Author Note : Maafkan saya yang sudah hampir setahun meninggalkan Fic ini, tapi memang saya sedang berada di titik sedang sibuk-sibuknya dengan Tugas sekolah dan project entah kapan akan selesai. Tapi saya akan sebisanya untuk Update walaupun memang waktunya yang lama tapi pasti akan Update.

Tanpa basa basi Chapter Start

Chapter 2 (Sang Raja Surga bagian II)

"Tuan, apa ada yang salah dari kami sehingga tuan sampai berteriak?" Tanya Gabriel, Wajahnya memperlihatkan ekspresi khawatir dengan tuannya.

Naruto diam saja, ia mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. NPC menjadi hidup, Di nalar dari segi teknologi itu mustahil. Panggilan GM juga tidak berfungsi, bagian menu hingga peta game semuanya tidak muncul.

'Aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini bisa terjadi, Ini seperti game ini menjadi sebuah variable yang mempunyai realitas di dalamnya, NPC bahkan menjadi hidup, tunggu, apakah ini masih bisa di katakan sebuah game Yggdrasil?' batin Naruto. Ia lalu menatap ke semua NPC yang ada di dalam ruangan tersebut.

'Apakah mereka masih bisa untuk di perintahkan ya, daripada aku kepo mending ku coba saja' Pikir Naruto. Ia lalu membuka suaranya.

"Arthuria Pendragon, aku perintahkan untuk melihat ke dataran bawah, memastikan apakah memang kita masih berada di tempat yang sama," Titah Naruto sedikit ragu apakah NPC masih bisa di perintahkan.

"Baiklah tuan."

Jawaban itu membuat Naruto lega, ternyata NPC tetap bisa di perintahkan. Ia melihat ke atas, pikirannya kalang kabut sekarang.

'Apa yang harus ku lakukan sekarang, aku tidak bisa keluar dari sini, bagaimana dengan Ino dan Rumi? Apakah aku masih bisa melihat mereka kembali, atau...tidak?' Ia tidak sadar bahwa ia mengeluarkan air matanya, tapi Gabriel yang memang dekat dengan tuannya bisa melihatnya.

"Tuan, apakah engkau menangis?" Tanya Gabriel. Naruto menggeleng, ia tidak bisa memperlihatkan kesedihannya terhadap para NPC.

"Aku hanya teringat tentang Ino saja," ucapnya sambil tersenyum masam.

"Nyonya Ino?"

Naruto mengangguk, mereka memanggil para pemimpinnya dengan sebutan tuan dan nyonya, tapi juga banyak yang menyebut Lord dan Lady.

"Iya, Ino dan kami sekarang sudah memiliki anak," jawab Naruto membuat mata Gabriel melebar.

"Itu sungguh berita yang menggembirakan tuan, apakah ia laki-laki atau perempuan?" Gabriel bertanya kembali.

"Ia perempuan namanya Rumi, gadis kecil yang suka berlarian kesana-kesini dengan riang" ucapnya, wajahnya kembali sedih. Apakah ia masih bisa melihat Rumi berlarian kesana kesini mengingat ia terjebak di game ini.

Gabriel melihat tuannya, sebagai seorang malaikat ia bisa merasakan perasaan dari semua mahkluk hidup tak terkecuali tuannya. Ia bisa merasakan kesedihan dari suara milik suaranya. Lady Ino seorang Malaikat agung yang menciptakan dirinya dan Arthuria. Ia diciptakan sebagai malaikat dan Arthuria di ciptakan sebagai manusia magic. Ia sudah menganggap Lady Ino sebagai kakak tertua mereka. Sekarang Lady Ino telah pergi meninggalkan mereka, entahlah pergi kemana, Tapi ia yakin bahwa Lady Ino berada di suatu univers yang berbeda dengan dirinya.

"Tuan...merindukan mereka?" Tanya Gabriel hati-hati agar tak menyinggung perasaan Lord Naruto.

Naruto mengangguk.

"Tentu aku merindukan mereka, jika tidak mengapa dahulu aku pergi dan pulang ke sini terus menerus?" Jawab Naruto yang masih tersenyum masam.

Gabriel sedikit mengangguk, jadi begitu. Ia selalu melihat tuannya dari sini menghilang entah kemana dengan waktu yang cukup lama. Ternyata Lord Naruto mengunjungi Lady Ino fikirnya. Ia jadi ingin bertemu Lady Ino.

"Saya punya permintaan yang mulia, jika anda berkenan, saya juga ingin berkunjung ke tempat Lady Ino berada a-apakah saya bisa ikut mengunjunginya saat tuan Naruto berkunjung kesana?" Pinta Gabriel dengan penuh rasa hormat.

Naruto tidak bisa menjawabnya. Ia tidak yakin bisa membawanya ke dunia realita mengingat dia juga terjebak dalam dunia game ini. Seandainya bisa ia tak yakin bisa membawanya ke dunianya dikarenakan Gabriel dan NPC lainnya hanyalah sebuah karakter yang dihasilkan dari sekumpulan variable, jadi ia ragu untuk itu.

"Emm tentu aku akan membawamu mengunjunginya jika aku pergi kesana lagi," ucap Naruto mengabulkan keinginan Gabriel walaupun ia masih ragu-ragu untuk itu.

Tak berselang lama, sebuah suara Arthuria tiba-tiba ada di kepalanya.

"Yang mulia-yang mulia."

Ia sedikit terkejut. Message fitur dari Yggdrasil ternyata masih bisa dipergunakan.

"Jadi sudah menemukan sesuatu Arthuria" tanyanya.

"Sudah yang mulia, dataran di bawah kita sangatlah berbeda, dulu kita berada di atas sebuah padang rumput, kini kita ada di dataran pegunungan" jawab Arthuria.

'Jadi begitu, kita dibawa ke suatu dunia. Berarti ini tidak bisa dianggap kalau aku terjebak dalam game, tapi lebih ke 'terbawa ke dunia realitas' yang berbeda' batinnya. Tapi pertanyaannya ialah kenapa jarakter buatannya hingga pulau ini terbawa juga?

"Baiklah Arthuria, kembali ke istana kita akan melakukan rapat sekarang."

"Baiklah tuan."

Setelah itu komunikasi antara ia dan Arthuria terputus. Ia melihat ke depan melihat ke arah para pelayannya. Apakah ia harus mengundang yang lain?

'Kurasa tidak perlu, biarkan mereka saja yang ikut rapat. Selainnya akan di informasikan oleh mereka yang ikut dalam rapat ini, ini juga rapat tiba-tiba,' batin Naruto.

Kemudian portal terbuka di hadapannya memperlihatkan Arthuria yang berjalan dan bergabung dengan para pelayan yang lain.

"Baiklah, aku akan mengadakan rapat tiba-tiba, aku mendapatkan pesan dari Arthuria bahwa kita tidak lagi ada di dataran yang sering kita jumpai. Kita seperti di pindahkan ke suatu wilayah yang tidak di kenali" ucap Naruto. Tidak ada sautan dari mereka.

"Maka dari itu, aku ingin kalian mempersiapkan diri kalian, dan melindungi segenap warga Heaven Citadels"

"Siap yang mulia!" Sorak mereka keras.

"Bagus kalau begitu. Rafaela, aku ingin kamu membuat sebuah magic agar pulau ini tidak terlihat."

"Akan ku lakukan yang mulia" sorak Rafaela. Ia mempunyai rambut kuning keemasan yang ia biarkan tergerai dengan indah. Ia juga mempunyai mata bewarna Onix yang indah.

"Yang lainnya, aku ingin kalian meningkatkan pertahanan dan keamanan Heaven Citadels."

"Baik yang mulia!" Mereka lalu pergi untuk mengerjakan tugas masing-masing, meninggalkan Naruto yang sendiri duduk di kursinya.

Ia menghela nafasnya.

"Dengan begini aku bisa memikirkan dengan tenang cara untuk kembali ke dimensi tempat ku berada" gumamnya. Ia tidak bisa berlama-lama di sini, Ino dan anaknya oasti mengkhawatirkan dirinya. Tapi balik ke pertanyaannya bagaimana!?

"Apakah aku harus tinggal disini sementara waktu ya? Ya sepertinya harus' fikir Naruto. Tidak ada salahnya ia disini, menjadi seorang tuan yang melindungi rakyatnya dari berbagai ancaman, itu kedengarannya baik baginya.

Ia berdiri dari tempatnya ia duduk. Sepertinya berjalan-jalan sedikit tidak masalah. Ia lalu merapalkan sebuah mantra hingga membuka sebuah portal, ia lalu masuk kedalam portal itu dan menghilang bersamaan dengan menghilangnya ia.

Sekarang ia berada di luar istana. Ia memandang keatas, bintang-bintang berkilauan memenuhi langit hitam. Ia terpesona, sudah lama sekali ia tidak melihat pemandangan seperti ini, di kota semua bintang itu tertutupi oleh bangunan hingga jarang sekali ia melihat pemandangan seperti ini.

"Luar biasa, langitnya indah sekali" gumamnya.

Ia mengeluarkan sayap di punggungnya. Terdapat 18 pasang sayap putih di punggungnya. Ia lalu terbang keatas. Untuk melihat lebih dekat langit penuh bintang itu.

"Aku ingin Ino dan Rumi juga bisa melihat keindahan langit ini" gumamnya.

Ia lalu menengok ke bawah. Tidak ke Heaven Citadels tapi ke bawahnya lagi.

"Dunia baru ya. Sepertinya akan lebih baik kalau aku mengeksplorasi dunia ini, mencari pengalaman baru. Ya sepertinya itu tidak buruk," gumamnya.

"Tuan"

Suara Gabriel yang tiba-tiba datang dari arah belakang mengagetkannya. Ia menoleh ke Gabriel yang saat ini juga terbang menggunakan sayapnya. Sayapnya berjumlah 12 pasang.

"Kenapa anda di luar tuan?" tanya Gabriel.

"Tidak apa, aku hanya ingin melihat langit malam ini saja, indah sekali bukan begitu Gabriel?" Jawab Naruto simple

Gabriel melihat keatas. Yang di katakan oleh tuannya benar, bahwa langit malam ini benar-benar sangat indah.

"Aku akan turun ke bawah besok, untuk mencari informasi lebih lanjut tentang dunia ini," gumam Naruto membuat Gabriel menengok ke arah tuannya.

"Kalau begitu, maka anda akan dikawal ketat oleh kami"

"Itu tidak perlu, aku akan turun kebawah sendiri, atau mungkin akan mengajak satu orang untuk menemaniku," ucap Naruto menolak tawaran dari Gabriel.

"Jika itu keinginan anda maka saya tak apa, tapi segera hubungi kami jika tuan sedang dalam bahaya," Naruto mengangguk.

"Itu pasti, mungkin aku akan membawa Arthuria dalam perjalanan ku. Tolong informasikan padanya ya, dan saat ku pergi maka ku serahkan semua tugas pemerintahan psdamu sampai aku kembali, kau mengerti Gabriel?" Titah Naruto.

"Saya mengerti tuan, maka saya mohon undur diri untuk menginformasikan ini pada Arthuria."

Naruto hanya mengangguk, kemudian Gabriel hilang dari pandangannya. Naruto lalu memutuskan untuk turun kebawah.

'aku juga harus bersiap-siap' batinnya. Ia segera masuk kedalam istanannya lagi.

Part 2 (To the Kingdom!)

Naruto kini sedang berkaca. Ia melihat bayangannya pada cermin. Sekarang ia memakai armor bewarna putih, dengan simbol sayap di dadanya. Ia menggerakan tubuhnya kesana kesini, kurasa ini sudah cukup. Fikirnya.

Di pojok ruangan ada tiga pelayan yang sedari tadi menemaninya dalam memilihkan baju, tapi dilihat lebih dekat. Ada rona merah di pipi mereka. Bagaimana tidak, mereka melihat tubuh tuannya yang ssngat memukau mereka saat tuan mereka berganti baju.

"Ini sudah cukup bagus kan?" Tanya Naruto pada para pelayannya.

"Bagi kami, penampilan tuan sangat luar biasa, bahkan saat anda memakai pakaian sederhana serasa istimewa di mata kami," puji salah satu pelayan yang ada disitu.

Naruto terkekeh pelan, ia malu mendapatkan pujian seperti itu, tapi memang, karakternya membuat apa saja yang ia pakai akan menjadi sangat memukau.

Lalu sebuah suara ketukan pintu terdengar, salah satu pelayan membukakan ointu sejenak laku menutupnya lagi.

"Tuan, nyonya Arthuria sudah tiba." ucap pelayan itu menginformasikan kedatangan Arthuria.

"Suruh ia masuk."

"Siap yang mulia."

Lalu pelayan itu membuka pintu itu lagi membiarkan sosok Arthuria masuk ke ruangan. Arthuria masih memakai style yang sama, hanya saja ia sekarang memakai armor putih yang sama seperti milik Naruto dan juga memakai jubah bewarna kecoklatan.

"Tuan Naruto, saya sudah siap untuk melakukan perjalanan dengan anda," ucap Arthuria. Naruto mengangguk.

"Baiklah kalau begitu, ayo kita pergi Arthuria!" Ucap Naruto.

"Baik yang mulia!"

"Kita akan kemana tuan?" Tanya Arthuria ke tuannya. Ia hanya di kasih tau kalau dia akan menemani tuannya dalam perjalanan tapi ia tidak tau mau kemana mereka.

"Berdasarkan peta yang dibuat oleh Metatron, ada sebuah kota di bagian barat dari pegunungan ini, kita akan kesana dan mencari informasi tentang dunia ini," Jelasnya. Sehelum ia pergi ia sempat meminta Metatron untuk mencari tau daerah sekitar secara cepat dan membuat sebuah peta untuk dirinya.

"Baiklah yang mulia!"

Naruto lalu membuka sebuah portal, ia lalu memasuki portal itu diikuti oleh Arthuria di belakangnya. Dengan instant sekarang ia berada di sebuah hutan yang cukup lebat.

"Metatron, sekarang kami berada dimana" tanya Naruto kepada Metatron lewat sebuah telepaty.

"Anda sekarang berada di hutan dekat dengan kota tersebut yang mulia, teryslah berjalan ke barat. Anda akan menemukan kota itu" jelas Metatron.

Naruto mengangguk, ia dan Arthuria lalu pergi ke bagian barat, tak berselang lama, mereka melihat kota yang dimaksud. Kota itu sangat ramai dengan petualang, maupun warga biasa, bahkan beberapa prajurit terlihat juga sedang berpatroli dan berjaga di sudut kota.

Mereka lalu masuk kota itu. Tidak ada gangguan, hanya saja banyak mata memandang mereka.

"Lihatlah kesatria itu, ia sangat tampan!"

"Astaga, apakah ia adalah seorang malaikat?"

"Perempuan di samping kesatria itu sangat cantik."

Dan banyak lagi bisikan tentang kekagumannya terhadap Naruto dan Arthuria. Naruto bisa melihat, semua perempuan yang berpapasan dengannya atau setidaknya menatapnya, pipi mereka memerah. Dan laki-laki pun banyak yang terkagum-kagum dengannya.

"Ah permisi, apakah anda tau dimana tempat Guild para petualang berada?" Tanya Naruto pada seorang perempuan muda yang berpapasan dengannya.

"T-Tepat di samping bar itu tuan" ucapnya terbata.

Naruto menengok ke tempat yang di maksud oleh perempuan itu. Sebuah bangunan bertuliskan Guild Petualang.

"Terimakasih telah memberitahu kami," ucap Naruto mengucapkan rasa terimakasihnya pada perempuan itu.

"S-Sama-sama" balas perempuan itu.

Naruto dan Arthuria lalu memasuki Guild itu, di dalamnya banyak petualang yang sedang mencari beberapa misi untuk mereka ambil dan ada juga yang sedang mendaftar sebagai petualang.

Naruto melangkah kedepan menuju pelayan guild itu. Ketika ia berhadapan dengan pelayan itu, pelayang itu sejenak terbengong dan pipinya memerah sampai Naruto menyadarkannya.

"Ano nyonya," ucap Naruto mencoba menyadarkan perempuan tersebut.

Mendengar suara itu, perempuan itu tersentak kagek, dan ia menjadi malu sendiri.

'Suaranya indah sekali' batin pelayan itu.

"Ada yang bisa saya bantu tuan kesatria?" Perempuan itu sedikit gugup saat menanyakan itu.

"Saya ingin bergabung menjadi seorang petualang, ini adalah partner saya" ucap Naruto menjelaskan kedatangannya kesini sekaligus mebgenalkan Arthuria yang sedari tadi di belakang Naruto terus.

Pelayan itu kembali di buat terpengarah dengan perempuan yang dikenalkan oleh kesatria putih di depannya. Tapi ia kembali sadar dengan tugasnya. Ia lalu mengambil sebuah kertas form pendaftaran menjadi anggota petualang.

"Silahkan isi kertas ini, tuan dan nyonya," kata pelayan itu sambil memberikan dua lembar kertas untuk Naruto dan Arthuria.

Mereka menulis apa yang harus di tuliskan di kertas itu. Pelayan itu kembali mengecek data diri yang ditulis keduanya.

"Tuan Maelstrom bukan begitu tuan?" Tanya pelayan itu saat melihat kertas milik kesatria putih tersebut.

"Ya, saya Maelstrom," jawabnya. Ia sengaja menyamarkan identitasnya, agar tidak ada yang mencurigainya nanti.

"Baiklah kalau begitu tuan Maelstrom dan nyinya Arthuria, sekamat datang di guild ini, ini plate kalian." Pelayan itu lalu menyerahkan sebuah plate bewarna coklat kepada mereka.

"Ini sebagai peringkat kalian. Saat ini kalian berada di peringkat Chopper Playe yang berarti kalian berada di peringkat terendah dalam ranking petualang." jelas pelayan itu.

Naruto dan Arthuria mengambil plate itu dan menempelkannya di depan armor mereka. Naruto berlikir sejenak, jadi ini system ranking petualang di dunia ini, fikirnya.

"Apakah ada cara agar kami naik peringkat?"

"Anda harus menyelesaikan beberapa tugas rumit yang dikategorikan untuk peringkat plate itu saja. Semakin banyak tugas yang rumit terselesaikan semakin cepat anda untuk naik peringkat," pelayan itu menjawab pertanyaan Naruto.

'Jadi begitu, menarik'

End Chapter 2