Menjadi duda di umur muda bukanlah hal yang mudah. Terlebih jika ada seorang anak yang harus dirawat tanpa seorang ibu. Mungkin inilah yang dialami Park Chanyeol, seorang CEO perusahaan baru yang dirintisnya sejak 8 tahun.

Tidak mudah diawal karena Chanyeol harus mengurus perusahaan dan juga merawat putrinya yang masih bayi karena sang ibu meninggal karena melahirkan anaknya itu. Namun dengan bantuan ibu dan mertuanya cukup memberi Chanyeol kekuatan untuk senantiasa dengan suka cita merawat putri cantiknya.

Hari ini tepat anaknya berumur 7 tahun, tentu saja Chanyeol bersyukur karena anaknya setidaknya sudah bisa ditinggal untuk bekerja dengan tenang karena sudah bisa diatur sifat manjanya yang dulu bahkan sempat membuat Chanyeol mau tidak mau mengerjakan berkas kerjanya di rumah.

Di umurnya yang ke-7, Park Yeon Hwa akan mendapat hadiah yang telah disiapkan ibunya sebelum meninggal. Hadiah yang setiap tahunnya diterima Yeon Hwa di setiap hari ulang tahunnya pada tanggal 6 Mei. Karena itulah hari ini Yeon Hwa berlarian menuruni tangga dengan baju yang sudah rapi menatap banyak kado di bawah pohon buatan di rumah mereka.

Seperti natal saja

Yeon Hwa sedikit meragukan selera ayahnya yang menurutnya tidak kreatif. Setidaknya buat konsep sendiri sedangkan ayahnya setiap tahun adalah sama seperti yang dilakukan saat hari natal. Tapi Yeon Hwa tidak akan peduli bagaimana ayahnya membuat tumpukan kado di pagi hari itu. yang terpenting dia langsung bisa menemukan kado special dari ibunya di tahun terakhirnya menerima kado dari ibunya. Ada satu hal yang bisa membuat dia langsung mengenali kado dari ibunya yaitu kado dengan motif bulu merak yang total dari ketujuh kadonya memiliki motif yang sama persis dan ayahnya mungkin selalu sengaja menaruhnya di tempat yang benar benar mencolok.

Yeon Hwa langsung mengamankan kado pentingnya itu. Kado tahun terakhirnya lebih kecil dari tahun sebelum sebelumnya, namun tentu saja dia tidak peduli. Kebiasaan Yeon Hwa saat ulang tahun adalah mengambil kado dari ibunya lalu berlari menghampiri ayahnya di ruang makan dimana sudah ada dua nenek serta kakeknya bersama dua kue yang sudah siap. Tentunya kebiasaan iu tidak dilakukannya saat umur 1 dan 2 tahun namun sejak usia 3 tahun dia menjadi peduli akan perayaan akan ulang tahunnya yang membuat seluruh keluarga terheran-heran karena jujur saja 3 tahun umur yang sangat belia bagi mereka.

"Honey!"

Yeon Hwa sontak langsung menerjang ke dalam pelukan Chanyeol yang pertama membuka lebar tangannya lalu mengecup kedua pipi dan dahinya. Bergantian berpelukan pula dengan kedua nenek dan kakeknya. Yeon Hwa tersenyum bahagia menatap kedua kue yang sudah dinyalakan lilin di atasnya. Setelah nyanyian ulang tahun dari seluruh keluarganya Yeon Hwa meniup kue dengan lilin berangka 7 lalu bersama dengan ayahnya meniup lilin kecil yang mengelilingi kue yang lain. Chanyeol tanpa sadar menitikan air matanya yang segera dihapus oleh sang putri yang mengetahui.

"Kenapa daddy menangis. Ini kan hari ulang tahunku. Seharusnya daddy tersenyum bahagia seperti aku. Lihat! Aku tersenyum … hiiii." Yeon Hwa tersenyum lebar yang mirip seperti Chanyeol jika tersenyum lebar. Chanyeol yang melihatnya mengusak rambut anak itu.

"Yeon Hwa sayang. Kebahagian bukan hanya ditunjukan dengan senyuman saja. Bahkan tangisan pun bisa diartikan sebagai cara seseorang mengekspresikan kebahagian mereka. Contohnya ayahmu, dia sedang menangis bahagia sekarang," ucap Ibu Chanyeol, nenek Yeon Hwa yang disambut anggukan lucu dari Yeon Hwa.

"Aku paham grandma. Sekarang semua diam. Aku akan membuka hadiah dari ibu. Hehe."

"Bukalah sayang," ucap Chanyeol sambil mengusap rambut putri satu satunya itu.

Yeon Hwa membuka pita yang mengikat kado itu perlahan seolah itu adalah bayi yang baru lahir. Dibukanya kado itu. Pemandangan serupa kotak kecil perhiasan dan dua amplop menghiasi pandangan mereka semua yang ikut memperhatikan proses pembukaan kado itu. Kedua amplop itu diambil oleh Yeon Hwa. Salah satunya berwarna biru muda tanpa tulisan apapun diluar amplop. Yeon Hwa membuka amplop itu dan menemukan kertas yang bertuliskan 'Amplop yang satunya jangan tunjukkan pada siapapun.' yang lantas membuat semua orang yang ikut membacanya berdehem.

"Baiklah Yeon Hwa. Bukalah kotaknya," perintah kakek dari ibunya yang dibalas anggukan oleh Yeon Hwa

"Ohh. Oke."

Amplop lain dilihat dulu oleh Yeon Hwa dan benar saja diluar amplop itu jelas tertulis seperti di amplop yang sebelumnya dibaca. Kotak berwarna merah itu diambil oleh Yeon Hwa, dibukanya perlahan.

"Wahhh. Kalung."

Yeon Hwa mengambil kalung itu menunjukkannya kepada seluruh keluarganya dengan senyuman lebar. Kalung dengan liontin love itu begitu cantik, terbuat dari platina. Chanyeol sontak justru membelalakkan matanya melihat kalungnya. Kalung yang sama sekali tidak asing. Benar-benar tidak asing bagi Chanyeol. Merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, dia mengambil langkah cepat ke arah kamarnya. Yeon Hwa terkejut dengan sikap daddynya itu dan ingin mengejar namun ditahan oleh Nyonya Park.

"Biarkan sayang. Mungkin daddymu lelah."

"Tapi grandma satu. Daddy tidak pernah seperti ini. Ini kan ulang tahunku. Kita bahkan belum makan kue." Yeon Hwa menunduk sedih dan tak lama terdengar isakan. Kakek dari ibunya yang merupakan satu-satunya kakek yang dimiliki Yeon Hwa lantas menggendong anak itu dan tangan Yeon Hwa langsung melingkar di leher sang kakek dengan isakan yang masih terdengar.

"Yeon Hwa kan sudah besar. Ssttt, jangan menangis sayang." Usap kakek tidak berhenti di atas rambut cucu kesayangannya itu.

"Yeon Hwa sayang. Kenapa kau tidak membuka suratnya saja. Pasti ada sesuatu penting yang ingin disampaikan ibumu nak," ucap Nenek dari ibunya yang membuat Yeon Hwa mengangkat wajahnya. Gadis kecil itu mengerjap pelan dan menghapus air matanya. Lalu meminta turun dari gendongan sang kakek. Dia mengambil surat dari ibunya lalu berlari meninggal kakek dan dua neneknya.

"Dasar anak itu." gumam satu-satunya lelaki di situ yang dibalas kekehan dari kedua wanita lainnya.

"Oh iya. So Yeon. Lebih baik kau hampiri Chanyeol. Sepertinya terjadi sesuatu. Aku khawatir padanya," ucap ibu dari mendiang nyonya rumah itu dibarengi tepukan dibahu ibu Chanyeol.

"Aku tahu pasti apa yang terjadi pada anak itu. Sekarang aku paham bahwa sekarang pun masih ada tempat yang belum terpenuhi isinya."

"Apa maksudmu?" tanya wanita paruh baya lain yang terbingung-bingung.

"Aku akan melihat Chanyeol dulu." Bukannya menjawab ibunya Chanyeol justru beralih menuju kamar anak satu satunya.

Sepasang suami istri di sana hanya menatap satu sama lain. Heran.

e)(o

Selamat ulang tahun sayang, ibu bahagia sekali karena kau akhirnya berumur 7 tahun. Mungkin ini memang surat terakhir, namun ibu yakin kau akan sangat terkejut, bahagia dan entah apalah setelah membaca surat ibu. Bagaimana kabar ayahmu sayang? Ibu yakin baik kan. Ibu percaya kau akan selalu menjaga ayahmu dan pasti ayahmu juga menjagamu dengan baik kan sayang? Kedua nenek dan kakekmu baik kan? Ibu harap iya.

Kau sudah menerima kalungnya kan sayang? Bagaimana? Kau suka? Banyak hal yang ingin ibu ceritakan padamu sayang perihal kalung itu. Ada banyak cerita dibalik kalung itu. Cerita yang tidak akan pernah ayah dan ibumu lupakan.

Kayuhan sepeda terdengar jelas di jalan khusus sepeda itu. kedua lelaki yang kontras bedanya tampak berlomba-lomba mengayuh lebih cepat seolah sedang berada di ajang perlobaan balap sepeda.

"Woooo. Kejar aku jika kau bisa yoda. Wleee." Lelaki itu yang berwajah manis menoleh kebelakang untuk memberikan ejekan pada temannya di belakang.

"Aishh. Hey Byun Baekhyun. Awas kau." Park Chanyeol, lelaki itu tertinggal di belakang berdesis dan menggerutu tak jelas.

Srettt

Sepeda itu terparkir dengan apik disusul sepeda lain yang ikut terparkir apik di parkiran sekolah mereka.

"Baiklah Park. Kau kalah. Sesuai perjanjian, kau akan menuruti perintahku selama seminggu. Selamat menjadi babu Park Yoda. Hahaha." Baekhyun melempar tasnya yang ditangkap Chanyeol dengan baik.

"Yakk ... Byun Baek. Yakk. Aishh. Dasar." Chanyeol tanpa penolakan membawa tas lelaki yang lebih kecil darinya itu. Tentu saja sebagai lelaki sejati dia harus sportif. Baiklah Park, kau memang lelaki sejati, tidak seperti lelaki yang tadi melemparkan tasnya padamu. Hehehe.

Sampai di kelas Baekhyun mengambil duduknya disusul Chanyeol yang membanting tas yang tadi dibawanya.

"Yakk. Kau pesuruhku sekarang Park. Jangan berani padaku."

"Persetan dengan pesuruh Baek. Ganti hukumannya. Akan ku traktir kau selama sebulan."

"Jadi kau mengejekku yahh. Kau kira aku tak punya uang. Tidak ada ganti-gantian Park. Kau tetap menjadi pesuruhku."

"Tidak bisa. Aku tidak ingin menjadi pesuruhmu. Bisa hancur harga diriku."

"Jadi playboy kelas kakap sekarang menjadi tidak bertanggung jawab. Baiklah Park, sekarang pilih mana. Harga dirimu jatuh karena menjadi pesuruh atau karena aku menyebarkan fakta bahwa kau adalah lelaki tak bertanggung jawab."

Chanyeol gelagapan. Bisa-bisa dia akan diejek seluruh sekolah karena bukan hanya tidak bertanggung jawab yang akan di sebarkan Baekhyun tapi segala bualan lain yang dilebih-lebihkan. Chanyeol sudah pasti kalah jika melawan bibir Baekhyun dan segala ucapannya.

"Oke … oke. Baiklah."

"Jadi sekarang kau pesuruh Park? Wahh. Daebak. Park Chanyeol menjadi pesuruh teman-teman," ucap salah satu temannya yang memiliki suara melengking diiringi dengan tepuk tangan.

"Hey Jongdae. Si yoda ini kalah balapan denganku." Baekhyun mulai membanggakan dirinya.

"Yakk. Daebak. Daebak. Daebak. Itu keren Park. Aku bersimpati padamu." Jongdae menepuk-nepuk bahu Chanyeol sok bijak.

"Hey teman-teman. Duduk di meja masing-masing. Wali kelas menuju kesini."

Seketika kelas hening dan rapi mendengar seruan Jun Myeon. Wali kelas mereka yang berpakaian kekurangan bahan itu masuk bersama seorang lelaki berwajah manis, bertumbuh ramping. Seketika seruan para lelaki bersahutan dan juga tatapan memuja dari para perempuan tak terkecuali Chanyeol, sang playboy sekolah.

"Baek. Kenapa jantungku berdetak kencang saat melihat lelaki itu? Apa aku sedang jatuh cinta?" ucap Chanyeol tanpa mengalihkan pandangannya pada anak baru yang menyita perhatian seluruh kelas.

"Mungkin itu hanya keingananmu untuk menjadikannya salah satu koleksimu saja Yeol," jawab Baekhyun santai dengan mata terarah pada layar handphone. Sejak tadi hanya dia yang tidak tertarik memperhatikan si anak baru itu.

"Tidak Baek. Serius. Sepertinya aku sudah menemukan jodohku. Cintaku. Mungkin dalam waktu dekat aku akan memutuskan seluruh koleksiku Baek. Dan kurasa aku pernah melihatnya. Tapi dimana ya?" ucapan Chanyeol sontak membuat Baekhyun mengalihkan pandangannya dari layar handphone ke wajah Chanyeol yang menatap memuja pada anak baru itu tanpa menghiraukan ucapan terakhir Chanyeol. Tanpa Chanyeol sadari wajah Baekhyun menjadi muram.

e)(o

"Hey Baek. Kau sendiri? Biasanya bersama Chanyeol. Kau juga tidak membawa makanan kesini. Apa yang terjadi?" suara Kyungsoo menginterupsi keheningan yang sejak jam istirahat mengelilingi Baekhyun. Tidak ada jawaban dari yang ditanyai. Kyungsoo duduk menyilakan kakinya seperti yang lebih dulu berada disini, diatap sekolah. Diperhatikannya wajah Baekhyun yang sedikit muram.

"Ada apa? Aku tahu ada sesuatu yang terjadi? Aku memang tidak sedekat Chanyeol padamu tapi menurutku kita cukup dekat untuk saling mengeluarkan keluh kesah."

Helaan nafas terdengar cukup keras dari bibir Baekhyun. Matanya yang menatap langit terlihat suram. Dan Kyungsoo menyadari itu.

"Kyung, jika sesorang yang kau sukai menyukai orang lain. Kau akan melepasnya atau mempertahankannya dan berusaha membuatnya melihatmu?"

"Itu Chanyeol kan," jawab Kyungsoo, jawaban yang membuat Baekhyun mendelik kepadanya.

"Apa maksudmu. Aku tidak bilang bahwa itu tentangku."

"Kau itu bodoh atau apa sih Baek. Jelas sekali itu tentang dirimu dan Chanyeol." Kyungsoo menghela nafasnya lalu melanjutkan ucapannya yang belum selesai.

"Aku bukanlah orang yang baru bertemu sehari dua hari denganmu. Kita sudah lama berteman kan. Tentu saja untuk hal sesederhana itu aku tahu. Chanyeol saja yang terlalu bodoh untuk tidak menyadari perasaanmu." Kyungsoo merubah posisinya. Diremasnya pundak Baekhyun, bahkan Kyungsoo dengan jelas melihat bagaimana mata itu berkaca-kaca dan bibirnya yang di gigit menahan isakan yang akan keluar.

"Keluarkan Baek. Tangisanmu, perasaanmu. Ungkapkan semuanya pada Chanyeol sebelum terlambat."

Baekhyun terdiam. Lalu menaikkan wajahnya yang sebelumnya menunduk untuk menatap Kyungsoo.

"Aku sudah terlambat Kyungsoo. Terlambat ..." lirih Baekhyun.

e)(o

"Tidak apa-apa kan Chanyeol. Tadi temanmu mengajakmu tapi kau malah pergi denganku. Aku jadi tidak enak," ucap Xi Luhan. Anak baru yang sudah menggemparkan seisi kelas.

"Hei. Tenang saja, Baekhyun itu sahabatku jadi dia pasti mengerti bahwa aku harus memberi tour padamu. Lagipula dia pasti sedang bersama temannya yang lain." Jawab Chanyeol kelewat santai.

"Jadi kalian sahabat. Wahh, dari dulu aku ingin sekali punya sahabat."

"Oh ya. Kalau begitu kita bersahabat. Aku akan menjadi sahabatmu Luhan." Chanyeol mengeluarkan senyum termanisnya yang membuat Luhan terdiam seketika. Ada perasaan nyaman saat lelaki yang lebih tinggi dihadapannya itu tersenyum. Chanyeol menarik tangan Luhan yang menyadarkan lamunan lelaki manis itu.

"Ayo kita ke kantin. Kau pasti lapar setelah keliling sekolah yang besar ini." Luhan menyambut genggaman tangan Chanyeol dan tersenyum malu-malu.

Kedatangan Chanyeol dan Luhan menjadi perhatian pengunjung kantin. Sedangkan seorang gadis dan dua lelaki yang statusnya adalah kekasih Chanyeol mengeram marah. Merasa kembali dikhianati namun apa daya karena mereka pun sudah tahu akan begini jadinya jika berpacaran dengan Chanyeol.

Chanyeol mengantri memesan makanan sedangkan Luhan mencari tempat. Ada satu tempat kosong namun dekat dengan gerombolan lelaki yang tampak seperti berandalan. Yang lainnya sudah terisi.

Itu Baekhyun kan.

"Hai Baek!" sapa Luhan yang akhirnya menemukan orang yang dikenalnya. Luhan merasa dia bisa saja dekat dengan Baekhyun karena dia sahabatnya Chanyeol.

"Ooh Luhan. Bukankah kau bersama Chanyeol."

"Itu Chanyeol sedang memesan makanan."

Baekhyun mengangguk-ngangguk.

"Boleh aku duduk disini Baek?"

"Silahkan."

"Hai." Sapa Luhan yang sepertinya baru menyadari eksistensi Kyungsoo. Kyungsoo membalasnya dengan anggukan dan senyuman yang membuat bibirnya berbentuk hati.

"Kau memilih tempat yang bagus Luhan," celetuk Chanyeol yang langsung mengambil duduk di hadapan Baekhyun sedangkan Luhan tadi sudah mengambil duduk di sebelah Baekhyun. Yang artinya Chanyeol mengambil duduk Kyungsoo sehingga Kyungsoo harus bergeser.

"Ini untukmu." Chanyeol menyerahkan nampan makanannya pada Luhan dengan senyuman. Luhan menerimanya dengan senyuman juga. Baekhyun yang memperhatikan itu merasakan dadanya sesak.

"Strawberry lagi strawberry lagi. Seharusnya kau makan nasi Baek."

"Aku beli pakai uangku Park. Makanan ini juga masuknya ke perutku jadi jangan protes." Hati Baekhyun menghangat menyadari bahwa Chanyeol masih perhatian padanya.

"Tapi kau bisa sakit nanti." Chanyeol menyumpit kimbab yang dipesannya lalu menyodorkannya ke Baekhyun.

"Aaaaa." Tanpa banyak protes Baekhyun memakan kimbab yang diberi Chanyeol.

"Baek."

"Hmm."

"Kekasihku." Tubuh Luhan menegang saat mendengar Chanyeol menyebut kekasih.

"Apa mereka melihat kearah sini." Baekhyun sontak memukul kepala Chanyeol dengan sendok cakenya.

"Kau itu bodoh sekali. Sejak kau masuk ke kantin semua mata memandang ke arahmu bodoh. Terutama para kekasihmu itu."

"A-apa aku membuat masalah. Jadi aku sudah membuat kekasih Chanyeol cemburu. A-aku harus menjelaskannya kan. Itu tadi hanya salah paham." Luhan merasa sangat bersalah, bahkan wajahnya sudah seperti baru saja diputuskan kekasihnya.

"Tidak usah bingung Luhan. Mereka memang kekasih Chanyeol tapi mereka tidak bisa menuntut apapun pada Chanyeol," jelas Kyungsoo, tentu saja Luhan harus diberi penjelasan, jika tidak, mungkin rasa bersalah sudah bergelung di hatinya.

"Me-mereka?"

"Iya mereka. Chanyeol punya tiga kekasih. Satu perempuan dan dua lelaki," ucap Baekhyun santai namun menuai reaksi tak santai dari Luhan.

"Apa!"

"Luhan. Dengar aku. Aku akan segera memutuskan mereka dan berubah. Aku tidak akan menjadi playboy lagi." Chanyeol meyakinkan Luhan dan bahkan menggenggam tangan lelaki itu tanpa tahu ada satu lelaki lagi yang menahan dirinya untuk tidak menitikan air mata. Sedangkan lelaki yang satunya mengeram kesal akan ketidakpekaan lelaki yoda disebelahnya ini.

e)(o

Sudah menjadi kebiasaan bahwa makan malam Baekhyun akan dilakukan di rumah keluarga Park. Bahkan jika itu tidak terjadi, bagi ibu Park itu adalah sebuah hal yang langka. Dan jika terjadi ibu Park akan memaksa Chanyeol menjemput Baekhyun yang tinggal di apartemen yang gedungnya tidak jauh dari kediaman mereka. Dan permintaan ibu adalah mutlak sehingga tidak ada alasan untuk Chanyeol menolak. Dan kali ini Baekhyun tetap melaksanakan kebiasaannya.

Dia sudah duduk seperti sudah di rumah sendiri di ruang keluarga dengan televisi menyala dan cemilan dipangkuannya. Sebenarnya Baekhyun ingin membantu ibu Park namun sejak dulu ibu Park selalu bersikeras bahwa Baekhyun harus menunggu di ruang keluarga, menyamankan diri dan Baekhyun sudah terbiasa akan hal itu. jika sekarang Baekhyun sudah siap di rumah Park maka putra keluarga Park sendiri, Park Chanyeol belum pulang. Pikir Baekhyun paling Chanyeol sedang sibuk memutuskan salah satu kekasihnya atau malah berkencan.

"Aku pulang." Seru Chanyeol memasuki rumahnya membawa kepala Baekhyun menoleh ke belakang, kearah Chanyeol.

"Kau pulang Chan?"

"Hm. Ayo Luhan masuklah. Jangan malu-malu."

Mata Baekhyun membulat seiring lelaki yang baru dikenalnya belum ada 24 jam itu dengan malu-malu memasuki rumah Park.

"Luhan akan makan malam dengan kita hari ini Baek," ucap Chanyeol menyadarkan Baekhyun dari lamunannya.

"Aaa … benarkah. Baiklah."

"Baekhyun. Chanyeol sudah pulang? Ibu sudah selesai memasak." Ibu Park datang dari dapur sambil melipat celemek yang sebelumnya dipakainya. Luhan sontak membungkuk pada ibu Park.

"Siapa ini. Temanmu Chan? Siapa namanya? Manis sekali."

"Iya Ibu. Dia teman kami. Namanya Luhan. Dia siswa baru di kelas kami." Chanyeol memegang pundak Luhan.

"Halo Bibi."

"Iya Halo."

"Ibu. Tidak apa-apa kan jika Luhan ikut makan dengan kita. Sebenarnya keluarganya belum pindah ke Korea jadi dia sendirian di rumah barunya. Jadi aku berinisiatif mengajak Luhan makan malam disini."

"Tentu saja boleh, ayo. Kita makan bersama. Rasanya senang bisa makan bersama-sama begini. Tidak usah malu-malu Luhan. Ayo Baekhyun."

"Iya," jawab Baekhyun yang baru saja tersadar dari lamunannya. Entah kenapa Baekhyun merasa sesak menyadari Chanyeol sepertinya memang memiliki niatan serius untuk menjalin hubungan dengan Luhan. Bahkan Chanyeol sudah mengenalkannya ke ibu Park. Baekhyun sadar bahwa ucapan Chanyeol pagi tadi bukanlah main-main.

"Baekhyunee. Kenapa kau diam. Ayo, biasanya kau paling bersemangat. Hari ini Ibu memasak makanan kesukaan Baekhyunee. Semoga Luhan juga suka yah," ucap ibu Park sesampainya di ruang makan dengan senyuman yang mengembang.

"Kenapa aku tidak ditanya Bu?" Chanyeol merajuk.

"Aishh. Kenapa kau jadi manja begini. Konteksnya kau sedang bersama para perempuan sekarang," ucap Ibu Park yang disambut rengekan oleh Baekhyun.

"Ibu. Aku laki-laki tulen. Kenapa Ibu bilang diantara perempuan seolah aku dan Luhan perempuan. Aisshhh." Rengut Baekhyun dengan bibir yang di poutkan. Tawa ibu Park meledak melihatnya. Sedangkan Luhan tersenyum kecil.

"Yak Baek. Mana ada lelaki tulen yang bisa hamil hahh. Kau itu carrier. Jangan lupa. Pasanganmu adalah lelaki sepertiku."

Tapi kenapa kau tidak pernah memandangku Chan. Seolah aku hanya lelaki biasa yang tidak bisa berpasangan denganmu

"Lihatlah Luhan. Dia tidak protes saat dibilang seperti itu. Karena Luhan juga carrier. Iya kan lu?"

Dan kenapa kau jadi membandingkanku dengan Luhan. Sebegitu sukanya kah kau dengan dia Chan. Bahkan kau mengajaknya bertemu ibumu. Apa. Apa aku harus menyerah

Baekhyun memandang semua orang disana dengan wajah biasa seolah tak terjadi apa-apa walaupun hatinya menangis memintanya egois.

*

Chanyeol sedang mengunjungi festival sekarang. Festival yang diadakan di sekolah yang letaknya tidak jauh dari sekolahnya sendiri. Sayangnya lagi dia sendiri. Chanyeol sudah mengunjungi semua stand makanan dan hanya mencoba sampelnya saja tanpa membeli. Sungguh panutan. Dan sebuah stand yang hanya ada satu pelanggan menarik minatnya. Itu stand pembuatan kalung. Chanyeol memperhatikan pemilik stand itu membuatkan ukiran liontin yang dipesan orang yang datang sebelumnya. Chanyeol berpikir haruskah dia meminta untuk dibuatkan kalung. Tapi untuk siapa. Dan seketika dia teringat bahwa sahabatnya akan berulang tahun lusa sehingga Chanyeol berpikir untuk membelikan Baekhyun kalung saja yang didesain khusus untuknya. Chanyeol tersenyum membayangkan betapa Baekhyun akan memekik senang setelah ini.

"Kau ingin mendesain kalung nak?" tanya seorang wanita paruh baya pemilik stand itu.

"Iya Bi. Tapi aku bingung desain bagaimana yang harus aku pilih," ucap Chanyeol sambil matanya menelisik satu persatu kalung yang sudah tergantung jadi.

"Kau lihat saja contohnya."

"Baiklah." Mata Chanyeol terpaku pada kaluan berbentuk hati yang bisa dibuka, didalamnya bisa Chanyeol isi foto atau tulisan. Chanyeol mengambil kalung itu lalu memberikan pada ahjuma pendesain.

"Ini. bisakah anda desainkan seperti ini."

"Baik. Duduklah. Mungkin akan lama dan aku butuh kau untuk memastikan desainnya memang pas."

e)(o

Tidak ada ulang tahun yang berarti bagi Baekhyun. Orang tuanya mungkin memang mengucapkan selama untuknya dan mengirimkan hadiah, ibu Park dengan sup rumput lautnya di pagi hari yang datang ke apartemennya, Kyungsoo yang memborbardirnya dengan chat harapan untuk ulang tahunnya dan beberapa teman yang mengucapkan selamat untuk bertambahnya usia Baekhyun. Namun tidak berarti bagi Baekhyun karena sahabat sekaligus orang yang mengisi hatinya tidak melakukan apapun untuk hari ulang tahunnya bahkan hanya sekedar ucapan selamat untuk hari kelahirannya pun tidak didapat Baekhyun di tahun ini. Perasaan Baekhyun mendadak kalut, bingung atas apa yang terjadi. Sungguh, ia sama sekali tidak siap jika harus kehilangan sahabatnya itu. Kehadiran Luhan seolah menyadarkan Baekhyun bahwa kehadirannya di hidup Chanyeol tidaklah lagi penting jika pemuda itu menemukan kekasih hatinya. Bahkan belum ada sebulan Luhan datang, Chanyeol sudah berubah bagi Baekhyun.

"Seharusnya dari awal aku sadar, aku harus siap menghadapi ini. Lagipula ini salahku sendiri. Aku pengecut, tidak berani mengungkapkan perasaan ini. Hahh." Helaan nafas terdengar dari bibir Baekhyun.

Suara pesan menyadarkan Baekhyun, diambilnya handphone itu. Nama Chanyeol terpampang jelas disana.

Datanglah ke tempat biasa Baek. Ada sesuatu. Sahabatmu yang paling tampan sejagat ini sudah lelah berdiri disini. Hingg.

"Cihh. Dasar Yoda." Senyuman mengembang di bibir Baekhyun. Pikirnya mungkin Chanyeol memberikan kejutan untuknya.

"Setidaknya dia tidak lupa."

Baekhyun segera pergi ke kamarnya bersiap. Mungkin ulang tahunnya kembali memiliki arti bagi Baekhyun.

TBC

Author notes: Hallo, mohon reviewnya ya, aku masih baru banget. Mungkin ada yang nyadar kalau ceritanya mirip sama film india "Kuch Kuch Hota Hai" kan. Sebenernya niat awal bikin cerita ini tuh pengen nge-remake aja tapi gagal, alhasil banyak bagian yang mirip sama film itu. Tapi bakal banyak adegan yang berbeda ya. Beda banget. Tapi konflik awalnya sama. Bagi yang punya masukan cerita silahkan diungkapkan saja.