WARNING!
CHANBAEK GS
WITH OTHER CAST
ONESHOOT
SONGFICT - SHORT STORY
AUTHOR POV
TYPO EVERYWHERE
e)(o
Winter Story
By TaeTiSeo
e)(o
Malam pertama di musim dingin
Lima tahun telah berlalu. Kini di musim dingin ke lima dan malam pertama ke lima pula, kau bahkan belum nampak.
Bagaimana keadaan di sana? Begitu indahkah? Bagaimana mungkin kau dapat meninggalkanku selama ini?
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku memanjatkan do'a terbaik untukmu yang kini berada jauh dariku. Walaupun usiaku kian menua namun hatiku tak akan menua untukmu.
Tumpukan do'a telah kupanjatkan dan Tuhan pasti akan mengabulkannya, namun entah kapan.
Do'a yang masih sama.
Aku ingin kau pulang.
e)(o
Malam ke-20 di musim dingin
Tumpukan kapas beku dari langit semakin banyak. Serpihan demi serpihan kapas berjatuhan hingga menutupi sebagian permukaan bumi.
Tapi mengapa kau belum juga kembali?
Kau harus kembali sekarang. Kau harus melihat tumpukan salju yang menutupi halaman rumah kita. Kau harus merasakan air kolam renang kita yang sangat dingin hampir membeku. Bahkan kau harus menyicipi masakan panasku yang tiba-tiba mendingin karena jendela yang terbuka.
Kembalilah.
e)(o
Malam ke-50 di musim dingin
Sudah lebih dari satu bulan musim dingin berlalu pada tahun ini. Tapi mengapa kau masih belum muncul?
Sebegitu senangnyakah kau meninggalkanku? Haruskah aku kembali menunggu hingga musim dingin berikutnya?
Kau harus pulang. Kau harus melihatnya yang kini sudah berada di sisiku.
e)(o
Lima tahun. Bukan waktu yang sebentar untuk menunggu.
Siapa sangka akan ada orang yang menunggu satu harapan selama itu? Hal yang sangat sulit dipercaya.
Keheningan yang telah ia rasakan selama ini selalu membawa kesakitan yang mendalam. Bukan hanya untuknya yang menunggu, tapi juga untuk malaikat kecilnya yang sudah berjuang melawan maut.
Kini keduanya hanya dapat terdiam menyaksikan reruntuhan salju yang tertampang jelas di hadapan mereka. Tidak ada kesedihan yang tertampang, hanya senyuman yang terurai.
"Eomma, lihat itu! Kelinci itu membeku." Baekhyun lantas mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk sang buah hati.
"Aku akan membawanya kesini. Boleh 'kan?"
Belum menjawab, Hana sang anak lantas berjalan menuju ujung halaman rumahnya yang penuh dengan salju.
"Hati-hati, nak. Kau bisa jatuh jika tidak hati-hati." Teriak Baekhyun dari teras rumahnya yang diangguki oleh Hana.
Tak menunggu lama, sang anak kini telah ada di hadapannya dengan selamat walaupun rambut panjang ikalnya sedikit menerima tumpukan salju.
Dengan senyum yang merekah, Hana menunjukkan kelinci kecil tersebut kepada Baekhyun. Perlahan langkah keduanya menuntun masuk ke dalam rumah untuk memulai perawatan pada sang kelinci.
Malampun tiba. Masih sama seperti malam-malam sebelumnya yang ia rasakan. Sepi.
Walaupun selama ini Hana berada di sisinya, namun entah mengapa ia masih merasa kurang. Ia merasa kekosongan di dalam dirinya. Entah apapun itu yang ia yakini hanya satu, kekosongan itu hanya dapat diisi oleh Chanyeol. Suami tercintanya.
e)(o
"Kau adalah cahaya untukku. Cahaya yang membantuku keluar dari kegelapan hidup, namun kau juga yang membuatku kembali redup."
Embun di kedua matanya begitu terlihat, "Apa kau melupakan janjimu? Hebat."
"Kau melupakan apa yang tidak dapat kulupakan." Setetes air mata meleleh di kedua pipinya.
"Haruskah aku menyerah?"
"Tidak."
Baekhyun membuang pandangannya ke sumber suara. Raut kesedihannya seakan sirna setelah ia mendapati siluet seseorang yang sejak lama ia tunggu.
Dengan langkah kecilnya, ia menghampiri sosok tersebut dengan kaki terseok. Dorongan emosi begitu kuat dalam dirinya, hanya memandang bukan hal yang ingin ia lakukan. Dengan cukup keras, Baekhyun memeluk Chanyeol erat.
"Jangan pernah menyerah untukku. Jangan pernah berfikir bahwa aku telah melupakan janji kita, karena kenyataannya hidupku hanya kalian dan kita."
Baekhyun mengangguk ringan. Menangis dalam pelukan sang suami yang begitu ia rindukan. Pelukan yang begitu erat, tak akan ia lepaskan.
"Apa selama ini waktu yang kau butuhkan untuk menepati janjimu?" Baekhyun berujar dalam tangis.
Chanyeol menghapus tetesan air mata Baekhyun dengan ibu jarinya, "Bahkan ini belum seberapa."
"Apa maksudmu?"
Chanyeol tersenyum samar, "Kita masih membutuhkan waktu yang sangat banyak untuk kembali bersama."
Tak ayal kepanikan melanda diri Baekhyun.
"Kau... kau ingin kembali meninggalkanku?" Baekhyun terisak.
"Aku sudah melakukannya. Aku bahkan tidak seharusnya disini." Kening Baekhyun mengerut.
"Aku pergi." Baekhyun memandang tidak percaya saat sosok yang ditunggunya kembali meninggalkannya.
"Chan... Chanyeol Kembali! Jangan pergi!"
Bukan berhenti, Chanyeol tetap berjalan menjauhi Baekhyun. Dengan penuh tenaga Baekhyun mencoba mengejar sang suami yang kembali meninggalkannya, namun nihil. Tubuhnya tidak dapat bergerak.
Ini aneh. Benar-benar aneh.
Isak tangis kembali memenuhi halaman rumah tersebut. Baekhyun yang tidak mampu mengejar Chanyeol hanya dapat menangis.
Ia terlalu terkejut. Terlalu bingung dan terlalu lelah dengan apa yang telah terjadi kepada hidupnya.
"Chanyeol!" Teriaknya.
"Ja...jangan pergi."
e)(o
Terlihat kerubunan perawat dan dokter memasuki ruang rawat dengan tergesa.
"Dok! Cepat! Eomma-ku menangis." Seruan Hana membuat para ahli medis melakukan tindakan dengan cepat.
"Eom... eomma menangis, setelah aku menceritakan isi buku hariannya tentang appa." Walau terkesan panik, Hana tidak menampik bahwa ia kembali berharap akan kesadaran sang ibu.
Senyum samar mulai tertampang di wajah Hana. Para ahli medispun masih sibuk menangani kondisi Baekhyun yang menurut mereka sangat aneh.
"Bagaimana dok? Eomma-ku akan segera sadar 'kan?" Tanya Hana dengan penuh harap.
Sang dokter menggeleng pelan, "Seharusnya ini pertanda baik untuk perkembangan pasien. Tapi entah mengapa, kondisinya berbalik menjadi lebih buruk."
"Ma... maksud dokter?" Hana kembali cemas.
"Dok! Denyut jantung pasien melemah." Teriak salah satu perawat yang sedari tadi menangani Baekhyun.
Hana terhenyak. Matanya memanas, ia panik bukan main.
Lantunan do'a dikeluarkan oleh bibir kecilnya. Harapan-harapannya diungkapkan kepada sang pencipta.
Para tim ahli medis masih fokus pada kondisi Baekhyun. Tatapan mata mereka mulai melebar tat kala melihat arah denyut jantung sang pasien hampir di garis lurus.
Hama memejamkan matanya erat seraya berdoa. Ia tidak ingin ditinggal lagi, sudah cukup sang ayah meninggalkannya jangan dengan ibunya.
Rasa panikpun semakin menjadi tat kala ia mendegar seruan demi seruan saat menyelamatkan denyut jantung sang ibu. Begitu menakutkan untuknya, ia tidak sedang memerankan adegan trhiller dalam sebuah film tapi ini sangat menegangkan.
"Maaf nona, kami tidak dapat menyelamatkannya."
Satu kalimat yang sangat tidak ingin dengar.
Isakan kuat semakin menjadi. Hana tidak dapat menahannya lagi. Kini ia benar-benar sendiri.
e)(o
"Aku harus pergi."
"Tidak. Jangan, kumohon."
"Berjanji padaku kau akan menungguku."
Baekhyun menggeleng, "Tidak. Kau akan melupakanku jika kau pergi."
"Benjanjilah..." Chanyeol menatap dalam mata Baekhyun.
"Kau harus kembali." Chanyeol mengangguk.
"Jika kau dapat melakukannya, akupun akan melakukannya."
Setitik air mata terurai, "Akan kupastikan kita melakukannya."
Baekhyun memeluk Chanyeol erat, "Apapun yang akan terjadi nanti, percayalah hanya kau yang ku inginkan."
"Bahkan jika maut memisahkan, hanya kau yang kuinginkan menemaniku di sana."
e)(o
Malam pertama di musim dingin tahun ke-15
Jadi pada akhirnya semua usahaku sia-sia?
Aku menunggumu di rumah berharap kau pulang dan kembali bermain bersama kami, tapi kenyataannya?
Kenapa harus mereka yang datang dengan segala persiapan pemakaman ke rumahku? Apa yang telah kau perbuat di sana?
Siapa yang kau bunuh di medan perang?
Aku memintamu untuk pulang ke rumah, bukan ke dunia lain.
Aku memintamu berhati-hati sebelum melaksanakan tugasmu, bukan malah berbesar hati merelakan nyawamu tertembak di medan konflik itu!
Kenapa seperti ini?!
Kenapa kau membuatku menjadi manusia paling bodoh karena telah mempercayai ucapanmu?!
Park Chanyeol...
Aku membutuhkan dirimu datang ke rumah.
Jika kau tak mampu datang, maka biarkan aku yang menyusulmu di sana.
e)(o
