Chanyeol, Sehun dan Tao memandang malas wali kelas mereka. Di depan mereka, Shim Seam tidak berhenti mengoceh mengenai nilai mereka yang buruk.

Sesekali wali kelas mereka yang berkumis dan berkepala botak itu menempeleng kepala mereka. Tentu saja dibalas dengusan malas yang berimbas plototan.

"Aku bosan mendengar cerita dari guru-guru di sini mengenai kelakuan dan nilai kalian yang buruk. Apa kalian tidak berniat masuk kuliah?!"

Sehun mengorek kupingnya mendengar teriakan si kepala botak. Shim Seam yang melihat itu menempeleng kepala Sehun hingga siswa itu mengaduh.

"Hei, jawab!"

"Iya, Seam. Kami ingin kuliah." Jawab mereka malas-malasan.

"Jika ulangan depan nilai kalian tidak mengalami kenaikan, akan ku panggil orang tua kalian ke sekolah. Mengerti?!" Teriakan kembali memenuhi ruang guru, untung hanya sedikit guru yang masih tinggal. Ketiganya mengangguk kaku mendengar ancaman si botak.

"Kembali ke kelas kalian sana!" Ketiganya buru-buru bangkit dan berlari keluar ruang guru.

--

"Gila! Si botak itu berbicara sampai liurnya keluar semua." Tao mendengus sebal mengingat kejadian tadi di sekolah.

Sekarang ketiganya sedang dalam perjalanan pulang. Setelah menaiki bus dan turun di halte yang tidak jauh dari apartment, mereka berjalan diselingi obrolan tidak jelas.

Chanyeol, Sehun, dan Tao tinggal dalam satu apartment. Sebenarnya Sehun dan Tao menumpang di unit Chanyeol. Mereka berdua terlalu sering mampir dan berujung menginap.

Orang tua mereka bertiga tidak mempermasalahkan anak mereka yang lebih sering menghabiskan waktunya di aprtment Chanyeol dibanding rumah.

"Hei, ngomong-ngomong siapa yang akan membantu kita belajar? Bisa gawat jika Appa tahu nilaiku yang tidak jauh dari angka 3." Chanyeol membayangkan wajah ayahnya yang sedang marah besar.

"Aku tidak mau kena hukuuuum!" Sehun tiba-tiba berteriak mengagetkan kedua temannya.

"Ya! Bikin kaget saja." Kepala Sehun ditempeleng Chanyeol dari belakang.

Mereka terus berdebat tidak jelas sampai depan apartment. Hingga tidak menyadari pemuda manis, tetangga mereka, tersenyum geli melihat pertengakaran kecil itu.

"Halo, adik-adik manis. Kalian baru pulang sekolah ya?" Kim Jongin atau biasa dipanggil Jongin-Hyung-yang-seksi sedang menyapa mereka dengan senyum secerah matahari.

Ketiganya mengangguk serentak. Terbengong dengan kecantikan Jongin, apalagi bibir merahnya. Uh, kenapa Jongin Hyung cantik sekali?

"Mau mampir untuk makan malam? Aku berencana membuat samgyetang. Aku yakin kalian akan memesan makanan lagi. Jadi untuk menghemat uang jajan kalian. Hyung ini akan memasakan kalian sesuatu." Jongin tersenyun lebar, memamerkan gigi putihnya yang rapi.

"Tentu saja, Hyung. Kami akan mandi dan akan ke unitmu setelah selesai." Sehun menjawab dengan semangat. Masakan Hyung seksinya ini memang enak sekali.

"Baiklah. Sampai jumpa nanti." Jongin memutar badan untuk masuk ke dalam unit. Ketiga bocah 19 tahun itu tidak berhenti berkedip melihat pantat sekal Jongin bergerak mengikuti pemiliknya.

"Wow, pemandangan yang menakjubkan." Chanyeol berseru kemudian masuk ke unit mereka setelah pantat bohay itu tidak terlihat lagi.

Dasar bocah-bocah mesum.

--

Chanyeol memakan makanannya sambil memandang bibir Jongin yang bergerak gerak menggemaskan. Tiba-tiba saja dia ingat nilai mereka yang buruk sekali. Mungkin Jongin Hyung mau mengajari mereka.

"Hyung. Hyung. Jongin Hyung." Chanyeol berseru memanggil Jongin dengan suara beratnya yang ceria. Jongin menoleh masih dengan mulut mengunyah ayam.

"Ada apa, Chanyeolli?" Ketiganya memekik tertahan melihat wajah imut Jongin.

"Ajari kami, ya?"

"Ajari apa?" Jongin bertanya heran.

"Nilai semua mata pelajaran kami sangat buruk. Orang tua kami akan dipanggil jika tidak ada peningkatan nilai di ulangan depan. Ajari kami ya, Hyung." Ketiganya menatap memohon Jongin.

"Hah, baiklah. Kalian mau mulai dari mana?"

Sudah lebih dari 30 menit Jongin mengajari tentangga bocahnya itu matematika. Wajahnya terlihat kesal sekali pada ketiganya, yang lama sekali paham materi peluang.

"Begini saja. Jika kalian mengerjakan 10 soal ini dan benar semua. Aku akan mengabulkan satu permintaan kalian sebagai hadiah." Jongin memberikan motivasi untuk ketiga bocah di hapadannya itu.

"Ok, tapi Hyung harus benar-benar mengabulkan permintaan kami." Sehun sudah membayangkan tubuh telanjang Jongin yang dia dan kedua temannya kerjai sepuasnya. Hahaha. Ketawanya dalam hati.

"Tentu saja. Sudah cepat kerjakan. Jangan menyalin jawaban tapi kalian boleh berdiskusi." Jongin memberikan keringanan pada ketiganya.

"Lihat saja kami pasti akan menyelesaikan soal-soal ini." Chanyeol berujar menggebu-gebu dengan Tao yang bersorak di sampingnya.

Tiga puluh menit kemudian Jongin sudah memeriksa jawaban ketiga bocah di depannya. Chanyeol terkapar di karpet depan sofa, sedangkan Sehun dan Tao memandang Jongin dengan cemas.

Sehun duduk di belakang Jongin dengan alibi ingin melihat jawaban mereka yang sedang diperiksa. Padahal tangannya dari tadi menjalar kemana-mana di tubuh Jongin.

"Hmm, kalian memang harus diberi hadiah dulu ternyata agar cepat mengerti." Jongin mengangguk-anggukan kepalanya melihat jawaban ketiganya.

"Jadi kalian ingin kubelikan apa? Sepatu? Game?" Jongin bertanya pada bocah-bocah itu.

Ketiganya menggeleng mendengar pertanyaan Jongin, membuatnya bingung. Jongin pikir bocah remaja suka membeli sepatu atau bermain game. Jadi dia mengira Chanyeol, Sehun dan Tao akan memintanya membelikan salah satu benda itu.

"Kami ingin bermain game dengan Jongin Hyung." Chanyeol menjawab dan diangguki Sehun dan Tao.

"Baiklah. Ayo, kalian mau bermain apa?" Ketiganya menyeringai licik mendengar Jongin yang setuju setuju saja.

--

Jongin sedang berbaring di meja kayu ruang tengahnya dengan baju tersingkap ke atas. Bibirnya sedang dilumat oleh Tao. Sedangkan Sehun sedang menghisap juga menggigit puting kanannya dan Chanyeol yang sedang mengecupi perut ratanya. Sesekali tangan Chanyeol memilin puting kirinya.

Di umurnya yang ke 25, Jongin tidak pernah membayangkan melakukan seks dengan bocah remaja. Apa lagi tetangganya yang manis-manis itu. Nyatanya ketiga remaja yang dia sebut manis, memiliki badan lebih besar dan kekar dibanding miliknya.

"Mmh-" Desahnya saat ada tangan yang menyentuh penisnya dari luar celana pendek. Kedua tangannya mencoba melepaskan diri dari ketiga remaja yang memiliki hormon meledak-meledak.

Walaupun dia tidak asing dengan seks, karena pernah melakukannya beberapa kali dengan teman kencannya. Tapi melakukannya dengan ketiga bocah ini bukanlah pilihan yang tepat.

"Hah- hah hah." Nafas Jongin memburu.

"Ya! Bukan permainan seperti ini yang ku bayangkan." Jongin berteriak kesal setalah berhasil meloloskan diri dari sentuhan ketiga tetangga remajanya. Kemudian dia terduduk di atas meja dan membenarkan kaosnya yang tadi tersingkap.

"Tapi kan Jongin Hyung sudah berjanji akan mengabulkan permintaan kami." Chanyeol memasang wajah memelas. Menggoyahkan pertahanan Jongin.

"Benar, padahal kami sudah berusaha keras mengerjakan soal itu." Tao berujar sedih. Oh tidak.

"Kami sedih sekali Jongin Hyung tidak ingin bermain dengan Sehunni, Chanyeolli dan Tao." Sehun memasang wajah sedihnya membuat Jongin merasa bersalah.

"Baiklah. Maafkan Hyung. Kalian boleh melakukan apa saja kalau begitu." Jongin kalah telak dengan tatapan memelas ketiga bocah manis-menurutnya. Padahal tidak ada manis-manisnya.

Jongin pikir membiarkan Chanyeol, Tao dan Sehun sedikit bermain-main dengannya tidak akan menjadi masalah. Tapi pikirannya salah ketika melihat wajah memelas mereka berubah menjadi seringaian mesum nan licik.

"Nah kalau begitu sekarang ayo lepas bajumu, Hyung." Sehun berujar santai sambil mengecupi pipi yang bersemu merah milik Jongin.

Jongin melepas bajunya ragu-ragu. Chanyeol, Tao dan Sehun memandangnya tidak sabaran. Membuatnya tidak yakin apakah keputusannya benar membiarkan ketiga bocah remaja ini menjamahnya.

"Ayo cepat, Hyung. Celananya juga." Tao berujar santai sambil mencoba menarik celana pendek Hyungseksi mereka.

Jongin sudah telanjang bulat, memperlihatkan penis mungilnya yang tidak ditumbuhi bulu satu pun. Dia sekarang sedang berdiri dengan kepala menunduk dan mencoba menutupi tubuh bagian atas dan bawah dengan kedua tangannya.

Wajahnya makin bersemu merah ketika melihat ketiga bocah remaja di depannya juga melepas seluruh baju mereka. Dia tidak menyangka penis ketiganya besar dan panjang. Padahal mereka masih remaja, membuatnya malu bukan main.

"Berlutut, Hyung. Aku ingin kau memberikanku blow job." Penis Chanyeol berada di depan wajahnya. Bahkan dia bisa mencium aromanya.

Jongin meraih penis Chanyeol dan menjilatnya dimulai dari kepala hingga pangkalnya juga skortumnya juga tidak lupa dia manjakan.

"Mngh-" Chanyeol mengeram nikmat menerima blow job Jongin yang terkesan hati-hati.

Tao dan Sehun yang tadi hanya melihat kini ikut bergabung bersama keduanya. Kini Jongin tengah berlutut di tengah tiga remaja berbadan kekar. Mulutnya sibuk menghisap penis Chanyeol dan menelan precum yang keluar, sedangkan kedua tangannya dia gunakan untuk mengocok penis besar Tao dan Sehun.

Jongin menggerakan kepalanya maju mundur. Mulutnya mencekung, memberikan kenikmatan pada penis Chanyeol. Hanya seperempat penisnya yang mampu dia telan, itu pun sudah berulang kali membuatnya tersedak.

Sedangkan mulutnya sibuk bekerja pada penis Chanyeol, kedua tanganya bekerja keras mengocok penis besar Tao dan Sehun dengan cepat. Tangannya mulai basah terkena precum mereka berdua.

"Mngh-okh Ohokh-" Jongin kembali tersedak berulang kali karena Chanyeol mulai menggerakan pinggulnya sambil mencengkram rambutnya. Penis besar itu masuk sampai tenggorokannya, menggerakannya secara kasar.

"Aah ah- kau sungguh nikmat, Hyung." Chanyeol menggeram rendah merasakan pijatan tenggorokan Jongin pada tiga per empat penisnya.

"Jangan melupakan kami, Hyung." Sehun berujar kesal karena gerakan tangan Jongin pada penisnya melambat. Sehun dan Tao membantu menggerakan tangan Jongin dengan menggenggam tangannya dan menggerkan pinggul mereka berdua.

Jongin mencoba melepaskan cengkraman Chanyeol pada rambutnya. Tenggorokannya sakit dan dia sulit bernapas. Matanya mulai berair ketika Chanyeol benar-benar melesakan seluruh penis pada mulutnya hingga hidungnya tenggelam pada rambut pubik Chanyeol. Dia dapat merasakan sperma Chanyeol keluar memenuhinya.Mengalir pada tenggorokannya dan mau tidak mau harus dia telan.

"Oakh-" Chanyeol merasakan kenikmatan ketika sampai pada puncaknya ditambah dengan remasan tenggorokan Jongin pada penisnya. Setelah tidak ada sperma yang keluar lagi dia melepaskan penisnya dan langsung disambut dengan suara batuk Jongin.

Bibir Jongin memerah dengan saliva bercampur sperma di sekitarnya. Wajah Jongin pun ikut memerah karena kesulitan bernafas beberapa saat lalu.

Chanyeol berjalan menuju sofa meninggalkan Jongin dengan kedua temannya. Dia merebahkan tubuhnya mengumpulkan kembali energinya sambil melihat Jongin melayani Tao dan Sehun.

"Menungging, Jongin Hyung. Kami belum selesai." Belum sempat Jongin menetralkan nafasnya. Punggungnya didorong untuk menungging, memperlihatkan pantatnya yang mulus dan bersih.

Kedua tangan dan lutut Jongin menumpu berat badannya. Di depannya Sehun menamparkan penisnya pada wajahnya yang memerah, membuat precum menempel pada pipi dan mengenai matanya. Sedangkan Tao sedang menggigiti pantat Jongin, saking gemasnya dengan dua bongkahan pantat itu.

Jongin memejamkan mata tidak ingin precum itu memasuki matanya, sedangkan lidahnya mencoba menjilati penis Sehun ketika melewati bibirnya.

"Wah rupanya Jongin Hyung tidak sabar menghisap penisku, ya?" Sehun tertawa kecil melihat Hyung seksi mereka yang sedang terangsang bisa sangat menggairahkan.

"Ayo, Sehunni, biar Hyung hisap penismu. Hyung ingin minum sperma lagi." Jongin sudah benar-benar terangsang. Dia bukan tipe pemalu saat berhubungan seks. Dan ini sudah lebih dari tiga bulan dari terakhir kali dia melakukan seks. Teman kencannya sedang ada pekerjaan di Jepang, membuat mereka tidak bisa bertemu.

"Wow siapa sangka Jongin Hyung bisa jadi sejalang ini." Tao tidak menyangka dapat mendengar ucapan kotor dari Jongin. Dia merapatkan kedua paha Jongin dan menyelipkan penisnya di antara paha mulus itu. Tangannya sesekali menampar pantat Jongin hingga memerah.

"Makan ini, Hyung." Akhirnya Sehun memberikan penis besarnya untuk dihisap Jongin. Ukuran ketiga penis mereka sama.Besar, panjang dan gemuk.

Sehun langsung menggerakan kasar pinggulnya, sedangkan Jongin menggunakan tangan kirinya untuk memijat penis Sehun yang tidak dapat masuk pada mulutnya. Rambutnya kembali dicengkram hingga rasa panas dapat dia rasakan pada kulit kepalanya. Sedangkan dibelakangnya Tao masih sibuk melecehkan pahanya yang basah karena keringat dan precum dari penis besar Tao.

Jongin kepayahan saat tubuhnya terdorong dari belakang dan depan. Apa lagi dia hanya bertumpu pada satu tangan. Tubuhnya berulang kali terhimpit dari dorongan kasar kedua bocah itu.

Tao yang tadinya berdiri dengan lutut, kini membungkukkan tubuhnya. Menciumi punggung Jongin, dan tangannya yang ikut melecehkan puting Jongin yang mulai memerah dan bengkak.

"Mngh- okh aokh-" Jongin meringis perih. Penis Sehun ditenggelamkan sedalam-dalamnya hingga menyumbat tenggorokannya. Sehun mendiamkan penisnya, merasakan remasan kencang dari tenggorokan Jongin yang tersiksa.

Wajah memerah Jongin yang berurai air mata semakin menambah gairah. Sehun menggeram senang dapat membuat Jongin Hyungyang seksi kepayahan karenanya.

Setelah puas menyiksa tenggorokan Jongin dengan penisnya, Sehun mempercepat gerakan pinggul dan kepala Jongin untuk meraih puncaknya. Penisnya tetap dia gerakan walau dia sedang mencapai puncak. Membuat Jongin tersedak sperma yang memenuhi mulutnya. Jongin kesulitan menelan sperma Sehun karena sesak napas dan penis yang menohok teggorokannya berulang kali dengan kasar. Jongin kembali terbatuk karena ulah bocah remaja itu.

Setelah Sehun melepaskan penisnya, Tao yang belum meraih klimaks, membawa Jongin ke atas meja kayu. Kepala Jongin dia buat terkulai dari meja untuk digunakan memuaskan penisnya. Chanyeol yang energinya sudah kembali, ikut mengerjai tubuh Jongin dengan memainkan penis mungil itu.

"Aohok- ha" Jongin kembali tersedak penis. Kali ini milik Tao yang memasukinya tanpa aba-aba. Karena Tao memasukinya dari atas, skortum bocah itu menggesek hidungnya. Salah satu tangannya menahan pinggul Tao agar tidak masuk begitu dalam. Tenggorokannya mulai terasa perih. Dan dapat dipastikan jika besok dia akan kesulitan berbicara.

Mulutnya yang terbuka lebar terus dimasuki penis besar Tao dengan kasar. Giginya ikut memberi nikmat pada penis Tao. Walaupun dalam keadaan tersiksa seperti ini Jongin tetap bekerja keras memanjakan penis Tao dengan menggerakan lidahnya.

"Mmngh- hakh akh ouhok-" Desahannya tercampur dengan suara tersedak. Suara becek dari mulut Jongin dengan penis Tao dapat terdengar jelas oleh mereka.

Posisi kepala Jongin yang seperti ini membuatnya semakin tersiksa, karena penis besar, panjang dan gemuk itu langsung menyumbat tenggorokannya. Wajah memerahnya sudah basah dengan air mata, saliva dan juga sperma.

Jongin menggeleng, berusaha melepaskan diri, ketika Chanyeol menghisap penis mungilnya kencang. Seakan memaksa keluar cairan yang berada di dalamnya.

Tangan kirinya mencoba mendorong pinggul Tao yang menghimpit kepalanya dengan meja. Sedangkan tangan kanannya mendorong kepala Chanyeol yang menyiksa penisnya. Penisnya terasa tertarik oleh hisapan kuat Chanyeol. Walau tidak dipungkiri jika rasa nikmat juga dia rasakan.

"Akhhu-dhaah hakh" Jongin berujar susah payah memohon pengampunan. Tentu saja membuat ketiga bocah remaja yang mendominasinya makin bergairah.

Sehun yang tadinya beristirahat, kembali menikmati tubuh berpeluh Jongin yang kepayahan menerima kenikmatan. Bibirnya sibuk melumat puting bengkak Jongin kuat. Tangannya juga tidak tinggal diam meremas dan memilin puting Jongin yang lain.

"Aah hisap, Hyung. Sebentar lagi aku sampai." Gerakan pinggul Tao pendek-pendek dan semakin cepat. Penisnya terus dia tenggelamkan untuk merasakan remasan tenggorokan Jongin.

Chanyeol di bawahnya masih sibuk menghisap penis mungilnya. Kaki Jongin kini sudah dinaikan dan dilipat mengangkang. Memudahkan Chanyeol memainkan lubang anusnya yang sudah lama tidak terjamah.

Jongin sudah tidak kuat lagi. Titik nikmatnya terus dimanjakan. Penis, anus dan juga dadanya terus dipermainkan Sehun dan Chanyeol.

"Cph mph" Suara Sehun yang menikmati puting Jongin terdengar keras. Dada sebelah kanannya mulai membengkak karena terus dihisap dan diremas Sehun.

"Ooohok-" Jongin sampai pada puncaknya saat tiba tiba jari tengah Chanyeol dilesakan pada anusnya. Penisnya menyemburkan sperma dalam mulut Chanyeol.

Saat Tao masih berusaha meraih klimaks. Chanyeol menaikan pinggang Jongin hingga pantatnya terangkat, memperlihatkan lubang merahnya yang berkedut.

Sperma Jongin yang berada di mulut Chanyeol, diludahkan pada lubang Jongin. Membuatnya basah dan berkedut. Kemudian dua jari Chanyeol kembali mengocok lubang itu dengan brutal.

"Aah kau sungguh nikmat, Hyung. Telan spermaku. Kau suka sperma bukan, Hyung?" Tao kembali menekan penisnya dalam-dalam. Tidak mempedulikan Jongin yang kesulitan menelan dalam posisi mendongak saat ini.

Chanyeol dan Sehun tidak membantu sama sekali. Keduanya sibuk mengocok lubang dan meremas dadanya.

Ketika Tao melepas penisnya, Jongin terkulai lemas. Dia baru memanjakan mereka menggunakan mulutnya saja sudah selelah ini. Dia tidak yakin dapat bertahan saat mereka memintanya melayani menggunakan lubang analnya.

"Hah- hahh- hah. Sudah, aku lelah sekali." Jongin berujar pelan karena Sehun dan Chanyeol masih sibuk pada kegiatannya sendiri.

"Tidak, Hyung. Kami belum selesai bermain." Chanyeol berujar santai sambil melesakan dalam-dalam ketiga jarinya pada lubang anus Jongin. Membuahkan pekikan nikmat dari Jongin. Sperma kembali keluar tanpa diduga. Tubuhnya membusur merasakan puncak kenikmatannya. Bibirnya terus terbuka tanpa mengeluarkan suara apapun dengan mata terpejam.

"Setidaknya biarkan aku istirahat sebentar saja." Jongin berujar lunglai setelah orgasmenya.

Kini ketiganya membiarkan Jongin istirahat di atas meja. Tubuh telanjangnya yang bermandikan sperma dan keringat terlihat sangat seksi. Matanya terpejam dengan bibir terbuka mengais oksigen. Kedua tangannya terkulai di sampingnya dengan kaki mengangkang lemas.

--

Setelah melalui perdebatan sengit antara Chanyeol, Sehun dan Tao mengenai siapa yang akan melakukannya duluan. Akhirnya Sehun lah yang keluar sebagai orang pertama diikuti Tao dan kemudian Chanyeol.

Jongin memberikannya soal untuk menentukan urutan yang akan menikmati tubuhnya. Urutan ditentukan berdasarkan siapa yang paling cepat menjawab soal itu.

Dia menolak keras jika harus melakukannya bersama lagi. Dia mengancam akan benar-benar marah jika memaksanya. Tapi sebagai gantinya mereka ingin Jongin tidak menolak apa pun yang akan mereka lakukan.

Sekarang Jongin berada dalam kamarnya bersama Sehun. Sedangkan Chanyeol dan Tao sedang bermain game di ruang tengah, tempat mereka melakukan seks sebelumnya.

Puting kiri Jongin kembali menjadi korban Sehun setelah dada kananya dibuat bengkak dan merah. Sedangkan tangan Jongin sibuk memberikan hand jobpada penis Sehun yang masih setengah tegang.

"Aah- jangan terlaluuh kencang meremaassh, Sehunni." Jongin meringis nyeri ketika Sehun meremas kedua dadanya gemas. puting kirinya juga tidak berhenti digigit dan dihisap.

Sehun tidak mempedulikan Jongin yang menahan nyeri di kedua dadanya. Apapun caranya dia akan membuat dada Jongin membesar dan kalau bisa mengeluarkan susu. Sehun tersenyum mesum dalam hisapannya membayangkan hal itu terjadi.

"Aakh- sakith. Kenapa kau tarik, Sehun?" Sehun menarik kedua putingnya tiba-tiba dengan gigi dan kedua jarinya. Tentu saja sakit, dia hanya takut jika puting itu putus. Melihat betapa kasarnya Sehun pada puting dan juga dadanya.

"Jongin Hyungkan sudah berjanji tidak akan protes. Aku ini sedang dalam misi memperbesar dadamu loh, Hyung." Sehun melepaskan puting Jongin yang sudah memerah dan bengkak. Dia dapat melihat beberapa luka lecet pada kedua puting itu. Dan tanpa perasaan, kembali meremas dada Jongin secara kasar dan penuh nafsu.

"Tapi ini sakit, Sehunni." Jongin memelas. Dia takut melihat keadaan dadanya saat ini. Dadanya mulai membesar karena bengkak, dan terasa nyeri sekali jika tersentuh.

Sehun mencium dan menggigit perut Jongin, memberikan tanda kepemilikan di sana. Warnanya merah pekat,bahkan ada beberapa bagian yang sedikit mengeluarkan darah.

Jongin meringis nyeri tiap kali Sehun membuat tanda maupun luka pada tubuhnya dan jangan lupakan tangan Sehun yang masih aktif meremas kuat dadanya. Tangannya sudah berhenti mengocok penis Sehun, karena sibuk meremas seprai untuk melampiaskan rasa sakitnya.

"Sepertinya dadamu sudah cukup besar, Hyung." Sehun berujar santai sambil menekuk kaki Jongin hingga menyentuh dadanya.

"Aku ingin bermain dengan lubangmu, Hyung. Ini lucu sekali. Lubangmu seperti mengajakku berbicara." Sehun tersenyum senang menampilkan mata bulan sabitnya yang indah.

Sehun itu sangat imut jika sedang tersenyum seperti sekarang. Tapi apa yang membuatnya tersenyum senang itu membuat Jongin was-was.

Bocah remaja itu masih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Jongin hanya takut menjadi kelinci percobaan dari rasa ingin tahu Sehun.

"Aah- dingin Sehuunh." Jongin mendesah ketika bongkahan pantatnya dilebarkan kesamping. Dia dapat merasakan dinginnya udara.

"Kau akan merasa hangat sebentar lagi, Hyung." Sehun menjilat cincin berkerut Jongin.

"Aah ah tidaakh, Sehunh. Aakh-" Jongin terus mendesah merasakan Sehun yang menjilati dan memakan anusnya rakus.

Sehun tidak peduli pada anus Jongin yang mulai memerah. Lubang itu sangat lucu ketika sedang berkedut.

"Aah Se-sehunnih." Jongin mendesah keras ketika Sehun menghisap lubang anusnya sangat kuat. Sesekali pipi pantatnya digigit, meninggalkan warna merah di kulitnya.

"Lubangmu basah sekali, Jongin Hyung. Biar ku keringkan." Sehun berulang kali meniup lubang itu menggoda.

Jongin menggerakkan pantatnya tidak nyaman dan mencoba melepas cengkraman Sehun pada kaki dan pantatnya.

Sehun sedang duduk di depan pantat Jongin dengan salah satu kakinya yang menindih kedua kaki Jongin yang menekuk. Sedangkan tangannya mencengkram pantat Jongin, sesekali menampar dan meremasnya gemas.

"Diam, Hyung. Aku sedang mengeringkan lubangmu." Sehun berujar kesal tanpa menghentikan tiupannya.

"Ini tidak nyaman, Sehunni. Lakukan hal lain. Hyung tidak suka rasanya."

"Baiklah, kalu begitu Jongin Hyung tahan ini. Aku akan melakukan hal lain seperti permintaanmu. Jangan dilepas apapun yang ku lakukan atau aku akan berbuat kasar padamu, Hyung." Sehun menatap Jongin yang mengangguk dari sela kakinya yang terbuka ke atas karena mengangkang dan dilipat hingga pinggul itu terangkat.

"Aku akan mulai." Sehun berujar sambil menelusupkan ibu jarinya pada anus Jongin.

"Mngh-" Jongin melenguh pelan merasakan kedua ibu jari Sehun yang mencoba melebarkan anusnya dengan menariknya berlawan arah.

Sehun menggangti ibu jarinya dengan tiga jari kanannya setelah dirasa lubang Jongin sudah cukup lebar. Jarinya mulai keluar masuk secara perlahan, mengamati bagaimana lubang anus Jongin ikut tertarik dan terbenam mengikuti gerakan jarinya.

"Aah ah lebbihh cepaath, Sehhun." Jongin menggelinjang nikmat ketika ketiga jari Sehun menekan prostatnya.

Sebelum menambah kecepatan mengocoknya, Sehun menambahkan satu jarinya lagi pada lubang Jongin. Kini empat jari besar Sehun berada dalam lubang Jongin. Setelahnya Sehun mengocok lubang merah itu dengan brutal.

Suara becek dan tumbukan kulit terdengar jelas dalam kamar. Sehun tanpa merasa khawatir menekan keempat jarinya dalam-dalam. Membuat prostat Jongin tertekan kuat dalam waktu lama.

"Aaah tid-daakh, Sehhunnh. Hyungh aaah-kanh k-keluaaarh." Jongin bergetar hebat saat sampai pada puncaknya.

Spermanya keluar mengotori wajah dan rambutnya yang basah oleh keringat. Sehun menatap puas Jongin yang sangat kacau. Dia mengeluarkan keempat jarinya, melihat lubang Jongin yang terbuka dan menutup sesuai dengan tempo nafas Jongin.

"Apakah aku sudah boleh menurunkan kakiku, Sehunni?" Jongin bertanya pada Sehun yang masih asik melihat keadaan lubangnya yang melebar.

"Nanti dulu, Hyung. Aku masih penasaran dengan lubangmu. Menurutmu tanganku akan muat tidak di lubang anusmu, Jongin Hyung?" Sehun bertanya penasaran setelah melihat lubang Jongin yang melebar karena ulahnya.

Jongin menatap takut kelima jari Sehun yang berada di depan lubang anusnya. Dia menggeleng dan berniat kabur sebelum Sehun menekan kaki kirinya, membuatnya tidak bisa kemana-mana.

"Hyung, ingat janjimu." Sehun berseru kesal.

Jongin pasrah merasakan ujung jari-jari Sehun yang menguncup mulai memasuki lubang anusnya. Dia bisa melihat dengan jelas bagaimana lubang anusnya melebar dan menelan kelima jari Sehun.

"Aakh- sakit sakit, Sehun. Eaakh-" Jongin berteriak kesakitan merasakan lubangnya melebar sebesar tangan Sehun. Lubangnya menelan tangan Sehun hingga sebatas pegelangan tangannya.

"Wow, ini menakjubkan, Hyung." Sehun berseru senang melihat bagaimana lubang merah Jongin menelan tangannya.

Dia semakin melesakkan tangannya secara perlahan hingga seperempat lengannya terbenam.

"Sudaakh-" Jongin berujar kesakitan dan tidak nyaman.

Tanpa mendengarkan ucapan Jongin, Sehun menggerakkan tangannya hingga menumbuk prostat Jongin berulang kali dengan keras.

Telapak tangannya yang dia biarkan terbuka sebelumnya, dia rubah secara perlahan menjadi mengepal. Membuat dinding anus Jongin melebar sebesar kepalan tangannya.

"Sudaakh, Sehunnikh. Hyung tidak kuat aakh-" Sehun mengeluarkan tangannya secara tiba-tiba dan memasukkannya lagi dengan cepat. Menonjok prostat Jongin dengan telak. Gerakan tangannya semakin cepat dan pendek-pendek menonjok juga menekan prostat Jongin secara brutal.

"Aaakh ah aaokh-" Jongin tersedak ludahnya sendiri karena rasa sakitnya berkurang dan rasa nikmat dia rasakan terus menerus.

"Aah- samppaaih, Hyuungh sampaaiihh-" Jongin kembali klimaks hanya dengan prostatnya yang disentuh. Dia yakin bahwa prostatnya kini pasti sudah membengkak karena terus dimainkan.

Sehun tetap menekan prostat Jongin walaupun dia sudah sampai pada puncaknya. Sehun membuat prostat Jongin menjadi samsak tinjunya.

Kepala Jongin bergerak tidak beraturan merasakan tinjuan tangan Sehun pada prostatnya. Tinjuan itu tidak menyakitinya tapi memberikannya kenikmatan. Karena prostatnya yang sedang over sensitive.

"Nikmat kan, Hyung?" Sehun berseru senang sambil mengeluarkan tangannya dari anus Jongin. Rasa penasarannya tentang anus Jongin yang menelan tangannya sudah terjawab.

Jongin hanya mengangguk susah payah. Wajah dan rambutnya kembali basah terkena spermanya sendiri.

Sehun menurunkan kaki Jongin yang terangkat. Kini Sehun memiringkan tubuh Jongin dan menekuk kakinya. Lubang anusnya kembali rapat walaupun terlihat memerah dan bengkak.

"Lubangmu kembali rapat, Hyung. Hebat sekali." Sehun memandang takjub lubang anus Jongin. Tangannya berulang kali membuka dan menutup kaki Jongin, memastikan apakah lubang anus itu benar-benar kembali rapat.

"Sudah, Sehunni." Jongin berujar lemas. Tenaganya terkuras hanya untuk menjawab rasa penasaran Sehun terhadap lubangnya. Dan masih ada dua bocah dengan rasa ingin tahu juga yang harus dia layani setelah ini.

"Tunggu, Hyung. Aku masih penasaran dengan lubangmu." Sehun melepaskan genggamannya pada kaki Jongin dan turun dari kasur.

Mengambil gelas kaca di atas meja. Gelas itu memiliki leher yang panjang dengan lebar yang sama dari atas hingga bawah.

Jongin melotot horror seolah tahu apa yang akan Sehun lakukan dengan gelas itu. Lubang anusnya sudah cukuo teraniaya dengan kepalan tangan Sehun sebelumnya. Dia tidak ingin gelas itu memasuki lubangnya.

"Sehun, kau tidak akan memasukan gelas itu pada anusku kan?" Jongin bertanya gusar sambil memundurkan tubuhnya hingga mencapai kepala kasur.

Sehun menarik Jongin mendekat. Melumat bibir tebal itu dengan rakus. Bibir bawah Jongin dihisap kuat oleh Sehun. Hingga terasa menebal.

Jongin membalas lumatan Sehun sebisanya. Dia tidak menyangka akan kalah beradu mulut dengan bocah sekolah. Dagunya basah dengan saliva keduanya.

"Tenang saja, Hyung. Aku akan melatih lubangmu agar siap untuk digunakan olehku dan yang lain." Ujar Sehun setelah melapas ciumannya.

"Nah, sekarang Jongin Hyung ayo menungging." Sehun mengatakannya sambil tersenyum lebar dengan wajah kekanakannya. Berbanding terbalik dengan kalimatnya yang penuh dengan kemesuman.

Jongin menggeleng tidak setuju. Dia turun dari kasur, mencoba lari dari permain Sehun.

"Hyung mencoba melawanku? Kau sudah berjanji menuruti semua kemauanku."

Sehun menarik Jongin kembali ke kasur. Dia membuka lemari Jongin dan mengambil beberapa syal Jongin.

"Tidak, Sehun. Hyung mohon jangan gunakan gelas itu." Jongin memberontak ketika Sehun mengikat kedua tangannya di belakang punggungnya.

Sehun membalikan tubuh Jongin dan membuatnya menungging. Mulut Jongin dia sumpal dengan syal. Dia tidak ingin mendengar keributan yang akan dilakukan Jongin.

"Mmmhm" Jongin menggerakan tubuhnya berusaha melepaskan diri.

Plak

Plak

Plak

Plak

Plak

Kedua bongkahan pantatnya ditampar berulang kali oleh Sehun. Rasa perih dan panas langsung menjalar di kedua bongkahan pantatnya.

"Diamlah, Jongin Hyung." Sehun berujar kesal.

Sehun kembali melumat anus Jongin. Menghisapnya rakus kemudian menjilatnya. Sesekali lidahnya bermain di dalam anus Jongin, tidak hanya menjilatinya.

Setelah dirasanya lubang Jongin cukup basah, dia menyiapkan gelas kaca tadi di depan lubang Jongin.

Nafas Jongin memburu saat merasakan ujung gelas kaca itu mulai memasuki lubangnya. Padahal Sehun memasukannya dengan perlahan.

"Rileks, Hyung. Aku akan melakukannya dengan perlahan." Sehun mengelus pantat Jongin yang memerah.

Sehun kembali mendorong gelas itu dengan perlahan hingga menyisakan sedikit tepian untuk dipegang. Karena gelas itu terbuat dari kaca, dia bisa melihat ke dalam lubang merah Jongin yang melebar.

"Wow, lubangmu luar biasa, Hyung. Aku bisa melihat ke dalam lubang merahmu yang berkedut." Sehun meremas kedua pantat Jongin kemudian menamparnya. Membuat Jongin berjengit karena kaget dan sakit.

Pukulan itu membuat lubang Jongin mengejan dan mengeluarkan sebagian gelas dari lubangnya. Sehun yang melihat kembali menekan gelas itu untuk masuk. Kemudian menggerakannya dengan pelan.

"Eeemnngh-" Jongin menggeram merasakan pergerakan gelas di lubangnya.

"Hyung, berusahalah mengejan. Aku ingin melihat kau mengeluarkan gelas ini." Sehun berseru santai sambil menggerakan gelas keluar masuk di lubang jongin.

Jongin mengejan menuruti perintah Sehun. Sedikit demi sedikit gelas itu keluar dari lubangnya.

"Berhenti." Sehun kembali memerintah sambil memijat pantatnya. Kemudian menekan gelas itu kembali masuk.

"Lakukan lagi. Aku akan terus melakukan ini sampai lubang ini terbiasa." Sehun kembali meremasi pantat Jongin sesekali menciumnya saat Jongin kembali mengejan untuk mengeluarkan gelas.

Plak

Plak

Plak

"Ngghk nghkk kkhhkk-" Jongin memekik kesakitan ketika Sehun kembali memekuli pantatnya.

Sudah berkali-kali Jongin mengejan dan gelas itu kembali masuk di lubangnya. Pukulan itu membuat lubang Jongin mengetat dan membuat gelas yang berada di lubangnya terdorong keluar dengan cepat.

"Siapa yang menyuruh kau mengeluarkan gelas ini, Hyung?" Sehun berseru kesal dan kembali memasukan gelas itu pada lubang Jongin dengan kasar.

"Lakukan lagi."

Setalah melatih lubang Jongin hingga Jongin lemas. Sehun melepaskan ikatan dan sumpalannya.

"Hyung sudah tidak kuat, Sehunni." Jongin berujar dengan suara serak setelah Sehun membaringkannya dengan posisi terlentang.

"Tunggu, Hyung. Penisku belum merasakan lubangmu. Aku janji ini yang terakhir." Jongin hanya mengangguk pasrah.

Sehun buru-buru memiringkan kaki Jongin. Dia berencana memasuki Jongin dari samping.

"Aakh-" Jongin memekik sakit dan kaget karena Sehun memasukan penisnya tanpa peringatan. Walaupun lubangnya sudah dilebarkan dengan kepalan tangan Sehun dan gelas kaca, entah kenapa dia masih merasakan sakit.

Pinggul Sehun bergerak cepat menumbuk prostat bengkak Jongin yang mudah untuk ditemukan. Kepalanya merunduk untuk kembali meremas dan melumat puting Jongin.

"Aah ah akh Se-sehhunh terlaluh cepath akh-" Jongin memekik nikmat, cincin anusnya terasa terbakar dan prostatnya yang bengkak terus ditumbuk.

"Ah Jonginh Hyungh." Sehun menggeram seperti hewan buas di leher Jongin.

Jongin terlonjak-lonjak akibat gerakan kasar Sehun. Posisinya yang tertekuk menyamping membuatnya tidak dapat leluasa bergerak. Tangan kanannya meremas punggung Sehun. Mencakar punggung itu untuk melampiaskan rasa frustasinya.

Sehun menegakkan tubuhnya kembali. Mencengkram pinggang dan paha Jongin, menggerakkannya seirama dengan gerakan pinggulnya. Prostat Jongin benar-benar tidak diberi jeda, terus ditumbuk kasar oleh kepala penis Sehun.

"Aaah-" Jongin kembali mencapai klimaksnya dengan rasa lelah dan frustasi karena prostatnya terus ditumbuk tanpa mengenal belas kasihan sedikit pun.

"Tidaak ah, Sehunnh. Berh-hentiih sebentarh ah-" Jongin memohon susah payah. Tapi Sehun malah semakin mempercepat tusukannya.

Sehun menggeram tertahan. Lubang Jongin yang mencengkram penisnya benar-benar nikmat. Lubang itu seakan tidak berhenti berkedut untuk meremasnya.

Tangannga makin menekuk kaki Jongin ke dadanya, dan melesakannya semakin dalam. Jongin sudah menangis memohon berhenti karena rasa nikmat yang tidak bisa dia tahan. Kepalanya menggeleng sembarangan dengan air mata mengalir.

Kedua tangan Sehun meraih dada bengkak Jongin, membuat badannya terlentang dengan kaki menekuk menyamping. Sehun bergerak menjadikan dada Jongin sebagai tumpuan, membuat dada itu tertekan dan tertarik saat dia bergerak kasar.

"Aakh- sakith." Jongin memekik berulang kali, karena rasa sakit di dadanya. Kedua tangannya memegang tangan Sehun, berusaha melepaskan cengkraman yang menyakitinya. Tapi tidak berhasil sama sekali.

Tubuhnya sudah seperti boneka, yang tidak ada tenaga sama sekali. Dia terisak kesakitan dan juga nikmat pada lubangnya.

Gerakan Sehun menjadi pendek-pendek, membuat prostat Jongin makin kuat dan cepat ditekan. Jongin mendongakan kepalanya saat tiba-tiba ada cairan putih menyembur dari putingnya.

Sehun menunduk untuk mencicipi cairan yang ternyata susu. Entah bagaimana bisa keluar. Gerakan penisnya sama sekali tidak melambat. Kini tangannya memenggang pundak Jongin membuat penisnya semakin dalam masuk pada lubang anus Jongin.

"Kauh benar ah-benarh menggairahkan, Hyung." Sehun memandang takjub pada kedua puting Jongin yang masih menyemburkan susu walaupun dia tidak meremasnya lagi.

"Aah ah-ah ah aaakh-" Jongin kembali mencapai klimaksnya, spermanya mengotori paha dan juga perutnya.

Sehun yang merasakan remasan dinding anus Jongin, terus meggerakan pinggulnya cepat untuk mengejar klimaksnya. Setelah beberapa menit menyiksa prostat Jongin dengan tusukan penisnya, akhirnya Sehun menyemburkan spermanya tepat pada prostat Jongin dan memenuhi lubangnya. Rasa panas dapat dia rasakan di lubangnya dari sperma yang baru saja keluarkan dan gesekan penis besar itu.

Jongin merasa lega sekali Sehun telah sampai pada puncaknya. Sehun berbaring di samping Jongin yang terkulai lemas.

Air susu itu masih keluar membasahi dada Jongin, walaupun tidak menyembur dengan deras seperti tadi. Menggoda Sehun yang merasa haus, memilih menikmati susu Jongin yang menggodanya.

"Mmh- sudah, Hun. Aku lelah sekali." Jongin berusaha menyingkirkan kepala Sehun dari dadanya. Tapi malah membuat putingnya tertarik karena gigitan Sehun.

Dia pasrah saja membiarkan Sehun menyusu padanya. Sampai Sehun tiba-tiba bangkit dan mencium bibirnya. Membagi susu itu bersamanya.

"Bagaimana, Hyung? Enak kan?" Jongin mengangguk lemah. Sehun kembali menciumnya, mengigit bibir bawahnya kemudian menghisapnya. Jongin juga ikut menghisap bibir atas Sehun. Tangannya melingkar di leher Sehun, menikmati ciuman basah mereka.

"Mmh-" Jongin melenguh dalam ciumannya saat Sehun memainkan lidahnya di dalam mulutnya. Mengelus langit-langit mulutnya dengan sensual dan mengabsen deretan giginya yang rapih.

Jongin yang mulai kehabisan napas, menepuk dada Sehun untuk menghentikan ciumannya. Sehun melepas ciuman basah itu dan memberikan ciuman ringan pada bibir merahnya.

Mata Sehun kembali melirik dada Jongin yang basah, tergoda kembali merasakan susu. Jongin hanya pasrah saat Sehun kembali menghisap putingnya, meminum susunya.

Tangannya mengelus rambut Sehun. Membuat Sehun mengantuk. Hah, aku merasa seperti sedang menidurkan bayi sekarang.

Saat Sehun sudah tertidur lelap, pintu kamarnya terbuka menampilkan wajah kesal Tao. Jongin hanya tersenyum masam, mengingat tugasnya belum selesai.

Jongin meletakan telunjuknya di depan bibir. Memberi isyarat pada Tao agar tidak berisik saat bocah itu akan berbicara. Kemudian dia bangkit setelah susah payah melepaskan hisapan Sehun dari dadanya.

"Biarkan Hyung istirahat sebentar, ya. Setelah itu Tao bisa melakukan apa pun pada Hyung." Ujar Jongin serak sambil menutup pintu. Tangannya mengusap kepala Tao gemas.

"Hyung lama sekali bermain dengan Sehun. Aku bosan selalu kalah bermain game dengan Chanyeol." Tao cemberut. Dia bergelayutan pada tubuh Jongin, tidak peduli dengan tubuh telanjang dan sperma yang mengotori tubuhnya. Oh, Tao sudah menggunakan celana pendeknya. Tenang saja.

"Maafkan Hyung membuat Tao menunggu lama." Keduanya berjalan menuju dapur dengan Tao yang memeluknya dari belakang. Tao malas menanggapi karena masih kesal.

"Dimana Chanyeol?" Jongin bertanya heran karena tidak melihat Chanyeol berada di unitnya. Dia mengambil botol minum dari atas meja makan dan meminumnya.

"Dia sedang kembali ke unit kami. Katanya ingin mempersiapkan permainan yang menyenangkan untuk Hyung." Jongin meringis mendengar jawaban Tao.

Selamat datang dalam neraka yang kau buat sendiri, Kim Jongin.

To be continued