Naruto belongs to Masashi Kishimoto

.

A Naruto Fanfiction Story

By Coalacolacola

Jan 2019

.

"SPRING DESIRE"

.

.

Two

.

.

.


Sakura menatap nanar pada gundukan tanah di hadapannya. Air mata tak pernah berhenti membasahi wajahnya. Sakit. Hatinya begitu sakit. Gadis itu meringkuk dalam pelukan Ino.

Banyak orang memandang prihatin pada gadis bersurai merah muda itu. Kini dia harus hidup sendiri karena ibunya tak lagi kuasa untuk menahan segala kesakitannya.

Perlahan orang-orang mulai beranjak pergi. Meninggalkan Sakura, Ino, serta beberapa sahabat dekatnya saja.

"Ino, kenapa ibu meninggalkanku? Ini tidak mungkin terjadi. Kemarin, kami masih tertawa dan menonton TV.." Sakura menangis pilu.

Ino hanya memeluknya, tidak bisa berkata-kata, sebab hatinya sendiri juga terluka melihat sosok yang disayanginya pergi.

Haruno Mebuki, ibu Sakura, telah pergi meninggalkan dunia ini. Setelah bertahun-tahun melawan penyakit yang dideritanya, wanita itu akhirnya menyerah dan kalah. Mungkin lebih baik begini karena kini dia tak lagi kesakitan.

Sakura ingat, sebelum ibunya benar-benar menutup mata, wanita itu tersenyum padanya. Seperti senyum yang dulu selalu dia dapatkan di masa kecil. Ketika dia berhasil mendapatkan nilai sempurna atau menghabiskan makanannya yang penuh sayur. Senyum yang selalu menemani Sakura kecil pergi tidur agar tak terusik oleh mimpi buruk. Senyum yang sudah begitu lama tak dilihatnya. Senyuman yang sangat dirindukannya.

Sakura membayangkan, andai saja ayahnya tak melakukan perbuatan keji itu apa kini keluarganya bisa tetap bersama dan hidup bahagia? Kenapa kini dia harus ditinggalkan seorang diri? Setelah adiknya, Tuhan ternyata juga mengambil ibunya, satu-satunya semangat hidup Sakura. Kini, Sakura tak tahu lagi harus berbuat apa. Gadis itu hanya menangis setelah pulang dari pemakaman ibunya, mengurung dirinya di dalam kamar hingga membuat Ino dan Hinata begitu khawatir.

"Sakura belum makan sejak pagi.." Ino bergumam khawatir, di sebelahnya, Sai mengelus lembut punggung istrinya, mencoba membuatnya tenang.

Naruto menghela nafas keras. Pria itu beranjak menuju kamar Sakura dan menemukan Hinata masih setia mengetuk pintu kamarnya.

"Hinata, biar aku saja. Kau sedang mengandung, aku tidak mau kau kelelahan."

Hinata ingin membantah, tapi tatapan Naruto membuatnya mengalah.

"Sakura, bukan pintunya, kumohon.." Naruto mencoba, namun pintu itu masih tertutup rapat. Pria itu berkali-kali membujuk Sakura untuk keluar, namun hasilnya nihil.

"Biar aku saja Naruto."

Naruto terkejut melihat Sasuke yang sudah berdiri di belakangnya. "Kapan kau datang?"

"Baru saja." Pria itu menjawab singkat.

Naruto menatap penampilan Sasuke yang tampak lelah. Kemejanya sudah tidak lagi rapi dan masih ada nametag yang tersemat di sakunya, itu berati Sasuke baru saja pulang dari rumah sakit dan langsung menuju kemari.

"Aku akan membujuk Sakura, lebih baik kau temani Hinata."

Naruto mengangguk dan beranjak pergi menuruni tangga ke lantai satu, tempat Hinata, Ino, dan Sai berkumpul.

Sasuke memandang pintu kamar Sakura dalam diam. Sebenarnya dia tak tahu harus melakukan apa. Hanya saja, Sasuke tahu benar bagaimana perasaan Sakura saat ini. Kehilangan seseorang yang sangat berharga rasanya sangat menyakitkan. Dadamu tidak akan berhenti sakit ketika mengingat kenangan-kenangan indah. Sasuke tahu betul bagaimana rasanya, sebab dia pernah merasakannya.

Pemuda itu duduk di depan pintu Sakura dan bersandar di sana. Lelah dirasakannya karena hampir tidak tidur selama berhari-hari, namun dia tidak ingin meninggalkan Sakura. Sasuke tidak bisa meninggalkan Sakura ketika tahu benar bagaimana rasa sakit itu. Sakura mungkin kini sedang mengurung diri untuk menjauhkan dirinya dari dunia, tapi sebenarnya yang dibutuhkan gadis itu hanyalah sebuah sandaran untuk kembali bertahan.

"Sakura.." Pria itu berujar pelan. Tidak ada tanggapan, namun Sasuke tidak mempedulikannya.

"Sakura, dengarkan aku." Pria itu terdiam sejenak.

"Sakura, kau ingatkan aku pernah bilang, jika aku tidak menyukai gelap."

"Dulu, saat lampu padam, kakakku akan menyalakan banyak lilin, lalu kami akan membuat banyak harapan sambil meniupnya satu persatu. Awalnya aku tidak suka saat lilin-lilin itu mati, tapi kakak bilang, lilin itu mati dan membawa harapan kami ke surga untuk dikabulkan." Sasuke tersenyum mengenang masa kecilnya.

"Tapi, kini kakak sudah tidak ada. " Sasuke berhenti, merasakan ngilu lagi-lagi merayap di dadanya.

"Tidak ada lagi lilin atau harapan saat lampu padam. Aku takut Sakura, tapi aku tidak mau menyerah pada kegelapan. Aku tidak mau kalah. Aku mencoba mencari hal lain dan aku menemukan bintang di antara kegelapan."

"Kau tidak boleh menyerah Sakura. Kau tidak sendirian. Masih ada aku. Aku tidak akan meninggalkanmu."

Dan pintupun terbuka. Menampilkan sosok Haruno Sakura yang masih berurai air mata. Sasuke berdiri dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Sakura terisak pelan.

"Sasuke, apa yang harus kulakukan.."

Sasuke mengusap surai merah muda itu lembut. "Jangan pernah menyerah, kau harus kuat. Masih banyak kebahagiaan yang bisa kau raih."

"Aku tidak mau sendiri.." Gadis itu mengeratkan pelukannya.

"Ada aku. Aku tidak akan meninggalkanmu." Pria itu berujar pelan.

.

.

Tbc

.


AN

Halo, apa kabar?

Gimana chapter ini? Hope you enjoy it.

Semua karakter disini bakal ooc karena jalan ceritanya mengharuskan begitu.

Btw, ada yg pake apk ffn gak?

Maaf kalau masih banyak salah. Mohon kritik, saran, dan tanggapannya.

See you.

28 Jan 2019.