[Flashback]

5 tahun yang lalu

"Pertama istana Yokai, lalu Takamagahara, setelah itu Asgard, hmm...kurasa aku akan berkeliling terlebih dahulu sebelum ke gunung Olympus" gumam seorang remaja laki-laki berusia 17 tahunan sembari berjalan menyusuri sebuah hutan ditengah pulau yang tak diketahui letaknya. Sesekali dia bersiul kecil sembari menikmati betapa segarnya udara khas hutan di pagi hari

DEG

Seketika remaja itu menghentikan langkahnya ketika merasakan sebuah energi yang berasal tak jauh dari tempat dimana ia berdiri.

"Energi ini?" gumamnya pelan seraya melangkah menuju asal energi yang kian melemah itu. Perlahan intensitas langkahnya semakin cepat, hingga tanpa sadar dia mulai berlari.

"Sudah kuduga, ternyata memang Hakuryuukou"

Remaja yang tak lain adalah Namikaze Naruto itu bergumam pelan, iris keemasannya memandang sosok yang ia yakini sebagai Hakuryuukou sedang terbaring pingsan.

Perlu diketahui bahwa Naruto adalah iblis dengan kemampuan sensorik yang amat peka, persis seperti ibunya. Jadi bukanlah hal sulit untuk mengetahui siapa-, atau lebih tepatnya 'apa' yang bersemayam didalam tubuh itu.

"Tak kusangka Kaisar Naga Putih masa ini adalah seorang gadis yang amat cantik...hmm... namun entah mengapa aku merasa familiar dengan warna rambut itu..." kembali bergumam pelan, Naruto mulai berjalan mendekati gadis bersurai keperakan itu seraya mengamati setiap inchi wajah manisnya dengan begitu lekat. Hum..Aneh memang, tetapi Naruto benar-benar merasa familiar dengan surai keperakan dan wajah cantik yang dimilki gadis didepannya

' Nee Naruto-senpai~...kata Amaterasu-sama aku memiliki seorang kembaran sekaligus kakak yang berada diluar sana loh... tapi sayang sekali karena kami hanya diperbolehkan bertemu setelah usia kami menginjak 20 tahun

Dan juga... seperti yang senpai ketahui...Semua ingatan Tomoe tentang Tou-sama, Kaa-sama, dan juga Nee-sama masih belum kembali

Jadi jika senpai bertemu dengan seorang gadis yang memiliki wajah serta warna rambut yang mirip Tomoe...tolong sampaikan salam padanya bahwa adiknya sangat merindukannya '

Dan di detik itu juga Naruto terhenyak, sebuah suara yang terdengar begitu familiar mengalun lembut dikepalanya. Bayangannya tiba-tiba dipenuhi dengan paras seorang gadis manis yang wajah dan surainya begitu mirip dengan sosok yang merupakan inang dari Hakuryuukou didepannya

'Tomoe..'

"Masaka?! Jangan-jangan-,"

Duakh

Belum sempat Naruto menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba pandangannya menangkap sebuah kaki berpendar keunguan yang terarah ke pelipisnya. Dengan menggerakkan kedua lengannya yang telah dilapisi kilatan petir hingga membentuk huruf X , remaja itu mencoba menahan tendangan yang tidak dia ketahui siapa pelakunya.

Blar Blar Blar

Namun, karena kuatnya tendangan yang diterimanya, akhirnya Naruto harus merelakan tubuhnya terpental ratusan meter hingga akhirnya terhenti setelah merobohkan pohon berukuran raksasa.

"U-ugh"

Naruto merintih, tendangan yang baru saja ia terima benar-benar keras. Perlahan dia bangkit seraya mengusap tangannya yang tampak membiru.

'Gila?! Tendangan ini bisa membunuhku kalau saja aku tidak segera menggunakan Youki(Demonic Power) untuk melapisi tubuhku?!' batin Naruto menatap ngeri kearah jalur pepohonan yang tumbang akbat bertabarakan dengan tubuhnya.

"Apa yang telah kau lakukan padanya?" tanya sesosok gadis kecil berpakaian gothic yang tiba-tiba mucul dengan melayang dihadapan Naruto disertai nada dingin dan menusuk.

"H-Hah?!"

"Kutanya sekali lagi." perlahan namun pasti, Naruto dapat merasakan energi naga yang mulai menyeruak dari dalam tubuh gadis itu.

"Apa yang telah kau lakukan padanya?!"

Dan di detik itu juga, intensitas energi naga milik gadi loli yang perlahan naik secara berkala itu meledak dengan ganasnya, meimbulkan gelombang kejut yang sanggup meratakan apapun dalam radius ratusan meter.

Keringat dingin mulai membasahi tubuh remaja Namikaze itu ketika mengetahui siapa sosok yang berada didepannya. Benar, Naruto dapat merasakan jumlah energi yang dimilki gadis loli ini tidak terbatas dalam artian yang sebenanya, bukan hanya sebatas makna kias belaka.

Dan remaja itu benar-benar tahu siapa pemilik energi ini. Sebuah eksistensi yang bahkan katanya ditakuti oleh God of Bible itu sendiri, dan sebuah eksisitensi yang seharusnya tak ia usik

Ouroboros Dragon

[Line Break]

'Na-nani?! Kenapa ada Ophis disini?!'

Oke...

Tarik nafas...hembuskan...

Berpikir dan temukan hipotesis...

Ini benar-benar buruk. Kini didepannya ada sosok perwujudan dari salah satu three dragon god, Ophis sang ketidak batasan yang sedang marah hanya karena suatu hal yang menurut analisanya adalah sebuah kesalahpahaman kecil.

Gadis tadi merupakan teman Ophis dan sang ketidakbatasan itu mengira bahwa dialah yang telah membuat temannya pingsan. Agak aneh memang ketika mengetahui bahwa sang Infinite Dragon God, Ophis mempunyai teman, namun Naruto tak mau pusing memikirkan hal itu karena kini eksistensinya sedang berada di ujung tanduk.

"Ugh... jika kau menuduhku telah melukai gadis itu, kurasa kau salah paham Ophis" ucap Naruto seraya berusaha menegakkan badannya. Pendar kehijauan yang kini menyelimuti tubuhnya sesekali memercikkan petir sewarna. "Aku baru saja tiba di pulau ini kau tau? Dan aku hanya ingin menolong gadis itu"

Ophis hanya tersenyum sinis mendengar alasan yang dilontarkan Naruto."Heh, kau pikir kau bisa meobohongiku dengan alasan seperti itu iblis kecil?" gadis loli itu mengangkat satu tangannya dan seketika mucul puluhan bola api berukuran besar dengan warna ungu kehitaman dari ketiadaan

"Kau hanya mencari alibi bukan? Kau hanya ingin menangkap gadis itu karena dia setengah Lucifer, lalu memberikannya kepada Yondai Maou untuk segera dieksekusi karena dia termasuk golongan maou lama heh?" sang ketidak batasan itu hanya tertawa kecil sebelum memasang raut wajah yang begitu dingin.

"Kau tak ada bedanya dengan mereka-," Ophis menjeda kalimatnya seraya malihat tubuh Naruto yang sesekali memercikkan listrik cerah tanda siap menghadapi kemungkinan terburuk

Sementara itu, bola-bola api berukuran raksasa yang melayang disekitar Ophis mulai berputar dengan ganas, menimbulkan aura panas ribuan derajat celcius yang hampir bisa menyamai suhu permukaan matahari

Jika terkena? Kau pasti akan langsung menjadi abu tanpa sempat berteriak kesakitan.

"Selalu membuatku muak"

Dan bersamaan dengan itu, puluhan bola api dengan panas riibuan derajat itu bergerak turun menuju kearah Naruto dengan begitu cepatnya

"Kuso ?! sepertinya dia tidak bisa diajak bicara baik-baik" gumam Naruto seraya mengepakkan empat pasang sayapnya untuk menghindar dari serangan bola-bola api milik Ophis.

"Jika gadis itu memang setengah Lucifer, berarti-, argh sial" Naruto yang sedang asik bergumam serayang melikuk-liuk di udara dipakasa untuk terkejut ketika sebuah bola api berukuran besar tiba-tiba muncul didepan wajahnya. Merasa tak punya kesempatan untuk menghindar, remaja itu lalu menaikkan intensitas Youki miliknya hingga kilatan petir yang menyelimuti tubunya semakin memercik ganas.

Blarrr

Ledakan besar terjadi setelah api Ophis menabrak Naruto yang telah diselimuti percikan petir berwarna hijau cerah. Tak berhenti sampai disitu, bola-bola lain mulai berdatangan untuk ikut membakar sang remaja iblis bersurai pirang itu hingga membuat ledakan api berbentuk pilar raksasa

Disisi lain arena pertarungan, terlihat gadis bersurai silver yang mulai mengerjapkan matanya, menampilkan sepasang manik sapphire yang begitu menawan. Setelah penglihatannya jelas, dia lalu mendudukkan badannya, kepalanya mendongak... menatap ngeri sebuah pilar api ungu kehitaman yang panasnya masih bisa ia rasakan meskipun jarak antara dirinya dengan pilar itu cukup jauh.

"Bukankah itu...api milik Ophis? Dan apa-apaan tekanan energi miliknya ini?" gumam gasis itu bertanya keheranan dengan beberapa tetes keringat yang mengalir didahinya.

["Kurasa kau benar Viola, sepertinya Ophis sedang bertarung-, tidak...lebih tepatnya Ophis sedang menyerang seseorang yang sepertinya tak sayang nyawa"]

Sebuah suara berat mengalun di kepala gadis yang dipanggil Viola itu. Itu adalah suara dari partnernya, seekor naga yang menyandang gelar sebagai salah satu dari dua Heavenly Dragon generasi terakhir

Vanishing Dragon no Albion

Mendengar jawaban dari partnernya tentu membuat Viola sedikit kaget. Hey! Siapapun orang itu pasti sangatlah bodoh karena berani mencari masalah dengan sang ketidak batasan.

Ophis adalah eksistensi yang berada di tingkatan berbeda dengan semua makhluk yang ada didimensi ini, bahkan untuk para dewa sekalipun. Dia adalah salah satu dari Three Dragon God, dewa para naga yang jika kekuatannya dibandingkan dengan naga kelas Heavenly Dragon bagaikan singa dengan tikus

Mengabaikan rasa lemas yang mendera tubuhnya, Viola lalu terbang menjauh agar tak terkena dampak dari kemarahan Ophis.

"Siapapun dirimu...kuharap kau selamat" gumamnya pelan seraya terbang menggunakan sepasang sayap mekanik berwarna biru cerah khas seorang Hakuryuukou.

Kembali ke sisi Ophis, terlihat dewi naga berwujud loli itu mengulas senyum tipis...senyum tipis yang begitu mengerikan. Dia tahu sosok yang anggapnya telah melukai Viola bukanlah sosok yang lemah. Terbukti dengan Naruto yang masih melayang dengan tubuh yang dipenuhi percikkan petir hijau cerah setelah menerima serangan yang menurut Ophis mampu membunuh satu batalyon pasukan iblis kelas tinggi dengan mudah.

Dan juga... keadaan Naruto yang masih nampak baik itulah yang membuat dewi naga itu semakin memperkuat dugaannya. Dugaan bahwa benar jika Naruto yang telah membuat Viola pingsan tak berdaya karena dia tahu...gadis setengah lucifer itu merupakan lawan yang tangguh.

Bukannya berlebihan, namun saat ini dalam hal kekuatan saat ini Viola sudah mampu memandingi salah satu jendral perang tertinggi fraksi Da-Tenshi atau malaikat jatuh yang menjadi salah satu anggota dalam organisasi yang dibuatnya.

[Line Break]

Naruto hanya bergumam pelan seraya mengulas senyuman miris khas seorang yang telah putus asa. Kalau saja dia tau jika akan terjadi seperti ini...kalau saja dia tadi tak kemari...

kalau saja...

Tunggu dulu?!

Dia tidak boleh mati disini?!

Bukankah dia masih memiliki impian untuk menjadi penerus gelar Lucifer? Bukankah dia masih memiliki keluarga yang selalu menantikan kepulangannya? Bukankah dia masih ingin melihat bagaimana adik kecilnya tumbuh menjadi seorang gadis?

'Pulanglah dengan selamat Naru-chan/Naruto/baka-otouto'

'Onii-chan...cepatlah kembali'

Dan bukankah dia masih memiliki janji yang harus ditepati?

'Jangan biarkan hati ini menunggu terlalu lama...Naruto-kun'

'Jangan lupa sampaikan salam dari Tomoe untuk oneechan diluar sana ya...Naruto-senpai~'

"Tidak tidak tidak...Aku tak boleh mati disini...aku masih memiliki banyak tanggungan yang harus dijalani...aku masih memiliki impian yang harus kuwujudkan...dan juga... aku masih memiliki janji yang harus kutepati..."

Naruto terus bergumam untuk meningkatkan semangatnya yang mulai pudar, mengabaikan tatapan membunuh yang dikirimkan Ophis

"Kepadamu yang telah menyakiti cahayaku...melukai sosok yang telah mengajari berbagai macam perasaan kepadaku...serta hendak mengambil sosok yang paling berharga bagiku..."

Tekanan energi yang sedari awal sudah meluap luap kian meningkat seiring dengan munculnya lecutan aura berwarna ungu kehitaman yang meliputi tubuh loli milik perwujudan sang ketidak batasan itu. Pulau tak berpenghuni itu mulai bergetar ketika menerima rembesan energi tak terbatas dari Ophis. Untungnya dia telah membuat kekkai yang cukup kuat sehingga tekanan energi miliknya tak menarik perhatian para makhluk supranatural lain.

Dan disisi Naruto

"Meskipun kau seorang dewi...meskpiun kau seekor naga...dan meskipun aku yakin bahwa aku yang akan kalah disini.."

Jdar Jdaar

Secara tiba-tiba beberapa awan hitam dengan kilatan listrik hijau cerah berkumpul diatas Naruto. Kilatan-kilatan petir itu secara bergantian saling menyambar tubuh Naruto sehingga membentuk semacam armor listrik dengan tingkat kepadatan yang begitu tinggi.

"Masih banyak yang harus kulalui...masih banyak yang harus kutepati...jadi..."

DEG

"DENGARKANLAH PENJELASANKU DAHULU SIALAN?!/ Kau harus mati!"

Blarr

Ledakan energi skala besar mengguncang pulau yang menjadi saksi akan pertarungan besar yang akan terjadi beberapa saat lagi. Dua aura berbeda warna-, ungu kehitaman dan hijau cerah bersinar terang untuk saling mendominasi.

Meskipun Naruto tahu bahwa mustahil baginya untuk memenangkan petarungan yang bisa dikatakan sangat tidak seimbang ini, dia tetap tidak ingin menyerah dan mati begitu saja. Setidaknya dia ingin ada sepatah dua patah kata pembelaan yang nanti akan Ophis dengar selama mereka bertarung. Dan satu-satunya cara agar mampu bertahan beberapa waktu saat melawan sang ketidak batasan adalah menggunakan wujud terkuatnya, [True Form].

Dua aura yang semula saling bersinar terang itu kini mulai meredup, menampilkan dua sosok dibalik kobaran energi tinggi yang saling menatap tajam.

Penampilan remaja pirang itu terlihat berubah ketika dia mengaktifkan [True Form]. Mulai dari empat pasang sayap iblis yang hilang, digantikan dengan sepasang sayap besar berwarna hitam kelam layaknya milik Lucifer dahulu, surai pirang yang terangkat melawan gravitasi hingga terbentuknya sebuah armor tipis yang terbuat dari petir berwarna hijau cerah khas seorang Namikaze Naruto

Viola yang melayang di salah satu sudut kekkai buatan Ophis hanya mampu terdiam dengan keringat dingin yang terus menetes membasahi wajahnya. Sungguh, dirinya benar-benar tak menyangka jika kekuatan seorang iblis yang sedang bertarung dengan Ophis mampu mencapai tingkatan ini.

[" Luar biasa...Berhasil mengaktifkan [True Form] diusianya yang masih begitu muda? Iblis Namikaze itu...kata luar biasa pun tak cukup untuk mengungkapkan pencapaiannya"]

Mendengar pujian yang terlontar dari partnernya membuat alis Viola sedikit terangkat. Aneh, tak biasanya sosok naga yang bersemayam didalam tubuhnya memberikan pujian kepada seseorang

"Mengaktifkan [True Form]? Apa maksudmu Albion? Dan juga dari mana kau tau bahwa dia adalah seorang iblis dari klan Namikaze?"

Didalam mindscape Viola, terlihat sosok naga besar berwarna putih yang sedang menyerigai. Matanya yang semula terpejam pelahan mulai terbuka, menampilkan sepasang iris berwarna biru kristal yang penuh akan intimidasi. Sungguh, iblis ini benar-benar mampu menarik minat Albion.

["Oh partnerku...sejak kapan otakmu menumpul begitu?"]

"bisakah kau serius?" ucap Viola memutar bola matanya bosan

["Ck baiklah-baiklah, akan kujelaskan semuanya. Cih, kau ini...tidak bisakah bercanda sedikit"]

Melalui mata Viola, Albion juga mampu melihat sosok Naruto dan Ophis yang dalam keadaan mode siap tepur masih saling berhadapan tanpa berniat memberikan serangan pembuka. [" Indraku mendeteksi bahwa aura yang dipancarkan oleh iblis pirang itu merupakan aura yang dimiliki seorang iblis yang baru menginjak 20 tahun. Dan juga, melihat kemahirannya dalam meggunakan elemen petir, kurasa dia adalah seorang Namikaze"]

"Hmm...Namikaze dikenal sebagai klan pengguna elemen petir terbaik di Mekai, maa~ kurasa dugaanmu mengenai dari mana dia berasal memang tepat Albion." Viola hanya menganggukan kepalanya pelan. Dia sependapat dengan Albion jika remaja iblis yang sedang melawan Ophis berasal dari salah klan yang menjadi pilar utama Mekai.

"Namun apa yang kau maksud dengan 'mengaktifkan [True Form]? Bukankah mode itu hanya bisa dilakukan oleh seorang iblis setelah mencapai tingkatan superdevil layaknya dua Maou sisicon itu?"

Albion hanya mendengus pelan, pandangannya tak pernah lepas dari sosok Naruto yang tubuhnya dibalut oleh armor petir berkonsentrasi tinggi. ["kheh~ justru itu yang membuatku tertarik Viola. Remaja itu...dia mampu mengaktifkan mode terkuat para iblis dalam usia yang begitu belia. Sungguh, demi diriku yang menyandang gelar Heavenly Dragon, iblis muda itu benar-benar membuatku tertarik]

Ujung bibir Viola sedikit demi sedikit tertarik hingga akhirnya membentuk sebuah seringai kecil. "Ara~ kau punya rasa ketertarikan juga ternyata..." gumamnya pelan seraya menatap Albion yang berrada didalam mindscapenya dengan kerlingan nakal.

["Urusai...diam dan lihat saja pertarungan itu dasar gadis uban"]

"Cih, lain kali mengacalah naga Albino"

Atensi Viola kembali terarah pada sosok Naruto yang sedari tadi selalu menggunakan elemen petir dengan warna yang aneh

"Ne Albion? Pernahkah kau mengetahui bahwa ada petir yang berwarna seperti itu?"

[Line Break]

"Ara~ boleh juga iblis kecil" ucap Ophis seraya menaikkan kedua sudut bibirnya hingga membentuk seringai kecil. "Petir hijau milikmu itu...kekuatannya sudah melampaui iblis bodoh bergelar kilat kuning yang beberapa ratus tahun lalu pernah menantangku, mesipun akhirnya dia pingsan karena merasakan tekanan kekuatanku"

Naruto sedikit menaikkan alisnya ketika mendengar julukan ayahnya disebut oleh Ophis. 'Aku tak tau kalau waktu muda Tou-san pernah melawan Ophis...Maa~ kurasa aku akan menanyakannya setelah kembali'

"Tak kusangka kalau ayahku pernah melawanmu, Ophis" balas Naruto dengan nada datar. Meskipun keadaannya terlihat baik-baik saja, pada nyatanya Naruto tak dapat menghilangkan gemetar yang terus menerus mendera tubuhnya.

'Aku tak dapat bertahan lebih dari setengah jam jika terus seperti ini. Meskipun dengan mode ini aku sudah hampir menyamai Chakura Mode milik Tou-san saat ini, namun tetap saja aku merasa tertekan. Cihh dasar naga gila?! Baru merasakan tekanan kekuatannya saja aku sudah gemetar'

Pada kenyatannya, [True Form] milik Naruto yang masih belum ia beri nama ini... kekuatannya sudah berada diatas [Human Shaped Aura of Destruction] milik Sirzech Lucifer dan hampir mencapai tingkatan yang sama dengan [Chakura Mode] yang merupakan nama dari True Form milik ayahnya, Namikaze Minato.

"Hoo~ 'ayahku?' Jadi kau anaknya si kilat kuning itu eh? Tak kusangka kali ini aku akan melawan anaknya" seringai Ophis semakin melebar ketika mendengar penuturan Naruto bahwa dia adalah anak dari sosok iblis muda dengan elemen petir berwarna kuning yang dulu pernah menantangnya bertarung. "Tapi, seperti yang kukatakan tadi, petir milikmu lebih kuat dari petir kuning milik ayahmu iblis kecil. Jadi biarkan aku tau namamu, setidaknya sebelum kau meregang nyawa nanti karena sudah berani mencelakai Viola"

Kali ini KI milik Ophis yang meningkat secara drastis. Bersamaan dengan tekanan energinya, Naruto dapat melihat siluet seekor naga raksasa berwarna putih dengan hiasan berupa kristal-kristal ungu yang sedang menatapnya dengan tajam tepat dibelakang Ophis.

'Nyawaku benar-benar diujung tanduk'

"Naruto, Namikaze Naruto, putra kedua dari Namikaze Minato dan Namikaze Kushina dan juga-" Naruto menjeda ucapannya seraya menatap Ophis dengan iris keemasan yang bersinar terang. Putra kedua lord Namikaze iu juga ikut menaikkan KI agar setidaknya bisa bertahan didalam tekanan membunuh yang dikeluarkan oleh Ophis

"Seorang iblis yang dijuluki sebagai prodigy terkuat di Mekai"

"Are? jadi kau adalah sosok yang disebut sebagai prodigy Mekai itu kah?" Ophis lalu mengangkat tangan kanannya dan ratusan lingkaran sihir tercipta tepat dibelakang tubuh loli sang ketidak batasan itu. "Bertahan dari tekanan kekuatanku yang seharusnya sudah mampu membuat ayahmu dahulu pingsan, menyamai sebagian kecil KI milikku yang mampu menjadikan iblis kelas Ultimate kehilangan kewarasannya, kaum iblis benar-benar beruntung bisa memiliki iblis sepertimu Naruto"

"Seperti itukah pemikiranmu? Kurasa keberuntungan yang kau sebutkan itu kali ini sedang tidak bersamaku Ophis" Tak mau mengambil resiko, Naruto juga ikut membuat ratusan lingkaran sihir berwarna kuning keemasan khas milik klannya.

"Kurasa kau ada benarnya Naruto, keberuntungan sedang tidak berada disisimu karena kini-," Ophis menjatuhkan tangannya dan disaat yang bersamaan, ratusan lingkaran sihir yang berada dibelakangnya memuntahkan laser-laser penghancur dengan konsentrasi tinggi. "-Kau akan merasakan kemarahan seekor naga yang seharusnya tak kau usik"

Naruto hanya menatap tak percaya melihat apa yang keluar dari lingkaran sihir milik Ophis. Itu adalah laser penghancur dengan kekuatan yang mampu meratakan sebuah daerah dengan radius beberapa kilometer.

'Hoi hoi, ini hanya serangan pembuka kan?! Kan?!'

Tak mau mati sia-sia, Naruto lalu ikut menyiapkan sihirnya guna menghadang ratusan laser penghancur milik Ophis. "Setidaknya biarkan aku bicara dahulu bakayarou" gumam Naruto seraya menembakkan anak panah yang terbuat dari petir hijau dengan jumlah tak terbatas dari lingkaran sihirnya.

[Millia Rain]

Ciuu

Kabooomm

Layaknya perayaan Hanabi, ledakan cahaya berbentuk kubah terjadi ketika dua teknik tingkat dewa itu bertemu, sebelum disusul dengan gelombang angin yang menghancurkan apapun dalam radius beberapa kilometer.

Tak mau terkena imbasnya, Naruto mengepakkan sayapnya untuk pergi menjauh hingga merasa aman dari jangkauan gelombang angin yang terbentuk akibat salah satu teknik tertingginya bertemu dengan serangan pembuka milik Ophis.

Berbeda dengan Naruto, Ophis nampak tak bergerak se inchi pun dari posisi awalnya. Naga loli itu hanya menggerakkan kedua lengannya membentuk huruf X guna menahan hempasan gelombang angin

Sementara itu, disisi penonton, terlihat Viola yang tubuhnya bergetar, iris shappirenya membola tak percaya ketika melihat efek yang ditimbulkan oleh sihir yang dikeluarkan Naruto.

"Sihir itu...efeknya mampu menyamai [Longinus Smasher] dalam tahap sempurna yang bahkan hanya bisa kulakukan sekali dalam pertarungan" Gadis itu lalu mengaktifkan balance breaker untuk membantu tubuhnya agar tak terbebani dikarenakan efek dari tekanan energi serta KI milik Ophis, meskipun jaraknya dengan arena pertarungan sudah cukup jauh, sekitar 20 kilometer

Setelah beberapa saat berlalu, efek dari ledakan mulai mereda. Menampilkan sebuah kawah dengan diameter mencapai 5 km yang terbentuk tepat dibawah dimana dua serangan tingkat dewa bertemu.

Ophis mengeryitkan dahinya ketika penglihatannya sama sekali tak menemukan sosok iblis yang baru saja membuatnya takjub. 'Tewaskah?' batin dewi naga itu sembari terus menggerakkan bola matanya, mencoa mencari keberadaan Naruto. 'Tapi tidak mungkin semudah ini, aku masih dapat merasakan energinya, namun dimana?'

Secara tiba-tiba, instingnya berteriak ketika sebuah kilatan hijau muncul tepat disampingya, menampilkan sosok Naruto yang membawa sebuah bulatan hitam seukuran bola sepak.

"Apa yang kau cari! naga sialan?!" teriak Naruto seraya menghantamkan bulatan hitam yang dia bawa kearah bagian samping kepala Ophis. "Makan ini?!"

[Rasenringu]

Duarr

Kembali, ledakan cahaya berwarna putih terjadi setelah Naruto menghantamkan bulatan hitam yang ia bawa kearah bagian samping kepala Ophis. Namun setelah beberapa detik berlalu hingga efek ledakannya menghilang, Naruto kembali membulatkan matanya tak percaya ketika salah satu sihir tingkat atas yang dia miliki dapat ditahan Ophis hanya dengan satu tangan, satu tangan ?!

'Dia benar-benar sang ketidakbatasan'

Naruto yang hendak pergi terpaksa meneguk ludahnya kasar ketika tangan kanannya yang semula ia gunakan untuk menghantamkan [Rasenringu] sedang dicengkram Ophis dengan begitu eratnya.

Tersenyum kecil, Ophis lalu mengkonsentrasikan energinya hingga kini kepalan tangan mungilnya mulai diselimuti pendar energi kehitaman dengan tingkat konsentrasi yang begitu tinggi. Keringat dingin yang sedari tadi tak berhenti menetes semakin mengucur deras membasahi dahi serta wajah Naruto. Iblis muda itu dapat membayangkan kehancuran yang terjadi jika kepalan tangan mungil berbalut energi kehiataman itu menyentuh sesuatu

'Sialan'

Mencoba menecegah kepalan tangan Ophis agar tak mengenai tubuhnya, Naruto mengarahkan kaki kirinya pada bagian kanan dari kepala Ophis dengan sekuat tenaga.

Swush

Dengan reflek yang luar biasa tinggi, gadis kecil itu menundukkan kepalanya, membuat tendangan Naruto hanya mengenai angin belaka. Melakukan gerakan sederhana dengan tangan kirinya, Ophis membalikkan Naruto dan mengunci pergerakan iblis muda Namikaze itu

"Ini balasanku"

Buakhh

'Guahh'

Dengan tanpa belas kasi Ophis menghantamkan kepalan tangan kanannya kearah punggung atas remaja itu. Karena kuatnya hantaman Ophis, hempasan angin skala besar tercipta dari dada Naruto yang sepertinya telah hancur bagian dalamnya.

Rasa sakit yang amat sangat mendera dada Naruto. Darah mulai menyeruak, memenuhi kerongkongan remaja itu, hingga akhirnya terpakasa ia muntahkan dalam jumlah yang tak sedikit. Meskipun tubuhnya telah ditutupi oleh armor petir, pada nyatanya pukulan Ophis jauh lebih kuat dari seluruh pukulan yang pernah ia terima.

Melepaaskan cengramannya, Ophis membiarkan tubuh terkulai Naruto jatuh tak berdaya. Naga itu kembali dibuat kagum ketika mengetahui bahwa Remaja blis bernama Naruto itu masih dapat mengirup nafas setelah menerima kepalan tangan yang dapat menghancurkan sebuah gunung dalam sekali pukul

Namun, seperti perkataanya tadi, Ophis akan tetap membunuh Naruto. Dia sudah berjanji akan membalas apa yang telah dilakukan iblis muda itu terhadap sosok yang paling berharga bagi dirinya. Karena bagi diri Ophis, Viola sudah dia anggap sebagai keluarga atau bahkan lebih dari itu.

Viola lah yang telah mengajarkannya apa arti hidup. Mengajarkannya apa itu marah, senang, sedih dan segala macam perasaan yang selama ini belum pernah ia rasakan. Bersama Viola, Ophis bisa merasakan apa arti keluarga, dan bersama Viola, Ophis dapat merasakan sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata.

Karena itu..Ophis tak akan diam saja ketika beberapa waktu lalu dia merasakan energi Viola yang semakin menipis. Tanpa menunggu waktu, gadis loli itu langsung membuka celah dimensi guna berteleport ketempat dimana Viola berada.

Namun apa yang dia lihat saat itu? Seekor iblis kecil sedang berada didekat tubuh tak berdaya milik Viola dan itu membuatnya marah. Ophis marah ketika mengetahui Viola terluka, Ophis marah ketika mengetahui Viola disakiti dan hanya satu hal yang merupakan balasan bagi mereka yang telah berani melukai satu-satunya orang yang telah Ophis anggap sebagai keluarga

"Kematian"

Ophis bergumam pelan seraya megggerakkan kedua tangannya keatas. Dari ketiadaan, muncul sebuah bola api berwarna ungu kehitaman yang ukurannya semakin besar setiap detiknya. Naga itu terus menambahkan intensitas energinya, sebelum berhenti ketika ukuran bola api itu mencapai diameter 1 kilometer dengan suhu menyentuh angka dua juta celcius.

Dari kejauhan, Viola dapat menyaksikan sebuah miniatur matahari berwarna gelap tepat diatas tubuh loli milik Ophis.

["Cepat pergi kalau kau tak ingin terkena imbasnya Viola"] Albion sedikit berteriak memperingati partnernya ketika merasakan betapa kuatnya energi dari miniatur matahari yang diciptakan Ophis.

"Ne Albion, apa kau tahu apa yang menyebabkan Ophis marah?" bukannya menciptakan lingkaran sihir teleportasi untuk pergi, Viola malah menggumamkan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul dibenaknya. Gadis itu sedikit bingung melihat perilaku Ophis yang sepertinya sedikit berlebihan. Aneh memang, namun Viola yakin belum pernah melihat Ophis semarah ini.

["Apa yang kau tanyakan bodoh?! Tentu saja dia marah karena remaja itu berada didekatmu ketika kau pingsan tadi. Bukankah sedari awal sudah kukatakan bahwa Namikaze muda itu benar-benar tak beruntung?!"]

Mendengar jawaban dari partnernya membuat gadis bersurai keperakan itu terdiam.

'Hm...Ophis melihat iblis itu berada didekatku ketika aku pingsan tadi... Masaka? Mungkinkah?!'

Secara tiba-tiba tubuh Viola menengang, iris shappirenya melebar ketika sebuah jawaban melintas diotaknya.

"A-Albion? Mungkinkah ini hanya sebuah kesalah pahaman?"

["He? Apa maksudmu Viola?"]

"Mungkinkah dia hanya ingin mengobatiku yang sedang pingsan, namun Ophis malah mengira jika dia yang telah melukaiku?"

["Mungkin perkataanmu ada benarnya juga. Memang saat kau pingsan tadi aku merasakan hawa kehadirannya sehingga aku berniat mengambil alih tubuhmu guna berjaga-jaga. Namun niat itu kubatalkan setelah sensorku tidak mendeteksi hawa jahat yang seharusnya terpancar dari tubuhnya ketika mengetahui seorang Lucifer sedang terkulai lemah tak berdaya"]

Dan pada saat itu juga, rasa bersalah mulai memenuhi diri Viola. Dengan sekuat tenaga dia terbang menuju kearah Ophis yang mulai menjatuhkan miniatur matahari buatannya.

["Oi oi, kau mau kemana gadis bodoh?!"]

"Urusai na Albion. Sedari kecil okaa-sama selalu berpesan kepadaku bahwa kebaikan harus dibalas dengan kebaikan. Namikaze itu sudah mencoba untuk menolongku, jadi biarkan aku membalas kebaikannya. Aku tak mau mengecewakan okaa-sama dengan mengabaikan pesannya"

Albion sedikit terhenyak mendengar kesungguhan yang dilontarkan Viola. Meskipun jarang, terkadang Viola masih menampakkan sisi baiknya terhadap orang lain.

Naga putih itu tersenyum tipis, dia lalu mentransferkan energinya untuk melindungi tubuh Viola dari tekanan yang dikeluarkan Ophis. ["Kheh, kalau begitu lakukan pesan dari okaa-sama mu itu, hanya ini yang dapat kuberikan karena tubuhmu belum mampu menerima lebih banyak Mana lagi"

"Ini sudah lebih dari cukup, partner"

[Line Break]

"Namamu akan selalu kukenang, Namikaze Naruto"

Ophis lalu menurunkan kedua tangannya dan bersamaan dengan itu, bola api dengan suhu luar biasa panas itu jatuh kearah tempat dimana Naruto terbaring tak berdaya

Namun naga loli itu sedikit menyipitkan matanya ketika merasakan energi Viola berada dibawahnya, atau lebih tepatnya dibawah miniatur matahari itu. Selaang beberapa saat, iris hitamnya membola, tubuhnya bergetar tak percaya ketika mendengar sebuah suara mekanik yang memperkuat duagannya bahwa Viola sedang berada tepat dijalur jatuhnya bola api miliknya

Divide] 10x

Miniatur matahari itu sedikit mengecil ketika Viola berhasil membagi kekuatannya

"APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI VIOLA ?!"

Ophis berteriak tak paham melihat perilaku aneh Viola. Bukankah iblis itu yang melukai Viola? Namun mengapa gadis setengah Lucifer itu malah terlihat seperti melindunginya

"KAU SALAH PAHAM OPHIS!" Viola berteriak seraya terus mencoba untuk membagi miniaur matahari yang tinggal dua ratus meter diatasnya. "REMAJA INI, DIA HANYA INGIN MENOLONGKU?!"

Teriakan Viola membuat Ophis terdiam. Lidahnya kelu ketika mengetahui bahwa dirinya telah menyerang seseorang yang hanya ingin menolong keluarganya. Viola telah mengajarkan bagaimana cara berterimakasih dan membunuh bukanlah suatu cara untuk mengungkapkan itu.

"MENYINGKIR DARI SANA ATAU KAU AKAN TEWAS VIOLA?!"

Viola hanya menggelengkan kepalanya pelan. "AKU...AKU TAK AKAN MEMBIARKAN SESEORANG YANG TELAH MENCOBA UNTUK MENOLONGKU MATI, KARENA DAHULU OKAA-SAMA SELALU BEREPESAN KEPADAKU-

-UNTUK SELALU MEMBALAS KEBAIKAN ORANG LAIN"

Miniatur matahari itu tinggal beberapa puluh meter sebelum mengenai tubuh Viola, namun gadis itu masih belum beranjak dari tempatnya

"Tidak..tidak...tidak...Kumohon menjauhlah dari sana Viola!"

Gumam lirih Ophis yang tak dapat didengar oleh Viola. Tubuhnya bergetar dan pikirannya kalut ketika mengetahui bahwa kesempatan Viola untuk selamat semakin menipis. Dengan sekuat tenaga dia mencoba untuk turun guna menyelamatkan satu-satunya orang yang telah ia anggap keluarga

Namun naga loli itu terpaksa mengurungkan niatnya ketika tiba-tiba bola api miliknya diselimuti cahaya hijau keputihan

Beberapa detik sebelum itu

["sudah cukup Viola, armormu tidak mampu menerima tambahan energi lagi"] uajr Albion dengan nada khawatir ketika sedari tadi partnernya tidak berhenti untuk mencoba mengurangi ukuran miniatur matahari yang beberapa detik lagi dapat dipastikan membakar tubuhnya

"Ugh, meskipun begeitu aku tetap tidak akan menyerah"

[Divide]

Krakk

Retakan demi retakan mulai muncul diarmor putih yang menyelimuti tubuh Viola. Namun, kendati demikian, gadis bersurai keperakan itu tetap tidak ingin berajanjak dari tempat dimana dia melayang barang se inchi pun. Viola tak ingin ada yang meregang nyawa hanya karena mempunyai sebuah niat baik terhadapnya.

["MENYINGKIR ATAU KAU BENAR-BENAR AKAN KEHILANGAN NYAWAMU, VIOLA!"]

Teriakan demi teriakan selalu Albion lantunkan ketika mengetahui bahwa ukuran matahari itu terlihat sama sekali tak mengecil. Meski benci mengakuinya, namun Viola Lucifer adalah sosok partner dan inang yang selama ini ia nantikan.

Semenjak pertama kali disegel dalam sebuah artefak bernama Sacred Gear, gadis ini adalah inangnya yang pertama kali menyebutkan bahawa dia ingin berteman dengan Albion, berbeda dengan inang-inang sebelumnya yang hanya menginginkan sebuah kekuatan semata. Maka dari itu, Albion benar-benar tidak ingin Viola harus meregang nyawa dalam waktu yang sesingkat ini.

[Divi-]

"Apa yang kau lakukan, dasar gadis bodoh"

Sebuah suara menginterupsi Viola dan Albion. Secara tiba-tiba, pandangan Viola dienuhi oleh sepasang sayap hitam kelam bak seorang Lucifer yang sesekali memercikkan petir berwarna hijau cerah.

"K-kau?!"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba tubuh Viola terpental kebawah akibat ledakan petir skala raksasa yang terpusat pada diri Naruto.

Mengetahui bahwa Viola sudah ada pada jarak aman membuat Naruto menyunggingkan senyumnya. Perlahan dia mengkonsentrasikan seluruh petir yang telah ia ciptakan pada kedua telapak tangannya yang saling berhadapan didepan dada.

Sebuah bulatan hijau keputihan sebesar bola tenis tercipta didepan dada Naruto

[Lightning Sparkle : Absolute Prison]

Naruto lalu mendorong kedua tangannya kedepan dan seketika bulatan berwarna hijau keputihan itu bertranformasi menjadi sebuah laser listrik dengan tegangan milyaran volt. Laser itu lalu menyelimuti bola api raksasa diatasnya hingga matahari buatan Ophis itu terbalut sepenuhnya

Waktu kini

Ciuuu

"Aku...AKU TIDAK AKAN KALAH SEMUDAH INI SIALAN?!"

Diameter matahari buatan Ophis yang telah diselimuti petir milik Naruto secara bertahap mesyusut hingga seukuran bola basket, kemudian meledakkan cahaya keputihan yang menerangi seluruh penjuru pulau.

Beberapa waktu berlalu hingga ledakan cahaya yang ditimbulkan oleh teknik yang merupakan kartu As milik mulai Naruto meredup, menampilkan kondisi pulau yang sedikit berantakan.

Naruto melayang dengan [True Form] yang telah tak aktif hanya menampilkan raut wajah penuh kelegaan. Dia benar-benar tak menyangka bisa mengantisipasi sebuah serangan yang dapat membumihanguskan pulau itu dalam sekejap. Namun, dalam jeda waktu yang sangat sedikit, raut wajah penuh kelegaan itu berganti menjadi raut wajah menahan sakit ketika tiba-tiba Naruto merasakan nyeri yang amat sangat mendera dadanya

"Ohhok"

Darah dengan jumlah yang tak sedikit berhasil Naruto muntahkan. Remaja itu perlahan kehilangan tenanganya sehingga mau tak mau dia harus merasakan kembali jatuh dari ketinggian ratusan meter.

'Ugh, sepertinya aku terlalu memaksakan teknik itu. Meskipun telah meminum air mata Phoenix, luka yang ditimbulkan oleh pukulan Ophis benar-benar parah'

Namun, tepat beberapa meter sebelum menyentuh tanah, tiba-tiba tubuhnya terasa ringan. Mata yang semua terpejam itu perlahan terbuka, menampilkan sepasang iris keemasan yang nampak sayu.

"Bertahanlah sebentar lagi"

Sebuah suara feminim menginterupsi pendengarannya. Mencoba memfokuskan cahaya yang masuk melewati retinanya, Naruto dapat melihat seseorang dengan armor putih yang sedang menggendongnya.

Perlahan Viola menyandarkan tubuh lemah Naruto pada sebuah pohon yang tidak terkena imbas petarungan dari dua sosok superior yang baru saja terjadi. Tangan kanannya ia gunakan untuk membuat lingkaran dimensional magic, lalu mengeluarkan sebotol kecil air mata Phoenix. Setelah membuka tutupnya, Viola lalu menyodorkan botol kecil itu kearah Naruto.

Ophis yang baru saja tiba hanya mengulas senyum lembut ketika mendapati keadaan korban kesalahpahamannya perlahan membaik akibat air mata Phoenix yang baru saja Viola berikan.

"Ah, arigatou, aku benar-benar merasa tertolong, Hakuryuukou" ucap Naruto seraya menatap Viola yang masih terbalut armor putih dengan senyum tipis. Sebenarnya dia masih punya cadangan air mata phoenix didalam sihir penyimpanannya, namun Naruto merasa tak enak jika harus menolak pemberian sosok yang telah menolongnya.

Menghilangkan armor yang menutupi tubuhnya, Viola lalu membalas senyum Naruto dengan raut wajah yang sepertinya sedikit menahan lelah. Maklum, keadaan Viola sedari awal memang tidak prima, ditambah lagi beberapa saat lalu dia harus memaksakan tubuhnya untuk menyimpan energi matahari Ophis meskipun hanya sementara. "Daijoubu, Namikaze-san, justru sayalah yang harus berterimakasih kepada anada, karena anda sudah menyelamatkan nyawa saya"

'Formal sekali, jauh berbeda dengan Tomoe'

Sebuah suara derap langkah menginterupsi percakapan dua remaja iblis itu. "Sungguh, aku benar-benar meminta maaf atas apa yang telah kuperbuat padamu, Naruto" ucap Ophis seraya mendekati remaja bersurai pirang itu. "Aku benar-benar gegabah, menuduhmu melakukan suatu hal yang tak pernah kau lakukan." Setelah sampai didepan Naruto, naga berwujud gadis loli itu membungkukkan badannya. "Karena itu, aku benar-benar meminta maaf "

Melihat sang ketidakbatasan membungkuk didepannya tentu membuat Naruto merasa tak nyaman. Remaja itu lalu mengibasakn tangannya didepan wajah seraya tertawa canggung. "Maa~ kau tak perlu membungkukkan badanmu Ophis. lagipula aku dapat memahami apa yang kau rasakan, jadi tak perlu meminta maaf sampai merendahkan harga dirimu sebagai perwuudan dari Infinite Dragon God"

Mendengar permintaan maafnya diterima membuat mau tak mau Ophis mengulas senyum senang."Arigatou, kau benar-benar iblis yang baik Naruto"

"Bukan masalah." Naruto lalu membenarkan posisi duduknya sehingga iris keemasannya beradu pandang dengan iris shappire milik Viola. "Lagipula aku memiliki beberapa hal yang harus kupastikan dengan keluargamu, Ophis." Viola dan Ophis hanya mengernyitkan dahinya ketika melihat senyum misterius yang terpasang diwajah tampan Naruto

"Jadi..apa kau mengenal seorang gadis bernama Tomoe Lucifer, Hakuryuukou?"

Dan didetik itu juga, jantung Viola seakan berhenti berdetak. Gadis itu hanya memandang Naruto dengan tatapan tak percaya.

"Ba-bagaimana bisa k-kau mengetahui adikku?"

[Flahback End]

Naruto terhenyak mendengar penuturan dari gadis didepannya. Iris keemasannya menatap tak percaya kearah Viola yang sedang tersenyum manis, meski lelehan air mata tak pernah berheti membasahi telapak tangannya yang menempel dipipi gadis itu.

"A-aku tak ingin latihan s-senpai terhenti"

Naruto tetap tak bergeming meski kini Viola sedang mengamit telapk tangannya dengan lembut. Perlahan isakan gadis setengah Lucifer itu mereda, sehingga Naruto dapat dengan jelas mendengar ucapan demi ucapan yang keluar dari bibir Viola.

"Sungguh, aku sangat tau apa yang menjadi impian senpai, menjadi penerus Lucifer bukan?" Viola lalu memindahkan telapak tangannya kearah punggung pemuda Namikaze itu. Dia memeluk Naruto dengan lembut. "Lalu apa jadinya jika senpai tau diri senpai dikhianati? Senpai pasti akan menghentikan latihan yang senpai jalani lalu kembali ke Mekai degan segera bukan?" Perlahan Viola mulai memejamkan matanya dengan kepala yang tersandar pada bahu Naruto.

Benar yang dikatakan Viola, Naruto pasti akan kembali, tak peduli apapun alasannya ketika mendengar suatu hal terjadi pada Rias. Mekipun jika satu tahun terakhir masa pelatihan Naruto adalah masa dimana dia melatih penggunaan senjata tangan kanan Tuhan, Kariel

"Aku tau senpai sangat sensitif jika mengenai keluarga ataupun orang-orang terdekat senpai. Namun, sungguh...Viola tak ingin jika senpai bersanding dengan wanita Gremory itu. Viola tak rela jika mengetahui senpai terus menerus dikhianati, karena Viola yakin, meskipun saat itu Viola mengatakan kebenaran ini, senpai tetap lebih mempercayai mantan tunangan senpai itu"

"Viola memang egois, namun sekali lagi...sungguh, Viola hanya menginginkan yang terbaik untuk senpai. Viola hanya ingin senpai memiliki pasangan yang benar-benar baik, meskipun itu bukan diri Viola sendiri, karena Viola tau bahwa-

Cinta tidak harus memiliki"

Perlahan wajah Naruto melembut, bibirnya mengulas senyuman kecil yang begitu menawan. Dengan penuh perasaan, tangan kirinya yang terbebas ia gunakan untuk membalas pelukan Viola, sementara tangan kanannya dengan lembut membelai surai keperakan milik gadis setengah Lucifer itu.

"Dia adalah gadis yang baik, bukan begitu Naruto?"

Sebuah siluet muncul dari robekan dimensi yang tercipta tepat disampin Naruto. Dari robekan dimensi itu keluar sosok gadis loli berpakaian santai dengan senyuman kecil menghiasi wajahnya.

"Kau benar Ophis, dia gadis yang amat baik"

Ophis lalu mendudukkan dirinya tepat disamping Naruto yang masih setia memberikan perlakuan hangatnya kepada Viola. "Hei? tahukah kau bagaimana reaksi pertamakali Viola ketika mengetahui bahwa tunanganmu telah mengkhianatimu?"

"Hm? Apa maksudmu? Kurasa tadi dia sama sekali tidak membicarakan tentang itu"

Helaan nafas sedikit dikeluarkan Ophis ketika mendengar jawaban Naruto. "Sudah kuduga. Dia hanya tidak ingin kau khawatir"

"Jadi, bisa ceritakan padaku? Kau tentu tak akan membuatku penasaran bukan?"

"Tentu saja, tanpa kau minta pun aku pasti akan menceritakannya," jawab Ophis lalu memulai ceritanya. Sebuah pengalaman tentang betapa marahnya seorang Hakuryuukou ketika mengetahui bahwa salah satu sosok yang paling berharga baginya disakiti.

Untuk yang kesekian kali, Naruto kembali terhenyak. Perlahan dia lalu memindahkan posisi tubuh Viola sehingga kini berada dalam gendongannya. "Aku benar-benar tak menyangka jika kau akan semarah itu, Viola" gumam Naruto menatap wajah damai milik Viola yang sedang terlelap

"Dengar Naruto" Robekan dimensi lalu tercipta tepat disamping Ophis yang mulai berdiri. Iris hitamnya menatap serius kearah Naruto yang mengehntikan langkah karena mendengar panggilannya. "Viola telah mengalami masa-masa yang begitu sulit dan penuh akan kenangan buruk, jadi jangan pernah menambahnya lagi" secara perlahan tubuh Ophis terhisap dalam robekan dimensi yang dia gunakan sebagai media berpindah

Raut penuh percaya diri terukir di paras tampan Naruto. Dengan tersenyum, dia sedikit menggerakkan ekor matanya menghadap Ophis yang semakin lama semakin menghilang. "Heh, tentu saja, kau bisa percaya padaku, Ophis"

Wajah Ophis melunak, bibirnya melengkung keatas, membentuk sebuah senyuman kecil yang begitu manis. Naga itu bersyurkur. Dia sangat bersyukur karena kini, sosok yang telah dia anggap sebagai keluarga telah menerima kebahagiaannya sendiri.

"Kamar Viola terletak disebelah dapur"

Dan Ophis benar-benar menghilang, meninggalkan Naruto yang mulai beranjak pergi menuju pintu masuk mansion.

[Line Break]

"Sekarang kita mulai latihannya"

Seru Naruto seraya membalikkan badan sehingga pandangannya beradu dengan tujuh sosok didepannya.

"Oke, kali ini aku akan berlatih bersama Viola di sisi timur." Telunjuk Naruto terarah pada sebuah danau berukuran luas yang dikelilingi dengan padang rumput serta pepohonan yang cukup rindang. "Sementara yang lain akan berlatih bersama Ophis dan Azazel disisi barat. Ada pertanyaan?"

Yah, sebenarnya kini Naruto dan peeragenya beserta Ophis dan Azazel sedang berdiri disebuah padang rumput amat luas yang dihiasi berbagai macam fenomena alam lain. Meskipun ini hanyalah sebuah dimensi buatan milik Azazel, namun hasilnya tak kalah indah dengan yang asli.

Mengingat bagaimana caranya membujuk Azazel agar mau meminjamkan salah satu penemuan terbaik miliknya ini mau tak mau membuat Naruto sedikit mengulas senyum geli.

"Tidak bisa Naruto, ini masih belum sempurna. Lagipula jika kau berlatih disana kerusakan yang ditimbulkan pasti akan merepotkan"

Mendengar keluhan Azazel membuat Naruto mau tak mau harus menggunakan sebuah bujukan. Dengan cepat dia menciptakan sebuah bulatan hitam seukuran bola takraw dengan beberapa cincin petir kehijauan yang mengitarinya

"Masih tidak bisa? Atau kau mau Grigori luluh lantak diterjang badai petir milyaran volt?"

Azazel hanya bisa meneguk ludahnya kasar. Sedikit keringat menetes didahinya ketika melihat bulatan hitam yang melayang indah diatas telapak tangan tangan iblis Namikaze didepannya yang tengah memasang senyum ramah. Tak mau tempat tinggalnya diratakan, gubernur itu hanya menganggukkan kepalanya lemah

"Yosh, senang mendengarnya gubernur-dono"

Atensi Naruto teralihkan pada seorang gadis kecil bersurai pirang yang nampak mengacungkan tangannya. "Ano...kenapa Naruto-nii hanya berlatih bersama Viola-nee ?"

Naruto hanya mengulas senyuman miterius ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan Le Fay. "Hmm...nii-san ingin menciptakan hal baru bersama Viola, Le Fay-chan. Jadi kalian tidak boleh ikut oke?"

Blush

Sontak hampir semua wajah yang mendengar penuturan Naruto memerah. Itu karena kalimat ambigu yang Naruto lontarkan benar-benar bisa menimbulkan presepsi ganda

"Uwaaa, Asia masih terlalu muda untuk menjadi bibi?!"

Asia sedikit terpikik sembari menangkup kedua pipi putihnya yang merona. Pandangannya bergantian menatap kakaknya yang nampak terkejut melihat reaksinya dan 'calon' kakak iparnya yang malah nampak lebih terkejut lagi.

"A-ano, kurasa Asia-chan ada b-benarnya s-senpai. A-aku m-masih belum siap u-untuk melakukannya, a-apalagi di tempat se-seperti ini," cicit Viola yang sesekali melirik Naruto dengan wajah yang dihiasi rona merah pekat. Kedua tangannya disatukan didepan dada dengan posisi jari telunjuk yang nampak beradu. Sebuah perilaku khas serang gadis pemalu yang sangat jarang dikeluarkan oleh Viola Lucifer

'k-kawai ugh'

Menggelengkan kepalanya, Naruto hanya sedikit berdehem pelan guna menormalkan detak jantungnya yang sempat tak terkendali. Sungguh, baru kali ini dia merasakan sebuah sensaasi yang dinamakan 'malu' ketika bersama seorang gadis. Memang sebelum-sebelumnya doia sering merasakan ini ketika sedang bersama Rias. Namun itu sudah terjadi sangat lama sekali, sebeluum dia pergi meninggalkan Mekai untuk melakukan pelatihan

Sebagai seorang iblis yang dianugrahi ketampanan dan kekuatan yang bisa dikatakan berlebihan, sudah banya kaum perempuan yang menaruh hati pada seorang Namikaze Naruto. Baik itu dari kalangan manusia maupun makhluk supernatural dengan status sosial yang amat tinggi.

Seorang putri yang menjadi kandidat ratu elf, Emilia

Putri sulung Ulther Pendragon yang sekaligus menjadi kakak dari Arthur, Altria Pendragon

Gadis vampir pemilik Longinus dan merupakan putri dari Lord Tepes, Valerie Tepes

Namun semua perasaan mereka terpaksa Naruto tolak karena dulu dia telah memiliki seorang tunangan yang selalu menanti kepulangannya, meski sekarang semua itu hanya tinggal kenangan.

"A-apa yang kalian katakan hah?! A-aku hanya ingin melatih V-V-Viola untuk menstabilkan penggunaan Youki serta Mana dari Albion saja?!" Dalam hati, Naruto merutuki lidahnya yang entah kenapa bisa mengeluarkan kalimat terbata seperti itu. Sungguh, dirinya tak menyangka bahwa ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya bisa menimbulkan kesalahpahaman seperti ini"L-lagipula mengapa kalian masih disini? Bukankah sudah kukatakan untuk bersegera?"

Semua hanya mengangguk paham, meski sedikit kecewa ketika mendengar penuturan Naruto. Tak banyak berkomentar lagi, mereka lalu berpencar menuju tempat yang sebelumnya telah dijelaskan Naruto

Di sisi Ophis dan Azazel

"Bikou dan Kuroka akan berlatih bersamaku, sedangkan yang lain bersama gubernur, ada yang keberatan?"

Melihat semua menggeleng membuat Ophis tersenyum kecil. "Bagus, ayo buat King kalian bangga?!"

"""Ha'i?!!"""

Di sisi Naruto

Suasana canggung menyelimuti sepasang iblis yang terlihat terbang menuju danau tempat mereka akan berlatih.

'Sialan?! Suasana macam apa ini?! Aku benar-benar tak tahan'

Batin Naruto berteriak. Remaja itu sedikit mencuri pandang kearah Viola yang tebang dengan empat pasang sayap iblis miliknya. Aneh, padahal gadis itu lebih suka menggunakan sayap dari Longinusnya dari pada menggunakan sayap iblis. Namun, ketika pandangan mereka bertemu, kedua iblis itu hanya bisa memalingkan muka dengan wajah memerah.

Didalam mindscape Viola, nampak Albion yang sedang berbaring menatap Viola dengan seringai khas miliknya. Sebenarnya naga itu tidaklah bodoh untuk mengetahui situasi yang Viola alami, namun dia lebih suka mendengar penuturan langsung dari inangnya.

["Hooo, coba lihat apa yang kita dapat disini...seorang Viola Lucifer yang tengah merona malu"]

"Urusai na?! sebenarnya apa yang aku katakan tadi?! Viola no baka?!" Viola menghenntakkan kakinya kesal pada lantai mindscape miliknya. Sungguh, dia sendiri bingung mengapa tadi dirinya bisa menympulkan penuturan senpainya menjadi hal yang amat memalukan. Suasana yang sedari awal sudah sedikit canggng akibat ungkapan perassaan Viola ketika di mansion kini terasa semakin canggung.

["Sudahlah, lama kelamaan pasti akan kembali seperti biasa"]

Mereka lalu berhenti ketika sampai tepat diatas danau. Naruto membalikkan badannya menatap Viola, begitu juga Viola yang ikut mebalikkan badan sehingga kedua iris saling beradu.

"Vi-Vio-"

"A-ano"

Dua iblis itu kembali mengalihkan pandangan masing masing. "S-sebaiknya se-senpai dahulu" ucap Viola memberanikan diri menatap Naruto yang tengah menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Baiklah." Naruto menarik nafasnya dalam seraya memejamkan mata. Suasana canggung yang sedari tadi mereka rasakan setika menjadi berat dan lebih serius setelah Naruto membuka matanya, menampilkan iris keemasan yang tak bisa berhenti untuk Viola kagumi. "Ne Viola? Pernahkah kau berpikir untuk menjadi setengah naga?"

Viola terdiam. Meski sebenarnya dirinya sedikit terkejut dengan kalimat yang dilontarkan Naruto, tetapi Viola menahan dirnya untuk tidak langsung bertanya. Dia tahu bahwa masih ada yang ingin disampaikan oleh iblis muda yang kini telah menjadi Kingnya itu.

"Tadi, saat kau tidur, Albion sempat mengambil alih tubuhmu dan berkata padaku bahwa dirinya ingin benar-benar menyatu denganmu, menjadikanmu sebagai seorang setengah naga."

Naruto mengingat beberapa saat lalu ketika dirinya mengantarkan Viola kembali kekamar untuk beristirahat setelah mengalami sedikit konflik emosi dengannya.

Namun, ketika hendak pergi meninggalkan kamar Viola, Naruto harus tersentak kaget ketika mendapati tubuh Viola yang tiba-tiba bangun dengan mata biru tanpa pupil yang bersinar terang

[Flasback]

["Iblis muda Namikaze Naruto, ada yang ingin kubicarakan denganmu"]

Tiba-tiba suara Viola menjadi berat. Auranya-pun berubah menjadi lebih mencekam dari biasanya. Dari perubahan itulah, Naruto dapat mengambil kesimpulan bahwa saat ini Albion sedang mengambil alih tubuh Viola

Meembalikkan badannya, Naruto lalu mendekati sosok Albion yang sedang berada dalam tubuh Viola. "Sebelumnya, senang dapat berbicara lagi dengan anda, Albion-san. Namun ada apa gerangan sehingga diri anda mengedalikan tubuh dari Queen saya?"

Albion sedikit menekuk alisnya kesal. Terlalu formal, nada serta bahasa yang Naruto gunakan membuat dirinya merasa tak nyaman. Sebagai seekor Heavenly Dragon, Albion tentu memiliki harga diri yang sangat tinggi, namun ketika dia sedang bersama Naruto, Albion dapat merasakan harga dirinya ditekan oleh kharisma yang dikeluarkan putra kedua lord Namikaze itu. Lagipula ini bukan pertama kalinya dia berbicara dengan iblis itu

["Berhenti bersikap formal kepadaku, Naruto, aku tak nyaman dengan itu"] Abion lalu menepuk bagian kasur disampingnya dengan telapak tangan Viola, tanda mempersilahkan Naruto untuk duduk. ["Duduklah, ada hal penting yang ingin kusampaikan denganmu"]

Mendengar itu membuat Naruto tersenyum kecil. Dia lalu menggerakkan kakinya mendekati kasur berukuran besar milik Viola, kemudian mengambil posisi duduk tepat disamping Albion. "Jadi? Ada perlu apa hingga kau mengambil alih tubuh Viola? Kurasa ada hal penting yang ingin kau sampaikan mengngat betapa malasnya dirimu"

Naga itu hanya mendecih mendengar ejekan yang dilontarkan Naruto. Sedikit memutar badannya, Albion mengambil posisi saling berhadapan dengan iblis muda itu. ["Dengar Naruto, aku ingin mengubah Viola menjadi setengah naga, dengan kata lain, aku akan memasukkan kepingan jiwa milikku dalam tubuh gadis ini"]

Naruto hanya menganggukkan kepala. Sebenarnya dirinya sedikit terkejut ketika mendengar penuturan Albion, namun dalam sekejap dia dapat memahami apa maksud yang sebenarnya yang naga surgwi itu inginkan.

"Aku tak keberatan dengan itu, namun bagaimana caramu meyatukan Mana dengan Youki yang mengalir dalam tubuh Viola?" Sebagai setengah iblis dan juga Hakuryuukou, Viola tentu memiliki Youki dan Mana yang sering dia gunakan secara bergantian. Namun, jika Albion mengatakan bahwa dia ingin menyatukan kepingan jiwanya dalam tubuh Viola, tentu aliran [mana] dan [youki] akan saling bertubrukan.

["Kau tak perlu khawatir, biar aku yang mengurus itu"] Albion lalu mulai memejamkan mata sebagai tanda waktu pengendalian tubuh Viola semakin menipis.["Yang terpenting, bawalah Viola kedaerah yang luas dan sepi"]

Mendengar itu membuat Naruto mengangguk kecil. Di satu sisi da senang bahwa Queennya akan menjadi makhluk setengah naga yang secara otomatis akan menambah kekuatan tempur Viola. Namun di sisi lain dia merasa khawatir tentang akibat yang ditimbulkan oleh perubahan itu.

"Hah~, wakatta"

[Flashback End]

"Cobalah untuk menemui Albion dan segera putuskan hal ini"

Viola hanya mengangguk pelan. Dia mulai memejamkan mata untuk bertemu Albion didalam mindscape miliknya.

["Jadi...bagaimana keputusanmu,Viola?"]

Ketika membuka mata, Viola mendapati Albion tengah berdiri dengan tegak. Kepala besarnya sedikit ditundukan agar bisa beradu pandang dengan Viola.

"Sebelumnya, aku ingin tahu apa maksudmu ingin mengubah diriku menjadi setengah naga." Viola memulai percakapan dengan nada serius disertai iris shappirenya yang berkilat tajam."Aku heran... Kenapa sosok naga surgawi sepertimu dengan senang hati mau memberikan sedikit kepingan jiwanya kepadaku yang notabene-nya hanyalah makhluk yang dulu sering kau sebut rendahan?"

Mendengar pertanyaan Viola membuat Albion mengeluarkan kekehan kecil. Naga itu lalu menekuk keempat kakinya sehingga membuat posisi duduk.

["Naiklah keatas kepalaku. Akan kuceritakan beberapa hal mengenai masa lalu"]

Tanpa membuang waktu, Viola melompat keatas kepala Albion lalu duduk disana. Kedua kakinya ditekuk dengan posisi tangan yang memeluk lutut.

["Dahulu, sebelum dinobatkan menjadi Naga Surgawi generasi terakhir,aku adalah seekor naga yang amat payah"]. Albion mulai bercerita dengan kelopak mata yang tertutup. ["Aku tidak bisa menyemburkan api layaknya naga lain, aku sangat buruk dalam pengendalia Mana sehingga selalu menjadi bahan ejekan teman-teman sebayaku"]

["Sampai suatu hari, saat aku pulang ke gua tempat tinggal kami-"] Albion lalu membuka kelopak matanya, menampilkan mata biru kristal dengan pupil hitam vertikal yang berkilat menahan marah.["Aku melihat keluargaku... dibantai oleh seekor naga yang saat itu dinobatkan menjadi satu-satunya Naga Surgawi, Draig"]

["Keparat itu..dengan begitu senangnya menikmati setiap teriakan kesakitan yang dikeluarkan keluragaku akibat magma yang merendam tubuh mereka"]. Viola dapat merasakan kebencian yang amat sangat terkumpul dalam diri Albion ketika menyebut nama rivalnya, Draig. ["Aku yang pada saat itu dikuasai amarah langsung menyerangnya dengan membabi buta. Meski begitu dia malah tampak semakin menyeringai"]

["Ayo naga kecil, apa hanya ini batas kemampuanmu?"]

Sekelebat ingatan tentang ucapan Draig melintas di kepala Albion. ["Tubuhku penuh dengan luka bakar, sementara dia hanya menampilkan raut wajah bosan setelah berhasil menjatuhkanku hanya dalam sekali pukul"]

["Kheh, kau membosankan seperti mereka"]

["Namun, tanpa kusadarit, pada saat itu tubuhku mulai berevolusi, mulai dari kristal kebiruan yang menghiasi setiap sisi badanku hingga sepasang sayap berwarna-biru putih yang tebentang indah di punggungku. Ukuranku pun bertambah hingga dapat menyamai besar tubuh milik Draig"]

["Sebuah padang es tercipta meluas hingga radius puluhan kilometer tercipta dengan diriku sebagai pusatnya. Dapat kulihat raut wajah Draig yang sepertinya terkejut akan apa yang baru saja dilihatnya"]

"Dan sejak saat itulah kau selalu bertarung dengan Draig hingga mengacau di arena Great War." Viola meneruskan cerita masa lalu Albion dengan raut wajah yang tak dapat diartikan. Dirinya tidak menyangka bahwa Albion memiliki masa lalu yang hampir sama dengannya.

["Benar, saat itu aku tak bisa memikirkan apapun selain membalaskan kematian keluargaku. Hingga akhirnya Dia menyegelku dalam sebuah artefak bernama Sacred Gear"] Albion sedikit mengatur nafas untuk meredam emosi yang sempat memenuhi hatinya. [" Namun, sebelum diriku tersegel, Dia sempat berkata padaku bahwa 'Suatu saat nanti kau akan menemukan seseorang yang akan membuka kembali pintu hatimu, Albion. Maaf telah menyegelmu dalam benda ini ' dengan nada yang begitu halus. Sungguh, aku dapat merasakan betapa besar kasih sayang-Nya pada saat tubuhku mulai terrsegel"]

Albion melirik Viola. Dapat dilihat melalui kedua matanya bahwa Viola nampak sedang berfikir dengan wajah yang dibenamkan diantara kedua lututnya yang disatukan.

["Dengar Viola. Aku hanya ingin memberikan sebuah hadiah kepadamu dan terserah kau mau menerimanya atau tidak. Namun, ketahuilah bahwa penyatuan ini tidak akan mempengaruhi kekuatanku yang akan melekat pada tubuh inang setelahmu."]

Mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan Albion membuat Viola akhirnya dapat bernafas lega. Sebenarnya inilah efek samping yang ditakutkan Viola ketika Albion mengatakan bahwa ingin memberikan kepingan jiwanya. Viola tak ingin bahwa pemegang gelar Hakuryuukou dimasa mendatang hanya akan membawa sebagian kekuatan dari Albion karena kepingan jiwa yang lain akan terus berada di dalam tubuhnya

Setelah menarik nafas sejenak, Viola lalu menegakkan badannya lalu melompat turun dari kepala Albion. Setelah menapak dataran, dia lalu memutar tubuhnya. Kepalanya sedikit mendongak agar dapat bertatapan langsung dengan naga yang selama ini telah menjadi partnernya

"Baiklah. Aku...Viola Lucifer...dengan senang hati akan menerima hadiahmu. Dengan memberikan kepingan jiwamu agar dapat menyatu dengan tubuhku...aku mengucapkan terima kasih padamu, Vanishing Dragon no ALbion"

Dan Albion tak dapat menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Perlahan, sebuah cahaya putih kebiruan bersinar terang menyelimuti tubuh besarnya. Viola yang sedang berada didepannya mau tak mau hanya menutup mata seraya menggunakan tangannya untuk melindungi wajah.

Setelah beberapa deik berlalu, cahaya yang menyelimuti tubuh Albion meredup. Viola lalu menurunkan tangan seraya membuka kedua kelopak matanya.

"Viola~"

Sebuah suara feminim yang terdengar begitu lembut mengalun di telinga Viola. Gadis itu lalu menolehkan kepalanya kekiri dan kanan guna mencari siapa pemilik suara itu

"Siapa kau? tunjukkan dirimu"

Seru Viola dengan nada datar disertai kewaspadaan yang amat tinggi, Iris shappirenya tak henti untuk bergerak, mencoba mencari siapa sosok yang telah berhasil menyusup dalam mindscapenya.

Viola tersentak. Dirinya baru sadar bahwa sosk naga yang biasanya berada didepannya kini sudah menghilang, digantikan dengan seberkas cahaya yang melayang-layang beberapa meter didepannya.

"Kau tidak menegnaliku, partner?"

Berkas cahaya itu lalu membentuk seebuah tubuh manusia mulai dari kaki, badan, tangan dan yang terakhir kepala.

Cantik Sekali

Gumam Viola ketika melihat sosok yang terbentuk dari berkas cahaya Albion. Tubuh yang tinggi dan lann\gsing dibalut dengan gaun berwarna biru-putih, surai putih panjang selutut, wajah yang nampak anggun dengan hiasan mahkota berornamen bunga.

"Ufufufu, kau masih lebih cantiik dariku Viola."

Sosok itu tertawa lembut dengan tangan yang menutupi mulutnya. Sungguh, Viola seperti sedang berhadapan dengan seorang dewi.

"T-tunggu dulu?! Dari mana kau tau namaku?"

Benar, bukan saatnya mengagumi pesona dari seorang dewo didepannya. Dengan mata menyipit serta alis yang sedikit ditekuk, Viola mengucapkan sebuah kalimat yang mengganjal dihatinya.

"Are? kau tak mengenaliku? Apa kau sudah lupa dengan partner kesayanganmu ini, Viola?"

Sosok itu hanya memasang raut wajah kebigungan. Namun, tak alam kemudian raut wajah kebingunngan itu terganti menjadi sebuah senyum yang nampak begitu indah.

"Kau takperlu terkejut Viola, layaknya Ophis, aku merupakan salah satu naga yang diberkahi dengan kemapuan berubah menjadi manusia?"

Dan didetik itu juga Viola menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Sungguh, dirinya merasa terkejut ketika mengetahui sebuah fakta bahwa Albion adalah seekor naga betina. Padahal, seingat Viola, beberapa menit yang lalu dia masih berbicara dengan Albion dalam eujud naganya dan Viola sangat yakin bahwa ssetiap suara yang dikeluarkan Albion adalah suara berat khas seorang pria.

"T-tidak mungkin"

Albion sedikit menaikkan alisnya. "Hm? Apanya yang tidak mungkin Viola?"

"Albion itu...SEEKOR NAGA JANTAN!" Viola berteriak dengan muka yang amat menahan jengkel. Telunjuknya teracung kearah wajah perempuan yang tadi mengaku sebagai perwujudan Albion."Dan aku yakin bahwa perubahannya menjadi manusia tak lepas dari jenis kelamin pada saat menjadi naga"

Dan Albion kembali tertawa merdu. Sungguh, sangat jarang dia bisa menyaksikan Viola bertingkah seperti ini. Tak tahan melihat wajah aneh Viola, Albion mencoba berkonsentrasi untuk berubah menjadi naga...dalam wujud aslinya

["Bagaimana Viola? Bukankah aku lebih terlihat cantik dengan wujud ini?"]

Dan Viola harus merasakan hal yang dinamakan terkejut untuk yang kesekian kalinya. Albion benar-benar berbeda dari biasanya, dalam artian Viola dapat merasakan perubahan yang cukup signifikan terkait wujud naga Albion yang baru kali ini dia lihat. Mulai dari tubuh yang terlihat lebih ramping dan kecil hingga suaranya yang merdu seperti wujud manusianya namun sedikit lebih berat

"Oke, aku tak peduli apa yang membuatmu menyamar menjadi naga laki-laki, namun aku sangat yakin jika sebelumnya kau adalah betina tulen seperti ini." Dan Viola dapat mendengar suara kekehan Albion. "Jadi...bisakah kita segera mulai ritualnya. Aku merasa tak enak pada senpai karena terlalu lama membiarkan dirinya menunggu

"Ufufufu tentu saja partner." Albion lalu berubah menjadi wujud manusianya. Naga itu berjalan mendekati Viola yang nampak memejamkan mata. Dapat Albion lihat keyakinan yang amat sangat telah tercipta dalam diri gadis itu.

Albion lalu menciptakan benda semacam kristal berukuran kecil dengan warna biru cerah. "Ini akan sedikit sakit, jadi tahanlah sebentar Viola." Ucap Albion lalu menancapkan kristal itu diperut Viola

"Kyah"

Viola terpekik kecil ketika merasakan sesuatu menembus kulit perutnya. Demi apapun, rasanya Viola ingin menjerit sekeraa yang dia bisa ketika kristal itu menusuk semakin dalam ke tubuhnya. Namun, rasa sakit itu tak berlangsung lama sebelum sebuah perasaan sejuk dan dingin mulai dapat ia rasakan.

"Sudah selesai, kau bisa membuka matamu Viola"

Mendengar ucapan dari partnernya membuat perasaan lega muncul di hati Viola. Dengan perlahan dai lalu membuka kelopak matanya.

"Hm? Sama sekali tidak ada yang berubah," gumam Viola seraya melihat kedua tangan dan seluruh bagian tubuhnya yang dapat ia jangkau.

"Tentu saja, penyatuanmu dengan kepingan jiwaku hanya mengubah aliran Mana dan Youki yang mengalir dalam tubuhmu, bukan merubah penampilan fisik. Artinya, saat ini kau memiliki dua jenis energi, Mana dan youki yang dapat digunakan secara bersamaan"

Viola hanya mengangguk kecil ketika telinganya menerima penjelasan dari Albion. Merasa tak punya urusan lagi, perlahan tubuh Viola terurai menjadi serpihan cahaya layaknya kunang-kunang

"Selamat, kau telah menjadi setengah naga, Viola Lucifer"

Itulah kalimat yang pertama kali Viola dengar ketika kesadarannya kembali ke tubuh aslinya. Mencoba membuka matanya, Viola dapat melihat danau serta wilayah yang ada dibawahnya telah diselimuti es dalam radius beberapa ratus meter.

"Ano senpai? Apa aku yang melakukan ini?"

Naruto hanya menanggapi pertanyaan yang dilontarkan viola dengan sebuah tawa kecil. "Daijoubu, mungkin inilah alasan kenapa Albion meyuruhku untuk membawamu ketempat yang luas dan sepi"

"Lagipula ada hal yang harus kupastikan disini," tambah remaja itu seraya membuat sebuah tombak petir berukuran sedang kemudian melemparkannya kearah Viola.

Melihat sebuah tombak yang tertuju kearahnya membuat iris Viola membola. Namun, sepersekian detik kemudian kekagetan itu berubah menjadi sebuah senyum maniak. Dengan diihiasi seringai kecil, gadis itu menepis tombak Naruto dengan tangan kanannya

"Ne senpai~ pemanasan atau langsung?"

Naruto kembali terkekeh mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Viola. Sedikit menarik nafas, sebuah seringai ikut dipasang remaja bersurai pirang itu."Langsung saja bagaimana? Lagipula Azazel pasti tak keberatan jika kita all out disini"

"Souka~" gumam Viola lalu memejamkan matanya sebentar

"Bagaimana Albion?"

Albion yang sedang dalam wujud manusianya hanya mengeluarkan sebuah tawa merdu.["Ara~ Kita tunjukkan bagaimana kekuasaan seekor naga"]

"Dimengerti" balas Viola dengan seringai maniak yang sangat jarang dia keluarkan

Swushh

Pilar energi berwarna biru kristal terlihat menjulang tinggi menyelimuti Viola. Naruto yang sedang berada didekatnya mau tak mau harus menyilangkan tangannya agar tak ikut terhempas bersama dengan ledakan angin yang tercipta akibat tekanan energi Viola

"Aku adalah naga yang akan bangkit"

Sudah dimulai-sepertinya akan dimulai

"Gelar Surgawi yang merebut prinsip dominasi Tuhan"

Selalu seperti itu-apapun yang terjadi, selalu seperti itu

"Aku berjalan pada ketidakbatasan, berlari dalam impian"

Seseorang yang dunia cari- seseorang yang dunia benci

"Aku akan menjadi kilauan putih nan suci"

Dambakan cinta, inginkan kebenaran-kalian selalu menghindari kemurnian tak peduli berapa kalipun

"Dan akan kubawa kalian pada batas kesucian Surga"

"Empireo Juggernaut Drive"

Kabooommm?!!!

Tbc

Yo~ apa kabar? Sudah tiga minggu nggak up yah~

Ma~ sebenarnya kesibukan dunia nyata benar-benar mengganggu jadwalku untuk ngetik. Mulai dari laporan tiada henti sampai berbagai kegiatan sekolah semisal kemah dan Open House. Hah~ tapi aku sedikit menambah jumlah kata menjadi 8k, bagaimana?

Disini aku ingin menyampaikan beberapa hal penting yang aku ingin kalian baca agar nggak bingung

1. Aku membagi dua jenis energi dalam fict ini. Yang pertama yaitu Youki, sumber energi para makhluk gelap, semisal iblis, vampir, werewolf dan berbagai ras lain. Yang kedua Mana, sumber energi para makhluk yang dianggap suci layaknya Naga, Elf, Malaikat, Malaikat jatuh, dan yang lain. Lalu, untuk senjutsu atau energi alam aku akan menyebutnya Touki.

2. Naruto pergi ketika berusia 15 tahun. Setelah itu dia berkelanan e berbagai tempat yaitu 1 tahun istana Yokai, 2 tahun takamagahara, 2 tahun Asgard, 3 tahun berkeliling dunia dan 2 tahun terakhr di gunung Olympus. Jadi usia Naruto saat ini sekitar 25 tahun.

3. Dengan ini Viola resmi menjadi iblis setengah naga, dan juga Albion memeiliki wujud seorang perempuan cantik bersurai putih. Karena itu diriku sedikit merubah lafal mantra dari Juggernaut Drive. Jika kalian bingung membayangkannya, wujud manusia Albion persis dengan salah satu servant dari fate series, Anastasia Nikoelevna Rumanova

4. Naruto sudah berkeliling dunia, mengunjungi berbagai Ras. Jadi, kemungkinan aku akan menambahkan berbagai chara dari anime lain seperti Re:zero, Strike the Blood, Fate series dan lain lain. Saat ini aku sudah menjelaskan secara kias bahwa Naruto memiliki hubungan dengan Emilia, heroine dari re:zero yang disini menjadi putri ras Elf dan Arthuria / Altria Pendragon yang merupakan putri sulung dari pemimpin Asosiasi klan penyihir, Ulther Pendragon

5. di cerita ini, aku memutuskan bahwa etiap iblis yang mampu menggunakan tru form tingkatannya adalah superdevil. Dan untuk masalah sayap, Naruto memilik 4 pasang pada saat melawan Ophis, aku memutuskan bahwa jumlah bukanlah tolak ukur kekuatan, melainkan kapasitas youki yang dimiliki. Jadi, meski kapasitas Youki milik Naruto lebih sedikit dari yondai maou lainnya, namun Naruto lebih unggul dalam pengolahan dan efektifitas penggunaan youki

6. Aku ingin meminta pendapat kalian apa pair hanya Viola atau ditambah dengan sang adik, Tomoe?. Sebenernya aku udah nyiapan kerangka jika pairnya kakak beradik itu karena sedari awal memang itu rencananya. Namun jika kalian lebih memilih hanya Viola seorang tentu aku juga tak keberatan. Ma~ pilihan ada ditangan kalian, jadi tinggalkan komentar di kolom review yah, aku sangat butuh itu

7. Apakah kalian ingin unsur lemon di fic ini?. wkwkwkwk, aku cuma pengen tau ajah. kalau kalian ingin mungkin aku bisa menambahkannya

Oke, itu saja yang aku sampaikan

Mur4s4me out