FATE XXII

.

.

Jeju

Dengan tergopoh Sehun membawa tubuh tak sadarkan diri Baekhyun menuju kamar mandi villanya. Dengan hati – hati Ia letakan tubuh sedingin es itu ke dalam bath-tube, bak mendapatkan petunjuk apa yang harus dilakukan, dengan sigap Ia segera menyalakan keran air hangat untuk menyeimbangkan suhu tubuh lelaki malang itu. Wajah tenangnya sangat berlawanan dengan apa yang ada di dalam hatinya. Kepanikan luar biasa sungguh sedang Ia rasakan saat ini, Ia tahu benar jika suhu tubuh Baekhyun tidak segera meningkat maka akan fatal akibatnya. Hanya ini satu – satunya cara yang bisa Ia Iakukan karena rumah sakit terdekat berjarak hingga satu jam perjalanan dari villanya. Ia tidak mau mengambil pilihan yang beresiko lebih tinggi.

Dengan menekan semua emosinya, dengan wajah yang 'tampak' tenang Ia berusaha membuat lelaki berwajah manis itu sadarkan diri dengan menepuk – nepuk ringan kedua pipi pucatnya.

"Baekhyun.. sadarlah Baek"

"Byun Baekhyun.. sadarlah"

Berulang kali Ia memanggil nama Baekhyun, namun nihil.

Sambil terus melafalkan nama dan doa dari bibirnya, Ia menambah suhu air hangat yang merendam tubuh Baekhyun. Ia biarkan air itu tumpah keluar dari dalam bath-tube agar suhu di di sekitar tubuh Baekhyun tetap hangat. Setelah kurang lebih sepuluh menit berlalu Baekhyun tampak menunjukkan peningkatan. Kulitnya yang semula pucat pasi, mulai kembali mendapatkan ronanya. Kemudian diikuti dengan desahan yang keluar dari mulut mungil lelaki malang tersebut.

"Baekhyun! Byun Baekhyun!"

Sehun kembali berusaha membuat Baekhyun sadarkan diri. Tetapi lelaki malang itu terus saja meracau dengan kedua mata yang masih terpejam rapat. Namun detik berikutnya Ia kembali tak sadarkan diri, ia tertidur dengan kepala yang hampir saja tenggelam ke dalam air. Dengan sigap, Sehun mencegah tubuh Baekhyun agar tidak tenggelam ke dalam air. Dikira cukup pertolongan pertama yang perlu Ia lakukan, Sehun segera memindahkanya ke dalam kamar.

Setelah mengeringkan tubuh Baekhyun dan mengenakanya dengan pakaian yang kering, Sehun menutupkan selimut tebal sampai ke batas dada. Wajah Baekhyun tampak lebih tenang sekarang, suhu tubuhnya juga sudah kembali normal.

Lelaki berkulit pucat itu terihat membuang nafas lega setelah Ia yakin keadaan Baekhyun sudah membaik sekarang. Ia duduk di atas tempat tidur tepat di samping tubuh lelaki yang sedang tertidur pulas. Ia singkirkan helain hitam yang masih terlihat basah dari kening Baekhyun. Tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh lelaki berwajah pucat itu, karena sejurus kemudian bibir tipisnya sudah menempel di atas kening milik Baekhyun. Kecupanya ringan namun lama dan penuh arti. Tepat setelah koneksi itu terputus, terdengar lantunan kalimat yang keluar dari bibir Sehun.

"Harusnya kau yang menjaganya Yeol, bukan aku. Jangan salahkan jika aku mulai menyukainya." Ucapnya dengan wajah yang terlihat dingin sembari menyeka sisa air mata di pelupuk mata lelaki mungil itu.

.

Mata mungil mirip seekor anak anjing itu terlihat berkedip berulang kali sebelum akhirnya terbuka secara sempurna. Jari - jari lentiknya secara refleks menggosok kedua matanya untuk menghilangkan kabut yang masih menyelubungi penglihatanya. Sedetik setelah ia mendapatkan kesadaranya secara penuh, sesosok lelaki jangkung dengan kulit pucat terlihat tengah tertidur di atas sofa yang terletak tak jauh dari tempatnya berbaring. Lelaki itu terlihat tenang dalam tidurnya, wajah dingin yang selalu Ia tampakan sekarang justru terlihat damai, dan ini pertama kalinya Baekhyun melihat sisi yang berbeda dari seorang Oh Sehun. Larut dengan pikirananya sendiri, tanpa Ia sadari Sehun mulai terbangun dari tidurnya. Gerakkan tubuh dan geramanya membawa kembali kesadaran Baekhyun dari lamunanya.

"Ah! Kau sudah bangun?" itu kalimat pertama yang terucap dari bibir Sehun setelah pandanganya menangkap sosok mungil yang tengah memandangnya dengan tatapan polos dari atas tempat tidur.

"hum. Kenapa kau tidur di kursi?" tanya Baekhyun saat Ia berusaha bangun dari tidurnya untuk bersandar pada tempat tidur.

"Aku khawatir suhu tubuhmu akan turun lagi. Semalam kau pingsan dan hipotermiamu kambuh." Jelas Sehun sambil menegakkan posisi duduknya. Sehun jelas tahu Baekhyun memiliki riwayat penyakit ini, karena dulu Ia juga ada saat kejadian memilukan di villanya.

Baekhyun sempat terdiam cukup lama sebelum berucap "maafkan aku.."

"Tidak papa.. tapi bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Sehun lagi dengan senyum lembut di wajah bangun tidurnya.

"Aku sudah merasa lebih baik. Tapi aku sangat lapar." Ucapnya dengan wajah polos dan cengiran khasnya.

"hahaha.. kalo begitu ayo turun, kita sarapan bersama. Setelah itu aku akan mengajakmu ke tempat yang menyenangkan. Bagaiamna?" tawar sehun sambil mengulurkan tanganya kepada Baekhyun untuk membantunya turun dari tempat tidur. Baekhyun hanya mengangguk patuh dan menyambut tangan kurus milik Sehun.

Setelah semua yang terjadi padanya, Baekhyun merasa sangat bersyukur masih ada seseorang yang berada di sampingnya. Dan Baekhyun merasa lebih bersyukur lagi bahwa orang tersebut adalah Oh Sehun. Seseorang yang sedikit banyak tahu tentang kisah hidupnya. Jika diingat – ingat lagi Sehun jugalah orang yang beberapa kali muncul di saat - saat Baekhyun membutuhkan bantuan. Ia berpikir mungkin Sehunlah orang yang dapat menjadi tempatnya bergantung, setelah kepercayaanya kepada seseorang telah rusak.

.

Pagi itu setelah sarapan, Sehun mengajak Baekhyun mengunjungi pasar tradisional yang terletak di sepanjang pantai. Selain pasar tradisional di sana juga ada sebuah bianglala raksasa di mana saat kau menaikinya, kau akan dapat melihat seluruh pemandangan pulau Jeju dari ketinggian.

Dari tempat parkir, segera setelah Baekhyun keluar dari dalam mobil Sehun, hal pertama yang diucapkanya adalah untuk menaiki wahana berbentuk lingkaran sempurna itu. Dengan tidak sabar Baekhyun menarik pergelangan tangan Sehun untuk segera menuju loket pendaftaran. Karena masih pukul sebelas pagi, antrean pengunjung untuk menaiki wahana itu tidak terlalu panjang. Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk Baekhyun dan Sehun dapat memasuki salah satu sangkar burung raksasa itu. Kebetulan sekarang bukanlah musin liburan, jadi tempat wisata di sini tidak terlalu padat pengunjung. Beberapa kali bianglala itu berputar hingga akhirnya berhenti untuk mengangkut penumpang baru.

Baekhyun terlihat senang setelah menuruni sangkar burung raksasa itu. Tidak tahu mengapa beban hidupnya terasa terangkat setelah kejadian tadi malam. Mungkin benar kata orang, luapkanlah emosimu jika kau sudah tidak bisa menahanya lagi, menangislah sepuasnya kemudian bergeraklah maju, lupakan apa yang menghambat hidupmu dan bukalah lembaran baru.

"Sehuna, aku mau es krim!" ucap Baekhyun bak anak kecil

"Baiklah, ayo ke sana, ada penjual es krim turki!" jawab Sehun sambil menggandeng tangan Baekhyun untuk berjalan menuju kedai penjual es krim.

"Kau yang membelikanya untuku Sehun! Aku tidak pandai melawan penjual es krimnya." Gerutu Baekhyun sambil mendorong-dorong lengan Sehun.

"Tidak mau, kau saja Baek.. Kau harus mencobanya" dalih Sehun.

Baekhyun hanya memberikan lirikan mata pada Sehun sambil mempop-out kan bibirnya lucu. Ia berjalan mendekat ke penjual es krim itu dan meminta dua buah es krim padanya. tak lama kemudian aksi yang dinantikan pun dimulai. Penjual itu mulai memutar – mutarkan es krim yang hendak ia berikan kepada Baekhyun, sedangkan Baekhyun dengan susah payah berusaha mengambil es krim miliknya. Walaupaun kewalahan, justru tawalah yang terdengar dari mulut Baekhyun.

Sehun hanya tersenyum manis melihat pemandangan di hadapanya. Ia menghela nafas lega ketika mengingat keadaan Baekhyun saat di pantai tadi malam, Ia tampak sangat hancur.

Dalam hati Ia berdoa agar Ia dapat terus mendengar tawa nyaring itu daripada rintihan memilukanya.

"Sehun! Sehunaa!" Panggil Baekhyun berulang kali saat Sehun hanya termenung di posisinya.

"Ah-Iyaa!" jawab Sehun tersadar dari lamunanya " hahaha.. kau sangat lucu tadi." Tambah Sehun sembari menerima es krim yang Bakehyun ulurkan padanya.

"Jahat sekali kau, hanya melihat dan menertawaiku saja!" gerutu Baekhyun

"hahaha. . aw! aw! berhenti memukulku!" rintih Sehun saat Baekhyun memukuli lenganya

"Sstt.. .diamlah dulu, Bagaimana kalau kita balas tukang es krimnya." Bisik Sehun dan diiyakan dengan anggukan girang dari Baekhyun.

Sehun membalas mengerjai penjual es krim saat Ia hendak meberikan uang pembayaran. Melihat tingkah lucu penjual dan pembeli es krim di hadapanya, membuat Baekhyun kembali tertawa renyah. Tanpa disadari, mereka menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung di sana. Mereka ikut tersenyum bahkan tertawa saat melihat penjual es krim turki yang biasanya mengerjai pelangganya, kini justru dikerjai oleh seorang pemuda tampan.

Tak disangka pula, rupanya tawa mereka terdengar hingga ke salah satu toko souvenir yang baru saja resmi dibuka. Seorang kelaki jangkung dengan dandanan santai namun terkesan elegan terlihat terpaku di posisinya berdiri. Pandanganya terkunci pada kerumunan orang yang berada tak jauh dari toko souvenir di mana Ia berada. Entah mengapa dadanya terasa sesak ketika netranya menagkap seorang pemuda mungil yang sangat dikenalinya sedang tertawa cerah sambil memegang es krim di genggamanya. Suhu panas tiba – tiba menjalar di sekujur tubuhnya saat seorang lelaki yang lebih tinggi mengusap jejak es krim yang tertinggal di sudut bibir lelaki mungil itu.

"Tuan. . Tuan Muda. . Maaf, Tuan Muda-" tiba – tiba suara seorang pria tua menginterupsi diamnya.

"Ah- iya Paman? Bagaimana?" Jawabnya terbata sambil mengalihkan pandanganya kepada seorang pria tua di sampinya.

"Apakah ada yang menganggu Anda Tuan? Mengapa Anda tiba – tiba melamun?" Tanya pria itu menunjukan kekhawatiranya.

"Ah- tidak . . tidak ada apa – apa Paman" jawabnya terbata dan pria tua itu hanya mengangguk mendengar jawaban dari tuan mudanya,

" Tuan, para direktur mengajak anda untuk makan siang bersama setelah acara peresmian ini."

"Ah, Baiklah." jawabnya singkat. Ia kembali mencari dua sosok yang tadi sempat Ia lihat, tetapi rupanya mereka sudah menghilang dari pandanganya. Lelaki jangkung itu dan beberapa pria paruh baya lainya bersama – sama keluar dari dalam toko souvenir menuju sebuah restoran mewah di tepi dermaga untuk melakukan makan siang bersama.

.

"Kau mau kemana lagi sebelum kita pulang?" Tanya Sehun kepada seorang lelaki mungil yang sedang duduk di sampinya. Mereka sedang menikmati jajanan yang mereka beli sambil duduk santai di salah satu bangku yang menghadap ke arah laut.

"emmm… aku mau membeli beberapa souvenir dulu untuk Kyungsoo dan yang lainya." Jawab Baekhyun sambil mengunyah takoyaki yang baru saja Ia masukan ke dalam mulutnya. Kedua pipinya menggembung bak kue mochi, sangat lucu.

"okee baiklah.. Aku akan mengantar-" jawabanya terputus saat handphonya tiba - tiba terdengar berdering di dalam saku celananya. Ia buru – buru mengambilnya untuk melihat siapakah orang yang meneleponya. 'Chanyeol', nama itulah yang tertera di layar handphonya.

"Baek, aku angkat telepon ini dulu ya." Izinya untuk mengangkat panggilan itu. Ia tahu Baekhyun masih sensitif dengan seseorang yang sedang menghubunginya itu

"hum" Jawab Baekhyun santai sambil melanjutkan acara makanya.

Setelah cukup jauh dari posisi Baekhyun duduk, Sehun segera menekan tombol hijau pada layar handphonya.

"Ya halo?"

"Sehun, kau sedang di mana sekarang?" Tanya seorang lelaki di ujung sambungan

". . . Jeju. Kenapa?" tanyanya ketus. Entah mengapa ada perasaan tidak suka yang muncul di dalam dadanya.

"Aku juga sedang di Jeju, bisakah kita bertemu sebentar?" pinta lelaki itu. Sehun sempat terdiam sejenak sebelum menjawab permintaan lelaki di ujung sambungan

"baik. Kapan dan di mana?"

"sekarang, aku ada di restoran di tepi dermaga. Aku menunggumu di sana."

"Oke, Sebentar lagi aku tiba di sana." Jawabnya singkat kemudian segera menutup panggilan singkat tadi.

"Jadi dia di sini. . ." batinya sambil menggeretakan gigi gerahamnya.

Ia sempat meminta izin Baekhyun dengan alasan untuk menemui rekan kerjanya sebentar, dan Baekhyun mengiyakan dan tidak keberatan untuk menunggunya.

Tak lama kemudian Sehun tiba di restoran, Ia mengahampiri seorang pria yang terlihat familiar yang sedang duduk seorang diri di salah satu meja.

"Hey, kau menunggu lama?" tanyanya sambil duduk di hadapan lelaki tadi

"ah, tidak. Aku memag sudah di sini untuk makan siang bersama para direktur tadi." Jawab lelaki yang bersuara lebih berat.

"ooh.. di mana Paman Kim? Biasanya Ia selalu ada di sampingmu?" Tanya Sehun lagi

" Aku memintanya untuk meninggalkan kita berdua saja."

" aah. . Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Sehun to the point

" ini tentang Baekhyun. . bagaimana keadaanya?"

Sehun sempat memandang tajam kedua manik mata Canyeol sebelum menjawab. "Kau tidak usah khawatir, dia baik – baik saja." Suaranya tiba – tiba terdengar sangat dingin.

"Sehun, Aku tidak suka jika kau menyentuhnya." Cetus Chanyeol to the point

Sehun mengumpat di dalam hatinya, emosinya mulai memuncak saat mendengar ucapan lelaki di hadapanya itu. Ia berusaha menahan emosinya dengan mengepalkan kedua telapak tanganya di bawah meja.

"Chanyeol, Aku tidak suka dengan sikap pengecutmu ini." Balasnya tak kalah ketus

"A-Apa maksudmu?!" bentak Chanyeol tak percaya dengan ucapan sepupu sekaligus sahabatnya itu.

"Kau itu seorang pecundang. Sikapmu ini justru membuat Baekhyun hancur! Kau tahu itu?! Tidak kan?!" ucap Sehun sambil membuang muka ke arah lain. " Dan jangan salahkan jika Ia mulai membuka hatinya kepadaku."

"BRENG-.. BERANINYA KAU! KAU TIDAK TAHU KALAU-" ucapan Chanyeol terpotong karena Sehun segera berdiri hendak meninggalkanya.

"Sebaiknya kau selesaikan dulu urusanmu itu, sebelum kau menemuinya. Aku pergi." Ucap Sehun penuh penekanan sebelum melenggang meninggalkan Chanyeol yang sedang tersulut amarahnya.

"BRENGSEK!" makinya sambil memukul meja di hadapanya. Tentu saja ia segera menjadi pusat perhatian beberapa orang yang berada di dalam restoran. Dari kejauhan terlihan Paman Kim berlari menghampiri Tua Mudanya untuk membantu mengendalikan luapan emosinya.

.

.


- The Cursed Destiny -


Seoul 10 a.m.

Park Chanyeol bagaikan sebuah pohon yang kehilangan daunya. Tak ada asupan energi bagi tubuhnya untuk menyelesaikan kewajiban sebagai seorang putera mahkota. Tidak! Bahkan untuk menunaikan kewajiban sebagai manusia saja Ia tidak mampu. Mungkin bagi orang lain Ia terlihat baik – baik saja, Ia terlihat masih menjalankan semua rutinitasnya seperti biasa. Sempurna dan tepat waktu. Tetapi tidak untuk Paman Kim, Pria yang mengerti betul bagaimana pribadi dan emosi Tuan muda yang telah dirawatnya sejak bayi itu, sekarang beranggapan bahwa majikanya bagaikan seonggok mayat hidup. Tak ada lagi kilatan semangat yang selalu terpancar dari manik emeraldnya, kata optimis yang selalu melekat padanya seakan lenyap bak ditelan bumi. Pandangan matanya kosong seperti milik seorang tuna netra, pendengaranya pun tak setajam sedia kala, butuh waktu beberapa detik baginya untuk merespon lawan bicaranya. Bahu yang biasanya terlihat kokoh, kini terlihat sempit dan rapuh. Dan yang paling tampak pada fisiknya adalah berat badanya, Park Chanyeol terlihat sangat kurus.

Sudah hampir satu minggu sejak kejadian di Pulau Jeju Park Canyeol seakan kehilangan arah hidupnya, Ia kehilangan Baekhyunya. Kejadian tiga hari yang lalu semakin meyakinkanya jika Ia benar – benar telah kehilangan 'nafas hidup'-nya.

Sejak kejadian di pulau Jeju, Chanyeol terus mencari – cari keberadaan Baekhyun. Ia sangat ingin menemuinya untuk membicarakan masalah di antara mereka. Tetapi Baekhyun seakan menghilang dari dunia, Ia tak dapat menemukanya di mana pun. Koneksi di anatara mereka berdua yang semula dapat Ia rasakan sangat kuat, kini lenyap. Seperti handphon yang kehilangan sinyalnya.

Karena Ia tidak dapat menghubungi Baekhyun baik melalui telepon ataupun saat di Kamus, Ia memutuskan untuk mengunjungi restoran di mana Baekhyun bekerja hampir setiap hari. Ia selalu pergi ke sana setelah Ia menyelesaikan semua kesibukanya. Namun, setelah sekian hari menunggu di sana, bukan kabar baik yang Ia peroleh justru sepucuk surat yang Ia terima dari rekan kerja Baekhyun yang juga mengetahui identitasnya.

flasback

"Maaf Tuan, ini ada surat untuk Anda." Ucap seorang pegawai wanita yang menghampirinya di salah satu meja di sudut ruangan.

Chanyeol sempat terhenyak kaget saat wanita itu tiba – tiba menyapanya, karena biasanya Ia hanya akan menunggu di meja yang sama sampai restoran tutup tanpa seorangpun yang berani menyapanya. Mungkin mereka takut karena Ia selalu berpenampilan serba hitam dengan topi yang menutupi hampir sebagian wajahya. Tapi pegawai wanita ini sangat tahu siapa dia dan apa tujuanya datang ke restoran ini.

"Baekhyun memintaku memberikan surat ini untuk Anda, Tuan." Tambahnya saat Pria di depanya menerima surat yang Ia acungkan padanya.

"Di mana Dia sekrang?" Tanya Chanyeol sambil mengedarkan pandangan keseluruh penjuru restoran berusaha mencari sosok yang selalu menghantui pikiranya .

"Maaf Tuan, Saya tidak bisa memberitahu Anda. Saya hanya diminta untuk memberikan surat itu untuk Anda. Saya permisi" jelas pegawai wanita itu sebelum membungkuk sopan dan pergi.

Rasanya Ingin sekali Chanyeol berteriak untuk memanggil nama Baekhyun atau bahkan mengobrak abrik seisi restoran hanya untuk melihat wajah kekasihnya. 'kekasih'. . . ya, itulah status yang masih Baekhyun pegang di hati Chanyeol sampai Ia membaca isi surat yang baru saja Ia terima.

Untuk : Putera Mahkota

(Ia tidak suka bagaimana Baekhyun memanggilnya di dalam surat ini, seakan Ia sengaja membangun pembatas di anatara mereka)

Tolong berhenti mencariku. Kau hanya akan menghabiskan waktumu secara percuma.

Tidak ada yang namanya takdir jika yang kita temui hanya rasa sakit. . .

Jadi kumohon, demi kebaikan kita berdua sebaiknya kita sudahi semua ini sampai di sini saja.

Aku baik – baik saja, aku sudah bahagia sekarang.

(hatinya terasa teriris saat membaca kalimat ini)

Kudoakan semoga kau juga menemukan kebahagiaanmu sendiri.

Selamat tinggal dan jangan mencariku lagi.

Byun Baekhyun

Bulir bening berlomba jatuh dari pelupuk matanya, membasahi kertas surat yang masih Ia pegang. Tubuhnya bergetar hebat menahan luapan emosi yang Ia rasaka, hatinya terasa perih bagai tersayat cutter . Ia tidak tahu apa yang harus Ia lakukan, di satu sisi Ia masih sangat yakin dengan takdir mereka, hubungan mereka, tetapi di sisi lain Baekhyunya sendiri yang memintanya untuk berhenti.

Akhirnya Ia memutuskan untuk pergi dari restoran itu, meniggalkan selembar kertas yang sudah sangat basah di atas meja.

Setelah Chanyeol pergi, sesosok lelaki mungil dengan pakaian kerjanya perlahan berjalan mendekati meja di mana seorang lelaki berbusana serba hitam tengah duduk sebelumnya. Ia memungut selembar kertas basah yang tertinggal di atas meja. Jemarinya perlahan meremas tepi kertas itu sambil berkata,

"Lebih baik seperti ini Chanyeol… takdir kita terlalu menyakitkan." Ucapnya lirih dibarengi dengan tetesan air mata yang jatuh ke permukaan surat yang Ia tulis sendiri.

End of flashback

...

Orang lain hanya dapat melihat dari satu sudut pandang saja, mereka tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup seseorang.

Dengar dan singkirkan egomu, maka kau akan dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda.

...


Halloooooo…. Akhirnya bisa update jugaa .

Maafkan karena sudah nugu lama banget… tahulah apa alasanya, Real Life!

Ya, itu yang terpenting bukan? Tapi aku sudah berjanji buat nyelesein cerita ini. Aku berharap melalui tulisan ini, bisa menjadi salah satu cara buat nyalurin apa yang aku pikirkan

Dan tentunya bisa menjadi hiburan untuk kalian semua ~

terus dukung cerita ini ya, karena komentar" kalian itulah yang bisa mengembalikan semangatku! Hehee

Ohya, Selamat tahun baru 2020! Semoga semuanya selau sehat dan bahagia! Terus dukung EXO dan ChanBaek khususnya, lets love until forever!

Thank you and please enjoy the reading