Mr. Opportunity

.

Park Chanyeol-Byun Baekhyun

.

BL/no GS!

.

TypoS Everywhere!

.

Happy Reading!

I hope you like this story!

so, very Thank you for your like and follow, Guys! (huhu)

.

Enjoooy!

.

Tidak ada dalam benak Baekhyun—sama sekali tidak pernah ada—bahwa kecurangannya atas lisensi akan berimbas dengan ke-intensif-an pertemuan dirinya dengan si dosen muda, Park Chanyeol. Ini benar mengingatkan Baekhyun dengan kebiasaan ketika dirinya membeli suatu produk yang dia benci. Tapi entah kenapa, kebenciannya itu berakhir dengan seribu rencana Tuhan atas dirinya akan urusan-urusan dengan barang-barang menyebalkan itu!

Apa kalian pernah juga mengalaminya?

―seperti kasus kaos 'matahari bercerutu' warna kuning miliknya yang dibelinya bulan lalu, atau kaos kaki beruang yang menggelikan tempo hari dan masih banyak barang penuh penyesalan saat dia usai menyetujui pembayaran. Tapi demi semesta yang telah tercipta, ketika pertemuannya dengan Chanyeol di kafe tempo hari, kemeja dengan style kasual ala dirinya sesungguhnya bukan pilihan utama yang ingin Baekhyun gunakan, bagaimana pun saat itu Junmyeon hanya mengatakan bahwa dirinya akan bertemu salah satu dari pejabat fakultas di SNU, bukan kah itu brarti dia harus 'sedikit' rapi? Tapi sialnya, dia lupa bahwa kemejanya di gunakan tempo hari dan belum dicuci. Dan kaos kuning menjengkelkan akhirnya yang menguasai pertemuan hari itu.

baiklah, lupakan. Ini benar tidak penting!

Intinya, dalam hidup Baekhyun selalu memiliki keajaiban dalam apa yang disebut "hubungan" dengan apa yang dia benci. Seperti halnya dengan saat ini―detik ini. Dirinya sedang duduk canggung di sebuah sofa dengan laptop menyala di depan nya. Pandanganya tak benar bisa fokus pada pekerjaannya, melainkan lebih sering mencuri pandang pada sosok yang kini sedang duduk dikursi utama. Hidung bangir sosok itu , tampak lebih memukau dengan kaca mata baca. lengan kemeja biru navi-nya disingkap hingga batas siku. Hanya perlu rambutnya di ubah dalam mode hair up maka… tunggu sebentar, apakah ini terdengar seperti penggambaran seorang CEO? Seorang bos muda yang memimpin sebuah perusahaan raksasa? Lalu..lalu... memiliki kekasih seorang submisif muda yang sangat polos bak kucing persia yang terawat. STOP! Hentikan, itu hanya ada dalam fiksi!

"Park, tidak bisakah aku keluar sebentar? Ini benar-benar membosankan", akhirnya si tak sabaran Baekhyun memulai protes kedua. Yang pertama tentu saja protesan tentang dirinya yang harus datang. Tak tanggung-tanggung bagaimana si Park ini memberikan perintah melalui Junmyeon. Baekhyun benar ingin mengumpati bagaimana sosok kejam bos penerbitannya itu, malah mudah gugur di depan seorang Park Chanyeol. Baekhyun curiga, mungkin saja Park Chanyeol ini sesungguhnya adalah pemimpin sebuah geng mafia yang sangat ditakuti. Tidak Byun, ini bukan dalam cerita fiksi!

"Kau sudah selesai dengan materi yang kuberikan?", tanya Park Chanyeol―sang pemilik ruangan. Ya sebenarnya, Baekhyun sedang berada di dalam ruangkerja milik si bungsu Park.

"Kau serius menyuruhku menggantikan mu memberi kuliah?", kata Baekhyun syarat penekanan pada kata 'menggantikan mu'. "Bukankah kau memiliki seorang mahasiswa asisten? Profesorku selalu memiliki satu", lanjut si surai burnette.

"Apa aku terdengar sedang bercanda, Byun?". Oke cukup, suara husky milik Chanyeol selalu berhasil mengintimidasi, atau dalam hal ini sangat terdengar tak mau dibantah.

"Ehm, begini Park-ssi― Kau tahu latar belakang ku bukan? Masa lalu yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Er―kau rela jika anak didik mu diajari oleh orang sepertiku? Kau tak khawatir jika aku malah mengajarkan ke-pshykopat-an mungkin? Atau…", belum usai kaliamat Baekhyun, tangan mungilnya dilingkupi telapak yang lebih besar dan hangat.

"Sebesar itu kau merasa gugup?", Chanyeol melepaskan genggaman tangannya pada yang lebih pendek.

"Yeoll…", tanpa sadar bibir tipis Baekhyun mendayukan nama kecil dari makhluk bossy di depanya. menciptakan kerutan samar pada dahi si dosen tampan itu. "Jangan bermain-main dengan masa depan anak-anak, mereka…",

"Bagaimana dengan mu? Bukan kah kau menulis buku tanpa lisensi yang sah?", potong Chanyeol tanpa intimidasi. "Bahkan bukumu sudah dibaca ratusan mahasiswa, apa sebegitu percaya dirinya dirimu sampai menulis referensi. Jika benar kau sesombong itu, tunjukkan didepan mahasiswaku. meskipun hanya 1 anak merasa kau dibawah kualifikasi, maka aku akan benar menghancurkan mu Byun!",

Daripada merasa marah atau tersinggung Baekhyun justru merasa tertohok tepat pada jantungnya, ada perasaan setuju dengan ungkapan seorang Park di depanya ini. Betapa sombongnya seorang Byun Baekhyun yang berani2 nya membohongi ratusan mahasiswa dengan karya kalengannya. Mendengar semua itu memaksa Baekhyun untuk berjalan menghampiri laptop dan beberapa notebooknya. Seperti rencana awal,Baekhyun yang menyampaikan materi dengan cara presentasi dan diskusi, atau membuat kelompok diskusi dengan meninggalkan materi sepertinya bukan ide yang buruk juga.

Haaah hari masih terlalu pagi untuk frustasi, Byun...

.

.

.

Ekspetasi Baekhyun nyatanya tak ada yang berjalan. Lebih dari sembilan puluh derajat kenyataan itu berubah. Tak ada diskusi kelompok, tak ada waktu bagi Baekhyun untuk meninggalkan begitu saja para mahasiswa. Susah dikatakan, di masa lalu Baekhyun adalah sosok yang mencintai pendidikan. Aroma buku adalah apa yang menjadi candu tersendiri dalam darahnya, berdiskusi dengan kursi khas kampus adalah kegiatan yang paling dia cintai. Memimpin diskusi atau bahkan hanya menjadi pendengar adalah kegiatan yang menurutnya sangat menyenangkan. Apalagi jika otaknya sedang benar dalam mode 'encer'. Dia akan menjelma menjadi tupai yang siap melompat kepada banya pembahasaan. Dan dihadapan mahasiswa tingkat tiga ini, benar menjadikan Baekhyun sebagai si pemimpin diskusi yang sangat mahir. Tidak ada sama kali waktu yang dibuang hanya sekedar untuk diam karena dirinya yang kekurangan materi. Ini benar mengingatkan dirinya saat berada dalam diskusi perkuliahan ketika dirinya di tahun ke 2, dirinya dan kelompoknya kala itu—harus menerangkan bahan materi dalam waktu cukup 30 menit, tapi nyatanya dia menghabiskan hampir 2 jam saking semua peserta sangat antusias!

Begitu pula dalam kelas sekarang ini. Awalnya Baekhyun berpikir mungkin semua akan menolak dirinya secara tersirat karena dirinya yang hanya 'orang baru', namun nyatanya, semua merasa terbuka dengan dirinya. Entah karena memang dirinya yang menyenangkan, atau karena sihir 'Baekhyun adalah asisten dosen seorang Park Chanyeol'.

.

.

.

"Ssaem!, seorang mahasiswi dengan aroma fruit yang menguar tampak memanggil Baekhyun. Seorang mahasiswi muda dengan rambut panjang sebahu. Ada kerutan tanda tak mengerti dari seorang Byun. Apakah secepat itu hasil dari pembahasannya mengenai "misattribution of arousal" yang baru saja mereka diskusikan. Apakah seseorang baru saja akan mengalami perasaan gairah karena sebuah memori yang membekas? Tolong ingatkan Baekhyun bahwa dia gay dan menolak dengan cara halus adalah tindakan bijak!

"Maaf Ssaem, sa-saya Jimin, pernah menjadi kandidat sebagai asisten mengajar Profesor Park Chanyeol", kata gadis muda itu usai tepat berada di depan Baekhyun.

"Aah.. ada yang bisa saya bantu?", ada kelegaan pada naluri seorang Byun, menyakiti mahasiswa pada dasarnya bukanlah style nya. Dan tingkah menggemaskan milik salah satu mahasiswi Park ini tidak dapat diartikan sebagai artikulasi 'cinta'.

"Se-sejak kapan Ssaem, ah tidak maksud saya, ada apa dengan Profesor Park yang tidak bisa mengajar? Apakah beliau sakit, Ssaem?".

Baekhyun tebak, si sialan Park Chanyeol cukup populer di kalangan para mahasiswi muda. "Iya, Profesor Park sedang mengalami gangguan pencernaan, jadi—yaah. Apakah kau menikmati pembelajaran kita ngomong-ngomong?", sesungguhnya Baekhyun sangat berhasrat untuk segera pergi. Menenggak bir usai bekerja pekerjaan yang bukan dirinya, menjadi apa yang dia butuhkan dan inginkan saat ini.

"Kalau boleh tahu, dimana Ssaem dulu berkuliah? Saya sedikit tidak asing dengan Ssaem". Netra dari gadis mungil itu tampak berkedip polos. Tak ada tanda-tanda sok ingin tahu, namun benar menunjukkan ketidaktahuan, setidaknya itu yang Baekhyun tangkap dari seorang mahasiswi bernama Jimin.

Tidak bisa untuk tidak gugup, Baekhyun merasa seperti pencuri yang hampir tertangkap. "SNU, disana saya dulunya. Apakah itu cukup menjawab pertanyaan Anda, haksaeng?", Baekhyun tak boleh gugup, tapi juga tak bodoh untuk melakukan banyak interaksi. Satu kalimat kebohongan sepertinya tidak akan berdampat meebar seperti virus. Setidaknya mereka hanya sedang berdua, pikir Baekhyun.

"Iya.. terima kasih, Ssaem..", jawab si gadis itu riang. Benar mengingatkan Baekhyun akan kesan dulu ketika dirinya masihlah mahasiswa muda dengan semangat membara yang selalu meributkan rasa penasaran bahkan jika itu hal pribadi seseorang. Namun kini, dirinya tak lebih dari seorang manusia yang sedang berbohong pada banyak manusia lain. Berlagak bahwa dirinya adalah seorang berpendidikan tinggi. Seolah menjadi salah satu dari ribuan manusia yang beruntung dengan label 'sarjana' dari sebuah National University. Sekali lagi, Baekhyun hanya merasa sedang ber-lakon, berperan menjadi seorang mahasiwa sukses yang telah lulus, boro-boro drop out. Hingga akan tiba saatnya, bahwa 'kepura-puraan" miliknya akan terungkap.

Huh. Bohong jika dikatakan Baekhyun sudang bangga dengan pencapainnya. Hell No!

Puk!

Satu jitakan ringan mendarat pada dahi Baekhyun. Pelakunya? Tak perlu dipertanyakan. Seorang mausia jangkung yang Baekhyun pikir masih akan berdiam di ruangan besarnya, nyataya sosok itu berdiri di belakangnya. Entah sejak kapan.

"Aku menyuruhmu mengajar—bukan melamun alih-alih menggoda mahasiswa ku!", si Park mulai mengomel.

Diujung koridor, Baekhyun terakhir melihat siluet si mahasiswi yang sebentar lalu berhasil membangkitkan kecemasannya, ekor mata kucing si gadis tampak mengamati keberadaannya dan Chanyeol—atau mungkin Baekhyun hanya salah tafsir.

"Aku akan pulang, dan jangan melarangku!—jam kerja ku tak lebih dari 8 jam jika kau ingat", tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, Baekhyun memilih pergi dengan mengambil jalan ke arah yang berlawanan dari si mahasiswi.

Suasana hati dan pikirannya masih saja tak merasa tenang. Baekhyun tidak marah dengan Jimin, tidak pula merasakan Jimin sebagai ancaman. Hanya saja, Baekhyun tidak berpikir mungkin saja semua akan terbongkar dalam jangka waktu yang mungkin 'sebentar lagi'.

.

.

.

Bar dengan lampu warna-warni yang heroik seolah mencetuskan slogan 'come with me this night, Babe—and you will get the heaven!', tapi nyatanya tak berakhir dengan suasana yang bising karena huru-hara. Sebaliknya, hanya sebagian kecil panggug yang tidak terlalu tinggi, dengan seorang penyanyi lip sync dengan kostum menyerupai penyanyi asli. Mereka menyebutnya—profesional lipsync? Entahlah.

Yang sedang dimainkan saat ini adalah sebuah lagu lama berjudul Leaving On a Jet Plane. Dayuan irama yang menguar dari sebuah sepiker, senada dengan dayuan bulu mata lentik si penyanyi lipsync. Pakaian ombrenya tampak menyala berwarna-warni, seolah menghasut para pengunjung untuk menari dan meniru para manusia kuno di era 80'an. Semua pekerja Bar sangat tahu, siapa dibalik ide jadul semacam ini, tentu saja Junmyeon alias Suho adalah pencetus utama hiburan berusia lanjut ini. Dibalik kekayaan sang kekasih bos, Junmyeon adalah pemilik fantasi old yang sedikit menggelikan.

Udara dingin diluar bar, minuman hangat dari sebuah fermentasi, dan sebuah lagu jadul, bukankah itu kombinasi masa kini untuk membunuh waktu yang terasa sulit? –atau mungkin juga, membunuh penyesalan dan ketakutan? Mungkin itu yang mendasari ide old theme yang dibangun oleh Junmyeon.

Penyesalan dan ketakutan itu nyatanya sedang mengusik seorang Byun. penyesalan dan ketakutan yang Byun bilang, bukan sebagai perkara yang besar. Mereka hanyalah sebuah hal dengan komposisi dua bahan :

Keegoisan

Ketidakjujuran

Baekhyun benar egois dengan keinginannya untuk berhenti dari kampus. Keinginan pribadi itu muncul karena pendirian dan pemikiran pribadinya. Dirinya bukanlah seseorang yang ingin mempercayai mengenai tanda kelulusan, dirinya tak ingin dipercayai sebagai orang yang mampu karena ijasahnya. Tidak. Namun nyatanya, keegoisannya berbenturan dengan keinginan keras ayahnya. Menjadi seorang yang ber-tittle adalah mimpi tertinggi ayahnya. Menjadi pejabat dengan honor tinggi, adalah keinginan sang ayah yang bahkan hampir empat tahun tidak dirinya temui.

Dan keegoisannya berkembang ketika semua bermuara pada keputusan Baekhyun. Berpura-pura menjadi apa yang diinginkan ayahnya, dan melakukan apa yang menjadi keegoisannya. Tapi ketika keegoisan dan 'mimpi orang lain' berada dalam persimpangan berbeda, kalian pikir semua akan dapat berjalan serempak?

NO!

Baekhyun melakukan kesalahan. Dia menyadari oke? Membuat data dan dokumentasi palsu, berpura-pura sebagai lulusan. Nuraninya selalu memberi penghiburan bahwa dia orang baik. Tidak memanfaatkan kebohongannya untuk meraih apa yang memang tidak pantas dia raih. Setidaknya pekerjaan di tempat Junmyeon adalah bukan karena ijasah, namun kemampuan.

Menjadi dosen di tempat Park Chanyeol? Ingat itu keinginan si brengsek. Bukan dirinya.

-namun nyatanya apa yang di coba gariskan, menjadi sangat berantakan semenjak kedatangan si putra bungsu Park. Seolah keadaan benar tidak membiarkan dirinya tenang dengan kebohongan yang dia buat. Apakah Baekhyun marah dengan Park Chanyeol yang sangat mungkin menjadi awal kehancurannya? TIDAK. Baekhyun marah dengan dirinya oke?

Baekhyun melupakan fakta terpenting dalam kehidupan. Kebohongan adalah bangkai. Bagaimana mungkin dia membawa bangkai di balik punggungnya yang sempit di tengah ribuan manusia yang memiliki penciuman normal?

Tuhan itu baik, dia hanya ingin menegur Baekhyun—tentu saja Baekhyun menyadarinya. Tapi kenapa sekarang? Tak adakah waktu esok? Lain hari? Atau dengan pukulan yang tidak setelak ini.

Kehiduan Baekhyun hingga ditahun ke dua puluh lima ini nyatanya bukan hanya dihabiskan dengan makan-tidur, dirinya telah hafal dengan insting-insting yang seolah mengabarkan kebahagiaan atau bahkan kehancuran kepada dirirnya. Dan seperti nya tidak akan lama lagi hal buruk itu terjadi.

Tuk.

"Melamun?", Yuta dengan seragam Bartender berwarna putih dan merah nya, menyerahkan segelas cairan kecoklatan dengan es. Es teh.

"hey, kau ingat cerita tentang kepala administrasi Kim?", Baekhyun tiba-tiba menunjukkan bahasan lama.

"orang yang melalaikan dokumen kelulusanmu?", Yuta sedikit antusias, namun juga tak ingin terlalu tertarik.

"ehm, jika dia tak lalai, mungkin bulan lalu aku sudah memakai toga kan?", ada kekehan yang sedikit terpaksa. Iya, Yuta sangat ingat kejadian itu. Seusai Baekhyun menghilang dari sidang dan revisi, sahabat mungilnya itu sempat sadar untuk kembali kepada gedung itu. Berikhtikat baik untuk lulus meski tak pernah berminat mengenai sertifikasi kelulusan. Kewajiban kepada ayahnya adalah tujuan utamanya kala itu. Namun kabar mengejutkan, semua dokumennya hilang, tidak terurus dengan benar oleh para pekerja administrasi. Tak ada iktikat baik dari mereka, yang ada Baekhyun menjadi tertuduh sebagai pihak tak bertanggung jawab. Dirinya harus memulai dengan dokumen rumit yang menjengkelkan. Waktunya habis, dan namanya hilang. Hanya sesederhana itu.

Stop, jangan katakan sederhana jika kesalahan manusia semacam ini tidak hanya terjadi sesekali, nyatanya ditahun ketiga Baekhyun dan teman-temannya pernah mendapat masalah serupa. Namanya hilang dari daftar sebuah kompetisi keilmuan hanya karena satu lembar yang dilalaikan para manusia yang bekerja di balik dokumen. Beasiswanya hilang, dan nama yang seharunya dapat dia banggakan tidak muncul begitu saja. Dan jawaban yang muncul adalah, lupakan—this is not your part...

"Apa Yixing tidak membutuhkan seorang penyanyi bar?", pertanyaan Baekhyun yang tiba-tiba.

"Kau berminat?",

"Aku butuh planning B, jika mungkin aku ditendang dari penerbitan Junmyeon atau mungkin aku ditangkap orang kampus—hidup harus terus berlanjut bro". Yuta hanya menimpali dengan kedipan bahu, waras atau tidak, ucapan Baekhyun tidak sepenuhnya salah bukan?

"Bibi ku di Jeju, sedang membutuhkan pelayan untuk rumah makannya. Tidak besar, tapi cukup sering dikunjungi para wisatawan".

"assa!", jangan tanya pekikkan kebahagiaan siapa yang mampu menghalau dengungan para pengunjung Bar. Jika bukan si Waras Byun.

.

.

.

.

"Lepaskan Yeol!", suara renyah itu memecah diantara lorong gedung yang sepi. Hanya bercampur bersama langkah kaki dari dua pria dengan panampilan yang berbeda. Seorang berubuh mungil dengan sweeter dan celana denim. Sebuah coat berwarna navy dengan ransel menjadikan penampilannya alih-alih tampak seperti karyawan, melainkan seperti seorang mahasiwa seni rupa.

Si kecil masih mencoba melepaskan tangannya yang berada pada genggaman yang lebih 'besar'. Karena sumpah demi dewa! Baekhyun sedikit jengkel dengan dirinya yang di seret secara paksa. Niat sucinya adalah datang kekantor Junmyeon Hyung untuk menanyakan sesuatu mengenai materi Profesor Erika mengenai proyek yag sedang digarap—namun belum sampai langkahnya sampai pada lift yang menghubungkan lantai tempatnya berpijak dengan sang pimpinan perusahaan, dirinya malah diseret oleh si Bungsu Park.

"jangan membuat kegaduhan, Baek!", itu kalimat si Yoda yang disambung dengan dengusan dari si mungil.

"—dan kau jangan membuat kekacauan dalam hidupku Park!", mendramatisir! Tentulah kemampuan seorang editor.

"aku ada kelas yang tidak bisa aku batalkan. Tapi dekan menugaskan ku untuk ke daegu. Seminar.", masih di tengah lorong. Chanyeol mengalah dengan berhenti dan menjelaskan apa yang sebenarnya dapat dia jelaskan sejak awal mereka bertemu. Dasarnya si bungsu Park yang tidak ingin menerima penolakan, jadi dia memilih mneyeret si korban terlebih dahulu. Membaw pada daerah kekuasaannya lalu memaksa maka penolakkan hanya akan menjadi teori. Begitulah Park Chanyeol.

"lalu?—gunakan saja calon asistenmu sekaligus sebagai bahan tes", tapi Park Chanyeol teah melupakan betapa hampir setara mereka berdua.

"aku menghentikan pemilihan asisten dosen. Karena bagaimanapun, sejak awal tidak ada yang menarik bagiku".

"alasan.", si pedas Byun lebih tahu kebenaran yang ditutupi.

"jika kau sudah tahu, seharusnya kau juga paham apa perintahku".

"ini jelas-jelas perundungan! Pemanfaatan sumber daya manusia lemah! Tidak boleh terjadi!", apa poin lain tentang Byun Baekhyun? Bersilat lidah. Tanpa pemaksaan seperti sebelumhnya, Baekhyun berjalan mendahului Chanyeol. Langkahnya terlalu hafal untuk menuju pada ruangan di Jangkung. ada beberapa pendapatnya yang tidak boleh terdengar oleh orang lain menurut Baekhyu, sehingga satusatunya ruangan aman adlah ruangan penting seorang profesor tentu saja.

Pintu ruangan dengan sematan nama 'Profesor Park Chanyeol' terbuka oleh jari lebtik seorang Byun Baekhyun. Aroma rempah dengan campuran kayu menjadi apa yang pertama kali menyambut kedatangan Byun. Ini adalah aroma yang selalu melekat pada si Bungsu Park, pikir Baekhyun di kali ketiga dirinya memasuki ruangan. Pintu tertutup, membiarkan Baekhyun yang meminum persediaan air yang sepertinya disedakan pelayan kampus di tiap ruangan pribadi para orang penting dalan kampus.

Tak ada keinginan menyela dari seorang Park Chanyeol. Karena entah dirinya yang teralu percaya diri, ataukah karena dirinya tahu kelemahan seorang yang barusaja dirinya seret, Park Chanyeol akan berhasil membuat seorang Byun menggantikan jam mengajarnya.

"pertama, kemarin kau bilang—diriku yang mengisi kelas mu—hanya akan terjadi sekalu seumur aku hidup! Yaitu kemarin, Park!", wajah cantik itu mulai marah karena apa yang dihadapkan Chanyeol kepada diriya.

Tak ada jawaban dari si Jangkung yang hanya berdiri membelakangi pintu. Membiarakan si mungil untuk megungapkan apapun yang dirinya ingin katakan, toh jadwal keberangkatannya ke Daegu masih sedikit lama.

"kedua, yaa Tuhan, Park! Kau bodoh atau tolol! Kau tau Background ku dengan sangat baik, aku yakin calon asisten mu jauh jauh jauh lebih baik! Ooh the Lord of world, aku benar tidak paham dengan kumpulan neutron di otak besar mu itu!", dengan berakhirnya kalimatnya, semakin tampaklah kefrustasian seorang Byun. Ada kejengkelan dalam tiap tarikan nafasnya, memikirkan perintah yang benar-benar konyol untuk dirinya terima.

Tak ada selaan apapun dari seorang Park Chanyeol, sebaliknya, si jangkung memilih utuk berjalan menuju balik meja kerjanya. Menyalakan satu-satunya komputer. Melakukan beberapa gerak dengan mouse sesekali bibirnya menggumamkan seperti sebuah nama file dan folder. Mempekerjakan mouse untuk membukan file dan menunjukkannya pada si mungil.

"lihatlah.."

Sebuah video memperlihatkan seorang pria dengan kemja putih dan jas berwarna biru. Tidak ada yang aneh, selain masker dan sarung tangan. Pria itu tampak berjalan bersama seorang pria yang dimungkinkan lebih tua dibanding si pria bermaske. Selang beberapa menit, sebuah sepeda melaju kearah sisi pria tanpa masker, dan serempetan itu terjadi. Dalam insiden kecil itu, tampak beberapa waktu jeda yan menunjukkan keraguan si pria bermasker untuk menolong si pria yang menjadi korban serempetan tersebut. Video beralih pada gambaran lain. Masih dengan pria bermasker dan bersarung tangan namun kini mereka berada pada sebuah rumah makan. Tampa si pria bermasker memegang sebuah notes dengan sebuah sarung tangan yang melapisi notes miliknya. Tak ada yang aneh selain pria itu yang sedang menulis. Sebuah galas disampingnya yang masi berisi penuh, dan seorang pria di deanya sedang menikmati makanan.

Video berhenti.

"apa yang kau pikirkan?', Chanyeol yang menghentikan video, tampak bersikp tenang seraya melipat tangan pada dada. Auranya menunjukkan dirinya yang merupakan seorang pendidika. Sedikit-banyak, Baekhyun merasa kagum dengan auranya saat ini.

"bisa kau ulangi sekali lagi, ada sesuatu yang harus aku pastikan", permintaan Byun. Tepat di akhir pemutaran video, Baekhyun mengembangkan senyum seolah menunjukkan kepuasan dengan apa yang dia pikirkan.

"kau hanya menunjukkan pada ku dua video pendeknya, jadi aku sedikit harus puas dengan apa yang aku temukan. OCD—gangguan obsesi yang berakhir pada sikap kompulsi. Lebih tepatnya, dia mengalami obsesi dengan kebersihan."

"bagaimana kau tahu?",

'aku tidak terlalu yakin, tapi pada awalnya aku pikir dia mengaami BDD—ketidakpercayaan pada diri sendiri sehingga dia menutupinya dengan masker, namust dia tidak menolong orang disampingnya—sepertinya dia ketakutan. Apakah dia memiliki episode tertentu?tapi kakinya bergerak untuk menolong, hanya tangannya yang ragu. Di video kedua, sarung tangan itu menunjukkan ketidak mampuan dirinya untuk menyentuh meja, dan air dalam gelas yang bahkan tidak bergerak, bukankah itu menunjukkan keidak mampuan dirinya untuk meminumnya? Hei, dia terus membawa hand sanitizer nya. Dan jika aku tidak salah, dia memiliki beberapa luka pada lengan yang tidak tertutup sarung tangan, dan yeaah ada bercak darah di sarung tangannya. Seperti nya dia sedikit gawat. ―cepat lakukan konsultasi, aku tidak berhak memberi vonis apapun, itu menyalahi kedokteran", ada sorot keseriusan dalam netra sipit itu, sekali lagi, ini adalah tentang keadaan seseorang yang entah hidup di daratan mana. Namun Baekhyun sedikit tahu kapan dia harus serius dan menekan kejengkelan.

"kau tahu apa yang calon asisten ku katakan? Mereka mengira si pria mengalami traumatis tertentu, tidak sepenuhnya salah, tapi bukan jawaban itu yang aku ingin kan."—"kau, sepertinya tidak berbohong tentang praktisi mu sebagai psikologi klinis, aku semakin penasaran dengan keputusan mu untuk melakukan tindakan pengecutmu dibalik punggung ayahku".

"cih, kau berusaha melakukan tes padaku? Tidak bermartabat si bungsu Park ini.. ada bebrapa kalimat yang seharusnya selalu kau ingat Park,

... kau tahu istilah 'berbohong demi kebaikan?' istilah ini sudah hidup ribuan tahun sejak manusia hidup. Anggap saja aku adalah seseorang yang melakukan kebohongan. Ada kebaikan yang harus aku lindungi, tapi tenang saja Park aku tidak menggunakan bangkai-ku untuk kesuseksanku lebih jauh.."

Pada akhirnya, obrolan itu berakhir dengan tak seorang pun menyadari sebuah langkah yang kian menjauh. Aroma fruit nya masih tertinggal, mengiringi langkah riang atas informasi yang sedikit pernah terlintas dalam benak si pemilik parfum.

.

.

.

.

.

Long long long time, not not not see...! (haha) terima kasih untuk semua dukungan dan yang sudah menagih untuk lanjut, maaf lama (i'm trully thanks and sorry). Ada beberapa hal yang harus aku pelajari, apalagi aku bukan manusia dengan background psikologi (huhu) jadi harus mencoba riset dulu meskipun hasilnya tetap (yeeah) kurang baik (haha). Kedepannya gak janji bakal cepet up, tapi aku berusaha untuk selesai sampai finish! (yeeayy) cause, i already have a new story that i want take up on the next sheet (hahah sok sok an). terakhir aku tidak bisa menyebutkan satu persatu (yeeah karena gak bisa berfungsi nge-tag haha )terima kasih sudah mengikuti cerita ku, (pleasee) jangan terlalu berekspetasi terlalu tinggi dengan story ini. Aku benar tidak ahli bikin story sebenernya, but yeaah... aku pengen buat cerita (haha).

...dan btw, (please) kalian bisa kasih aku saran dan kritik apa aja ke aku untuk story ini, saran konflik mungkin (?), atau kritik tentang nama panggilan (mungkin? hehe).

HAPPY 6 MEI!!!! hbd Baekhyun-hyung!! (telat!!!)

gak ada niatan buat update di dekat2 tanggal lahir si famaous ini sebenarnya (hahaha) karena draft ini udah kesimpen di FFN sejak sebulan yang lalu. aku bener-bener gak pedhe buat up (huhu).

Last, stay healty gaess… mari bertemu kembali dalam waktu yang baik.

Byee~~n' I LOVE YOU, yoooupssee..( haha).