Another Key

Disclaimer

Naruto © Masashi Kishimoto

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Genre : Friendshiep & Humor


Siswa Baru

Bulan April telah datang, ditandai dengan banyaknya sakura yang bermekaran di sepanjang jalanan Tokyo. Di beberapa titik, deretan pohon dengan kelopak sewarna gula kapas berjejer dengan indah. Pemandangan cantik itu semakin sempurna ketika angin musim semi bertiup pelan menggoyang pohon lalu menerbangkan beberapa kelopak Sakura ke segala penjuru. Berlatar birunya langit, semua mata bisa melihat salah satu kemolekan yang hanya bisa ditemui saat musim semi. Keindahan yang sempurna untuk menyambut tahun ajaran baru di Jepang.

"MINGGGGGIIIIR! MINGGGIIIIR! PERMISI!" Teriakan itu cukup menarik perhatian ketika dua sepeda melaju kencang membelah kerumunan halaman sekolah milik SMA Seirin. Untungnya belum banyak orang yang datang mengingat mereka datang pukul tujuh. Beberapa siswa yang tengah menata stan dibuat geleng-geleng kepala.

Siapakah mereka gerangan? Pastinya mereka siswa Seirin jika dilihat dari gakuran yang mereka pakai. Gakuran hitam dengan aksen garis biru muda pada bagian tengah adalah seragam milik Seirin.

"Yosh! Kali ini aku yang menang Teme!" Pemuda bersurai pirang bersorak senang ketika sepedanya memasuki tempat parkir untuk pertama kali. Dari nada bicaranya sudah terlihat jelas bahwa sifat pemuda itu sangatlah periang.

Pemuda yang kalah mendengus. "Ini baru sekali, Dobe!"

"Sekali kalah tetap kalah!" Si pirang tetap tidak terima.

"Hn." Pemuda bersurai hitam menjawab dengan jawaban khasnya. Mengabaikan ocehan sahabatnya sejak kecil, pemuda dengan surai hitam dengan bentuk sedikit unik itu memarkir sepedanya.

Si pirang ikut memarkir namun masih tetap mengoceh. "Jangan mengabaikanku, Teme!"

Sepertinya sahabatnya satu ini memang mengajak ribut.

Ya ampun, jika dia bukan sahabat baiknya sejak kecil tidak mungkin dirinya peduli. Tanpa berkata banyak, dia menarik kerah jaket sang pemuda.

"Teme sialan! Aku bisa berjalan sendiri!" Pemuda yang menyeret menulikan telinga. Dia sudah biasa mendengar rajukan kekanakan itu. Melirik jam tangannya sebentar, dia lalu menyeret sahabatnya ke papan pengumuman untuk melihat daftar pembagian kelas.

Untungnya suasana masih sepi sehingga mereka dapat menemukan kelasnya dengan cepat. Keduanya tidak terkejut ada di kelas yang sama mengingat ada sedikit pengaturan khusus untuk mereka.

"1 A, ya. Dobe, ayo lewati rintangan ini," ajaknya pada sahabatnya.

Si pirang mengangguk semangat, dia mengulurkan kepalan tangan kanannya dan dibalas oleh pemuda yang dipanggil Teme. "Aku pasti bisa, Teme."

xxx

SMA Swasta Seirin adalah sekolah baru yang letaknya di kota Tokyo. SMA itu baru dibuka dua tahun yang lalu. Sebuah sekolah yang bisa dibilang sangat baru namun sudah cukup berhasil menarik banyak murid untuk masuk. Hal itu bisa dilihat dari upacara pembukaan yang berlangsung meriah. Di halaman sekolah berjejer berbagai stan dari ekstrakurikuler yang dimiliki sekolah.

Di salah satu stan tampak seorang pemuda berkacamata tengah membaca nama yang tertera di selembar kertas.

"Kagami Taiga. SMP asalnya adalah Amerika. Dia berlatih langsung dari sumbernya." Nadanya setengah takjub ketika membaca biodata salah satu calon anggota baru klub basket. Dia adalah Hyuga Junpei, kapten basket Seirin. Seharian menjaga stan basket, ini pertama kalinya dia dibuat terkesan dengan pelamar tim basket.

"Bagaimanapun juga, aku yakin dia bukan orang biasa," jawab seorang gadis berambut coklat terang disampingnya. Keduanya serasa mendapat angin segar ketika membaca biodata siswa baru yang baru saja melamar klub basket. Cukup menyedihkan, untuk sampai saat ini pelamar klub basket bahkan belum mencapai sepuluh orang.

"Yo, kau lupa mengambil surat permohonan ini." Rekan mereka yang lain mengangkat selembar kertas di meja. Tampaknya surat ini sudah ada semenjak tadi namun terabaikan begitu saja.

"Oh, maaf." Gadis yang diketahui bernama Aida Riko langsung mengambil dan membacanya. Riko terheran karena dari tadi dia belum beranjak kemanapun tapi tidak menyadari si pelamar ini. Membaca sekilas biodata dari siswa bernama Kuroko Tetsuya, kali ini dia dibuat terkejut. Hyuga yang disamping sampai penasaran ketika Riko terkesiap.

"Kenapa?"

"Dia dari klub bola basket Teikou!" Jawab Riko cepat.

"Teikou? Maksudmu Teikou yang itu?" Siapa yang tidak terkejut jika si calon pelamar adalah dari SMP Teikou. SMP elit yang terkenal akan bola basketnya.

Wajah Riko seketika cerah. "Ya! Dan kalau dia kelas satu mungkin saja … Kiseki no Sedai!" Nada terakhirnya sangat bersemangat. Walau itu hanya dugaan tidak berdasar tapi asalkan itu dari Teiko, mereka boleh berharap bukan? Mungkin saja ada keajaiban salah satu Kisedai terbentur otaknya dan memilih sekolah yang belum punya reputasi.

Hyuga tersentak. "Kiseki no Sedai! Kelompok terkenal itu!" Siapapun yang terlibat dalam basket sekolah pasti tahu. Reputasi mereka bukan hal remeh di Jepang.

Riko mengacak rambutnya karena frustasi. Jika benar ada anggota Kiseki no Sedai yang mendaftar kenapa dia tidak ingat apapun. "Arghhh…kenapa aku tidak bisa mengingat wajah sang telur emas itu? Satu yang lain pindahan dari Amerika. Anak kelas satu sungguh berbahaya."

Kagami Taiga, pemuda ini baru saja membuat heboh klub basket. Bukan tanpa alasan dia mendapat perhatian lebih. Kesan pertama yang akan di dapat oleh siapapun dari si pria bersurai merah adalah dia benar-benar mirip hewan liar. Tubuhnya tinggi, tegap dan sangat atletis bila dibandingan remaja seusianya. Tatapan liar dari mata merahnya terkesan tajam, tidak heran senpai-nya tadi sampai ketakutan.

Kagami Taiga, pria ini tampak menjulang tinggi ketika berjalan di antara siswa Seirin lain. Dia berjalan santai tanpa tahu dua mata berwarna langit sekilas menatapnya dari balik novel yang dibaca sambil berjalan.

"Ayo Teme, kita stan basket sekarang juga!" Dari arah berlawanan Kagami berpapasan dengan siswa lain yang penuh semangat. Mereka berlari kecil ditengah kerumunan orang dan dia cukup terkesan dengan reflek keduanya yang bahkan tidak menyenggol seorangpun. Tampaknya mereka juga siswa kelas satu.

Sayangnya Kagami tidak begitu peduli. Pikirannya hanya dipenuhi tentang basket.


Terimakasih sudah membaca,

jangan lupa tinggalkan jejak ^_^