[ONESHOOT]
Awal mula kisah ini terjadi di sebuah hotel mewah dengan lima Bintang di tengah kota.
Byun Baekhyun, yang bekerja sebagai supervisor room malam itu harus memimpin tim night shift-nya untuk menyiapkan lima buah kamar suite VVIP di lantai dua puluh lima.
"Yeri, kau rapikan kamar tiga. Ganti seprai dengan yang baru, bawah ranjang juga jangan lupa kau bersihkan, Yuju akan membantumu."
"SIAP KETUA BYUN!" teriak dua gadis berseragam pegawai dengan sigap bergerak menuju arah kamar yang disebut Baekhyun.
"Sudah kubilang jangan panggil aku ketua! Aku ini hanya supervisor!" Baekhyun berkata memperingati meski dua gadis itu sepertinya tidak mendengarkan, lalu pria berperawakan kecil itu kembali pada buku agendanya, "Okay, Haechan dan Renjun kalian ke kamar lima, beri aroma terapi di dalam kamar mandinya, disini tertulis mereka menginginkan aroma citrus. Kemudian lampu tidurnya cukup kalian nyalakan remang, debu di bawah ranjang sedikit saja maka kau akan melihatku di ikat dengan posisi terbalik di pinggir kolam renang indoor lantai dasar. Jadi lakukanlah dengan benar."
Lalu dengan wajah prihatin dua lelaki ber name-tag Haechan dan Renjun bergegas menuju kamar lima setelah membungkukkan badan pada supervisor mereka yang memiliki rambut cokelat tua ini.
Setelah melihat semua kamar yang dipesan tengah dibereskan oleh anggota timnya, Baekhyun menghela nafas sembari memberi tanda centang pada poin terakhir.
"Tapi..." Baekhyun menggigit ujung pena merah mudanya dengan alis berkerut bingung saat Ia melihat kembali list-nya dari kamar nomor satu,"ketua Yakuza macam apa yang ingin sekantung buah pisang dan kacang kulit rasa bawang di letakkan di samping tempat tidur?"
.
.
E) (O
.
.
Kerutan bingung di dahi Baekhyun berawal dari instruksi Kim Minseok—kepala divisi di department Housekeeping tempat Baekhyun bekerja—yang mengatakan bahwa akan ada tamu penting dari Jepang dan tamu ini merupakan investor utama dari hotel ini.
Minseok yang notabene adalah atasan yang paling dekat dengan Baekhyun mengatakan sebuah rahasia yang mampu membuat bulu kuduk Baekhyun merinding.
"Mereka itu dari organisasi mafia, orang Jepang menyebutnya Yakuza." Minseok saat itu berkata sembari menyesap secangkir kopi hangat yang ditolak Baekhyun tadi sore dan lebih memilih jus stroberi untuk menemaninya mendengarkan instruksi Minseok saat itu, "Mereka ini Yamazaki-ken, klan Yakuza di Jepang yang pengaruhnya paling kuat saat ini dan ketuanya sekarang adalah generasi ke-enam sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu."
"Jadi tamu yang akan kita sambut hari ini adalah ketua dari organisasi Yakuza ini?"
"Calon penerus lebih tepatnya, Baekby. Pelantikannya baru akan dilakukan minggu depan. Meskipun mereka Yakuza, tapi keturunannya tidak ada yang berdarah Jepang murni. Mereka campuran Jepang-Korea, jadi bisnis mereka juga mengakar sampai di negara ini."
Baekhyun menelan ludah gugup, "jadi maksudmu hari ini department housekeeping harus mengurus ruangan orang-orang macam ini? Room service juga?? A-apakah keamanan akan ditambah di floor section? Kau tahu kan ini adalah yakuza, hyung!" bibir anak itu komat-kamit panik sambil menggigit kuku ibu jarinya. Kebiasaan lama yang sampai sekarang tak bisa hilang ketika Ia sedang gugup.
Sebenarnya Baekhyun bukanlah anak baru di hotel itu, hanya saja dulu Ia menjadi supervisor room di hotel cabang Busan dan baru beberapa bulan belakangan ini Dia dipindah ke cabang Seoul. Cabang terbesar dengan gedung hotel yang paling mewah dari cabang-cabang lainnya dengan fasilitas eksklusif serta tamu-tamu yang 'tidak biasa'.
Orang-orang dari dunia belakang negara itu atau dari negara lain sering menggunakan hotel ini sebagai tempat menginap sekaligus transaksi kriminal yang kerahasiaannya terjamin seratus persen karena pemilik hotel telah menjual hidupnya pada para mafia yang kini menjadi pemegang saham di hotel itu.
Sebagai seorang pegawai Ia tak bisa berbuat apapun ketika dirinya harus rela meninggalkan timnya di cabang Busan untuk pindah kesini. Ia dipromosikan karena kecakapannya dalam memimpin tim floor section hingga tamu-tamu merasa puas dengan betapa bersih dan indahnya tata ruang di setiap kamar sampai terjaganya aliran room service di setiap lantai.
Namun sungguh—
"Lakukan dengan benar Baekby, aku percaya padamu. Semua tim di floor section percaya padamu. Ini hanya akan seperti kau menyiapkan floor section untuk perdana menteri saat kau masih di cabang Busan dulu. Fighting!"
Ini pertama kalinya Ia menyiapkan kamar suite dan segala perlengkapannya untuk organisasi kriminal.
"Oh sial." Ia memijit kepalanya yang berdenyut setelah mengingat percakapannya dengan Minseok sore tadi.
.
.
E) (O
.
.
Baiklah.
Bila seandainya hujan yang sedang turun di luar sana adalah hujan asam, maka Baekhyun akan lebih memilih membiarkan dirinya meleleh terkena air yang jatuh dari langit dan menghilang dari lantai dua puluh lima sekarang juga.
Timnya yang memang terdiri dari pemuda dan pemudi berusia muda itu ketakutan saat akan memenuhi permintaan service room dari kamar suite VVIP nomor satu.
Apalagi jika bukan karena tamu istimewa dari Jepang yang dikatakan Minseok bernama Park Chanyeol itu.
Atau Yamazaki Kenzo bila Ia sedang berada di headquarter nya di Tokyo sana.
Rest room di lantai dua puluh empat mendadak ricuh oleh tim night shift Baekhyun.
"Ada dua orang pengawal berbadan raksasa di depan pintu ruangan, di koridor juga ada! Banyak!"
"Mereka memakai pakaian hitam-hitam dan memiliki tatto macan di tangan dan kaki mereka!"
"Mereka mafia! Wah daebak! Hotel ini sungguh menantang!"
"Aku yakin mereka bukan orang sembarangan. Kurasa dari dunia belakang negara ini?"
"Tapi supervisor Byun, dari tadi dua pengawal itu menolak semua pegawai yang datang membawa trolley makanan pesanan tuan tamu di kamar satu lalu menyuruh pegawai lain yang mengantar." Haechan bicara pelan dengan ekspresi kebingungan, "Mereka mengusir kami tepat setelah melihat name tag."
Dahi Baekhyun mengernyit, "apa mereka sedang mencari seseorang?"
"Kami tidak tahu. Tapi mungkin saja."
"Jangan-jangan ada pegawai dari divisi ini yang menjadi incaran mafia itu!" sahut Renjun dari kursi dekat loker, "Tapi kita semua sudah mencoba dan tinggal Eunha-ssi yang sekarang sedang mencoba mengantar trolley-nya."
"Tidak lagi Renren-ssi. Mereka menolakku juga." Gadis berambut sebahu itu muncul dari pintu putih besar, kemudian membungkuk sedikit pada Baekhyun, "Ketua Byun maafkan aku."
"Bukan salahmu Eunha." Ujar Baekhyun sambil berdiri, "Baiklah sepertinya kali ini aku harus turun tangan."
"Tu-tunggu dulu ketua Byun, kita bisa minta tim lain dari floor section lantai bawah untuk membantu. Ini bukan tugas supervisor room." Haechan berkata hati-hati dengan ekspresi cemas.
Semua pegawai disana mengangguk menyetujui.
Baekhyun tersenyum sambil mengusak rambut Haechan, "tidak apa-apa. Makanannya akan dingin kalau tidak segera masuk ke ruangan itu, dampaknya akan buruk untuk tim kita dan juga citra hotel ini, terlebih tamu kita hari ini dari dunia belakang, akan gawat kalau sampai Tuan itu marah. Jadi jangan bilang siapapun dulu untuk sekarang. Jika aku gagal juga, baru aku izinkan untuk mencari bantuan sekaligus menghubungi kepala divisi."
Baekhyun sedikit membenahi setelannya dan berjalan menuju pintu, "kalian tetap pada tugas masing-masing, Haechan kau pegang kendali sampai aku kembali. Arasseo?"
"Baik supervisor Byun. Berhati-hatilah, kami mohon?"
"Ok!" Baekhyun menampilkan senyum bulan sabitnya, meninggalkan rest room dengan anggota tim yang menatap kepergiannya dengan khawatir.
.
.
E) (O
.
.
Akhirnya setelah beberapa menit waktu berlalu Ia tiba di depan kamar suite VVIP nomor satu dengan trolley tiga tingkat berisi satu set menu makan malam untuk tamu itu.
"Selamat malam, saya kemari untuk memenuhi permintaan service room." ucap Baekhyun tenang dan sopan.
Salah satu pengawal terlihat melirik name tag milik baekhyun lalu tanpa disangka si pengawal menyingkir dan membuka pintu besar dari kayu mahoni itu, "Tuan Park sudah menunggu di dalam."
Baekhyun mengangguk canggung, "terimakasih" ucapnya sambil mendorong trolley masuk ke dalam ruangan.
Tiba-tiba Baekhyun merasa takut, jika Dia diizinkan masuk kesini sedangkan anggota timnya justru diusir, itu berarti Dialah ya dicari oleh orang ini. Tapi kenapa harus Baekhyun?
Apa Dia pernah membuat kesalahan?
Atau ada anggota keluarganya yang punya hutang pada mafia?
Lamunannya terhenti ketika Dia mendapati dua orang pria berpostur beda duduk di sofa. Seperti tengah membicarakan sesuatu sembari pria berkacamata terlihat mencatat apa yang disampaikan pria berambut abu-abu gelap di sofa besar yang membelakangi pintu suite.
"Selamat malam, saya kemari untuk memenuhi permintaan service room." ucap Baekhyun pelan.
Lelaki berkacamata segera menutup buku dan membungkuk hormat pada pria berambut abu-abu gelap di hadapannya lalu berjalan menuju pintu keluar di belakang Baekhyun.
Entah Cuma perasaanya atau memang pria berkacamata tadi membisikkan kata 'hati-hati' pada Baekhyun sebelum membuka pintu di belakangnya?
Laki-laki kecil itu menggeleng dan kembali memasang senyum, "apakah ada lagi yang dibutuhkan tuan?"
Baekhyun merasa jantungnya berdetak tak tentu arah saat netranya melihat pria berambut abu-abu itu berdiri, menampilkan bahu lebar dan badan tinggi yang membuat Baekhyun menelan ludah takut.
Kemudian kepala anak itu mendadak pusing saat pria bernama Park Chanyeol alias Yamazaki Kenzo itu membalikkan badan dengan mata yang langsung tepat menatap manik kecil milik Baekhyun.
Park Chanyeol punya wajah tampan tak terelakkan dengan rambut abu-abu gelap yang ditata ke atas hingga dahi dengan garis alis tegas itu terlihat jelas.
Baekhyun merasa seperti terkena Love Shot.
"Ada lagi yang kubutuhkan." Suara berat pria itu membuat sekujur tubuh Baekhyun menggelenyar aneh.
"Apa itu tuan?" Baekhyun menyatakan itu tanpa sadar bahwa Park Chanyeol sudah berjalan mendekat ke arahnya bagai predator.
"Kau, Byun Baekhyun." Chanyeol berkata dengan kepala sedikit menunduk untuk bisa melihat secara langsung wajah gugup Baekhyun yang begitu menggemaskan.
Baekhyun sedikit mendongak menatap sang calon penerus klan Yakuza itu dengan wajah bingung, "mengapa Tuan mencari saya? Apakah saya membuat kesalahan?"
Chanyeol menatap anak itu tajam dengan tangan yang perlahan menggapai pipi Baekhyun dan mengelusnya pelan, "kau bersalah karena sudah membuatku bergairah saat dengan beraninya menatapku dari balkon kemarin malam."
ASTAGA! DIA ORANGNYA?!!
Baekhyun berteriak dalam hati ketika teringat kebodohannya kemarin malam, saat akan memberi instruksi pada tim di floor section lantai tiga. Ketika itu Ia berjalan melewati kolam renang outdoor yang terletak di tengah area terbuka hotel sebelah utara.
Anak itu sempat berhenti untuk menatap pemandangan kolam renang di malam hari dari pagar pembatas koridor lantai tiga yang berakhir saling tatap dengan sang Yakuza saat malam itu Chanyeol sedang berbicara dengan manajer hotel.
"M-maafkan saya tuan Park." Baekhyun menunduk dalam.
Chanyeol memegang dagu anak itu untuk dinaikkan hingga menatap ke arahnya, "kau tahu ini tidak akan selesai begitu saja hanya dengan kata maaf kan supervisor Byun?" Chanyeol menghujam Baekhyun dengan tatapan gelap dan tubuh anak bersurai cokelat bergetar merasakan suasana di sekitarnya tiba-tiba pekat akan gairah panas pria di hadapannya ini.
Park Chanyeol adalah seorang dominan yang berbahaya.
Oh dan panas.
Baekhyun malu sendiri ketika pikirannya justru berkeliaran kemana-mana saat dirinya dihimpit begitu dekat seperti ini.
"Saat matamu menatap ke arahku semalam, pikiran kotorku sudah membayangkan bagaimana indahnya mereka ketika kau melihatku dari bawah—" Chanyeol menekan Baekhyun di pintu dengan anak itu berada di antara kedua lengan kekarnya. "Saat kau pasrah di atas ranjang untuk ku setubuhi , Byun Baekhyun." Chanyeol berucap tepat di depan bibir Baekhyun, suaranya berat menahan hasrat untuk memperkosa sang supervisor dengan posisi berdiri di pintu ini.
Oh, itu terdengar seksi.
Baekhyun merasa lututnya lemas dan darahnya terasa mengalir lebih cepat ketika mata sehitam jelaga milik sang yakuza masih menghujamnya, suara beratnya yang berbisik di telinga Baekhyun, dan bibirnya yang kini menelusuri rahangnya lalu turun perlahan ke lehernya.
"Tuan Park...emh" saat Baekhyun bersuara, saat itu juga Chanyeol menangkap pinggul si rambut cokelat, menahannya agar tak merosot ke bawah.
Baekhyun merutuki dirinya yang begitu bodoh dan lemah hanya karena sentuhan kecil sang Yakuza. Ingin rasanya Ia menghindar dan memukul pria ini kemudian melarikan diri lewat pintu keluar yang jelas-jelas dengan mudah dijangkau.
Tapi Baekhyun tidak melakukannya dan memilih tenggelam dalam gairah Park Chanyeol.
"Hmm? Kenapa sayang?" Chanyeol bersuara rendah dengan tangan yang sudah membuka dua kancing teratas seragam supervisor yang dipakai Baekhyun, mempermudahnya untuk menyecap mulusnya leher Baekhyun dan meninggalkan tanda kepemilikan disana.
Oh suaranya ketika memanggil Baekhyun sayang itu sangat...
"Tolong jangan diteruskan...emhh, please?"
"Kenapa? Kau tidak menginginkan ini?"
Baekhyun menggeleng lemah, "bukan begitu."
Chanyeol menyeringai kemudian melumat bibir Baekhyun sebentar, "Lalu?"
"Saya m—masih dalam jam kerja Tuan Park." Baekhyun berucap takut sambil menahan dada Chanyeol agar tidak terlalu menempel padanya.
"Justru jika kau menolakku, kau akan kehilangan pekerjaan, Baekhyun." Chanyeol berbisik rendah pada Baekhyun, "Aku bisa saja membuat hotel ini bangkrut dalam semalam, hanya karena mu."
"Tuan tidak bisa melakukan itu! Itu—itu tidak adil!"
"Itu adil bagiku Baekhyun" Chanyeol mempererat pelukannya di pinggang Baekhyun, "Aku menginginkanmu dalam kuasaku dan akan berbuat apapun untuk membuat itu terjadi."
Baekhyun melemah, sungguh tenaganya hilang entah kemana di saat genting seperti sekarang ini. Hujaman mata jelaga Chanyeol sungguh hal ter-berengsek sekaligus ter-seksi yang pernah Baekhyun lihat selama hidupnya.
Tapi entah mengapa Ia luar biasa berdebar saat Park Chanyeol ingin menguasainya.
"Mohon maaf Tuan, tapi Anda benar-benar berengsek." Baekhyun menatap pria bersurai abu-abu itu dengan tatapan datar. Sungguh berlawanan dengan hatinya saat ini.
Chanyeol terkekeh kecil, "Aku akan melakukan hal yang lebih berengsek padamu Baekhyun." Pria keturunan klan Yakuza itu melumat bibir Baekhyun dengan kasar. Benar-benar tidak teratur karena begitu bibir Chanyeol merasakan manis bibir laki-laki kecil dalam pelukannya, Ia menggila.
Hingga tangan kekarnya turun ke arah kedua pantat Baekhyun , menggeram ketika tangannya merasakan betapa sintal pantat anak ini.
"Emh!" Baekhyun terkejut dengan sentuhan asing di pantatnya dan mata sipitnya membelalak ketika kakinya diangkat hingga dirinya menempel dalam gendongan sang Yakuza. Kedua kakinya melingkar erat di pinggang pria yang lebih tinggi, tangan kurusnya juga dengan otomatis memeluk leher Chanyeol agar tak jatuh. Bibirnya masih dilumat dengan begitu panas oleh pria itu.
Chanyeol melepas ciumannya saat Baekhyun memukul kecil bahunya, meminta waktu untuk bernafas. Mereka berdua kemudian bertatapan dalam ketegangan sensual yang tak bisa di deskripsikan dalam kata-kata, Baekhyun mengerti apa yang Chanyeol inginkan darinya lewat mata setajam katana yang telah menghunusnya dari awal pertemuan.
Pria ini ingin tubuhnya. Ingin menenggelamkan akal sehatnya dengan seks panas di kamar hotel ini.
Melihat Baekhyun dengan nafas terengah, wajah memerah, mata sipit sayu, dan bibir terbuka adalah hal paling sialan nikmat yang Chanyeol dapatkan dari hotel ini. Mengapa Ia baru bertemu laki-laki semanis dan semenggoda ini sekarang?
"Kau benar-benar harus menjadi milikku Baekhyun." Chanyeol mencium leher Baekhyun penuh gairah.
"Anghh—Tuan Park mengapa harus saya?" Baekhyun masih kesulitan mengelak dan malah meremas lembut surai abu-abu gelap milik sang Yakuza, melampiaskan segala gelenyar nikmat di tubuhnya ketika pria tinggi itu dengan kurang ajar menghentak pusat gairahnya dengan milik Baekhyun.
"Entahlah." Chanyeol menggeram di telinga Baekhyun, "Kau bisa rasakan itu? Milikku keras sayang, Dia ingin masuk dan merasakan sempitnya—"
"J-jangan diteruskan tuan Park—" Chanyeol semakin keras menghentak saat Ia merasakan basahnya celana seragam Baekhyun.
"Kenapa? Kau takut akan klimaks bahkan saat kita masih berpakaian lengkap seperti ini, hmm? Katakan kau menginginkanku juga Baekhyun, jujurlah."
"Iya—aah! aku menginginkanmu juga! Sial!" Baekhyun mengumpat di belakang pengakuannya, membuat Chanyeol justru terkekeh kecil dan melumat bibir Baekhyun sebagai hadiah.
Kemudian Baekhyun merasakan tubuhnya terlempar di atas sesuatu yang empuk dan itu ranjang berseprai putih di ruang tidur milik pria panas yang kini tengah melepas jas dan membuka semua kancing kemeja hitam yang dipakainya hingga menampilkan tubuh berotot dengan perut atletis yang membuat Baekhyun menelan ludah gugup.
Terlebih dengan tatto bergambar macan dengan tinta hitam di lengan kirinya yang berotot dan tatto serupa namun berukuran lebih besar di bagian punggungnya semakin membuat Baekhyun gemetaran.
"Kau sudah mengatakan ingin diriku juga, jadi aku tak akan berhenti meski kau memasang wajah takut seperti itu, baby boy." Chanyeol merangkak ke arah Baekhyun sambil melepas ikat pinggangnya, "Aku sebenarnya ingin mencoba sesuatu dengan ikat pinggang. Tapi itu terlalu cepat kurasa." Chanyeol membuang ikat pinggangnya begitu saja.
"Daddy..." Chanyeol berhenti sejenak ketika Ia telah melucuti celana Baekhyun, menatap anak manis dengan rambut cokelat lembut itu dengan tatapan terkejut.
"Bukankah itu yang ingin kau coba? Ikat pinggangnya untuk mengikat tanganku kan?" Baekhyun berucap gugup dan malu, "A—aku tahu itu da—dari Fanfiction di internet. Em aku sudah dua puluh lima dan sudah legal untuk tahu yang seperti itu!"
Chanyeol menyeringai, "Aku hanya lebih tua darimu tiga tahun tapi aku merasa seperti akan menyetubuhi anak Sekolah Menengah Pertama."
"Aku anggap itu pujian, dad."
Chanyeol membelai leher hingga perut rata Baekhyun, merasakan betapa mulusnya tubuh sang supervisor. Bibirnya turun mengecupi paha anak itu dan mengarahkan miliknya yang menegang ke belahan pantat Baekhyun yang terlihat berkedut, "Setelah malam ini, kau akan ikut denganku pulang ke Jepang baby boy. Kau resign malam ini juga, jadi mendesahlah dengan keras karena kau bukan lagi supervisor disini."
Chanyeol mencium bibir Baekhyun sambil perlahan memasukkan dirinya ke dalam lubang persenggamaan milik anak itu, "Mulai hari ini statusmu berubah, kau kekasih ketua Yamazaki-ken, Park Chanyeol."
"I-iya daddy."
"Jawab sekali lagi baby boy, lebih jelas di telinga daddy!"
"Iya daddy! Baby Baekby mengerti."
Ya, dan ketika Chanyeol menghentak miliknya dengan keras , Baekhyun tahu hidupnya akan berbeda.
Semoga menjadi kekasih seorang Yakuza tidak akan seburuk itu.
THE END
A/N :
Engg... itu aku ngetik apa ya di atas?
monmaap sebelumnya, bukannya ngelanjutin ff sebelah eeh malah bikin ginian.
monmaap atas segala typo dan adegan flirting yang amatiran huhu
dan lagi-lagi-lagi pake mafia!AU aduh lagi suka kayanya sama tema cerita model begini.
Ini aku tiba-tiba dapet wangsit (?) pas kemaren lewat depan gedung hotel yang baru selesai dibangun dan headset lagi muter lagunya uri exo yang playboy dan otak kotor ini mulai bekerja -_-
buat istilah-istilah di kerjaan perhotelan itu cari aja di google. Itu aku juga nanya nanya sih sama sepupu yang kebetulan kerja di hotel waks.
Oke, semangat teross buat kalian semua yaa!
With Love, Chika.