LIGHT ME UP

A Chanbaek Fanfiction

BoysLove. YAOI. MPreg. Shounen-ai.

Rate : M

Main Cast : Byun Baekhyun x Park Chanyeol

The Others : Oh Sehun. OC. Go find yourself!

— — —

"Baekhyun-ah!"

Yang merasa dipanggil menengokkan kepalanya ke arah suara. Itu adalah Kim Minju, yang bisa disebut teman pertamanya ketika ia bekerja di caffe ini.

"Ya?" Balasnya setengah berteriak. Lelaki mungil itu sedang membersihkan meja caffe yang saat ini sedang tidak ditempati siapa pun.

Karena jarak meja kasir yang ditempatinya dan tempat Baekhyun berdiri terasa cukup jauh, maka Minju memutuskan menghampiri temannya itu seraya melepas apron yang dikenakannya.

"Bos memutuskan untuk menutup caffe karena ia sedang ada urusan, jadi kita diperbolehkan pulang sekarang, Baek." Jelasnya sementara tangannya menarik kursi di sebelah kanan Baekhyun.

"Benarkah?" tanyanya memastikan. Dan ditanggapi dengan anggukan singkat gadis di sebelahnya. Gadis itu sedang merenggangkan otot lehernya yang terasa kaku.

"Uhm, kebetulan sekali. Badanku sangat lelah belakangan ini." Baekhyun ikut mendudukan dirinya selagi tangannya sibuk memijit dahinya.

Minju memperhatikan temannya itu yang terlihat pucat dan kelelahan, padahal dia baru bekerja setengah dari jam biasanya.

Agaknya ia merasa khawatir karena kini Baekhyun semakin merundukkan tubuhnya seperti dapat tumbang kapan saja. "Kau baik-baik saja? Apa perlu kusuruh Chanyeol untuk menjemputmu?" Tanyanya tergesa.

Namun Baekhyun hanya menanggapinya dengan gelengan lemah. Entah untuk jawaban pertanyaan pertama atau yang kedua.

Minju menghela nafas. Ia memajukan kursinya untuk lebih mendekat ke arah temannya yang sedang sakit itu. Tangannya terulur untuk ikut memijat bahu lelaki itu, berharap dapat sedikit meredakan rasa sakitnya.

Baekhyun tersenyum atas tindakan itu. Namun bukannya membaik, kepalanya justru terasa semakin pusing. Perutnya mual namun ia bahkan tak punya tenaga untuk bergerak.

Ia merasa ada yang salah dengan tubuhnya selama beberapa hari ke belakang yang sangat mudah kelelahan. Baekhyun jadi merasa bersalah karena telah merepotkan orang lain karena kinerjanya yang sungguh lamban.

"Min—"

BRUK

"Yak, Baekhyun-ah!"

Minju khawatir setengah mati ketika tubuh lemas itu ambruk ke depan. Untung ia dapat dengan sigap menahannya. Sesaat ia hanya merasakan kepanikan mendera dirinya karena disini hanya ada mereka berdua.

Sama sekali tidak ada pengunjung yang datang karena ia sudah memasang tulisan CLOSED di depan pintu tadi.

Setelah menjernihkan pikirannya, gadis itu menidurkan kepala Baekhyun ke atas meja dengan hati-hati. Tangannya bergerak membuka handphone Baekhyun yang ada di saku lelaki itu. Untungnya ia sudah tahu sandinya karena dulu Baekhyun sempat memberitahunya.

Ia mencoba menelepon Chanyeol yang merupakan kekasih Baekhyun. Namun setelah lebih dari 10kali memanggil, ia tak mendapatkan jawaban selain suara operator yang sangat menyebalkan disaat darurat seperti ini.

Minju memutuskan untuk mengirimi pesan sementara tangannya yang lain mengambil ponselnya untuk memanggil taxi.

[***]

Minju memutuskan untuk membawa Baekhyun ke rumah sakit terdekat. Sayangnya ia tidak dapat menemani sahabatnya itu untuk waktu yang lama. Setelah mengantar, ia terpaksa harus pergi karena ada urusan mendadak yang tidak bisa ditunda. Ia sudah meninggalkan pesan untuk Chanyeol jadi kekhawatirannya dapat berkurang sedikit meski merasa bersalahnya justru lebih besar.

Selang 4jam setelah Minju pergi, Chanyeol baru datang dengan langkah yang lebar disertai wajah berkeringat hebat. Chanyeol langsung menuju nomor kamar yang tertera di pesan dari Baekhyun tadi tanpa mengindahkan bahwa ia sudah berlari kesetanan dari parkiran.

Lelahnya seketika hilang kala mendapati ruangan yang dicarinya ada di depan mata.

Ia langsung masuk dan menemui kekasihnya yang terbaring lemah di ranjang dengan wajah yang sangat pucat. Kekhawatirannya langsung bertambah karena mendapati kelopak mata favoritnya itu tertutup rapat seakan tak mau terbuka.

Katakanlah Chanyeol berlebihan, tapi siapa yang tega apabila kekasihnya terbaring dengan infus dan selang pembantu pernafasan seperti itu? Bahkan ini sudah beberapa jam dari pingsannya namun kekasihnya itu belum juga mampu membuka mata.

Tadi Chanyeol mematikan handphonenya karena ia harus mengikuti rapat di perusahaannya. Belum lagi ia tadi sempat menghadiri acara peresmian sehingga baru saja sampai. Ia sangat menyesal sekarang.

Selagi dia sibuk merutuki kebodohannya karena terlambat datang, pintu ruang rawat Baekhyun dibuka dari luar oleh seorang suster dengan catatan di tangannya. Suster itu terlihat seperti mengecek apakah ada orang di dalam atau tidak, seolah ia sudah melakukan hal tersebut beberapa kali.

Chanyeol lagi mengutuk dirinya yang ceroboh karena pasti suster tersebut menjadi kerepotan mendapati pasiennya yang darurat tanpa seorang wali untuk mendiskusikan kondisinya.

"Wali Tuan Byun?" Tanya suster tersebut kepada Chanyeol.

"Ya."

"Tolong selesaikan administrasi secepatnya dan segera ikuti saya ke ruang dokter."

Chanyeol hanya menjawabnya dengan anggukan lemah. Sebenarnya ia enggan meninggalkan Baekhyun tapi langkahnya ia tarik dengan cepat karena ia sangat penasaran dengan keadaan kekasihnya itu.

Baekhyunnya tidak sakit parah, kan?

[***]

Setelah menyelesaikan dua urusan tersebut, Chanyeol kembali ke ruangan Baekhyun dengan langkah yang terayun pelan dan tatapan kosong. Setibanya ia disana, Chanyeol mendapati lelaki mungilnya itu sudah terbangun dan hanya berkedip lemah menatapnya dalam diam.

Chanyeol mencoba mengembangkan senyuman tipis, namun gagal karena teringat ucapan dokter tadi

'Teman Anda hamil.'

'Mungkin Anda akan terkejut mengetahui ini, tapi saya telah melakukan tes berulang dan ternyata Tuan Baekhyun memang benar seorang carrier.'

'Kandungannya sudah 2minggu dan kondisinya sangat lemah sekarang.'

'Mungkin pasien tidak mengetahui kehamilannya jadi ia tetap melakukan pekerjaan yang membuatnya lelah disaat kandungannya sangat rentan.'

'Hal itu diperburuk pula dengan keadaan fisik Tuan Baekhyun yang memiliki imun rendah. Jadi untuk sementara ini beliau harus dirawat selama beberapa hari agar kondisinya membaik.'

Chanyeol tak mengatakan apa-apa saat itu. Mungkin kebanyakan orang akan kaget karena kekasih lelakinya ternyata bisa hamil, namun Chanyeol telah lebih dulu mengetahuinya. Chanyeol juga tahu kalau Baekhyun tidak sekuat lelaki lainnya.

Chanyeol tahu semuanya tentang lelaki itu tapi masih tidak menyangka jika kini benihnya telah tertanam di rahim lelaki yang dicintainya itu.

Chanyeol… Tak tau harus mengatakan apa.

"B-Baek?" Bibirnya bahkan bergetar ketika menyebutnya nama indah itu.

"Yeollie..." Balasnya lirih. Tangannya terangkat dan Chanyeol menangkapnya dalam genggaman. Ia menarik kursi di samping ranjang untuk didudukinya.

Mungkin sebaiknya Chanyeol memberitahukan hal ini kepada Baekhyun secepatnya karena ini menyangkut kondisi lelaki itu pula.

"Baek, dengarkan baik-baik apa yang akan ku katakan…" Chanyeol akan memulainya dengan sangat lembut. Tangannya terulur mengelus rambut Baekhyun yang halus.

"Apa kau tahu jika kau adalah seorang carrier?" Tanyanya hati-hati.

"Apa itu, Yeol?" Tanya Baekhyun balik dengan raut bingung yang kentara.

"A-apa? Kau tidak tahu?" Chanyeol terkejut dengan hal ini. Bodohnya ia yang belum pernah membahas hal sepenting ini sebelum mereka berhubungan badan. Harusnya ia tidak seceroboh ini disaat ia sendiri tahu kondisi Baekhyun yang bisa hamil kapan saja.

Sebenarnya Chanyeol sudah mengetahui hal ini dari Nyonya Byun sejak dulu. Ibu Baekhyun sendiri yang memberitahunya. Jadi bagaimana mungkin wanita itu menyembunyikan fakta penting ini dari yang bersangkutan yaitu anaknya sendiri?

"Carrier adalah seorang lelaki yang dianugerahi rahim dan dapat mengandung, Baek." Chanyeol menatap Baekhyun untuk mengetahui reaksinya.

Namun, Baekhyun hanya diam bergelut dengan fikirannya. Setelah diam beberapa saat, tiba-tiba saja pandangannya menjadi sedikit kosong.

Apa maksud Chanyeol?

Tidak mungkin, kan…

"Dan kau adalah salah satunya, Baek. Kau orang beruntung itu. Dan sekarang kau sedang mengandung. Anak kita…" Chanyeol berkata lancar tanpa sadar jika tatapan itu sudah sepenuhnya kosong.

Karena apa yang dipikirkannya menjadi nyata…

"Apa…" Chanyeol menatap Baekhyun mendengar lirihan itu. Hatinya sangat sakit melihat air mata perlahan mengaliri pelipis dengan warna pucat itu.

"Apa yang kau bicarakan?!" Baekhyun menatap Chanyeol dalam kilatan amarah.

"Katakan jika kau bercanda, Park Chanyeol. Karena sungguh candaanmu tidak lucu sama sekali." Suara dingin itu menghentak relung hati Chanyeol. Dia hanya tak menyangka bahwa Baekhyun akan semarah ini padanya.

Chanyeol hanya mampu menunduk penuh rasa sesal. "Maafkan aku…"

Baekhyun yang tadinya menangis dalam diam kini mulai terisak. Tangannya mencengkeram selimut untuk membantunya bangun dari rebahannya. Ia ingin memukul Chanyeol karena telah berkata hal yang tidak masuk akal. Tapi tenaganya belum pulih sehingga Chanyeol harus membantunya untuk bangun.

Ketika tangan pria itu memegangi lengannya, Baekhyun langsung meronta sekuat tenaga bermaksud memukul kekasihnya itu.

"Mana mungkin, Yeol?! MANA MUNGKIN SEORANG LELAKI BISA HAMIL, HAH?! AKU TAHU AKU LEMAH TAPI TAK SEHARUSNYA KAU MERENDAHKANKU SEPERTI ITU! AKU SEORANG PRIA JADI APA ITU HAL YANG MASUK AKAL, PARK CHANYEOL?!"

Chanyeol tidak menyangka jika Baekhyun merasa kalimatnya merendahkan lelaki itu. Apa Baekhyun sebegitu tidak inginnya memiliki anak darinya?

Sementara itu, Baekhyun berteriak seperti orang gila selagi Chanyeol berusaha menenangkannya. Baekhyun menggerakkan tangannya yang lepas dari jeratan tangan Chanyeol untuk melepas selang pernafasan yang sangat mengganggunya itu.

Baekhyun hanya tidak tahu keadaan apa yang sedang dialaminya kini. Kenyataan apa yang harus diterimanya secara tiba-tiba. Dan sebenarnya, apa yang terjadi pada dirinya?

Baekhyun meraung meminta penjelasan.

Sementara Chanyeol merasakan hatinya hancur saat itu juga. Kekasih hatinya terlihat sangat menyedihkan dan kesakitan disaat yang besamaan. Keadaan Baekhyun sekarang memaksanya untuk ikut menitikkan air matanya bersamaan dengan tangisan Baekhyun yang semakin kencang pula.

"Tenanglah, Baek!" Chanyeol mencoba menarik lelaki itu ke dalam pelukannya. "TENANG KUBILANG!" Tepat setelah bentakan itu Chanyeol mampu menarik Baekhyun yang sudah tampak lemas ke dalam dekapannya.

Lelaki itu masih di kasurnya, Chanyeol tahu dia tak memiliki tenaga karenanya ia terkejut mendapati tubuh lemah itu mampu meronta hingga selang infusnya berwarna merah di pangkal, hampir lepas.

Baekhyun tahu kondisinya melemah namun ia tak menghentikan diri untuk terus meracau bahwa ia tidak mungkin sedang hamil. Setelah terus terisak, Baekhyun merasakan pernafasannya tersendat hingga membuatnya kesulitan bernafas. Kepalanya sangat sakit seolah akan meledak saat itu juga.

Chanyeol yang melihat Baekhyun sesak nafas sangat panik terutama ketika akhirnya lelaki itu terkulai dalam pelukannya.

Hatinya seperti tertusuk melihat kekasihnya yang terlihat semakin pucat itu.

Sungguh ia berharap semua ini hanyalah mimpi ketika merasakan nafas itu sangatlah lemah dan hampir tidak terlihat.

"Baekhyun-ah…"

[The End of Chapter]

Note :

Halo semua! Saya penulis baru, jadi mari kita berteman ^^