PERHATIAN!

Ff ini mengandung unsur dewasa, berisi adegan seks, hubungan esame jenis yang menyebabkan beberapa orang mungkin mual, Bahasa yang berantakan, dan typo yang walau sudah berusaha dihilangkan tapi tetap muncul. Tidak untuk area bermain anak-anak, anak polos, antigay/ homophobic, AntiChanbaek dan segala yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia yaoi.

NO CO-PAST

NO-REPOST

NO-PLAGIAT

...

..

.

There always be a place for the good person. So, don't steal people's effort , be honest is better ..

Mulailah dengan sebuah kata, susunlah menjadi kalimat dan kembangkan dalam sebuah paragraph.

Cerita yang hebat bukan tentang siapa, tapi tentang apa dan bagaimana.

..

.

Park Shita

Present

..

.

Mengetuk-ngetukan jari telunjuk di atas meja kayu memang tidak akan menghasilkan suara bising yang akan mengganggu pendengaran, tapi itu cukup menarik perhatian seorang pria yang sedang mengelap gelas-gelas kaca di balik meja barnya.

Sejak tadi matanya melirik sekilas ke arah pria berumur tiga puluh tahunan yang duduk di hadapannya dengan kening berkerut dan sesekali meneguk minuman beralkoholnya. Lee Jonghyun, si pegawai bar mencoba tak peduli dan tetap menekuni pekerjaannya, tapi hatinya berkata lain melihat tingkah teman baiknya itu.

"Apa ada masalah yang begitu berat?" Jonghyun akhirnya membuka suara, tapi sayang ia terabaikan.

"Hei! Park Chanyeol!" kali ini suaranya terdengar lebih keras, dan usaha itu berhasil. Pria di hadapannya menoleh dan memasang raut bingung.

"Aku tebak kau dalam masalah." tanya Jonghyun ulang dan si pria bermarga Park itu menggangguk sambil meneguk gelas minumannya .

"Kekasihku." Ucapnya pelan tapi cukup terdengar, suasana bar itu tidak berisik, hanya alunan pemain biola dari speaker yang bekerja.

"Ada apa dengan kekasih di bawah umurmu itu?" tanya Jonghyun sambil meletakkan gelas yang sudah ia bersihkan dan mengambil gelas kering yang baru.

"Dengar! Aku sedang tidak ingin bercanda." Sahut suara berat itu tanpa minat. Perasaannya sedang buruk dan pikirannya kacau, bahkan lelucon yang biasa terucap dari sahabat karibnya itu pun terdengar tidak lucu saat ini.

"Baiklah. Baiklah. Maafkan aku! Lalu apa masalah diantara kalian berdua?" Chanyeol terdiam, kembali menyelam dalam pikirannya. Ia masih ingat tentang percakapannya dengan kekasihnya siang tadi ketika mereka makan siang. Dan itu membuat seorang Park Chanyeol kembali frustasi.

"Aku melamarnya."

"Biar aku tebak! Dia menolakmu karena masih ingin bermain-main?" ucap Chanyeol dengan satu alis terangkat.

"Hm, ada satu masalah yang lebih rumit." Ucap Chanyeol dengan suara yang terdengar frustasi. Membuat Jonghyun semakin penasaran dan mendekatkan tubuhnya.

"Dia hanya akan menerima lamaranku jika mendapat restu dari mantan istriku."

"Apa!?"

"Aku frustasi saat ini. Aku bisa saja membelikan dia rumah mewah atau mobil keluaran terbaru sebagai syarat, tapi meminta restu dari mantanku adalah hal yang sulit. Aku bahkan tak pernah berkomunikasi dengannya lagi setelah perceraian kami." Ucap Chanyeol sambil mengusap wajahnya.

"Dan akan menjadi suasana yang canggung ketika kami bertemu nanti." Lanjut Chanyeol lalu menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya, dan Jonghyun tahu bahwa sahabatnya itu memang benar-benar mengalami masalah yang sangat rumit.

Memories Of Seville

Chapter 1

...

...

...

Park Chanyeol, seorang pengusaha yang sangat sukses. Pemimpin sekaligus pemilik saham terbesar sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil. P'TEX Coorp memiliki cabang yang tersebar hampir di seluruh Korea selatan dan beberapa di luar negri, membuat Park Chanyeol masuk dalam jajaran orang-orang yang pernah mengisi salah satu artikel pada majalah yang terkenal.

Hartanya memang tak seberapa tapi bila di kalkulasi kekayaannya tak akan habis hingga generasi ketujuh. Ia memang terlahir di keluarga berada, ayahnya adalah mantan pemilik P'TEX Coorp tapi bukan berarti Chanyeol hanya menerima jadinya saja. Ia lah yang telah berjasa mengembangkan perusahaan itu hingga seperti sekarang.

Ia pintar, teliti, disiplin, tekun dan sangat menghargai waktu. Itu sebabnya ia dianggap sebagai atasan yang patut diteladani. Ia dikagumi dan diincar dalam waktu sekaligus. Banyak para wanita diluaran sana yang ingin menjadi pendamping hidupnya, namun sayang Chanyeol tidak mudah untuk jatuh cinta.

Park Chanyeol pernah menikah 5 tahun yang lalu, namun pernikahan mereka berakhir di meja hijau dengan usia pernikahan yang hanya mampu bertahan selama 3 tahun. Sungguh sangat disayangkan memang, namun pertengkaran yang terus menerus membuat keduanya memilih untuk mengakhiri hubungan mereka yang telah mereka rajut sejak mereka duduk di bangku SMA.

Empat tahun menduda dan hidup seorang diri membuat ia akhirnya dipertemukan dengan sosok lain yang berhasil mencuri hatinya. Usia mereka terpaut jauh, Chanyeol saat itu berusia 33 tahun dan kekasihnya barulah berusia 19 tahun. Namun sifat periang gadis itu membuat hari-hari Chanyeol lebih berwarna selama setahun belakangan membuatnya dengan penuh keyakinan memberanikan diri untuk melamar sang kekasih.

Tepat diusia ke 20-nya, Chanyeol menyatakan keinginannya untuk menikahi sang kekasih, namun sayang syarat dari kekasihnya itu bukanlah materi melainkan suatu hal yang membuat dunia Chanyeol seketika runtuh.

"Aku bisa gila." Chanyeol melempar ponselnya dengan kasar ke atas ranjang ketika ia mencoba menghubungi kekasihnya berulang kali, namun berulang kali juga panggilannya di tolak. Ia memilih duduk di pinggiran ranjang, meremas rambutnya yang sedikit basah selesai mandi.

Awalnya ia hanya mengikuti saran kakak perempuannya untuk menenangkan diri sambil berendam di air dengan busa dan aroma buah, tapi teringat akan permintaan kekasihnya membuat dirinya nyaris tenggelam ketika ia mencoba memejamkan mata di dalam bathtub besarnya. Di saat bersamaan ponselnya berdering dan ia mendapat panggilan dari kakak perempuannya, menawarkan sesuatu yang membuatnya mau tidak mau harus datang ke tempat yang kakaknya sebutkan.

Dan disinilah ia sekarang, duduk di depan wanita cantik yang memiliki bentuk wajah serupa dengannya di sebuah café langganan mereka.

"Aku merasa kurang puas hanya dengan mendengar tentang keluhanmu melalui telepon. Untuk itu aku datang kemari dan mencoba membantu sebisaku." Ucap Yoora, kakak perempuan satu-satunya yang Chanyeol miliki.

"Noona. Bagaimana bisa aku mengajak kekasihku bertemu dengan mantan suamiku? Kau tahu bukan bagaimana hubungan kami? Aku bahkan tak tahu dimana keberadaanya sekarang. Aaah." Chanyeol mengacak rambutnya frustasi.

"Lagipula kenapa kekasihmu meminta syarat semacam itu?" Yoora mulai terseret ke dalam suasana hati Chanyeol.

"Dia berkata jika pernikahannya harus bahagia dengan mendapatkan restu dari semua orang, termasuk mantan istriku. Ia tak ingin pernikahannya berakhir dengan perceraian seperti kedua orangtuanya, yang katanya hanya karena tidak mendapat restu dari paman ayahnya. Astaga aku benar-benar bingung noona."

"Chanyeol! Hal pertama yang harus kau lakukan adalah mencari informasi tentang keberadaan mantan istrimu itu. Kau temui dia, lalu kau jelaskan semuanya!" Yoora berucap dengan wajah yang antusias. Chanyeol menatap datar ke arah kakaknya.

Chanyeol tahu lidah itu tidak bertulang, jadi semua ucapan akan keluar dengan mudahnya. Tapi apa kakaknya ini tidak bisa berpikir dulu sebelum memberikan sebuah ide. Itu sama saja seperti membantu Chanyeol keluar dari mulut jurang dengan mengaitkan tali kelehernya.

"Noona. Bagaimana bisa_"

"Tentu bisa! Aku akan membantumu mencari informasi mengenainya. Jangan terlalu banyak berpikir, lakukan saja apa yang ada di kepalamu! Terkadang tindakan spontan memberikan hasil lebih baik daripada tindakan yang terlalu banyak pemikiran." Chanyeol hanya bisa menghela nafas lelah. Yoora akan tetap menjadi Yoora yang ketika membuat suatu keputusan maka harus dituruti.

..

.

Tiga hari setelah itu Yoora mengiriminya pesan berisi sebuah nomer telepon. Chanyeol menggenggam ponselnya, ia masih ragu untuk menghubungi nomer tersebut. Tubuh jangkungnya hanya berputar-putar di ruang kamarnya. Sampai akhirnya ia membuat sebuah keputusan. Panggilannya terhubung dan masih dalam proses menunggu.

"Hello!" Suara diseberang terdengar bersemangat. Suara yang sudah tak di dengar oleh Chanyeol bertahun-tahun lamanya. Jika boleh jujur ia sangat merindukan suara lembut namun penuh semangat itu.

"Hm. Hai!" ucap Chanyeol terdengar gugup tapi tegas, sejenak hening menyelimuti keduanya.

"Hm. Ini siapa?" terdengar keraguan di seberang sana.

"Ap-apa kau lupa dengan suaraku?"

"Maaf. Jika anda ingin bermain-main aku tak memiliki waktu untuk itu, jadi.. yaa! Kevin berhenti melakukan itu! Kau membuatku geli, aku sedang menelpon sekarang." Suara itu membuat Chanyeol mengernyitkan keningnya.

"Jangan menjilat leherku! Hentikan! Menjauhlah! Aku sedang menelpon. Hmmm… Jika tidak ada yang ingin dibicarakan aku tutup_"

"Tunggu! Baekhyun!" sunyi. Tak ada sahutan di seberang sana untuk beberapa detik lamanya. "Ini aku Park Chanyeol." Chanyeol kembali berucap. Namun Ia mengernyit, mencoba menjauhkan ponselnya ketika tak lagi mendengar suara diseberang sana. Melihat kearah layar, memeriksa apakah mereka masih tersambung, dan ketika menyadari bahwa keduanya masih saling terhubung, Chanyeol kembali diserang kegugupan.

"Baek_"

"Untuk apa kau menelpon?" suara diseberang terdengar ketus dan tidak bersahabat, berbeda dengan beberapa waktu lalu.

"Baek, bisakah kita bertemu? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu. Bisa kau berikan aku alamat tempat tinggalmu?"

"Maaf. Kita sudah tak memiliki urusan Tuan Park. Aku pergi."

Tut..Tut…Tut…

Sunyi. Chanyeol menatap layar ponselnya. Panggilan itu terputus, dan bersamaan dengan itu muncul sebuah pesan email. Chanyeol membukanya dan itu adalah sebuah alamat yang berasal dari Yoora. Bahkan lengkap dengan beberapa keterangan lengkap mengenai Baekhyun, mantan 'istri' Chanyeol.

..

.

Disini Chanyeol sekarang, Sevilla. Salah satu kota yang terkenal dengan suasananya yang romantis yang terletak di Spanyol.

Chanyeol merasa seperti mengalami deja-vu, dulu ia dan Baekhyun pernah ke kota yang dekat dengan kota yang ia datangi saat ini, Barcelona. Karena pria cantik itu sangat menyukai kota-kota yang ada di Spanyol dan selalu berkata ingin mengunjungi semua kota-kota indah di Spanyol, namun sayang sebelum impian itu terwujud rumah tangga mereka harus kandas ditengah jalan. Tapi Chanyeol tak menyangka jika lelaki yang pernah mengisi hatinya itu memilih untuk tinggal di Sevilla yang letaknya sangat jauh dari Korea.

Ia tiba di pagi harinya dan Chanyeol memutuskan untuk tidak menginap di hotel mewah. Bukan karena masalah uang, tapi letak hotel-hotel mewah tersebut sangat jauh dari kediaman Baekhyun. Jadi ia memutuskan untuk menyewa sebuah kamar apartemen yang cukup luas yang gedungnya bersebrangan dengan gedung apartemen milik Baekhyun. Yoora telah merencanakan semuanya dan Chanyeol secara tidak langsung merasa berterima kasih pada wanita itu.

Ketika Yoora memberikannya sebuah rencana, Chanyeol tahu ia akan menghabiskan beberapa harinya untuk tinggal sementara di kota ini. Sedangkan untuk urusan pekerjaan dia punya Luhan sebagai kaki tangannya. Pria bermarga Xi itu adalah bawahannya yang telah mengabdi sangat lama dan sangat bisa diandalkan, jadi pergi beberapa hari tak membuat Chanyeol cemas.

Chanyeol merapikan beberapa pakaiannya, lalu mengecek kenyaman ranjang yang akan selalu menjadi alas tidurnya beberapa hari ke depan. Ketika ponselnya berdering, Chanyeol mengangkatnya dengan santai.

"Iya, aku sedang di Paris sekarang. Kau sudah makan?" Chanyeol berucap dengan santai.

"Hm. Aku belum. Iya aku akan baik-baik saja. Aku melakukan ini karenamu. . Kau sama sekali tidak merepotkanku. Baiklah aku akhiri. Semoga harimu menyenangkan." Chanyeol mengakhiri panggilannya sambil mendesah pelan, memiliki pasangan hidup baginya sangatlah merepotkan karena itu setelah perceraiannya dengan Baekhyun ia memilih untuk menduda dan berencana seperti itu untuk waktu yang lama, namun tuntutan pekerjaan dan keluarga membuatnya mau tak mau harus kembali merajut rumah tangga demi mendapatkan keturunan.

Tak lama ponselnya kembali berdering, dan itu adalah Yoora.

"Ada apa Noona?" nada suara Chanyeol terdengar sedikit penasaran.

"Benarkah? Baiklah terima kasih untuk informasinya. Kau bisa mengirimi semuanya ke emailku." Chanyeol menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, lalu menatap langit-langit kamar barunya beberapa saat, menimang apakah langkah yang ia ambil adalah langkah yang tepat, dan juga membayangkan bagaimana ia harus bersikap ketika melihat Baekhyun nantinya. Tubuhnya ia miringkan sambil menatap ke arah jendela yang terbuka dan menampakan sebuah jendela kamar tertutup tirai putih di gedung seberang.

..

.

Chanyeol masuk ke sebuah café. Matanya menatap sekeliling, ada cukup banyak pelanggan yang bersantai dengan secangkir kopi dan sepiring roti di depan mejanya. Chanyeol tersenyum ketika matanya menangkap sosok yang ia cari. Sosok itu masih sama seperti terakhir mereka bertemu, bahkan wajahnya tidak terlalu banyak berubah dari ketika mereka remaja dulu. Karena itu dulu Yoora selalu merasa iri dengan kecantikan natural Baekhyun dan bagaimana wajah itu terlihat begitu awet muda padahal usianya terus bertambah.

Byun Baekhyun, duduk disalah satu kursi di sudut ruangan. Dengan kaos berwarna putih berlengan pendek dan celana jeans hitam selutut dan rambut coklat keemasan yang membuatnya terlihat sedikit berbeda dari beberapa tahun lalu. Sejak mereka berpacaran hingga menikah, Chanyeol sangat melarang keras Baekhyun mewarnai rambutnya karena baginya orang-orang akan menatap Baekhyun sebagai lelaki nakal tanpa aturan.

Tapi Chanyeol tak menyangka jika bertahun-tahun lamanya Baekhyun mampu mematuhi hal itu, meskipun Chanyeol sangat mengerti bahwa Baekhyun memiliki sisi pemberontak yang keras. Ketika tersadar dari nostalgianya, Chanyeol segera berjalan ke arah meja kasir untuk memesan secangkir kopi, lalu membawanya mendekat ke arah Baekhyun.

Sepertinya pria mungil itu tidak sadar, jika ada sebuah sosok yang mendekat ke arahnya. Ia terlalu sibuk membaca peristiwa kriminal di surat kabar yang ia pegang.

"Morning" Chanyeol berucap. Baekhyun menyiup kopi dari cangkirnya, sambil tetap membaca surat kabar yang ia letakkan diatas meja.

"Mornin_ Uhuk!" Baekhyun tersedak kopinya sendiri ketika melihat Chanyeol duduk di hadapannya sambil tersenyum lebar.

"Kau!"

"Hei! Lama tidak berjumpa, bagaimana_"

"Apa yang kau lakukan disini?" Baekhyun terdengar terkejut, dan ia masih merasakan perih di daerah hidungnya akibat tersedak tadi.

"Ini Sevilla, siapapun bisa ada disini, termasuk aku."

"Aku tahu. Tapi dari sekian banyak tempat di Sevilla, kenapa kau bisa berada di café ini?"

"Mungkin ini takdir."

"Tidak. Kau pasti mengikutiku. Kau bahkan menelponku beberapa hari lalu semenjak 5 tahun perceraian kita. Apa maumu? Jangan usik hidupku lagi!"

"Hei. Baek! Tenanglah. Aku disini sebagai mantan suamimu, bukan seseorang kriminal yang baru saja keluar dari penjara."

"Bagiku itu sama saja. Jadi? Apa maumu? Cepat katakan, aku tak memiliki banyak waktu untuk meladeni pria sepertimu."

"Hm. Aku akan menikah." Ucap Chanyeol. Baekhyun sempat terkejut sejenak. Kelopak matanya melebar, dan ketika ia sadar ia mulai bersikap normal.

"Lalu?"

"Hmmm... Aku sudah melamarnya." Chanyeol kembali berucap per kalimat, membuat Baekhyun geram. Ia merasa seolah Chanyeol sedang pamer sekarang.

"Iya! Lalu apa urusannya denganku?" Baekhyun memekik, kesabarannya sudah habis.

"Kekasihku tidak mau menikah denganku, jika tidak mendapat restu darimu."

"Apa? Katakan padanya kita sudah tak memiliki hubungan apa-apa. Tidak perlu restuku segala."

"Tapi dia bersikeras Baek. Dia menolak lamaranku jika ia tidak mendapat restu darimu."

"Baiklah. Aku merestui kalian."

"Benarkah? Kalau begitu kapan kau bisa ikut ke Korea? Dia ingin bertemu denganmu, dan mengundangmu di acara pernikahan kami."

"Apa!? Tidak! Aku sibuk. Aku memiliki banyak urusan disini. Katakan saja padanya jika aku merestui kalian, dan aku sibuk tidak bisa datang."

"Tapi Baek, dia bukan tipe orang yang mau dengan mudah menerima alasan seperti itu. Dia sangat teliti dan semua harus sesuai dengan keinginannya. Jadi, aku mohon_"

"Tidak. Tidak. Tidak. Aku katakan sekali lagi tidak. Aku permisi!" Baekhyun melipat korannya asal, mengambil jaketnya yang ia letakkan di kepala kursi lalu bergegas meninggalkan Chanyeol.

"Baek! Baekhyun!" Tapi panggilan itu sama sekali tidak menghentikan langkah Baekhyun.

Baekhyun menyusun beberapa bunga dan membungkusnya dengan cantik. Dia sangat ahli dalam merangkai bunga, itu sebabnya ia mendirikan toko bunga yang ia beri nama 'Sarang' yang berdiri kokoh di pinggir jalan.

Setiap harinya Baekhyun akan menjual bunga-bunga itu pada pelanggannya dan beberapa kali ia menerima pesanan. Baekhyun mencintai bunga, baginya bunga adalah hal terindah yang pernah ia jumpai seumur hidupnya jadi ia melakukan semuanya dengan perasaan bahagia ketika berurusan dengan bunga-bunga itu.

Ketika lonceng pintu berbunyi, Baekhyun segera berjalan mendekat ke arah pintu.

"Buenas tardes! Bienvenido a la de Sarang Flores. ( Selamat sore,selamat datang di toko bunga sarang) " Baekhyun menundukan tubuhnya 90 derajat, walaupun ia tak tinggal lagi di tanah kelahirannya tapi ia tak melupakan bagaimana tata kramanya dibesarkan, sekaligus ingin memperkenalkan adatnya.

"Buenas tardes." Suara itu membuat Baekhyun mengerutkan keningnya. Semoga tebakannya salah, itu yang Baekhyun dengungkan di dalam hatinya ketika ingin mengangkat kepalanya.

"Apa yang kau lakukan disini lagi hah? Kau menguntitku?" Baekhyun tersulut emosi ketika mendapati Chanyeol berdiri disana dengan tampang bingung.

"Tidak. Ketika aku hendak berjalan ke apartemenku, aku tak sengaja melewati toko ini dan ketika melihat namanya, aku jadi tertarik. Aku sama sekali tidak tahu jika ini adalah tokomu." Bohong. Tentu saja Chanyeol tahu perihal toko ini, Yoora sudah mengirimkan semua berkasnya terkait Baekhyun termasuk kebiasaanya dan tempat yang sering ia kunjungi jadi toko ini adalah hal urutan nomer 4 dari daftar yang harus Chanyeol ketahui tentang Baekhyun.

"Jangan mencari alasan! Sudah aku katakan aku merestui kalian, dan aku tidak bisa untuk ikut ke Korea. Jangan memaksaku Tuan park!"

"Baek! Aku mohon pertimbangkan lagi!"

" .No. Sekarang kau keluar dari tokoku!" Baekhyun mendorong-dorong tubuh tinggi Chanyeol. Chanyeol mundur beberapa langkah, namun dengan cepat ia memegang tangan Baekhyun dan mengunci pergerakannya.

Baekhyun terkejut, menatap ke arah Chanyeol dan kesempatan itu Chanyeol gunakan untuk mendorong tubuh Baekhyun, hingga merapat ke arah dinding. Baekhyun seolah membeku, ia tidak bisa melawan.

"Baekhyun, Aku mohon!" Dan suara itu pada akhirnya menyadarkan Baekhyun. Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh Chanyeol hingga menabrak sebuah rak dan menghasilkan suara nyaring di atas lantai.

"Astaga bungaku!" Baekhyun berlari dan berjongkok ke arah pot bunga yang sudah pecah, tanah segar yang keluar dari pot mengotori lantai putih miliknya.

" Astaga sayangku, baru kemarin lusa aku menanammu." Baekhyun segera mengambil pot lain dan memasukan tanah-tanah itu beserta bunga yang masih kuncup itu perlahan. Dan hal itu membuat Chanyeol mengernyit, terlihat berlebihan dimatanya.

"Kau! Kenapa kau sangat suka merusak segala milikku Chanyeol? Sudah aku katakan, aku tidak bisa ikut! Jangan memaksaku! Aku tidak bisa meninggalkan apapun yang ada disini." Baekhyun berteriak tanpa melirik Chanyeol, ia meletakkan pot itu di tempat semula dan membersihkan kekacauan yang Chanyeol sebabkan.

"Apa yang kau maksud itu adalah kekasih barumu? Siapa namanya? Kev..Kevin?" Chanyeol berucap ragu, Baekhyun terdiam lalu beralih menatap Chanyeol. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan menaikkan dagunya angkuh.

"Kalau memang iya, kenapa? Aku sangat mencintai Kevin dan aku tak bisa meninggalkannya walau hanya sedetikpun." Ucap Baekhyun.

"Jadi..jadi sekarang kau lebih baik keluar dari sini!" Bentak Baekhyun. Chanyeol menghela nafas, lalu berjalan mendekat kearah mantan suaminya itu. Baekhyun memang keras kepala, Chanyeol mengenal itu sejak lama dan beberapa kali mereka bertengkar pun memang karena kekeraskepalaan si pendek.

"Baiklah, untuk hari ini cukup sampai disini, tapi aku tak akan menyerah untuk membujukmu. Bagaimana pun ini tentang masa depanku, aku tak kuat jika harus melajang bertahun-tahun. Aku pergi." Chanyeol berlalu, namun ketika tubuhnya se-linier dengan Baekhyun, ia mengecup pipi milik Baekhyun membuat pria mungil itu terkejut tanpa suara.

"Aku lupa mengucapkan salam. Bagaimana pun aku merindukanmu Baek." Ucap Chanyeol sebelum menghilang. Baekhyun meremas jemarinya, dan otot pipinya mengeras.

"Pria brengsek itu! Untuk apa dia kembali?" Geram Baekhyun lalu menghapus kasar bekas bibir Chanyeol di pipinya.

..

.

Chanyeol mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Ia baru selesai mandi setelah berjalan-jalan di sekitar tempat tinggalnya.

Chanyeol merasa seperti terlahir kembali, selama ini hari-harinya hanya ia habiskan di depan meja kerja atau yang paling baik pergi keluar kota itupun untuk urusan bisnis jadi ia tidak memiliki waktu yang benar-benar kosong hanya untuk berjalan-jalan ataupun liburan.

Bahkan ketika natal tahun lalu ia harus merelakan tidak berkumpul bersama keluarganya, karena urusan pekerjaan. Alasan yang sama untuk empat kali perayaan natal sebelumnya.

Chanyeol berjalan ke arah kertas yang tertempel di samping lemari pakaiannya. Ia menyentuh kertas menyerupai peta yang berisi keterangan tempat dan waktu itu dengan jari telunjuknya, menarik garis horizontal sejajar, hingga telunjuknya berhenti di sebuah tulisan dalam kotak berisi sebuah alamat dan waktu . Chanyeol tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya pada jam dinding berwarna hitam di atas tempat tidurnya.

Seorang penjaga memberikan hormat ketika Chanyeol keluar dari gedung apartemennya. Chanyeol mengenal pria itu dengan sebutan Thomas, mereka sempat berkenalan siang tadi.

" Have a great night Mr. Park!" Ucap Thomas.

"Thank you, Thomas. I Hope so." Balas Chanyeol sambil berlalu meninggalkan gedung apartemennya.

Chanyeol berjalan dengan wajah senang. Ini pertama kalinya setelah bertahun-tahun ia keluar di malam hari tanpa beban pekerjaan. Biasanya di jam seperti ini ia masihlah bergelut dengan kertas-kertas dokumennya yang menumpuk di meja kerja dan tak jarang ia tertidur di atas meja karena kelelahan.

Tapi kini ia merasa seolah beban di pundaknya hilang, dan sedikit merasa bersalah pada Luhan karena mengalihkan tugas berat itu padanya. Tapi Chanyeol beruntung memiliki Luhan, meskipun sedikit cerewet dan suka mengatur tapi junior, sahabat, penasehat, sekaligus kaki tangannya itu sangatlah cekatan dan sangat dapat diandalkan. Tidak hanya urusan pekerjaan, segala hal yang menyangkut dirinya pastilah bisa ditangani oleh pria itu. Karena itu ketika mengutarakan keinginannya untuk mencari Baekhyun, Luhan mendukungnya, dan bersedia menerima tanggung jawab yang cukup besar ini, jadi Chanyeol rasa ia tak sepenuhnya bersalah.

Chanyeol menghentikan langkahnya ketika sampai di depan sebuah restourant. "Freszander De Sincon" , Chanyeol mengangguk ketika membaca nama tempat itu.

Sebuah restourant yang cukup besar namun tidak berbintang. Chanyeol masuk dan mendapat sapaan dari pelayan disana. Chanyeol yakin masakan disini enak, terbukti dari cukup banyaknya pelanggan yang menempati kursi mereka masing-masing.

Seorang pelayan melangkah mendahului Chanyeol, dan mempersilahkannya untuk duduk. Chanyeol mengangguk. Ketika pelayan itu memberikannya daftar menu, Chanyeol menggeleng.

"Later. I'm waiting for someone." Chanyeol berucap dan pelayan itu mengangguk mengerti, lalu undur diri.

Chanyeol menatap sekeliling, mencari sosok Baekhyun tapi ia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda jika Baekhyun ada disana. Chanyeol melihat ke arah arloji ber-merk nya dan mengangguk sekali lagi.

Ia yakin waktu yang ditunjukan benar. Chanyeol mengambil ponselnya yang ia selipkan di balik kantung jaketnya, mengecek jika ada pesan atau panggilan tak terjawab dari kekasihnya, tapi Chanyeol mendesah kecewa karena tak ada satupun notifikasi dari sang kekasih. Tidak seperti biasanya dimana gadis itu akan mengiriminya banyak pesan penyemangat, jadi Chanyeol pikir mungkin kekasihnya sedang merajuk dan Chanyeol rasa ia harus segera menyelesaikan tugasnya.

"Excusme!" Chanyeol menoleh dan mendapati seorang gadis berambut panjang berdiri dihadapannya dengan sebuah dress mini memperlihatkan paha putihnya.

"Can I help you?" gadis itu tersenyum sambil menyelipkan rambutnya yang terurai ke belakang telinganya.

"Biar kutebak, kau dari Korea?" tanya wanita itu dalam bahasa Korea yang terdengar fasih. Melihat dari penampilannya pun wanita itu memiliki wajah oriental sama sepertinya, karena itu ia mengangguk.

"Sudah kuduga! Bolehkah aku bergabung disini?" Chanyeol melihat sekelilingnya dan keningnya berkerut ketika melihat masih ada beberapa meja yang kosong. Jadi, ia mulai menerka apa tujuan wanita ini ingin duduk dengannya.

"Oh. Aku tahu masih banyak tempat yang kosong. Aku pikir kita sama, kau sendiri dan akupun sendiri. Aku merasa bosan, jadi aku mencoba untuk menghilangkan kebosananku dengan berbincang bersamamu, mungkin." gadis itu tersenyum ramah, namun Chanyeol masih terdiam.

"Kenalkan aku Krystal, kau? " wanita itu dengan mudahnya menarik kursi dihadapannya dan segera duduk. Chanyeol terdiam, ia mulai merasa risih dengan orang yang sok akrab dengannya dan wanita bermarga Jung itu pun nampak tidak memiliki sopan santun tinggi.

"Park Chanyeol"

"Dan aku tebak kau pasti ke Sevilla untuk berlibur kan?" ucap Krytal dengan bahasa Korea-nya yang sejujurnya terdengar sedikit kaku baginya. Chanyeol kembali mengerutkan keningnya melihat sikap agresif gadis di hadapannya.

"Hm. Mungkin." Chanyeol menjawab seadanya dan ia kembali mengalihkan perhatiannya pada ponsel miliknya. Krystal mulai menajamkan perhatiannya pada Chanyeol, meneliti satu persatu barang yang melekat di tubuh Chanyeol.

Jam tangan ber-merk, jaket kulit keluaran terbaru, baju kaos dengan harga fantastis, cincin perak keluaran terbatas. Ia menyeringai, lalu mengeluarkan sapu tangan merah dari dalam tasnya, dan pura-pura menjatuhkannya.

Chanyeol sama sekali tak peduli dengan apa yang Krystal lakukan, ia masih menatap ke layar ponselnya dan membuka sebuah file yang sempat dikirimkan Yoora.

Krystal menundukan tubuhnya dan mengangkat sedikit taplak meja, lalu tersenyum ketika melihat celana jeans yang Chanyeol kenakan adalah merk mahal serta sepatu kulit berwarna coklat tua milik Chanyeol yang hanya digunakan oleh orang-orang kalangan atas saja.

"Hm Chanyeol sshi." Krystal menatap Chanyeol sambil tersenyum, membuat Chanyeol mendongakkan wajahnya.

"Kau sepertinya pribadi yang pendiam. Apa kau tak mau bercerita sesuatu?"

"Aku rasa tidak." Sahut Chanyeol singkat dan gadis itu mendengus.

"Oh iya, kau sering ke tempat ini?" tanya Chanyeol. Setelah dipikir-pikir ia bisa memanfaatkan gadis ini dengan mencari informasi tentang Baekhyun.

"Hm cukup sering. Mungkin seminggu sekali. Ada apa?" tanya Krystal yang mulai merasa senang.

"Apa kau tahu, seseorang yang sering menyanyi di restourant ini?" tanya Chanyeol memberanikan diri, dia sudah letih menunggu.

"Siapa yang kau maksud, ada banyak penyanyi yang bekerja disini. Ada yang tetap dan ada yang dibayar lepas."

" Benarkah? Dia berasal dari Korea. Tapi aku tidak tahu jika dia penyanyi tetap atau bukan."

"Ah! Apa yang kau maksud Bacon?"

"Bacon? Aku rasa tidak. Namanya adalah_"

"Ah itu dia!" Krystal menunjuk ke arah panggung dan mulai bertepuk tangan seperti penonton yang lain.

Seseorang berdiri di atas panggung, sambil memberi hormat. Seorang pria berperawakan mungil, dengan senyum yang sangat manis yang memegang standing mic . Chanyeol tersenyum, itu adalah Baekhyun. Pria yang kini sedang tersenyum ke arah pemain gitar berambut keriting pirang.

"Como Estan, Hoy voy a cantar una cancion para todos ustesdes. ( Selamat malam semua, hari ini aku akan membawakan sebuah lagu untuk kalian.) Senoras y senores, esta es la cancion Back to Desember . ( Untuk semuanya, inilah Back to Desember )." Ucap Baekhyun disana tanpa rasa gugup sedikit pun dan dibalas oleh tepukan antusias dari para pelanggan.

Chanyeol tersenyum ketika mendengar suara emas Baekhyun, cukup lama ia tidak mendengar suara merdu dari Baekhyun. Tanpa Chanyeol sadari pikirannya menjelajah waktu kembali ke masa dimana mereka pernah bersama.

...

..

.

Chanyeol dengan seragam SMA-nya duduk di depan ranjang dengan sebuah gitar klasik kesayangannya. Ia sedang mengatur tuning pegs-nya, agar petikan gitarnya terdengar merdu.

Itu bukan hal yang mudah, karena Chanyeol baru menguasai gitar sekitar setahun yang lalu. Wajahnya terlihat serius, terkadang ia mencoba memetik senar gitarnya dan mempertajam indera pendengarannya. Hingga pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok mungil berbalut seragam yang sama persis dengan Chanyeol.

"Yeol! Ini minumlah!" ucap Baekhyun sambil meletakkan nampan berisi minuman jeruk dan sekotak cemilan. Baekhyun geram ketika panggilannya dihiraukan, begitulah Chanyeol jika sudah berhubungan dengan benda kesayangannya, yang lain hanya angin.

"Chanyeol!"

"Hm?" masih setia menyetel tuning pegs-nya tanpa menoleh ke arah Baekhyun sedikit pun yang kini sudah berkacak pinggang di hadapannya.

"Ck! Mengesalkan." Baekhyun duduk bersila sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menatap Chanyeol kesal, tapi Chanyeol seolah tak peduli. Baekhyun menggunakan kakinya untuk menyentuh-nyentuh lutut Chanyeol agar menyadari kehadirannya.

"Kau mau kemana?" Baekhyun bertanya ketika Chanyeol bangkit, meletakkan gitarnya.

"Aku ingin ke toilet. Dan jangan lakukan hal aneh pada gitarku!" Chanyeol mengarahkan telunjuknya ke wajah Baekhyun dengan mata melotot. Baekhyun memutar bola matanya malas, dan mengangguk. Chanyeol berjalan keluar kamar sambil meregangkan sedikit tubuhnya.

Baekhyun terdiam masih dengan tangan yang ia lipat di depan dada, lalu melirik ke arah gitar Chanyeol yang terbaring tak berdaya. Jemarinya mulai membuat gerakan seperti kaki berjalan ke arah gitar Chanyeol, memetik senar gitarnya perlahan. Lalu ia tersenyum, mengambil gitar itu. Ia mulai memetiknya tak beraturan, tapi ia bergaya seolah ia ahli dalam bidang tersebut.

Terkadang ia menggeleng karena mendengar nada sumbang dan dengan sok tahunya malah memutar tuning pegs itu, dan kembali menggeleng ketika nadanya tetap sumbang. Seandainya Baekhyun tahu, nada sumbang itu bukan berasal dari tuning pegs yang salah, melainkan dari kunci gitar sembarangan yang dimainkan olehnya.

"Baek, kau seharusnya_" Ucapan Chanyeol terhenti, ketika ia melihat Baekhyun bermain dengan gitarnya.

"Astaga! BYUN BAEKHYUN!" Chanyeol memekik kesal. Merampas gitar kesayanganya dari Baekhyun dan menyembunyikan di balik tubuhnya, seolah Baekhyun adalah virus berbahaya yang kapan saja bisa merusak gitarnya.

"Kenapa?" tanya Baekhyun polos seolah hal yang ia lakukan bukan sesuatu yang salah.

"Bukankah aku sudah memperingatkanmu?"

"Aku hanya mencoba mencari keasyikan pada benda kayu itu, seperti yang kau lakukan. Aku hanya penasaran kenapa kau sangat betah memeluk benda itu ?"

"Astaga. Aku menghabiskan waktu berjam-jamku untuk mengatur ini, dan kau dengan mudah merusak semuanya? Apa yang ada di pikiranmu Baek?" Chanyeol berucap dengan kesal tidak menyadari raut wajah Baekhyun yang mulai terlihat kesal pula.

"Kau terlalu berlebihan. Aku sama sekali tidak mematahkan gitarmu, ataupun memutuskan senarnya, aku hanya memetiknya."

"Ya, memetik dan mengubah-ubah tuning pegs-nya dengan sembarangan. Apa kau tahu, berapa lama_"

"Ya. Ya. Ya. Aku tahu berapa lama kau menghabiskan waktu untuk mengatur benda bodoh itu, dan mengabaikanku. Aku membencimu!" Baekhyun beranjak dari duduknya lalu melempar tubuhnya ke atas ranjang, menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Chanyeol menghela nafas. Ia baru tersadar jika ia sudah membuat Baekhyun-nya menangis. Tapi seharusnya Chanyeol yang marah dan merajuk disini, bagaimana pun Baekhyun sama saja dengan tidak menghargai kerja kerasnya.

Tapi cinta membutakkan semuanya, bahkan Chanyeol menyalahkan dirinya sepenuhnya sekarang. Ia meletakkan gitarnya dengan hati-hati lalu berjalan mendekati ranjang.

"Sayang." Chanyeol membelai rambut belakang Baekhyun.

"Jangan memanggilku seperti itu!" Baekhyun berucap sedikit tidak jelas karena teredam oleh bantal, tapi Chanyeol masih dapat mendengarnya.

"Lalu aku harus memanggilmu apa? Bukankah aku menyayangimu?"

"Tidak. Kau sama sekali tidak menyayangiku. Sebaiknya kau putuskan aku dan berpacaran dengan gitar bodohmu itu."

"Hei Baek! Aku berlatih keras untuk penampilan duet pertama kita dalam perayaan sekolah. Aku menginginkan respon yang baik dari para pendengar. Jika aku bermain dengan buruk, maka suara emasmu itu akan terdengar buruk juga di depan penonton."

" Tidak akan."

"Percaya padaku Baek! Dan lagipula aku sama sekali tidak pernah melihatmu berlatih bernyanyi. Kita bahkan belum menyesuaikan suaramu dengan petikan gitarku."

" Tidak perlu. Aku tidak tertarik lagi."

"Baekhyun! Bukankah kau yang merengek padaku agar mau berpartisipasi pada perayaan sekolah tahun ini dan berduet bersamamu. Sampai akhirnya aku menyetujuinya, menghilangkan semua perasaan maluku untuk berlatih bersama teman-teman band Minho sunbaenim, membohongi ayahku bahwa aku belajar kelompok dan mengerjakan tugas, padahal aku mencuri waktu untuk berlatih bermain gitar, mengabaikan rasa nyeri di jariku, bahkan aku harus meringis ketika menulis. Aku melakukan semuanya demi mu, dan kau dengan mudahnya ingin membatalkannya?" ucap Chanyeol. Baekhyun terdiam, wajahnya masih tenggelam di balik bantal.

"Baiklah kalau itu maumu. Aku akan mematahkan gitar itu dan membuangnya. Benda itu tidak berguna, dan aku akan mengajukan surat pengunduran diri kita ke ketua kelas." Chanyeol bangkit dari ranjang meraih gitarnya, dan hendak membantingnya.

"Tunggu!" Chanyeol berhenti ia beralih menatap Baekhyun yang kini terduduk di atas ranjang.

"Maafkan aku!" Suara Baekhyun terdengar sangat pelan, apalagi wajahnya tertunduk. Chanyeol kembali mengangkat gitarnya, hendak membantingnya.

"Chanyeol!" Baekhyun kembali memekik, matanya berkaca-kaca dan hidung mungilnya sudah mengembang dan mengempis.

"Jangan lakukan itu! Aku minta maaf, maaf karena tidak bisa mengerti keadaanmu. Aku salah Chanyeol." Baekhyun mulai menangis, hatinya terasa sesak. Chanyeol terdiam menatap wajah memerah Baekhyun. Ia menurunkan gitarnya perlahan dan meletakkannya di atas karpet.

Ia berjalan mendekat ke arah Baekhyun, menaiki ranjang dan memposisikan dirinya di hadapan Baekhyun. Melebarkan kakinya diantara kedua paha Baekhyun dan menggunakan lututnya sebagai tumpuan. Chanyeol mengangkat wajah Baekhyun secara perlahan. Menatap manik Baekhyun yang basah oleh airmata.

"Maaf." Baekhyun kembali berucap tanpa suara. Chanyeol mendekatkan wajahnya ke arah wajah Baekhyun. Meraup bibir mungil itu, melumat dan menggigit kecil bibir bawah dan atas Baekhyun.

"Eumh." Baekhyun mendesah ketika lidah Chanyeol bergulat hebat dengan lidah miliknya.

"Baekhyun! Chanyeol! Kalian di kamar?" mereka menghentikan kegiatan mereka, memisahkan diri lalu memperbaiki keadaan mereka. Chanyeol melompat dari atas ranjang untuk mengambil mengambil gitar dan duduk kembali di depan ranjang. Baekhyun merapikan pakaiannya, lalu merapikan sprei ranjangnya dan duduk disamping Chanyeol.

Ceklek.

Pintu terbuka, menampakan seorang wanita tua dengan sebuah kotak di tangannya. Wanita itu tersenyum ketika mendapati cucu dan teman cucunyaa duduk manis sambil bermain gitar.

"Aku sudah menebak jika Chanyeol di rumah. Melihat sepatumu di depan membuatku senang." Wanita itu tersenyum.

"Hehehe.. iya Nek. Aku sedang berlatih dengan Baekhyun, perayaan sekolah sebentar lagi."

"Aku tahu. Ini nenek membawakan kue untuk cemilan kalian." Nenek Baekhyun meletakan bungkusan itu di depan Baekhyun dan Chanyeol.

"Oh karena Chanyeol ada disini, maka nenek akan memasakan makan malam untuk kalian. Chanyeol mau kan makan malam disini?" tanya nenek Baekhyun.

"Tentu nek, dengan senang hati." Chanyeol tersenyum, dan setelahnya pintu kamar Baekhyun tertutup. Kedua lelaki itu menghela nafas lega. Baekhyun tersenyum ke arah Chanyeol. Dan Chanyeol menarik tengkuk Baekhyun untuk mencium bibirnya.

"Oh iya Chanyeol, kau mau makan apa sebagai hidangan makan malam?" Nenek Chanyeol kembali muncul dari balik pintu, untung Chanyeol dan Baekhyun segera melepaskan ciumannya.

"Hah? Oh..Hm.. apapun masakan nenek aku suka." Chanyeol menjawab gugup.

"Hm. Apa yang sedang kalian lakukan tadi?" suara Nenek Byun terdengar ragu. Chanyeol dan Baekhyun gelagapan.

"Chanyeol, tolong kau tiupkan lagi, mataku masih perih!" Baekhyun berakting seolah matanya kemasukan sesuatu, dan menarik tangan Chanyeol agar meniup matanya. Nenek Baekhyun mengangguk mengerti.

"Aku pikir kalian berciuman tadi." Ucapnya lalu kembali menutup pintu.

"Haaahh.." mereka berdua bernafas lega untuk yang kesekian kalinya.

"Nyaris saja." Baekhyun mengelus dadanya.

"Ayo kita mulai berlatih!" Chanyeol berucap sambil mengatur kembali tuning pegsnya, lalu ketika dirasa pas ia meminta Baekhyun untuk mulai menyanyi.

Sepanjang Baekhyun menyanyi, mata Chanyeol tak lepas dari Baekhyun. Suara merdu milik Baekhyun adalah salah satu hal yang membuat Chanyeol jatuh ke dalam pesonanya. Suara Baekhyun begitu merdu dan nyaring, membuat hati Chanyeol menjadi tenang. "Love Song" adalah lagu yang akan mereka persembahkan dalam perayaan sekolah mereka.

Ketika waktu yang mereka nantikan akhirnya tiba dan sekarang mereka berdiri di ruang ganti di belakang panggung. Chanyeol memperhatikan Baekhyun yang sejak tadi mondar-mondir di depannya, sambil meremas-remaskan jemarinya. Chanyeol masih memetik gitarnya mencoba berlatih sekali lagi sebelum tampil.

"Baek!" Chanyeol memanggil tapi Baekhyun masih tetap mondar-mandir di depan Chanyeol.

"Baekhyun!"

"Apa!" Baekhyun memekik dan berhenti sebentar, lalu kembali melanjutkan kegiatan tidak pentingnya. Membuat Chanyeol geram dan risih. Ia tahu Baekhyun sedang gugup. Jika kekasihnya gugup, maka ia tidak akan bisa duduk diam dalam ketenangan. Chanyeol meletakkan gitarnya, berjalan mendekat ke arah Baekhyun. Ia menarik salah satu kancing seragamnya.

"Apa yang kau lakukan Yeol?" tanya Baekhyun bingung.

"Pegang ini!" ucap Chanyeol sambil memberikan sebuah kancing teratas dari segaramnya.

"Untuk apa kau mencopot kancing seragammu dan memberikannya padaku?" tanya Baekhyun bingung.

"Ini adalah jimat Baek. Percaya padaku! Kau hanya perlu menyimpannya dan sesekali memegangnya ketika kau merasa gugup diatas panggung."

"Tapi_"

"Kali ini percayalah padaku!" ucap Chanyeol dengan wajah seriusnya dan Baekhyun mengangguk. Mengambil kancing itu dan menyimpannya di dalam saku.

Baekhyun tersenyum begitu juga Chanyeol. Dengan singkat dan cepat kedua benda kenyal itu bertemu. Tidak ada lumatan hanya sentuhan lembut dan dalam. Ketika pintu terketuk dan seorang panitia meminta mereka segera bersiap, Baekhyun dan Chanyeol segera berjalan ke arah panggung.

Ketika sampai di atas panggung, Baekhyun menghela nafas panjang. Meraih mikrofon di atas meja lalu berdiri di tengah-tengah panggung. Chanyeol duduk di sebuah kursi yang sudah di sediakan tepat disamping Baekhyun. Ketika Chanyeol memberikan sambutan, Baekhyun terus menggenggam kancing itu dengan erat.

Sampai pada bagiannya, Baekhyun segera menyanyi dan suara itu berhasil membius penonton, di pertengahan lagu Baekhyun mulai merasa terbiasa, dan ketika lagu berakhir ia mendapat banyak tepuk tangan dari penonton.

Baekhyun tersenyum bangga, dan mengucapkan terima kasih kepada Chanyeol tanpa suara. Chanyeol mengangguk sambil tersenyum menatap ke arah Baekhyun yang membungkukan badan berulang kali ke arah penonton. Sejak hari itu Baekhyun mulai merasa percaya diri dengan suaranya dan tak jarang Chanyeol akan menemani kekasihnya itu untuk mengikuti beberapa audisi dan beberapa kali pula Baekhyun memenangkannya.

..

.

Chanyeol tersadar ketika mendengar suara tepuk tangan dari penonton, dengan segera matanya menatap ke arah panggung dan disana ia melihat Baekhyun yang menatap kesal ke arahnya.

Seorang pelayan menghalangi arah pandang Chanyeol sehingga kontak mereka terputus. Pelayan itu membungkuk dan menyerahkan sebuah daftar menu pada Krystal. Krystal mulai memesan, dan setelahnya memaksa Chanyeol untuk memesan.

"Ah Maaf. Apa penyanyi tadi akan tampil lagi?" tanya Chanyeol pada pelayan yang melayani pesanannya ketika akan pergi.

"Iya. Mungkin setengah jam lagi dia akan tampil." Sahut pelayan tersebut lalu undur diri. Chanyeol mengangguk, dan gadis di hadapannya memperhatikan Chanyeol.

"Dia adalah Bacon." Ucap Krystal.

"Maaf?" Chanyeol memperjelas ucapan Krystal.

"Dia Bacon yang aku katakan tadi. Dia memang memiliki suara yang indah. Banyak orang yang menyukai suaranya."

"Oh. Hm. Suaranya cukup bagus."

"Apa? Cukup? Ah tidak Chanyeol sshi, kata cukup masih kurang untuk menggambarkan suaranya. Seharusnya kau katakan sangat." Ucap Krystal menggebu.

"Hm. Apa dia begitu terkenal disini?" tanya Chanyeol lagi.

"Iya. Dia bahkan memiliki beberapa penggemar setia. Dan aku salah satunya. Hehehe. Tapi sayang…."

"Sayang kenapa?" tanya Chanyeol heran dengan satu alis terangkat.

"Aku dengar orientasi seksnya menyimpang. Dan dari berita yang tersebar, dia pernah menikah dulu. Tapi kemudian mereka bercerai. Dari yang aku dengar, perceraian mereka karena suaminya meniduri wanita lain di depannya. Uuuh.. itu benar-benar menyakitkan." Ucap Krystal dengan wajah yang dibuat serius. Chanyeol melebarkan kelopak matanya dengan mulut yang sedikit terbuka. Bagaimana bisa berita tentang dirinya menyebar dengan tidak benar, benar-benar merusak citranya.

Ketika makanan datang, obrolan mereka terhenti. Chanyeol mulai melupakan kesan menyebalkan yang ia berikan pada gadis di depannya. Walau terkadang gadis tersebut tetap menyebalkan, tapi setidaknya Chanyeol mendapatkan banyak informasi tentang Baekhyun. Dan tentang bagaimana orang-orang memandang dirinya sebagai mantan suami seorang Byun Baekhyun.

"Baekhyun!" Chanyeol yang sudah sejak tadi menunggu di kursi di bawah pohon di depan restourant ketika melihat Baekhyun turun dari panggung, akhirnya menghampiri sosok Baekhyun yang berjalan keluar. Baekhyun menoleh, dan menatap malas ketika tahu siapa yang memanggilnya.

"Astaga! Kau benar-benar keras kepala Tuan Park. Aku katakan aku tidak mau pergi ke Korea. Aku mohon mengertilah!"

"Tapi Baek, jika kau tidak ikut ke Korea bersamaku. Aku tidak akan bisa melamar kekasihku."

"Itu bukan urusanku. Lagipula orang berusia tiga puluh tahunan tidak mungkin akan meminta syarat kekanak-kanakan seperti itu. Seharusnya dia bisa berpikir lebih realistis. Kau dan aku sudah tidak memiliki hubungan apapun, jadi dia tidak membutuhkan restu apalagi kehadiranku di pesta pernikahan kalian." Baekhyun berucap panjang lebar, membuat Chanyeol terdiam.

"Baek. Dia tidak seperti itu. Ia hanya takut jika pernikahan kami berantakan seperti kedua orangtuanya."

"Kau dan aku bahkan mendapatkan banyak restu ketika kita menikah, tapi apa? Bukankah kita tetap berakhir di pengadilan?" ucap Baekhyun suaranya mulai melemah. Chanyeol terdiam, dia memang akan selalu memilih diam ketika Baekhyun sudah dikuasai oleh emosinya.

"Yeol, dengar! Ada ataupun tidak adanya kehadiranku di pesta pernikahan kalian, tidak akan mengubah apapun. Jadi kembalilah!" ucap Baekhyun dengan wajah lelahnya. Chanyeol terdiam, ia hendak mengejar Baekhyun yang sudah berjalan menjauh namun ia urungkan niatnya.

Dengan helaan nafas panjang ia membalikan tubuh tingginya dan berjalan tanpa semangat, ia tahu bahwa dirinya salah karena kembali ke kehidupan Baekhyun setelah apa yang terjadi selama ini.

"Baby Baek!" hingga ia mendengar seseorang berseru dengan suara berat dan memanggil Baekhyun dengan panggilan yang tidak biasa. Chanyeol menghentikan langkahnya dan menoleh, di depan sana ia melihat seorang pria bertubuh tinggi sedang memeluk Baekhyun erat bahkan sedikit mengangkat tubuh kurus Baekhyun.

Chanyeol terdiam untuk beberapa saat menyaksikan bagaimana Baekhyun tersenyum lebar saat tubuhnya sedikit diangkat dan bagaimana ia diam dan menurut dalam rangkulan sosok itu. Chanyeol menebak itu adalah Kevin, kekasih atau mungkin suami baru Baekhyun saat ini.

Chanyeol mencoba tersenyum samar, tapi hatinya seolah berkata lain entah mengapa ada sisi yang meraung di dalam dirinya yang seperti tidak rela melihat Baekhyun dirangkul oleh pria lain selain dirinya.

..

.

TBC

..

.

Hola amigos!

Seperti biasa aku bakal publish dua ff dengan genre yang beda, satu sebagai ff utama dan satunya sebagai cemilan..

Sebenernya ribet dan susah sih harus ngetik dua ff dengan genre yang amat sangat bertolak belakang apalagi alur dan karakternya, cuma gak tau kenapa sejak DBM sama TMD aku jadi ketagihan wkwkkw.. itung-itung buat tantanganku sendiri dan selingan supaya kalian gak nunggu lama si ff utama. Tapi Ya maaf-maaf kalo misalnya ditengah jalan karakternya ada yang ketuker hihihi...

Oke, semua aku balikin ke kalian lagi tentang ff cemilan ini. Apapun respon kalian bakal aku terima hehehe..

Makasi udah setia untuk menuggu semua ceritaku selama ini, semasih aku mampu nulis aku bakal berusaha buat nyiptain ff baru lagi.

See in the next chap itu pun kalo kalian memang pingin ff ini lanjut :)

Ingetlah untuk selalu jaga kesehatan wahai readers budiman dan salam Chanbaek is Real ...