EPISODE 2

e)(o

Tanpa sadar, dalam sebulan Baekhyun telah menata ulang banyak hal dalam hidupnya saat ini.

Sebagai contoh, pelan-pelan ia mulai menghilangkan kebiasaan mengunjungi cafe disebrang gedung universitas sepulang kuliah. Baekhyun berhenti menjadi pecandu Latte yang senang memandangi para pejalan kaki diluar etalase selama berjam-jam. Ia juga tidak lagi mendatangi toko musik hanya untuk membeli album dengan genre yang sama; ballad.

Sejak kalimat "bergaul dengan teman sebaya" menjadi hal yang kurang akrab baginya sedari kecil, Baekhyun lebih banyak menyendiri untuk menghindar dari interaksi yang lebih dekat dengan orang banyak diluar jam-jam sekolah atau kuliah. Ia tahu, Bipolar yang dideritanya mungkin tak akan memberi banyak efek merugikan bagi orang sekitar. Namun suatu saat jika ia tak dapat mengendalikan diri didepan orang-orang, Baekhyun tahu persis bahwa ia hanya akan jadi bahan gunjingan setelah semuanya terjadi. Tak dipungkiri, tentu masih ada banyak orang yang mau mengerti keadaannya. Seperti Ibu, teman kecilnya Kai, dan tentu saja Jung Jaehyun. Namun ada lebih banyak lagi orang yang tak bisa serta merta menganggap kondisi kejiwaan yang dimilikinya sebagai sesuatu yang wajar.

Selama hidup, Baekhyun telah mendengar banyak rumor tentang dirinya sendiri dimanapun ia menginjakkan kaki dan mencoba beradaptasi. Orang-orang akan membicarakannya sebagai sosok yang tempramental, cengeng, berlebihan, dan sebagainya. Baekhyun tidak ingin lagi mendengar lebih banyak hal menyakitkan dari mulut-mulut mereka yang tidak bisa mengerti. Ia bahkan tidak ingin tahu bagaimana perspektif dan cara pandang orang terhadap dirinya yang sedikit "berbeda".

Dan duduk menyendiri jauh dari keramaian adalah jawaban yang tepat untuk memenuhi harapan Baekhyun.

Namun sekarang, Baekhyun telah berhasil menggantikan kesendiriannya dengan sesuatu yang baru. Ia sudah membangun hubungan terikat batin pada seseorang yang membuatnya tak pernah merasa sendiri lagi; Park Chanyeol.

Baekhyun tertawa merasakan tubuhnya berayun melawan arus deras angin yang menerbangkan surai brunnetenya yang panjang. Seseorang menarik dan mendorong tali ayunannya berulang kali, tidak terlalu kuat karena seseorang itu tidak ingin sampai penumpang ayunannya terjatuh.

"Hihihi... Ayo lebih kuat lagi, Chanyeol..."

Baekhyun mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah seseorang yang berdiri dibelakang. Park Chanyeol, pemuda yang cacat secara intelegensi itu hanya menggeleng sambil tergugu.

"Ja...tuh. Ja-ngan cepat...cepat."

Dengan kepala yang sedikit miring, Chanyeol menggeleng beberapa kali dan satu tangannya melepas pegangan pada tali ayunan yang mulai berhenti bergerak.

Tangan itu berpindah, mengarah selurus pada seseorang yang ada didepan matanya. Irisnya yang gelap menangkap gambaran sosok pemuda berparas indah, dan tangannya yang kokoh hanya ingin menyentuh helaian rambut halus Baekhyun yang sesekali tertiup angin.

Tangannya mengambil sedikit helaian rambut itu. Tubuhnya yang tinggi memaksanya untuk menunduk, agar indra penciumannya bisa bersentuhan dengan pucuk kepala seseroang yang ia puja.

Park Chanyeol, dialah pemuda tuna grahita yang kini begitu memuja carrier bernama Byun Baekhyun.

"Kau begitu menyukai rambutku, ya?"

Tanya Baekhyun, masih duduk diayunan sambil memandang Chanyeol diatasnya.

Untuk beberapa saat, Chanyeol kembali membuang pandangannya ke arah lain sebelum mengangguk.

Baekhyun hanya tersenyum dan berinisiatif untuk menyudahi permainan ayunan mereka. Ia berdiri berhadapan dengan Chanyeol, memegang kedua tangan pemuda itu yang menggantung disisi tubuhnya. Baekhyun mencoba mencari-cari celah agar mata mereka bisa saling bertatapan.

"Chanyeol..."

Baekhyun memanggil nama pria itu dengan nada manja, sambil mengayun-ayunkan kedua tangan mereka kekiri dan kanan.

Chanyeol hanya tidak bisa menolak saat Baekhyun sudah memanggil namanya dengan suara selembut alunan musik klasik. Ia tak dapat memungkiri lagi hasrat untuk kembali menatap wajah Baekhyun, walau hanya bisa memandangnya dengan sorot mata yang terkesan kosong dan alis yang sesekali berkedut.

Namun Chanyeol tahu dadanya terasa menghangat saat ia bisa mendengar dan merasakan nafas Baekhyun didekatnya.

"Peter-Yeol, saat ini aku ingin memasak sesuatu untukmu. Apa kau mau mencoba makanan buatanku?"

Peter-Yeol, atau lebih tepatnya Park Chanyeol, memerlukan beberapa detik untuk bisa merespon perkataan Baekhyun dengan anggukan; anggukan yang cepat.

"Wen...dy. Make something for...Peter-Yeol..."

Baekhyun adalah Wendy.

Karena Chanyeol adalah Peterpan baginya sekarang.

Baekhyun selalu kagum saat Chanyeol mulai melafalkan verba inggris dengan sangat fasih, dengan kemampuan yang jauh diatas Baekhyun. Autisme membuatnya memiliki kecerdasan (diatas rata-rata) dibidang tertentu, terutama matematika dan bahasa. Lisannya yang terbata-bata tak menyurutkan semangat Chanyeol untuk mempelajari bahasa asing, seperti itulah yang ia dengar dari Nyonya Park.

Baekhyun meloncat girang dan semangatnya benar-benar menggebu karena Chanyeol mau mencicipi masakannya hari ini.

Bipolar memang membuatnya menjadi over-react. Namun tingkat perasaan bahagianya memang benar-benar dikadar hyper kapanpun ia bisa menghabiskan waktu bersama Chanyeol.

Karena kehangatan dari Chanyeol bukanlah semu.

Karena kebahagian yang diberikan Chanyeol benar-benar nyata.

Dan berada didekat Chanyeol... Membuatnya merasa dilindungi.

Pelukan Chanyeol adalah tempat baginya untuk pulang dan bernaung.

e)(o

Sambil tersenyum Nyonya Park memenuhi permintaan Baekhyun untuk meninggalkan dapur untuknya dan Chanyeol, hanya untuk mereka berdua.

"Alright, lets get started!"

Baekhyun menepuk kedua tangannya setelah merasa apron yang ia pakai sudah terikat sempurna.

Chanyeol duduk didepan counter, mengusahakan matanya untuk tetap fokus melihat kearah Baekhyun yang begitu cantik dengan apron yang melekat ditubuhnya.

Chanyeol semakin memuja Baekhyun, andai saja kalimat seperti itu bisa keluar dari bibirnya.

"Kau ingin omelet hari ini? Atau cup cake cokelat mungkin?"

Baekhyun menumpu kedua tangannya diatas counter dan memajukan tubuhnya untuk memandang Chanyeol lebih dekat.

Dengan tergugu dan tangan yang berusaha membentuk thumbs up sign, Chanyeol menjawab. "Anything is...fine.."

Dan Baekhyun tersenyum saat memikirkan sesuatu yang manis untuk dibuat, semanis harinya saat bisa terus bersama Chanyeol seperti ini.

e)(o

Dapur menjadi sunyi saat Baekhyun mencurahkan semua konsentrasinya untuk menghias cupcakes. Dengan bantuan piping bag, ia menyemprotkan krim diatas permukaan cupcakes vanila yang baru keluar dari panggangan beberapa menit lalu. Chanyeol menyukai saat-saat ini. Ia menemukan ketenangan saat melihat Baekhyun yang begitu berusaha keras membuatkan sesuatu untuknya. Pemuda cantik dengan sedikit peluh dikening pucatnya itu sama sekali tak mengizinkan Chanyeol untuk mengalihkan pandangan kearah lain, walau sulit baginya untuk terus bertahan melihat objek yang sama dalam waktu lama.

Cacat yang dimilikinya membuat Chanyeol harus berusaha lebih keras dalam hal apapun, walau hanya untuk sekedar memandang Byun Baekhyun.

"Yeay! We are done!"

Baekhyun mengangkat kedua tangannya keatas seolah berhasil menyelesaikan tantangan tepat waktu dan menjadi juara pertama.

Chanyeol, dengan pipi yang berkedut dan suara gagu, berusaha menampilkan senyumnya sambil bertepuk tangan kecil.

"Cupcakes ini untukmu. Semuanya."

Mata Chanyeol terlihat berbinar dan tangannya kembali bertepuk saat Baekhyun mendekatkan piring berisi 8 cupcakes kehadapan Chanyeol.

"Its...beautiful."

Baekhyun tersanjung dengan pujian Chanyeol.

"...just like... You..."

Chanyeol lagi-lagi memandang ke arah yang berbeda, membenturkan jari-jarinya yang terbuka satu sama lain.

Baekhyun harusnya mengucapkan terima kasih atas pujian Chanyeol. Namun entah mengapa ia hanya belum bisa menyampaikan kata-kata apapun untuk saat ini.

Karena Baekhyun terlalu malu untuk mengucapkan terima kasih dengan nada yang ringan.

Baekhyun terlalu tersipu untuk menganggap pujian Chanyeol hanya sekedar pujian biasa.

Baekhyun terlalu takut jika Chanyeol menyadari sudut pipinya yang memerah dan hangat, bersamaan dengan jantungnya yang berdegup tak terkendali.

e)(o

Hari itu, tersiar kabar bahwa alumni terbaik di Universitas tempat Baekhyun berkuliah akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat.

Alumni yang lulus dengan predikat Cum Laude, mantan Presiden Mahasiswa dan role model bagi sebagian besar murid di Universitas; Jung Jaehyun.

Dan pemuda yang sekarang menduduki jabatan executive di perusahaan Real Estate itu akan melangsungkan pernikahan dengan seseorang yang tak pernah disangka-sangka oleh semua penghuni kampus; Byun Baekhyun.

Entah dari mana kabar itu pertama mencuat, Baekhyun hanya menyesalkan mengapa semuanya malah jadi seperti ini.

Orang-orang tidak akan 'melepaskannya' begitu saja setelah mendengar fakta tersebut.

Dan seperti yang Baekhyun takutkan, ia tidak akan lolos dengan mudah dari kepungan teman-teman satu angkatannya.

"Hey, Drama Queen."

Drama Queen.

Baekhyun adalah Drama Queen dimata teman-teman di Universitasnya. Itu semua karena Baekhyun adalah orang yang dikenal gampang menangis, gampang marah, gampang cemas, dan berbagai macam emosi lainnya yang dikeluarkan secara berlebihan.

Seseorang berhasil menghentikan langkahnya di ujung tangga. Baekhyun terdiam dengan tangan yang meremat tali tas, tak ingin menatap balik siapapun yang berada didekatnya saat ini.

"Drama apalagi yang sedang kau mainkan saat ini, huh? Apa kau berakting seperti Julia Roberts didepan Jaehyun sunbae, benar?"

Mendengar nama Julia Roberts, Baekhyun seperti tahu tuduhan macam apa yang akan dilontarkan para gadis-gadis popular dikampusnya.

"Kau pasti bertingkah seperti slut di film Pretty Woman untuk menggoda Jaehyun sunbae, iya kan?

Baekhyun tidak menggeleng, tidak juga mau mengangguk.

"Dan sekarang kau mau berakting jadi orang bisu?"

Baekhyun merasakan tubuhnya terdorong dan sekarang ia berdiri tersudut didepan dinding.

"Aku tahu permainan macam apa yang tengah kau rancang kali ini. Tapi aku yakin suatu saat Jaehyun sunbae akan menyesal karena telah memilihmu untuk jadi pasangan hidupnya!"

Dan untuk alasan apapun, kalimat-kalimat itu menghentak keras dan terdengar berluang-ulang ditelinganya.

Seakan Baekhyun harus benar-benar menyadari jika kalimat itu adalah fakta.

Apa yang ia dengar mungkin ada benarnya.

Cepat atau lambat, Jaehyun pasti akan sadar dan menyesal karena mencintai seseorang dengan penyakit jiwa sepertinya.

Baekhyun merosotkan tubuhnya dilantai dan menangis bersimpuh saat semua orang telah meninggalkannya di sudut tangga ini.

e)(o

Baekhyun kembali pada titik dimana depresi pelan-pelan menggerogoti tubuhnya, menelan jiwanya, dan membuatnya berulang kali mempertimbangkan opsi untuk mengakhiri hidup.

Ia tak pernah meninggalkan sepetak ruang yang minim pencahayaan, berudara pengap, dengan berbagai macam benda yang berserakan di lantai. Kamarnya yang gelap, sunyi dan senyap.

Ibu kembali kehilangan asa yang ia pikir semula telah memercikan harapan-harapan indah.

1 bulan yang ia lalui bersama Chanyeol juga pemulihan yang berangsur-angsur ditampakkan Baekhyun sebelumnya mendadak hangus hanya karena api dalam semalam.

Baekhyun terpuruk karena ia merasa Jaehyun hanyalah semu semata baginya. Tidak ada masa depan yang terlihat seperti apa yang dijanjikan pria itu padanya.

Jaehyun tiba dari Amerika 1 hari kemudian. Ia mendengar semua kabar tentang tunangannya dan langsung mengambil penerbangan paling pagi untuk pulang ke Seoul.

Dan Jaehyun ada disini untuk mengetuk pintu kamar Baekhyun.

"Baekhyun..."

Ini ketukan pintu yang keseribu dan Baekhyun tetap tak memberi jawaban. Jaehyun sempat ingin mendobrak lagi pintu kamar itu seperti yang biasa dilakukannya namun kali ini, ia hanya tak dapat memperlihatkan sosok "monster" itu lagi pada Baekhyun.

Jaehyun kembali kerumahnya dengan tangan hampa, tanpa hasil apapun.

Saat Jaehyun pun tak dapat menyelamatkan Baekhyun kali ini, satu-satunya orang yang melintas dipikiran Ibu adalah 1 nama...

Park Chanyeol.

e)(o

To Be Continued

A/N:

I'm not certain if I did the right thing to put that TBC sign here. I want to write more but knowing that its quite late already, i have to stop.

If you like my writings, leave your Review here and let me know what do you think about it

Oyasumi nasai~