abstrak untuk bisa digambarkan dengan logika, tanpa bantuan tendangan, pukulan, atau senjata apapun, kakak tertua mereka telah tumbang dengan bersimbah darah.
Mereka beruntung karena para murid Kuoh Gakuen telah masuk ke area dalam sekolah yang membuat kejadian ini tidak menimbulkan kepanikan massal. Namun detik berikutnya mereka langsung sadar jika orang yang bertanggung jawab atas kejadian ini masih ada di tempat semula.
"JANGAN BERGERAK! TIDAK HANYA MELUKAI ISSEI-SAMA, DIA JUGA MENIKAM ANIKI!"
Menikam, sebuah istilah yang menggambarkan penusukan. Meski disebut menikam, nyatanya mereka sama sekali tidak melihat adegan penikaman itu. Murid Kuoh Gakuen blonde itu sudah jelas hanyalah korban dari kewaspadaan Anikinya. Tapi tidak ada yang bisa menjelaskan kejadian tadi selain penusukan.
Dengan mengarahkan moncong senjatanya ke Namikaze, salah satu Yakuza itu mencoba mengamankan Namikaze sementara yang lain sibuk mengurusi tubuh Anikinya yang terluka. Dia tidak akan membiarkan saksi kunci lepas begitu saja.
Disisi lain Namikaze hanya diam seribu bahasa. Tidak ada gunanya dia mengatakan sesuatu, pergi pun juga hanya akan dikejar oleh 9 orang yakuza yang tersisa. Pilihan terbaiknya hanya mengikuti arus kelanjutan kejadian ini hingga akhirnya JACKPOT.
Sebagai akhir dari kejadian di gerbang utama Kuoh Gakuen, Namikaze dibawa pergi oleh para yakuza dengan tanpa perlawanan. Ada 2 tuduhan yang diarahkan padanya, pertama dia adalah orang yang menghajar pewaris keluarga Hyoudo, kedua dia adalah orang yang menikam salah satu anggota yakuza Hyoudo.
'Lets beat some fucking yakuza.' Umpat Namikaze dalam diam.
~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~
A.N:
Thats right, mafia. Saya harap fanfic kali ini berjalan dengan lancar, sebab saya dulu adalah salah satu author yang tidak bisa melanjutkan cerita fanficnya.
Tidak bisa menangkap plotnya? Well... saya kira tulisan ini telah menyampaikan plot dengan baik. Sengaja saya buat tarik ulur supaya bisa menyimpan twist untuk chap-chap ke depannya. Meskipun twistnya paling juga sudah bisa ketebak.
Saya punya sedikit masalah dengan kapitalisasi huruf dan penempatan tanda koma dan titik. Karena saya menulis dengan membunyikan apa yang saya tulis di kepala, jadi saya cenderung berlebihan dengan penggunaan tanda koma. Meski begitu saya harap hal ini tidak menjadi masalah kedepannya. .