Amarahnya tidak lagi berarti ketika rasa kecewa itu telah menguasainya.
Tangisan dan permohonan maaf itu tidak lagi berguna ketika emosi dan kesedihan sudah mencapai puncaknya.
Ketika satu pihak telah memutuskan, maka pihak lain hanya memiliki dua pilihan, menyetujui, atau menawarkan pilihan lain.
Namun dalam kasus ini, pihak pertama yang memutuskan tidak menerima pilihan apapun.
Pihak pertama sudah merasa sangat muak dan satu-satunya hal yang ingin dia lakukan adalah pergi dan tidak lagi bertemu dengan pihak kedua.

.

.

Seokjin menggigit bagian pinggir toast breadnya dengan tangan yang sibuk merapikan kertas-kertas di hadapannya. Tinggal di New York sejak dia menikah dengan Namjoon tiga tahun lalu telah membuat Seokjin terbiasa dengan sarapan yang agak terburu-buru seperti saat ini untuk menghindari kemacetan dan kesibukan di jalan-jalan New York yang ramai.

Pagi ini Seokjin harus bergegas pergi ke pengadilan untuk mengajukan perceraian di antara dia dan Namjoon. Seokjin tahu perceraian di antara pasangan Alpha dan Omega yang telah mating sangat langka, bahkan cenderung dilarang dalam pemerintahan, namun setelah semua yang Seokjin lalui, dia yakin ini adalah keputusan terbaik untuknya dan juga untuk Namjoon.

Seokjin dan Namjoon tidak bisa lagi bersama dan kelihatannya semua orang mulai menyadari itu. Seokjin menarik napas dalam dan menatap sekeliling penthouse yang dia tinggali bersama Namjoon selama satu tahun terakhir sejak mereka pindah dari apartemen Namjoon yang lama. Seokjin menelan potongan terakhir roti panggangnya kemudian mengulum bibirnya sendiri, ketika perceraian mereka disahkan, Seokjin sudah berniat untuk pindah ke apartemen adiknya, Taehyung, untuk sementara waktu sampai dia bisa mencari pekerjaan yang pasti kemudian membeli apartemen untuk dirinya sendiri.

Mata Seokjin berair saat dia mengingat masa-masa dimana dia dan Namjoon sangat dekat dan sangat bersemangat menempati rumah baru mereka. Semuanya terlihat begitu menyenangkan, begitu menggembirakan, dan begitu penuh cinta.

Namun saat ini, Seokjin hanya ingin pergi dan menjauh dari Namjoon sejauh mungkin.

Seokjin menarik napas dalam, dengan mantap dia memegang amplop berisi berkas perceraiannya dan berjalan keluar dari rumah.

Ketika Seokjin menginjakkan kaki di trotoar, dia harus berjalan dengan langkah cepat di antara orang-orang yang juga berjalan di trotoar yang sama. Seokjin tidak boleh terlambat, dia sudah menyewa seorang pengacara untuk perceraiannya kali ini dan pengacaranya sangat sibuk, Seokjin bermaksud untuk menyelesaikan urusan perceraiannya secepat mungkin agar semuanya bisa selesai dalam sebulan agar Seokjin bisa menjauh sejauh mungkin dari Namjoon saat heatnya yang mungkin saja akan datang kali ini.

Ya, satu-satunya alasan utama pihak pengadilan sangat menolak perceraian Seokjin dan Namjoon adalah karena Seokjin dan Namjoon adalah pasangan Alpha dan Omega yang sudah mating dan jelas saja seharusnya tidak boleh dipisahkan. Omega yang telah memiliki Alpha membutuhkan Alphanya untuk hidup dan begitu pula sebaliknya.

Seokjin berdiri di pinggir trotoar untuk menyebrang jalan, dia memperhatikan lampu lalu lintas untuk pejalan kaki yang masih menyala merah dan memutuskan untuk menggunakan sedikit waktu itu untuk mengambil ponselnya dan menghubungi Taehyung karena adiknya itu sudah berjanji akan mengajaknya makan bersama setelah urusan Seokjin di pengadilan selesai. Seokjin menarik keluar ponselnya dari kantung jaket dan sialnya benda lain ikut tertarik dan jatuh menggelinding ke kaki Seokjin.

"Oh," gumam Seokjin dan matanya membulat saat melihat benda apa yang terjatuh dan mulai memantul dan menjauh dari kakinya.

Itu adalah cincin pernikahannya.

"Tidak," gumam Seokjin seraya membungkuk dan secara refleks melangkah maju untuk mengejar cincinnya, tanpa memperhatikan lampu menyebrang yang masih menyala merah, dan juga sebuah mobil yang melaju ke arahnya.

Kemudian Seokjin mendengar suara decitan ban saat mengerem mendadak diikuti suara klakson yang keras, lalu rasa sakit ketika tangan kirinya ditabrak sesuatu yang keras, hentakan tabrakan itu membawa tubuh Seokjin terhempas dan kali ini kepalanya terbentur sesuatu dengan sangat kuat, benturan itu begitu menyakitkan, membuat Seokjin merasa seperti seseorang baru saja mencabut kepalanya secara paksa dari tubuhnya.

Seokjin mengerang pelan, tangan kanannya menggenggam cincin pernikahannya yang berhasil dia ambil dengan kuat, rasa sakit menyebar di seluruh tubuh Seokjin dan di tengah napasnya yang terengah, Seokjin memanggil nama Namjoon dalam kepalanya, lalu semuanya berubah menjadi gelap untuk Seokjin.

.

.

.


Re-Start of Love


.

.


a NamJin Fanfiction

by

Black Lunalite


.

.

.


Warn!

NamJin, BL, ABO!AU, Fiction.


.

.

.


Part 1 of 3


Part 1: A New Beginning


Namjoon berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan seikat bunga segar di tangannya, sejak Seokjin mengalami kecelakaan dan tidak sadarkan diri seminggu lalu, Namjoon datang ke rumah sakit setiap pagi dengan membawa bunga segar kemudian dia akan pergi bekerja dan kembali untuk menemani Seokjin hingga pagi lalu pulang ke rumah untuk mandi dan kembali membawakan bunga untuk Seokjin.

Kecelakaan yang dialami Seokjin benar-benar membuat Namjoon panik dan ketakutan setengah mati, dia mendapat telepon di tengah-tengah pemotretan dan tanpa pikir panjang segera melesat pergi ke rumah sakit tempat Seokjin berada, membuat manajernya kerepotan untuk meminta maaf dan juga mengundur waktu pemotretan karena model utamanya melarikan diri begitu saja.

Namjoon adalah model terkenal, sementara Seokjin adalah mantan aktor yang cukup dikenal di negara asal mereka, Korea Selatan. Mereka memutuskan untuk pindah ke New York tiga tahun lalu saat mereka baru menikah dan Namjoon mendapatkan tawaran untuk bekerja di agensi model yang ada di sini.

Seokjin memutuskan untuk mundur dari dunia akting dan tinggal di rumah seraya menjalankan sebuah website berisi review makanan dan juga resep-resep mudah buatan Seokjin sendiri. Website milik Seokjin sangat terkenal karena reviewnya yang jujur dan juga resepnya yang memang mudah dan tidak dilebih-lebihkan, Seokjin berhasil mendapatkan pendapatan yang lumayan dari websitenya namun semua uang yang didapatnya tidak pernah dia gunakan karena Namjoon sangat mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Ketika Namjoon tiba di depan kamar rawat Seokjin, dia melihat Taehyung, adik sekaligus pembenci Namjoon nomor dua (karena nomor satu adalah Seokjin), yang selalu memandangnya seolah dia ingin mematahkan leher Namjoon, terlebih lagi ketika dia tahu masalah yang dihadapi Namjoon dan Seokjin hingga Seokjin memutuskan untuk bercerai.

"Kau mau apa?" ujar Taehyung galak, dia berdiri di ambang pintu kamar Seokjin, menghalangi Namjoon untuk masuk ke dalam kamar Seokjin.

Namjoon tersenyum, "Hai, Taehyung, baru sampai?"

Taehyung mendecih, "Tidak usah sok ramah padaku, sialan. Pergi dari sini, kondisi kakakku akan semakin buruk jika kau ada di sini."

Namjoon masih tersenyum, "Pernah dengar soal Omega yang membutuhkan Alphanya saat sakit agar kondisinya cepat membaik dan stabil? Itu sudah dibuktikan berdasarkan penelitian."

"Heh, seperti kau masih Alphanya saja." Taehyung tersenyum miring, "Ketika perceraian kalian dinyatakan resmi oleh pengadilan, aku akan membawa kakakku pergi sejauh mungkin darimu."

Namjoon diam, walaupun sebenarnya dia menahan amarah yang mulai mengisi dadanya karena Taehyung memang selalu memancing emosinya sejak dia dan Seokjin bertengkar. Namjoon bisa paham itu karena biar bagaimanapun juga, Seokjin adalah satu-satunya keluarga Taehyung yang tersisa karena kedua orangtua mereka meninggal sejak Taehyung masih kuliah. Bahkan dulu Namjoon sendiri kesulitan mendapat izin dari Taehyung untuk menikah dengan Seokjin karena Taehyung begitu overprotektif pada kakaknya yang seorang Omega sementara dia adalah Alpha.

Taehyung menatap Namjoon dengan pandangan merendahkan dan seringai mengejek, dia tahu Namjoon menahan amarahnya karena dia juga Alpha, dan Alpha manapun tidak akan suka direndahkan seperti ini. Taehyung memiringkan kepalanya, "Dengar, Namjoon.."

Ucapan Taehyung terhenti saat dia mendengar suara erangan pelan dari dalam kamar Seokjin, Taehyung menoleh ke dalam dan dia melihat Seokjin yang tengah berusaha membuka matanya, Taehyung melompat menghampiri Seokjin, "Jin? Kau baik-baik saja?" bisik Taehyung, sejak pindah ke New York, Seokjin memang meminta Taehyung untuk tidak lagi menggunakan honorifik saat memanggilnya agar tidak mendapat tatapan aneh dari sekitar mereka.

Seokjin membuka matanya dengan dahi berkerut dalam, dia mengerjap beberapa kali sampai akhirnya mengenali wajah Taehyung. "Taehyung?" ujar Seokjin serak, dia mencoba menggerakkan tangannya namun rasa nyeri dan pegal segera menyerangnya dan lagi-lagi membuat Seokjin mengerang sakit.

"Jangan bergerak dulu, lengan bawah tangan kirimu retak dan masih digips, selain itu kepalamu juga terbentur sangat kuat dan kau harus istirahat." Taehyung menjelaskan seraya memperbaiki posisi tubuh Seokjin. "Kau mau minum sesuatu? Aku akan panggilkan perawat ke sini."

Seokjin menatap Taehyung dengan pandangan bingung, "Retak? Terbentur? Memangnya apa yang terjadi padaku?"

"Ah, kau tidak ingat ya? Kau mengalami kecelakaan saat kau akan.."

"Namjoon?" sela Seokjin saat matanya tidak sengaja melihat Namjoon yang masih berdiri di ambang pintu. "Kenapa kau berdiri di situ? Kau tidak mau menghampiriku?"

Mata Taehyung membulat besar saat Seokjin terdengar 'merengek' pada Namjoon. "Jin, kenapa.."

Seokjin melirik Taehyung, "Kau ini bagaimana? Kenapa malah kau yang berada di dekatku? Aku butuh Namjoon."

Taehyung benar-benar bingung sekarang, "Seokjin, kau yakin kau baik-baik saja? Kenapa kau malah mau dia mendekatimu?"

Dahi Seokjin berkerut sementara Namjoon yang menghampirinya berdiri diam di sampingnya, Seokjin meraih tangan Namjoon dan menggenggamnya, "Kau kenapa sih, Tae? Namjoon kan Alphaku, memangnya salah kalau aku ingin dekat dengannya?" Seokjin menatap Namjoon, "Joon.. badanku sakit~" rengek Seokjin pada Namjoon.

Namjoon refleks membungkuk saat Seokjin mengeluarkan nada manjanya, "Ah, iya, mana yang sakit?" ujarnya seraya mengelus tangan Seokjin yang menggenggamnya.

Taehyung terlihat ingin sekali melempar kursi karena frustasi, "Seokjin! Kau positif gila! Aku akan memanggil dokter!" seru Taehyung kemudian dia melesat keluar dari kamar rawat Seokjin.

"Kenapa sih dia?" gumam Seokjin lagi kemudian dia menoleh ke arah Namjoon, "Joon? Kau tidak mau memelukku? Kenapa kau jahat sekali? Aku kan sedang sakit.." Seokjin memasang wajah cemberutnya.

Walaupun masih sangat bingung, Namjoon tetap menurut dan duduk di pinggir tempat tidur Seokjin kemudian menggerakkan tangannya dengan hati-hati di atas kepala Seokjin untuk memeluknya. Seokjin menggumam nyaman dan memejamkan matanya saat lengan Namjoon membungkusnya.

Namjoon tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat ini dia merasa begitu bersyukur karena setelah minggu-minggu pertengkaran mereka, Seokjin kembali berada di dalam pelukannya.


.

.

.


"Kami belum bisa memastikannya secara pasti karena membutuhkan serangkaian tes lebih lanjut, tapi berdasarkan respon pasien Seokjin Kim, maka kami bisa menyatakan bahwa saat ini pasien kehilangan sebagian ingatannya karena benturan keras yang dia alami."

Namjoon dan Taehyung yang duduk bersebelahan di meja dokter yang menangani Seokjin terlihat seperti baru saja divonis hukuman mati. Taehyung terlihat sangat tidak percaya kakaknya hilang ingatan karena benturan saat kecelakaan itu.

"Berapa banyak ingatan yang Seokjin lupakan?" tanya Namjoon.

Dokter Seokjin memiringkan kepalanya, "Kurang lebih satu setengah tahun karena ketika kami menanyakan tanggal, Seokjin menyebutkan tahun lalu."

Taehyung mengacak rambutnya, "Apa ada kemungkinan ingatan itu akan kembali?"

Dokter itu tersenyum tipis, "Itu semua tergantung bagaimana kondisi Seokjin Kim ke depannya, tapi saat ini, sebaiknya kita semua bekerja sama untuk kesembuhan Seokjin, kondisinya masih lemah karena baru sadar setelah tidak sadarkan diri selama satu minggu." Dokter yang menangani Seokjin menatap Namjoon, "Sebagai Alphanya, kurasa ada baiknya anda berada di sisinya, itu akan membantu Seokjin agar lebih rileks dan nyaman."

Taehyung mendelik dengan begitu tajam pada Namjoon sementara dia berpura-pura tidak melihatnya, "Ah ya, baiklah, saya akan melakukannya."

"Nah, kalau begitu saya rasa penjelasan saya sudah cukup, kami akan melakukan serangkaian tes lainnya untuk memastikan kondisi Seokjin. Jangan khawatir, Tuan-tuan, Seokjin Kim akan baik-baik saja dalam perawatan kami."

Namjoon dan Taehyung berdiri dan setelah mengucapkan terima kasih pada dokter itu, mereka berdua berjalan keluar. Tepat ketika pintu ruangan dokter itu menutup, Taehyung segera mendorong tubuh Namjoon dan menyudutkannya di dinding.

"Dengar," desis Taehyung, "Kakakku memang hilang ingatan, tapi aku bersumpah demi Tuhan aku akan membuatnya kembali mengingat apa yang dia lupakan." Taehyung menggeram marah, "Termasuk apa yang sudah kau lakukan padanya."

"Taehyung, semua yang terjadi hanya salah paham. Aku tidak.."

"Tutup mulutmu yang penuh omong kosong itu." Taehyung berujar dengan nada mengancam, "Sekarang Seokjin memang membutuhkanmu karena dia melupakan kejahatanmu padanya, aku akan membiarkanmu membantu kakakku untuk sembuh, tapi ketika kakakku sembuh, jangan harap kau bisa melihatnya lagi."

Taehyung melirik sekitarnya dan melihat beberapa orang memperhatikan mereka, dia menarik dirinya menjauh dari Namjoon kemudian berjalan cepat melintasi koridor. Sementara Namjoon masih berdiri diam di koridor dan memikirkan hasil diagnosa Seokjin.

Jika Seokjin melupakan satu setengah tahun ingatannya, maka itu berarti Seokjin melupakan amarahnya pada Namjoon, masa awal pernikahan mereka diisi dengan penuh rasa bahagia dan juga kemanjaan Seokjin. Oleh karena itu tidak heran tadi Seokjin langsung merengek pada Namjoon saat dia bangun.

Saat ini yang ada dalam kepala Seokjin tentunya masa-masa bahagia mereka, Seokjin jelas melupakan pertengkaran mereka, dan Namjoon bisa menggunakan ini sebagai cara untuk membuat Seokjin kembali jatuh cinta padanya. Namjoon memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sementara kakinya terus melangkah menghampiri kamar rawat Seokjin, dia beruntung karena hari ini dan besok dia tidak memiliki jadwal, tapi Namjoon juga telah memohon pada manajernya untuk membiarkan jadwalnya kosong untuk sisa minggu ini karena dia ingin menemani Seokjin.

Ketika Namjoon tiba di kamar Seokjin, dia melihat Omeganya yang cantik itu sedang berbaring dengan pandangan tertuju ke arah jendela kamarnya. Seokjin menoleh ketika mendengar suara Namjoon masuk ke dalam kamarnya, "Namjoon, kenapa lama sekali?"

Namjoon tersenyum tipis, dia bergerak menghampiri Seokjin dan beringsut naik ke atas tempat tidur Seokjin dan memeluknya. "Maaf, tadi dokter menjelaskan padaku bagaimana kondisimu."

"Oh? Lalu? Apa katanya?" tanya Seokjin dengan tangan yang mengusap-usap lengan Namjoon yang melingkari perutnya.

"Dokter bilang jangan banyak bergerak agar tulang tanganmu yang retak bisa segera sembuh, kemudian efek benturan di kepalamu akan menyebabkan mual, dan.. dokter bilang kau melupakan sebagian ingatanmu."

Seokjin terdiam sebentar, "Ya, dokter bilang sudah satu tahun lebih berlalu dari tanggal yang kusebutkan saat mereka memeriksaku tadi." Seokjin menatap Namjoon, "Aku hanya ingat soal rencana perjalanan kita ke Paris untuk menghadiri fashion week karena kau mendapatkan undangannya. Apa kita pergi ke sana?"

Namjoon tersenyum, "Ya, kita pergi ke sana, Seokjin. Bahkan aku akan mengisi fashion week di New York dan juga Paris kali ini. Mereka mengundangku sebagai satu-satunya model Asia untuk berjalan di runway Paris."

Mata Seokjin membulat, "Benarkah? Wah, Alphaku memang yang terbaik!" ujar Seokjin ceria, "Aku tidak bisa banyak bergerak sekarang, jika saja bisa, aku pasti sudah menciummu, Joon."

Namjoon tertegun, dia bahkan hampir lupa bagaimana rasa ciuman Seokjin karena Seokjin memang tidak pernah lagi menciumnya sejak lama, bahkan sebelum pertengkaran hebat mereka terjadi. Namjoon tersenyum dan mengusap pipi Seokjin, "Oh, kalau begitu biar aku yang bergerak untuk menciummu." bisik Namjoon sebelum kemudian dia menunduk dan menempelkan bibirnya di atas bibir Seokjin.

Tepat ketika bibirnya menyentuh bibir Seokjin, Namjoon merasa seperti ada kembang api yang meledak dalam kepalanya, Namjoon menahan diri untuk tidak meluapkan kerinduannya akan Seokjin dengan mencium Seokjin habis-habisan karena dia tahu itu akan membuat Seokjin merasa ada yang salah.

Namjoon berusaha keras mengontrol dirinya agar memberikan ciuman yang biasanya selalu dia berikan pada Seokjin agar Omeganya itu tidak curiga mengenai hubungan mereka belakangan ini yang dia lupakan.

Namjoon akan membuat Seokjin kembali padanya di waktu yang singkat ini sebelum Seokjin mengingat kembali apa yang dia lupakan dan tentunya akan kembali meninggalkan Namjoon.


.

.

.


Masa perawatan Seokjin di rumah sakit telah selesai dan hari ini dia akan pulang, akhirnya setelah seminggu penuh observasi perawatan, dokter yang menangani Seokjin mengizinkan Omega itu untuk pulang, sebenarnya selama seminggu itu Seokjin selalu mengeluh ingin pulang karena dia tidak suka tidur di rumah sakit.

Namjoon merapikan tas berisi pakaian Seokjin sementara Seokjin sendiri duduk di pinggir tempat tidur dengan tangan yang masih memakai gips dan juga perban di kepalanya. "Butuh bantuan, Joon?" tanya Seokjin.

Namjoon tersenyum tipis, "Bagaimana kau akan membantuku dengan tangan seperti itu? Duduk diam di sana, aku akan membereskan semuanya dengan cepat."

Seokjin menghela napas pelan, "Sayang sekali Taehyung ada pekerjaan sehingga dia tidak bisa ikut mengantarku pulang."

Namjoon diam-diam tersenyum, dia sangat bersyukur Taehyung memiliki pekerjaan untuk pemotretan sebuah event sehingga dia tidak ada di New York sejak kemarin dan akan pergi selama sepuluh hari, kemudian setelah pekerjaan ini selesai, nampaknya Taehyung juga akan semakin sibuk dan entah kapan dia bisa bertemu Seokjin. Adik dari Seokjin itu benar-benar selalu membuat Namjoon menjauh dari Seokjin walaupun dia belum tega menceritakan masalah pertengkaran di antara Namjoon dan Seokjin.

Sebenarnya, Namjoon bisa mengerti kenapa Taehyung sangat marah, Seokjin dan orang lain yang melihat berita mereka pun merasa marah pada Namjoon. Namun sayangnya Namjoon tidak berani menjelaskan kesalah pahaman itu pada media, dia berniat menjelaskannya hanya pada Seokjin saja namun Seokjin tidak mau mendengar penjelasan apapun darinya.

Yah, memang hubungan mereka sedang dalam masa yang kurang baik sebelum pertengkaran itu terjadi jadi wajar saja jika Seokjin benar-benar tidak mau mendengar penjelasannya lagi.

Namjoon menegakkan tubuhnya setelah selesai membereskan tas berisi barang-barang Seokjin kemudian dia menoleh ke arah Seokjin yang masih duduk diam seraya memainkan kakinya. "Sayang, aku akan pergi mengambil kursi roda untukmu, kau tunggu dulu di sini, oke?"

"Kurasa aku bisa berjalan sampai depan."

Namjoon menggeleng, "No, baby." Namjoon berjalan menghampiri Seokjin dan berdiri di depannya, dia sedikit membungkuk untuk mengecup kepala Seokjin, "Tunggu di sini."

Seokjin mengangguk dengan wajah pasrah yang lucu hingga membuat Namjoon tidak tahan untuk mengelus pipinya kemudian berjalan keluar. Ketika Namjoon pergi mengambilkan kursi roda untuk Seokjin, beberapa orang terlihat meliriknya, media sudah mengetahui kabar mengenai kecelakaan Seokjin namun Namjoon memang menjauhkan semua media itu dari Seokjin, untungnya Seokjin belum boleh menonton TV terlalu lama sehingga dia tidak pernah secara tidak sengaja menonton berita soal mereka di TV.

Namjoon kembali menjemput Seokjin di kamarnya kemudian membantunya menaiki kursi roda dan membawanya keluar kamar. Seokjin duduk diam di atas kursi rodanya dengan tas berisi barang-barangnya di pangkuan, beberapa orang memperhatikan mereka sementara perawat mengucapkan selamat jalan untuk Seokjin.

"Joon,"

"Ya?"

"Kau tidak bekerja hari ini?"

"Aku pergi nanti malam untuk menghadiri pemutaran perdana film, tapi setelahnya aku akan segera pulang, jangan khawatir."

Seokjin tersenyum, "Tidak apa, aku mengerti pekerjaanmu, aku justru khawatir karena selama aku dirawat di sini kau hampir selalu ada di sini dan hanya pergi beberapa jam untuk bekerja." Seokjin mendongak menatap Namjoon, "Aku tidak mau suamiku dipecat jadi model hanya karena aku yang sedang sakit."

Namjoon tersenyum menenangkan, "Aku baik-baik saja, lagipula aku sendiri yang tidak tenang meninggalkanmu sendiri di rumah sakit terlalu lama."

Namjoon membawa Seokjin ke mobil mereka kemudian setelahnya masuk ke dalam mobil untuk membawa Seokjin pulang. Seokjin memperhatikan seisi mobil Namjoon kemudian menatap Alphanya, "Apa ini mobil baru?"

Namjoon tertegun, dia baru ingat kalau dia mengganti mobilnya kurang lebih enam bulan lalu dan jelas Seokjin melupakan itu, "Ah ya, aku membelinya enam bulan lalu." Namjoon menggaruk ujung hidungnya, "Mobil lama kita menjadi mobilmu sekarang, ada di rumah."

Seokjin melebarkan matanya, "Ow, apakah kondisi ekonomi kita membaik selama satu setengah tahun yang kulupakan?"

Namjoon tersenyum lebar seraya menatap Seokjin, "Ya, sayang. Aku mendapat banyak pekerjaan hebat belakangan ini." Namjoon berdeham, "Kau juga mendapatkan tawaran untuk bekerja di sebuah agensi setelah membantuku dalam sebuah pemotretan," Namjoon mengerutkan dahinya, "Tapi kau menolaknya."

Kali ini Seokjin yang mengerutkan dahinya, "Aku menolak tawaran untuk bekerja di agensi? Kenapa?"

"Aku tidak tahu, kau tidak menjelaskan alasannya padaku." Namjoon membawa mobil mereka keluar dari rumah sakit, "Kita juga sudah pindah ke rumah baru, kita tidak lagi tinggal di apartemen yang dulu."

"Wah, nampaknya aku benar-benar melupakan banyak hal." Seokjin menunduk menatap cincin di jari manis tangan kanannya, dia memainkannya sebentar dan tertegun. "Namjoon.."

"Ya?"

"Apa ada masalah di hubungan kita?"

Namjoon terdiam, dia merasa seolah jantungnya berhenti saat Seokjin bertanya seperti itu. Dia melirik Seokjin dengan hati-hati, "Kenapa bertanya seperti itu?"

Seokjin masih memainkan cincin di jarinya, "Cincin ini terasa longgar, sepertinya aku bertambah kurus. Dan kau mengenalku, aku tidak akan kurus jika aku tidak stress atau sakit berat." Seokjin memandang lurus ke depan, "Apa kita sedang bertengkar di hari aku mengalami kecelakaan?"

Namjoon tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan itu.

To Be Continued

.

.

Karena kepanjangan kalau dijadiin oneshoot (totalnya 13k+ sampe epilog di akhir cerita), makanya dia aku bagi jadi 3 part ya. hehehe