Claiming

.

.

.

[ chapter 04 ]

.

.

.

"Jadi, kau sudah mengalami imprint?"

Tanpa jawaban Kris sudah tahu jika sosok anak didiknya ini benar mengalami apa namanya Imprint. Ketika dirinya telah merasakan sosok sebagai pendampingnya mendekat. Bisa dibilang jika calon mate-nya dapat ia kenali, atau merasa yakin sosok itu adalah pendampingnya.

Meskipun Alpha muda itu tidak langsung mengatakannya, tetap saja Kris yakini Sehun benar mengalami apa itu imprint. Ia teringat oleh sosok lain sekarang.

"Mungkin di tahun ini kau benar akan menemukan mate-mu Sehun."

Tak ada tanggapan apa pun.

"Dan namja kecil tadi..."

Ada perubahan dari raut wajah Sehun. Walau masih diam di tempat, ia tetap mendengarkan apa yang Kris katakan. Wajah yang terkesan tak perduli itu, sekarang mengendur perlahan.

"Dia bernama Luhan, dan kau tahu? Di tangannya memiliki tanda yang mulai terlihat jelas..."

Masih belum ada tanggapan. Kris pikir jika ia langsung menyebutkan nama lain dipembicaraan mereka, Sehun akan sedikit perduli. Nyatanya Alpha itu masih tak bergemih. Perduli atau tidak wajahnya tidak menunjukan apa pun, selain enggan ikut berkata.

Tujuannya membawa Sehun ke taman untuk membicarakan hal ini. Atau mungkin meredahkan gejolak tak disadari dari diri Alpha muda itu. Gejolak yang sempat ke luar dan Sehun tak sadari sehingga tidak bisa menahan diri. Semua itu hanya karena sesosok namja kecil di lapangan tadi.

Untungnya Kris menyadari lebih dulu saat ia tak sengaja lewat. Dengan gerak cepat ia akhirnya bisa menahan si Alpha dan membawanya pergi jauh.

Jika tidak, bisa dipastikan Sehun akan menyesali perbuatannya sendiri.

"Pada hari di mana masa heat pertamanya terjadi, maka tanda itu akan terlihat jelas dan menunjukan siapa Alpha yang menjadi pemiliknya."

"Mengapa kau mengatakan hal itu padaku? Aku rasa itu bukan urusanku hyung!"

Kris mengulum senyum. Sehun berkata tak perduli, padahal semua ini jelas berkaitan dengan dirinya. Apalagi memangnya jika bukan? Dia terlalu keras untuk mengelak semuanya.

"Hanya memberitahukan saja, bukan hal yang salah,kan?"

Dan Alpha muda itu berdecih tak suka.

"Sudah selesai?"

Sehun terlalu malas, bahkan sudah berniat pergi menjauh dari pria dewasa itu. Membicarakan mengenai takdir dirinya bagaikan anti. Apalagi jika sudah bersama Kris, pria itu akan berbicara seperti ingin menceramahinya. Memaksa, memintanya untuk menyerah.

Itu bukan hal yang Sehun senangi. Ia justru benci begitu banyak.

"Aku pergi!" Pamitnya tak minat.

Mulai melangkah untuk meninggalkan Kris di sana. Tapi sebelum ia benar pergi suara yang lebih tua terdengar memberitahukan sekali lagi.

Walau tetap tak perduli, namun Sehun mendengarkan tanpa menyela sedikit pun.

"Saat dia benar dalam masa heat, aku harap kau bisa menahan dirimu Oh Sehun!"

Menahan diri untuk tidak mengklaim sosok yang tak ia inginkan.

.

.

.

.

.

.

.

.

Luhan tidak tahu mengapa dirinya secara tiba-tiba diminta untuk pergi menemui salah satu anggota organisasi. Hanya dari teman seasramanya ia diberitahukan untuk segera pergi. Dan sekarang ia berjalan menuju ruang guru seorang diri.

Disepanjang perjalanan ia harus menunduk kepala. Disetiap orang yang ia lewati, mereka akan melemparkan pandangan aneh padanya. Antara rasa ketertarikan dan juga menggoda, terutama bagi para Alpha yang ia lewati.

Entah mengapa, yang jelas ia merasa sangat tak nyaman. Beruntungnya ia telah sampai pada tujuan.

Tok

Tok

Ia langsung mengetuk pintu ruang guru. Sampai detik berikutnya pintu terbuka cukup lebar.

"Masuklah!" Suara itu jelas telah mempersilahkan dirinya untuk masuk pada ruangan tersebut.

Di dalam hanya ada satu guru wanita duduk tenang pada kursinya. Dan Luhan tidak begitu kenal siapa guru wanita satu ini. Ia bahkan merasa belum pernah melihatnya. Tetap ia berjalan masuk untuk menghadap pada guru itu.

"Jadi, kau yang bernama Xi Luhan?"

"Ne ssaem, dan apa ssaem memanggil saya kemari?"

"Hm, tentu aku memiliki hal penting untuk disampaikan sebagai alasan mengapa aku memanggilmu."

Dan Luhan bersiap untuk menerima apa pun dari sang guru.

"Sebelum aku memberitahukan alasannya, bisakah kau tunjukan tanda yang ada di tanganmu itu padaku nak?"

"Ne?"

"Perlihatkan tanganmu padaku nak!"

Luhan berjalan lebih dekat, tepat pada depan meja sang guru ia berhenti. Agak ragu ia menyerahkan tangan kirinya kepada guru itu untuk diperlihatkan tanda miliknya.

Tanda yang mulai jelas dalam bentuk tertentu. Wanita dewasa itu meraih tangan Luhan, memperhatikan bagaimana bentuk tanda tersebut. Tanda yang jelas memiliki arti begitu penting.

Dengan melihatnya sang guru sudah bisa meyakini. Maksud dari tanda itu yang memang sudah menjadi hal biasa terjadi di dunia mereka.

"Kau termaksud Omega tercepat bisa memiliki tanda ini, meskipun baru beberapa hari menjadi peserta didik di sini..." ujarnya lalu melepaskan tangan Luhan yang ia pegang.

"Dan kau tahu apa artinya itu?"

Anggukan kecil cukup Luhan lakukan. Walau begitu ia tahu sang guru memiliki kata lain untuk memberitahukan dirinya.

"Seorang Alpha bisa mengikat dirimu kapan saja, apalagi saat masa heat pertama terjadi. Dengan begitu kau resmi memiliki seorang mate!"

Hal itu pula sudah Luhan ketahui dari awal. Bahkan mengingat kemarin seorang guru lainnya juga berkata hal sejenis ini.

"Dan hal penting lainnya yang harus kau lakukan adalah..."

Wanita itu bergerak membuka laci meja kerjanya. Dari laci tersebut ia raih sebungkus kapsul. Menutup laci kembali sebelum menyerahkan sebungkus kapsul kepada Luhan.

Luhan memandang bengong pada kapsul tersebut.

"Apa ini ssaem?" Lalu bertanya.

"Obat yang harus kau minum ketika masa heat terjadi."

"O-obat?"

"Yah, bukan hanya kau saja beberapa Omega lainnya yang mendekati masa heat juga aku berikan obat itu. Dan kau benar harus meminumnya!"

Dengan keraguan Luhan mengambil bungkus obat tersebut. Obat yang harus ia minum ketika masa heat terjadi, itu pula yang memang harus dilakukan para Omega sepertinya.

Cukup lama ia terdiam menatap obatnya. Dalam pikiran yang tidak menentu.

"Apa hanya selama masa heat saja?" Ia kembali mengajukan pertanyaan.

"Yah, cukup masa heat saja karena itu untuk membantumu meredahkan rasa sakit selama heat berlangsung. Ku harap kau mengerti saat menggunakannya!"

"Ne, saya mengerti ssaem."

"Selain itu, selama kau belum menemukan pasti siapa Alphamu kau harus tetap menjaga diri nak, Karena Alpha mana pun bisa saja mengklaim dirimu."

"Ne, ssaem..."

"Baik, jika kau sudah mengerti apa yang aku sampaikan. Kau bisa kembali sekarang!"

Dengan sedikit bungkukan tubuh untuk menghormati, Luhan lalu berbalik badan untuk meninggalkan ruangan. Pergi dan akan kembali ke asrama dengan obat yang ia genggam di tangan.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Pusatkan pikiran hanya pada satu titik, dan usahakan untuk tidak terpengaruh pada pikiran lainnya!"

"Hey, kau lebih tajamkan tingkat konsentrasimu! Jangan biarkan menurun."

"Apa yang kau lakukan hah? Cepat fokus pada satu titik saja! Dan lakukan melalui instinct serigalamu!"

"Huwaaa...aku menyeraahh! Kenapa ini sulit sekali?"

Luhan terkekeh kecil melihat bagaimana frustasinya Baekhyun saat ini. Mereka masih melakukan pelatihan dan dalam teori yang sama yaitu; cara melakukan perubahan wujud. Ini hari kedua untuk mereka. Hari kedua mempelajari cara melakukan shifting yang benar.

Sungguh sulit memang, itu mengapa Baekhyun seperti akan stress karena melakukannya selalu gagal. Memang tak mudah kelihatannya, apalagi tingkat konsentrasi harus penuh dan tidak boleh sedikit pun berkurang. Jika tidak pastinya akan mengalami kegagalan.

Tak hanya Omega Byun itu saja, hampir seluruh peserta di Mous III juga akan mendesah frustasi. Walau guru mereka dengan tegas mengajarkannya. Ditambah sosok Sehun yang sedia membantu.

Jangan heran jika mendengar nama Sehun diantara mereka. Karena seperti ditugaskan Sehun ikut andil untuk mengajar bersama guru mereka. Anggap saja Sehun sebagai asisten guru, ia bahkan bisa menjadi contoh dalam pelatihan ini.

Dan hampir seluruh peserta didik selalu melirik padanya. Memandangnya begitu memuja. Tanpa terkecuali.

"Jika terus seperti ini, kapan aku bisa jadi hebat?" Baekhyun kembali berkeluh.

"Tenang Baek, ini bahkan baru dua hari kita melakukan pelatihan. Kita pasti akan bisa melakukannya..."

"Kau benar hahh!"

"Hey, semangatlah!"

"Ne, hehee..."

Keduanya saling melemparkan senyuman semangat. Dan Luhan baru akan berpaling wajah dari Baekhyun. Saat ia membawa pandangannya ke arah depan, alangkah kejutnya ia karena tak diduga jika sosok lain di depan barisan tengah menatapnya. Sepasang mata tajam biru yang memberinya tatapan tak biasa.

Luhan sampai ikut melebarkan mata lucu, lalu melirik arah sekitarnya. Mungkin saja jika sosok itu memandang arah lain, dan bukan dirinya. Namun saat ia melihat arah lain seperti memang hanya dirinya yang tengah dipandang.

Entah karena apa sosok itu memandangnya seperti itu. Membuat Luhan harus menunduk kepala karena merasa canggung. Walau ini bukan hal pertama mereka bertatapan mata, tapi tetap saja Luhan selalu gugup karenanya.

Ia merunduk sedikit sesekali melirik pada sosok itu. Masih mata itu seakan hanya ingin tertuju padanya. Dan Luhan gelagapan kecil.

Lagipula mengapa Alpha terkenal itu terus memandangnya begitu?

"Baiklah, kita akhiri latihan hari ini dan kalian bisa beristirahat sekarang!"

"Ne ssaem..."

Latihan telah diakhiri dan seluruh peserta mulai mengambil waktu untuk beristirahat.

Ketika semua membubarkan diri, di sana Luhan masih berdiri diam sambil bertatapan pada sosok yang memang sejak tadi menatapnya. Bahkan tak perduli Baekhyun yang justru sudah melarikan diri untuk pergi ke kantin.

Luhan tetap berdiri bersama sosok itu di lapangan. Mungkin terlalu lama larut dalam pandangan, hingga Luhan tak sadar sosok itu mulai melangkah mendekat.

Benar mendekat tanpa ada siapa pun yang bisa mencegah, tidak sama seperti waktu kemarin. Kali ini sosok itu berhasil menghadap padanya. Karena itu Luhan secara refleks menggenggam kedua tangannya. Ia tatapi bengong sosok tersebut.

Hal yang lagi tak terduga, juga karena masih tidak menyadari apa pun. Luhan melupakan jika dirinya sudah meninggalkan area lapangan. Dan yang hanya ia ketahui jika sosok itu menarik tangannya untuk pergi jauh.

.

.

.

.

.

.

.

.

Belakang gedung utama academy, tak jauh dari asrama.

Sehun melepaskan genggaman pada tangan yang lebih kecil. Berbalik badan dan berganti dengan dorongan cukup kuat pada tubuh namja yang kecil. Sampai tubuh itu menubruk tembok pada gedung.

"Akh!" Si pemilik meringis kecil.

Belum selesai pada tindakannya Sehun membawa kedua tangan memenjara tubuh kecil itu. Sampai ia menghimpitnya dan tidak bisa pergi ke mana pun.

Luhan membuka mata yang ia pejamkan akibat dorongan pada tubuhnya tadi. Tidak begitu sakit tetap saja ia terkejut karena punggungnya tiba-tiba membentur tembok.

Ketika matanya terbuka ia memasang wajah kejut lagi, kali ini karena wajah Sehun terlalu dekat hingga ia bisa merasakan hembusan nafas si Alpha. Deru nafas yang hangat dan kasar seperti tengah menahan sesuatu. Kala Alpha itu akan mengeluarkan suara seperti erangan.

Baru akan berkata untuk bertanya, Luhan tersentak atas tindakan Sehun yang mulai mengendusi wajahnya. Dari samping kanan hingga kiri, seperti sedang mencari sesuatu. Kemudian kepala Luhan terasa dipalingkan agak kasar, dan si Alpha sedang menciumi lehernya.

Tubuh Luhan bergetar halus, ada rasa geli ia rasakan ketika Sehun menciumi wajah juga lehernya.

"Ah, Se-Sehun-shi...a-apa yang kau lakukan?" Rintihnya dalam pertanyaan.

Dan ia mulai melemah, bagaikan Sehun sudah menyerap tenaga yang ia miliki hingga menipis. Ia pun tertunduk lemah dengan kedua tangan ia mencengkram dada si Alpha. Niatnya ia ingin mendorong tubuh Alpha itu, tapi percuma karena dirinya begitu lemah. Ia pejamkan mata erat.

Hhh...hhh...

Suara nafas mereka bersahutan dalam arti berbeda. Sekali lagi wajah Luhan berpaling lawan arah. Di sana Sehun masih menciuminya dengan menggunakan hidung. Mengendusinya sepuas yang ia mau.

"Ekh, Se-Sehunhh..."

"Sshh..."

Cengkraman Luhan menguat pada dada sang Alpha. Kini ia harus mendongak paksa akibat Sehun sibuk mengecupi jakunnya. Dan kedua tangan Alpha itu menahan tubuhnya hingga tak bisa bergerak.

Situasi yang membahayakan sebenarnya, tapi kali ini tidak akan ada siapa pun yang bisa menghentikan mereka. Terlalu sepi dan sunyi sampai suara rintih Luhan yang bisa terdengar.

"A-aahh..."

Luhan semakin melemah, jika tidak ada kedua tangan Sehun memegangnya bisa dipastikan ia akan terjatuh di tanah. Ia terbuai, tergoda oleh sentuhan ini. Dan ia rasakan darahnya berdesir hebat naik lalu berkumpul, sampai berakhir menyerang diujung pangkal paha.

Serangan pertama kali ia rasakan seumur hidup, dapat membuatnya langsung terangsang meskipun belum dalam masa heat. Sehun terlalu tega membuatnya akan kehilangan akal sehatnya.

"Kauu..." Alpha itu menggeram kecil.

Dari jakun hingga puas, Sehun beralih naik untuk menuju wajah. Ia hirup kuat pada aroma nikmat itu, aroma khas Omega yang akan tiba pada masa heat. Bagi Sehun entah ini jauh lebih nikmat dari aroma Omega yang sudah melewati heat. Karena ini pula dirinya lepas kendali sekarang.

Sampai bertindak membawa si Omega menjauh, dan berakhir ia mencumbunya seperti saat ini. Tanpa perduli jika instinct serigalanya dapat ke luar dan melakukan tindakan jauh lebih berbahaya.

Ia berhenti bergerak tepat pada depan wajah keringat Luhan. Di sana ia hanya menyatuhkan kening mereka dan berbicara dengan nada rendah.

"Bukanlah mate untukku!"

Kata itu Luhan membuka matanya langsung. Dan menemukan sepasang mata tajam biru menatapnya.

Mereka sama terdiam untuk beberapa saat berlalu. Sebelum Luhan merasa tubuhnya bisa bergerak dan merosot ke bawah, duduk tak berdaya di tanah. Namun sosok Sehun juga ikut terduduk untuk kembali menyerangnya tanpa ampun.

Leher pada sebelah kanan Sehun menyentuhnya. Ia membuat kepala Luhan miring agar dirinya bisa melihat ada kelenjar milik si Omega. Kelenjar sumber dari aroma wangi sang Omega. Itu pula yang membuat Sehun tidak bisa terkendali seperti sekarang ini.

Ia telah melupakan segala perkataan Kris padanya.

Segera ia hisap pada kelenjar tersebut. Menghisapnya sampai sang pemilik memekik tertahan.

Luhan melemas tak berdaya dalam rengkuhan si Alpha. Dan setelah itu pandangannya perlahan mengelap, kemudian ia tak lagi mengingat apa pun terjadi padanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kita akhiri rapat kali ini!"

Segera para tetua organisasi beranjak dari tempat duduk mereka. Mulai meninggalkan ruang rapat mereka untuk kembali melanjutkan tugas masing-masing.

Menyisakan Kris dan beberapa anggota lainnya di sana. Kris yang sejak tadi tampak tak tenang di kursinya. Sesekali akan melirik pada jendela kaca ruangan. Hingga salah satu rekannya menyadari akan hal itu.

"Kau baik-baik saja Kris? Sejak tadi kau terlihat tidak tenang."

"Oh, bukan apa-apa."

Ia jelas berbohong karena memang sejak tadi ia merasa gelisah. Perasaannya memang tak tenang, seperti ia merasa telah terjadi suatu hal yang buruk. Entah apa, namun perasaannya begitu kuat.

Dari itu membuatnya tak tenang sejak tadi. Apalagi salah satu penyebab rasa gelisahnya tertuju pada sosok lain. Sosok yang memang selalu ia cemaskan. Sosok yang ia anggap sebagai saudaranya, adik kandungnya sendiri hingga harus benar ia cemaskan.

Oh Sehun.

"Yangmi, apa kau tahu apa jadwal kegiatan Sehun hari ini?" Ia langsung menanyakan apa yang ia cemaskan.

"Oh Sehun?"

"Yah."

"Setahuku jam segini anak itu akan ikut membantu Kyon untuk melatih peserta didik di Mous III."

"Apa pelatihannya masih berlangsung?"

"Aku rasa tidak, mungkin pelatihannya telah usai? Waeyo?"

Tanpa menjawab apa pun lagi, Kris rasa ia harus bergegas pergi sekarang. Dengan begitu ia beranjak dari tempatnya. Memakai mantel hitam yang ia lepas tadi dan berpamit untuk pergi lebih dulu.

"Kalau begitu aku pergi lebih dulu!" Serunya dan menghilang lekas dari balik pintu ruangan.

Di luar ia berjalan secepat mungkin menuju area lapangan. Dengan pikiran yang tak menentu, selain berharap bisa menemukan si Alpha muda itu. Karena ia berfirasat buruk sekarang. Merasa jika kegelisahannya ini berkaitan dengan sosok Alpha tersebut.

Ia tergesah melangkah sepanjang lorong yang akan membawanya pada arah lapangan. Sampai akan mendekati mata coklatnya menemukan tubuh seseorang yang tak asing. Semakin ia percepat langkahnya.

"Kyon-ah!" Ia memanggil sosok itu ketika sudah berhadapan.

"Kris hyung, ada apa?"

"Apa Sehun membantumu untuk melatih peserta didik di Mous III?" Ia langsung bertanya.

"Heoh, aku memang memintanya untuk membantuku dan baru saja kami selesai..."

"Lalu, di mana dia sekarang?"

"Uh? Aku tidak tahu, setelah mengakhiri latihan aku sudah tidak melihatnya lagi hyung. Kenapa?"

Dan Kris semakin merasa cemas.

"Oh, ya sudah aku akan mencarinya dulu, terima kasih..."

"Eoh, ne?"

Kembali ia melanjutkan pencariannya. Tak perduli wajah heran dari Kyon padanya.

Karena saat ini Kris hanya ingin segera menemukan Sehun. Memastikan lebih tepatnya, jika apa yang ia duga tidak benar terjadi. Semua pasti baik-baik saja dan dirinya hanya merasa cemas, tanpa ada hal buruk terjadi.

.

.

.

.

.

.

.

.

Namun, apa yang Kris harapkan justru berbeda dengan yang telah terjadi. Ketika ia mencari selama lima belas menit lamanya, di sana tepat di depan lorong dekat asrama. Ia menemukan sesosok tinggi berjalan dengan membawa tubuh tak berdaya di kedua tangannya.

Mendekat maka saat itu Kris mengenalinya. Sosok yang ia cari kini datang dengan sosok lain digendongannya. Saat berhadapan Kris memandang dengan kilatan tak percaya. Sementara yang dipandang tanpa ekspresi apa pun.

"Apa yang terjadi padanya?" Kris bertanya dengan nada tegas.

Tapi Sehun tidak mengatakan apa pun, selain membuang tatapan ke arah lain. Diam membisu seperti enggan untuk memberitahukan apa yang telah terjadi sebenarnya.

Karena itu Kris berpaling pada sosok yang tak berdaya digendongan si Alpha muda. Sosok Omega yang Kris ketahui bernama Xi Luhan. Omega itu dalam keadaan sedikit berantakan dan melemah, tak sadarkan diri. Walau tak begitu yakin apa yang terjadi, tapi Kris tahu jika penyebab Omega itu seperti sekarang adalah si Alpha muda.

Hahh!

Kris membuang nafas dengan kasar. Kemudian berkata untuk memerintah Sehun.

"Lekas bawa dia ke ruang kesehatan sekarang!" Perintahnya.

Tanpa berkata untuk mengiyakan, Sehun menurut dan berjalan membawa Luhan digendongan tangannya menuju ruang kesehatan.

.

.

.

.

.

.

.

To be continue...

Shou back

Bawa chap 04 claiming untuk kalian.

Maaf shou gk mau banyak bacot saat ini, jadi sampai jumpa dilain waktu

Maaf kalo ada typonya, Shou lagi malas edit hehe

Terima kasih :)