Prolog + Chapter 1

Apakah kau pernah mendengar istilah telekinesis? istilah telekinesis ini pertama kali ditemukan tahun 1890 oleh peneliti berdarah rusia-jerman yang bernama Alexsander asakof seorang ilmuwan sekaligus paranormal dibidang metafisika pada tahun 1914 yang merujuk pada sebuah kemampuan yang dapat memanipulasi benda atau sering disebut juga psychokinesis adalah sebuah kemampuan yang dapat mengangkat, menggerakan, dan membengkokan suatu benda dengan kekuatan pikiran. kekuatan pikiran dipercaya dapat menciptakan medan energi yang memungkinkan membuat benda bergerak dengan cara menghubungkan energi mental/pikiran kita dengan konsentrasi penuh ke suatu benda untuk di manipulasi.

Menurut ilmuwan dan para psikologi, telekinesis atau psychokinesis dapat terjadi karena semua benda memiliki energi. Dan si manusia itu sendiri sebenarnya adalah medan energi, karena itu sangat mungkin bahwa satu medan energi dapat mempengaruhi medan energi yang lain.

Namun sebernarnya kemampuan menggerakkan, mengangkat, atau membengkokkan benda hanyalah sebuah kemampuan dasar dari telekinesis para ilmuwan menyebutnya dengan nama psychokinesis mikro. Tingkat ini diberi nama psychokinesis makro, berbeda dari yang tadi kemampuan telekinesis ini mencangkup jangkauan yang lebih luas tidak hanya terbatas pada menggerakan, mengangkat, dan membengkokan seorang pengguna telekinesis yang sudah mencapai tahap ini bahkan dapat mengendalikan, menciptakan, dan memanipulasi setiap unsur alam yang ada di sekitar. Para ilmuwan sendiri membagi telekinesis tingkat makro ini dengan 30 jenis, Sebut saja salah satu nya adalah Aerokinesis. orang-orang dengan kemampuan Aerokinesis ini dapat mengendalikan angin di sekitar mereka sesuka hati bahkan dapat menciptakan sebuah tornado.

Tapi tentu saja tidak semua manusia dapat menggunakan telekinesis karena pada dasarnya kemampuan ini selain mebutuhkan konsentrasi yang luar biasa juga membutuhkan pelatihan mental dengan meditasi, mungkin bisa di bilang telekinesis merupakan kemampuan alami yang tertidur pada manusia.

Dan karena itu selalu terjadi kesenjangan antara para telekinesis dan orang biasa, memang tidak bisa di pungkiri kapapun atau dimanapun kesenjangan sosial merupakan penyakit yang selalu ada dalam struktur kemasyarakatan, begitu pula antara para telekinesis dan orang biasa. .

Misalnya saja apa yang terjadi di eropa pada abad pertengahan, pada masa itu semua orang di kelilingi rasa takut dan benci pada penyihir karna mereka di anggap sebagai kaki tangan iblis atau orang yang melakukan kontrak dengan iblis sehingga mereka sering di buru dan di bunuh dengan cara keji seperti di bakar hidup-hidup. Namun tau kah kau bahwa kemampuan para penyihir itu bukan berasal dari iblis atau semacamnya melainkan dari kekuatan pikiran mereka sendiri.

Pada zaman ini seiring berkembang nya Iptek yang sangat pesat para telekinesis tidak lagi di buru namun masih di rahasiakan dari publik dengan ada nya undang-undang khusus mengenai mereka. hal ini tidak lain untuk mencegah terjadinya kesenjangan yang terjadi di masa lalu.

Namun nyatanya selalu saja ada pihak oposisi, begitupun dikalangan para holder sendiri tidak semua holder mengikuti peraturan itu, nyatanya banyak para holder yang menyalah gunakan kekuatan nya untuk melakukan tindakan merugikan bahkan menyebabkan teror di masyarakat, oleh sebab itu setiap negara membentuk sebuah unit khusus yang beranggotakan para holder. Sepeti hal nya Jepang yang terkenal dengan unit Anbu milik mereka.

Jadi pada akhirnya meskipun mereka tidak di buru oleh manusia tanpa telekinesis seperti yang di alami para penyihir. Mereka akan tetap di buru, atau lebih tepat nya kini mereka akan saling memburu sesama holder.

Seperti kata pepatah:

"Kekuatan besar akan selalu menarik masalah yang lebih besar"

Di diantara mereka ada seorang anak muda yang terpaksa terlibat dalam pertikaian diantara mereka bukan demi menyelamatkan dunia ataupun menghancurkannya, tapi demi menyelamatkan seseorang yang dia anggap sebagai dunia.

.

.

- HOLDER: The Yellow Bird -

.

.

"Huhh akhir nya kita sampai juga" ujar seorang gadis yang berdiri di sampingku.

"Yah setidak nya kita beruntung masih ada penerbangan ke jepang yang tersisa..."

"...jika saja tidak ada orang bodoh yang menghilangkan tiket kita, mungkin sekarang kita sedang bersantai sambil meminum segelas kopi" ujarku ketus.

"Kau pikir ini salah siapa hmm" balasnya sambil memelototi ku.

Salah siapa katanya? Jelas-jelas itu salahmu bodoh, bukankah kau yang dengan ceroboh menghilangkan tiketnya, dan berhentilah menyalahkanku.

"Ya...ya...terserah"balasku acuh sambil mulai berjalan dan mengabaikannya.

"Hei jangan meninggalkanku mata empat kurang ajar"

"Bisakah kau tidak berteriak! Kau membuat kita menjadi perhatian semua orang di bandara ini kau tahu, dan jangan panggil aku dengan sebutan 'mata empat' itu membuatku terdengar seperti alien" Dia benar-benar merepotkan seharusnya aku tinggalkan saja dia di prancis.

.

Dimalam yang sama ditempat lain

.

Di atas sebuah gedung pencakar langit dua orang berbeda gender sedang berdiri saling berhadapan.

"Sebaiknya kau menyerah saja Ojou-san dan berikan serum SQ itu padaku... Jujur saja aku tidak begitu suka memukul seorang gadis"ujar seorang pria bermasker, dilihat dari perawakannya mungkin dia berusia sekitar 25 tahun pria itu mengenakan pakaian hitam dengan rompi anti peluru yang berwarna silver yang persis dengan warna rambutnya.

"Fufufu,,, terimakasih tapi kau tidak perlu sungkan polisi-san karena aku sama sekali tidak berniat menyerah"ujar sang gadis yang menjadi lawan bicaranya.

"Kau yakin? Aku tidak akan segan-segan kau tahu"ujar pria itu disertai listrik yang keluar dari kedua tangannya.

"Kau memang tidak perlu sungkan masker-san, yah kecuali jika kau ingin mati" balasnya sambil mengeluarkan sebuah pisau dari balik pakaian nya.

"Baiklah kalau begitu aku maju" kata si pria bermasker sambil berlari dengan kecepatan luar biasa.

Tidak mau kalah si gadis itu langsung menggoreskan pisau yang ia pegang ke pergelangan tangannya sendiri sehingga darah berceceran kemana-mana.

Si masker yang melihat hal itu ia langsung melompat mundur, dan benar saja di tempatnya tadi sudah di penuhi lubang seukuran kelereng jika saja instingnya tidak bekerja mungkin dia sudah tamat.

"Hmm menggunakan darah sebagai senjata….sepertinya kau tipe hydrokinesis apa aku benar?" Kata si masker sambil menatap cairan merah yang secara ajaib keluar dari lubang-lubang tadi dan dan terbang kembali ke arah si gadis itu.

"Yah kau benar dan kau pastinya tipe elektrokinesis" kata si gadis yang kini di kelilingi oleh cairan warna merah yang ternyata adalah darahnya sendiri.

"Kalau begitu pasti kau selalu mengalami anemia"

"Hahahaha….tentu saja itu tidak pernah terjadi, namun jika itu terjadi aku hanya perlu mengambil darah dari korbanku sebagai gantinya, dan jika kau mau aku akan dengan senang melakukannya padamu tampan"

"Tidak terimakasih lagi pula aku orang berdarah biru"pria itu bergumam kecil lalu ia juga ikut menghilang diikuti kilatan biru.

Gadis itu menggerakan tangan kearah si pria bermasker tadi dan secara otomatis darah yang di sekeliling nya langsung melesat seperti peluru.

'Drutt'

'Drutt'

'Drutt'

Si masker hanya bisa menghindar dan menahannya sesekali, ini benar-benar sulit baginya jika dia terus-terusan seperti ini dia akan tamat. Dan ia yakin gadis itu tidak akan pernah kehabisan stok darah karna darah yang ia gunakan selalu kembali kepada gadis itu.

'Tidak ada pilihan lain' pikir si masker, ia mengambil jarak menjauh dari gadis sambil mengkokohkan kembali kuda-kuda, Petir di kedua tangannya semakin menggila.

Dengan kecepatan penuh si masker ini berlari menerjang ribuan butir darah yang melesat kearahnya dengan menggunakan listrik di tangan kirinya sebagai perisai.

Melihat lawannya yang terus maju si gadis mau tidak mau ia kembali menggoreskan pisau ke tangan yang satunya, lalu dia membentuk sebuah perisai untuk menahan terjangan si masker

'Duarrr'

Suara ledakan dari benturan kedua energi itu memecahkan keheningan pada malam itu, dengan memanfaatkan kondisi itu si pria bermasker melakukan pukulan menyamping yang di arahkan langsung ke kepala si gadis, namun gadis itu masih bisa menghindarinya. Meski sedikit terlamabat dengan sedikit memundurkan kepalanya karna efek ledakan tadi pengelihatan si gadis sedikit terganggu sehingga hampir saja serangan itu mengenainya jika saja dia adalah seorang pemula dengan pengalaman minim serangan itu pasti sudah menghancurkan kepalanya

Mengetahui serangannya dapat di hindari si pria masker ini berniat kembali melakukan serangan dengan tangan kiri nya namun tanpa dia sadari tangan kiri nya sudah dililit oleh gumpalan darah milih gadis itu.

Sementara si gadis mengeluarkan seringai kecil lalu ia mengepalkan tangan kanan nya seolah-olah sedang mencengkram sesuatu.

'Krakk'

Si pria bermasker sedikit meringis ia melepas paksa lilitan darah itu dengan mengalirkan listrik yang cukup besar dan kemudian ia melompat mundur, karena kondisi yang tidak menguntungkan itu.

"Kau terlalu meremehkanku masker-kun" kata si gadis di sertai senyum mengejek

"Mungkin saja" balasnya sambil memegang tangan kirinya yang dapat di pastikan sudah remuk.

"Sekarang giliranku" ujar si gadis lalu ia berlari.

Darah yang ada di sekitar nya menggumpal di kedua tangan seperti sebuah bor.

Serangan pertama nya dapat di hindari oleh si masker, ia melanjutkan serangan nya dengan tangan nya yang satu nya namun si masker masih bisa menghindari nya dengan sedikit memiringkan tubuh nya.

"Apa kau hanya bisa menghindar huhh" ujar si gadis sambil terus menyerang dengan membabi buta.

Si masker hanya diam ia hasur berkonsentrasi agar tubuh nya tidak berlubang, ia sengaja tidak menangkis serangan dari si gadis karna itu hanya akan berakhir dengat terbuka nya pertahanan milik nya.

Si gadis memberikan uppercut dengan tangan kiri nya, dan si masker itu menghindari dengan sedikit memundurkan tubuhnya, namun karna sebuah kesalah di kehilangan keseimbangan nya, tentu saja momen ini tidak disia-siakan oleh si gadis. Dia langsung melakukan gerkan menusuk ke arah organ vital si masker.

"Taicho" ujar sebuah suara yang di iringi dengan sebuah bola api yang melesat kearah mereka.

'Duuaaaarrr' suara ledakan yang sangat dahsya bahkan sampai membuat gedung yang mereka pijak sedikit bergetar.

Asap serta debu-debu yang berterbangan memenuhi sekitar area tadi. Dari sana keluarlah dua sosok yang tadi terlibat dalam pertarungan.

"Kau tidak apa-apa taicho" ujar seorang gadis berambut merah yang sedang berdiri diatas sebuah parabola disudut gedung.

"Yah aku tidak apa-apa, dan terima kasih "jawab pemuda pria itu dengan nada sedikit frustasi.

"Dasar pengganggu" umpat si gadis.

"Menyerahlah gadis rubah kau sudah terkepung" kali ini sebuah suara terdengar dari arah belakang wanita berekor itu.

"Fufu gadis rubah julukan yang bagus aku suka itu"

"Baiklah karna kau sudah terkepung alangkah baik nya kau menyerah dan berikan serum SQ itu" uja si gadis yang melemparkan bola api tadi.

Si wanita itu terdiam ini buruk tentu saja dia tidak akan bisa mengalahkan mereka sekaligus, pilihan terakhir nya adalah lari namun itu tidaklah mudah,

'Tidak ada pilihan lain' batinnya

kemudian ia mengambil sebuah tabung kaca yang berisi cairan berwarna hijau dari balik jaketnya.

"Baiklah sesuai perintah atasanku, jika kami tidak bisa mendapatkan benda ini maka tidak boleh ada yang memiliknya" dia berkata sambil mengangkat tabung kecil itu keatas seperti hendak membantingnya.

"Tunggu apa yang akan kau lakukan" teriak pria yang berdiri di belakang gadis itu.

"Seperti yang ku katakan barusan jika kami tidak bisa memiliknya maka tidak ada yang boleh memilikinya..."

"Dan sekarang jika kalian tidak membukakan jalan untukku aku akan menghancurkan benda ini" ini adalah opsi terakhir nya, sebenar nya dia hanya menggertak karna ia tahu benda ini sangat berharga, dan ia yakin mereka tidak punya pilihan lain selain menuruti nya.

"Taicho bagaimana ini" tanya si gadis berambut merah.

Si masker atau yang di panggil oleh si gadis merah dengan sebutan taicho itu hanya diam, ia sedang mimikikan opsi-opsi yang harus dia pilih dalam kondisi seperti.

'Dia pasti hanya menggertak, yah aku yakin itu. Tapi jika tidak kami akan kehilangan serum itu untuk selamanya, tapi jika aku menurutinya, hasilnya akan tetap sama tapi setidak nya kami masih memiliki kesempatan untuk merebutnya kembal. Yah sepertinya tidak ada pilihan lain.

"Biarkan dia lewat" jawab si pria bermasker.

"Tapi taicho itu lebih buruk dari pada-"

"Sudah lakukan saja" ucap pria bermasker memotong perkataan pria yang satunya.

"Bagus kau memang sangat bijak masker-kun... Dan seperti yang pemimpinmu katakan tadi sebaiknya kau menyikir dari sana pemuda-san" ucap wanita itu sambil berbalik menghadap pria yang satunya.

"Cih" dengan berat hati ia mengikut perkataan wanita itu, karena bagaimanapun perintah tetaplah perintah.

"Baiklah terimakasih atas kerja samanya dan sampai jumpa" setelah mengatakan itu dia berlari dan melompat dari atas gedung itu. Lalu menghilang entah kemana.

"Apa maksud semua ini taicho" ucap si gadis berambut merah yang diam sejak tadi.

"Tenanglah akan ku jelaskan nanti sebaiknya sekarang nya kita kembali ke markas" pria masker itu menjawab dengan nada yang sangat dingin seperti nya dia juga merasa sangat kesal.

Mendengar nada bicara pimpinan mereka yang seperti itu mau tak mau mereka mengikuti apa yang dikatakan pemimpinnya. Lalu mereka semua ikut menghilang di telan malam.

.

Change scene

.

Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 11 malam yang artinya sudah 4 jam berlalu sejak aku tiba di jepang, dan berbicara tentang jepang perlu di ketahui bahwa sebenarnya aku adalah orang jepang asli ini bisa dibuktikan dengan nama Uzumaki Naruto yang disandang kepadaku, meskipun rambut pirang dan mata biruku tidak mencerminkan karateristik orang asia namun aku bisa menjamin bahwa aku asli orang jepang.

Meskipun sejak 10 tahun terakhir aku menetap di prancis bersama jii-sama, aku di adopsi olehnya saat aku berusia 7 tahun entah bagaimana awal pertemuan kami karena kebetulan beberapa bulan yang lalu aku mengalami kecelakaan lalu lintas dan berakhir dengan amnesia.

Aku pernah bertanya kepada jii-sama tentang bagaimana masa laluku, namun dia selalu membalas nya dengan ucapan 'Naruto! lautan itu dalam' entah apa yang orang tua itu maksud. Sebagai gantinya aku meminta ijin agar bisa meneruskan sekolah di Jepang. Dan untungnya dia membolehkannya dan tadi saat kami akan pergi ia menatapku dengan serius sambil memegang kedua pundakku 'Naruto! Hidup itu singkat bagai daun yang berguguran pada musim gugur, dan seperti anak domba yang berjalan melihat awan' itu lah yang dia katakan dan aku sama sekali tidak mengerti apa yang tua bangka itu katakan.

"Naruto saat nya makan malam!" Ujar seorang wanita dari ruang makan membuyarkan lamunanku.

"Aku akan segera turun Jeanne" jawab ku sambil mengenakan kaca mataku, tentu saja sebagai maniak baca aku menderita rabun dan itu sangat merepotkan.

Dan suara tadi adalah suara gadis yang besamaku tadi, namanya adalah jeanne leticia cucu kandung dari jii-sama ku, tentu saja dia asli keturunan orang Prancis. Dan dia sangat cantik dan ku fikir kecantikannya benar-benar menggambarkan ciri khas wanita Prancis, sungguh! aku tidak berbohong atau melebih-lebihkan.

Sama sepertiku dia datang kejepang sebagai pelajar. Meskipun sebenarnya aku tidak tahu apa motif yang sebenarnya, yang jelas dia kemari hanyalah untuk membuntutiku. Bahkan dia ngotot ingin tinggal bersama di rumah yang sudah di sediakan jii-sama untukku.

Senang? Yah sebagai remaja normal bohong jika aku mengatakan tidak. Dan meskipun terlihat tidak pantas jika sepasang remaja dalam masa puber tinggal satu atap tapi tenang saja aku tidak punya cukup nyali untuk melakukan tindakan tidak senonoh kepadanya bagaimana pun juga dia adalah pemegang sabut hitam karate, jadi tidak akan sulit baginya untuk menghajar seorang kutu buku semacam diriku.

"Perlu bantuan?" Tanyaku setelah sampai meja makan.

"Seharusnya kau mengatakan itu beberapa saat yang lalu" jawabnya sambil menata hidangan yang dia masak d atas meja.

"Apa ini?" Aku kembali bertanya sambil duduk di meja makan.

"Kau tidak tahu?"

Aku menjawab dengan menggelengkan kepalaku, 'Tentu saja tidak apa kau lupa aku mengalami amnesia'batinku menggerutu.

"Ini namanya kare bodoh! Apa kah kau benar-benar orang jepang huhh"

"Ohhh,,," jujur saja ini pertama kalinya aku melihat kare.

"Haahhh dasar kau ini" ujar nya sambil menyodorkan piring yang sudah terisi.

"Terima kasih" ujarku.

Hmmm jadi ini yang dinamakan kare, bagiku ini lebih terlihat seperti lumpur yang di rebus, sebenar nya bukan ini bukan lah hal baru lagi pula ini adalah masakan Jeanne jadi sudah dipastikan bahwa bentuk nya pasti tidak akan normal.

Dengan penuh keyakinan aku memasukan kare buatan Jeanne ke dalam mulutku, dan hmmm sudah kuduga rasanya pasti akan seperti ini.

"Ba-bagaimana rasanya? Ini pertama kalinya aku membuat kare"

'Pertamakali kata nya? Dia pasti bercanda!'batinku tidak percaya

"Ini…hmmm…bagaimana aku menjelaskannya ya"

"Ba-bagaimana?"

"Jeanne!"

"Hai"

"Kare ini"

"Hmm"

"Rasanya"

"Hai hai"

"Sangatt"

"Bisakah kau katakan saja langsung bodoh"sentak jeanne yang sudah kehilangan kesabaran.

"Hahahah" entah mengapa aku sangat menikmati ketika melihat wajah yang sedang kesal, sebenarnya jeanne adalah gadis yang manis jika aku mengesampingkan sikap egois dan keras kepalanya. Tapi bukan berarti aku menyukainya atau apa, meskipun kami selalu bersama sejak kecil aku tidak pernah mersakan hal-hal yang biasa dirasakan antar lawan jenis. Yah setidaknya itulah yang aku rasakan sampai saat ini, karna tidak mustahil suatu saat perasaan ini akan berkembang kearah yang lebih serius. Namun aku juga tidak begitu berharap karena aku yakin akan sangat merepotkan menaruh rasa pada gadis seperti Jeanne.

"Bisa kah kau berhenti menggodaku" kata Jeanne mengerutkan bibirnya.

Oh dia sangat manis.

"Ahaha maaf…maaf…tapi ini benar-benar luar biasa Jeanne aku bahkan tidak percaya bahwa kare ini dibuat oleh seorang pemula" ini memang luar biasa bung memang tidak seharusnya aku meremehkan skill memasaknya, meskipun dari segi penampilan masakannya selalu tampak mengerikan bahkan terkadang itu sama sekali tidak terlihat seperti makan yang di ciptakan untuk umat Manusia, tapi seperti yang aku katakan tadi soal rasa Jeanne tidak pernah mengecewakan. Mungkin ungkapan 'jangan melihat buku dari sampulnya' benar-benar cocok dengan masakannya.

"Be-benarkah"

"Hmmm ini sangat sangat enak bahkan aku merasa bisa menghabiskan semua kare ini seorang diri" yah aku tidak berbohong bahkan aku sudah 5x nambah dan itu sama sekali belum cukup kare ini sungguh-

"Sudah kuduga aku memang jenius dalam hal memasak"katanya dengan penuh kebanggaan.

'Itu tidak sepenuhnya salah, masakanmu memang enak. tapi tidak pernah kah kau memikirkan bentuknya?'

"Yah….yah….kau sangat jenius cheaf Jeanne" ujar dengan malas sambil kembali menuangkan kare yang ke- entahlah aku lupa yang jelas aku sudah menghabiskan setengahnya.

"Hmmm….jika tidak berniat memujiku sebaiknya jangan lakukan"

"akanku ingat itu"

"Huhhh kau menyebalkan" ucapnya, oh ngomong-ngomong Jeanne sudah menyelesaikan makannya sejak tadi dan dari yang kulihat dia hanya makan lebih sedikit dari biasanya, mungkinkah dia sedang diet?.

"Oh ya aku baru ingat…Naruto besok kita akan mulai masuk sekolah"

"Huhhh?"

"Aku bilang kita akan mulai masuk sekolah besok"

"Maaf bisa kau ulangi sekali lagi" aku mungkin salah dengar yah aku pasti salah deng-

"Aku bilang kita akan mulai masuk sekolah besok!"Dia berteriak tepat di samping kupingku, Woy kau tidak perlu berteriak bung aku tidak tuli ! Dan sejak kapan kau berdiri disampingku.

"Kau pasti bercanda Jeanne"kataku sambil mengusap-usap telingaku yang malang.

"Tentu saja tidak bodoh"

"Tapi kenapa harus besok!"

"Karena besok hari Senin jadi sudah sewajarnya kita sekolah bukan" jawabnya dengan wajah polos, sial dia benar-benar manis.

"Seluruh anak di dunia juga tahu bodoh!" Tanpa sadar aku mulai meninggikan nada bicaraku

"Kalau kau tahu kenapa bertanya"

"Maksudku, kita baru sampai malam ini jeanne! Malam ini kau tahu!-"

"Yah tentu saja aku tahu dan berhentilah berteriak kau pikir aku tuli hahh?"

"Kalau begitu kenapa harus besok kita bahkan belum merapihkan barang-barang milik kita! Lalu bukankah kita juga harus menyelesaikan admin-"

"Kita bisa urus barang-barang kita nanti dan kau tidak perlu khawatir kakek sudah mengurus itu semua dan dia bilang kita bisa masuk kapan saja, lagi pula besok adalah upacara pembukaan semester ke-2, jadi kita tidak perlu repot membawa buku"

"Kalau begitu kau berangkat sendiri saja besok, aku akan masuk lusa"

"Tidak! Aku tidak mau tahu pokoknya kau harus masuk bersamaku besok"

"Tapi-"

"Tidak ada alasan! Jika kau masih menolak bersiaplah merasakan ini" dia berkata sambil mengacungkan tinjunya, sial! Dia benar-benar mengerikan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib para lelaki jika seluruh wanita di dunia ini sepertimu jeanne.

"Ba-baiklah kalau begitu" memang mustahil meruntuhkan pendirian gadis ini, dia memang benar-benar keras kepala.

"Bagus. Besok aku akan membangunkanmu pagi-pagi, sekarang kau bereskan meja makan dan jangan tidur terlalu larut karena membaca buku konyolmu itu"

"Baik maam" yah aku hanya bisa pasrah, dan sepertinya esok akan menjadi hari yang sangat melelahkan.

Esok nya

"Huh,,,huh,,, akhirnya kita sampai juga" jeanne berkata sambil terengah-engah. Kini kami sedang duduk di depan gedung utama sekolah baru kami yang bernama akademi kuoh .

"Pada akhirnya kita tidak dapat menghadiri upacara pembukaannya" balasku sambil melepas kaca mataku, lalu mengelap wajahku yang sudah dibanjiri keringat dengan sapu tangan yang kebetulan aku bawa. Ini adalah hal yang baru bagiku, aku bukan tipe orang yang atletis seperti Jeanne berlari sejauh 300m dan hanya merasakan kelelahan tanpa pingsan merupkan sebuah keajaiban untukku, di tambah lagi aku belum sempat memakan apa-apa pagi ini.

"Kau pikir ini salah siapa huhh?"

'Jeanne, tidak bisakah kau menghilangkan kebiasaanmu yang selalu menuduhku? Bukankah sudah jelas kau yang bersalah disini'batinku kesal.

"Jika saja kau bangun lebih awal dan membangunkanku!" Dia melanjutkan omelannya.

Hoy bukankah kau sendiri yang bilang kau yang akan membangunkanku? Lalu dimana letak kesalahanku? Aku hanya mengikuti perintahnya untuk tidur sampai kau membangunkanku.

"Ya….ya…aku yang salah, lebih baik sekarang kita masuk, tapi jika bisa aku ingin melihat kantinnya terlebih dahulu"

"Tidak kita akan langsung ke ruang guru, lagi pula hari ini tidak ada pelajaran dan sekolah akan pulang lebih cepat"

Aku hanya membalas nya dengan menganggukan kepalakaku, aku sudah terlalu lelah untuk sekedar mendebat nya.

"Yosh mari kita mulai kehidupan SMA kita dijepang" dia berteriak lantang sambil mengacungkan tangan kanan nya ke atas.

"Terkadang aku iri dengan semangat mu itu" gumamku sambil mengeluarkan sebuah senyuman kecil sepertinya aku tidak akan pernah bosan melihat tingkah nya.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak ada! Ayo kita pergi" dan pada akhirnya kehidupan SMA normal kami dimulai.

Setidaknya itulah yang aku harapkan...

Setelah kami menyelesaikan beberapa administrasi tambahan, kami di beritahu agar menemui orang yang akan menjadi wali kelas kami di ruang guru. Dan disinilah kami menunggu di depan ruang guru dengan sabar, sebenar nya hanya aku yang merasa begitu karna si bodoh Naruto sedang asyik membaca buku konyolnya itu tanpa mempedukikan sekitarnya, seolah-olah dia adalah satu-satunya manusia di bumi, untung saja aku sudah terbiasa dengan kelakuan menyebalkannya itu.

"Leticia-san dan Uzumaki-kun kan?" Ujar seorang wanita yang sepertinya adalah orang yang akan menjadi wali kelas kami.

"Hai sensei" balas ku dengan memberikan senyum terbaik ku. Sementara si bodoh itu masih saja sibuk dengan dunia nya sendiri.

"Namaku Anko dan mulai hari ini aku yang akan menjadi wali kelas kalian, jadi jika terjadi sesuatu jangan sungkan untuk berbicara dengan \ku" kata nya sambil tersenyum lembut kepada kami. Sepertinya dia adalah tipe guru yang menggunakan kelembutan untuk menarik minat muridnya.

"Baik Sensei, dan panggil saja aku Jeanne"

"Baiklah Jeanne-san dan…." dia melirik sebentar ke arah Naruto.

"…..Uzumaki-kun aku akan menunjukan kelas kalian sekaligus teman-teman baru kalian" katanya sambil mulai menyusuri kolidor.

"Hai sensei" kataku kemudian mengikutinya dari belakang dan tidak lupa aku menggenggam tangan si bodoh disampingku ini. Jangan salah paham aku melakukan ini agar si bodoh tidak tersesat, lihat saja dia yang masih terpaku pada bukunya aku yakin dia bahkan tidak sadar jika aku sedang menarik tangannya.

"Jeanne-san aku tidak tahu bagaimana kebiasaan orang barat, namun meskipun kalian adalah saudara berpegangan tangan di depan gurumu adalah hal yang kurang pantas" ujar Anko-sensei sambil melirik kearah tangan kami. Seperti yang kuduga dia pasti akan menegur kami.

"Maaf sensei bukan aku bermaksud tidak sopan, tapi jika aku tidak menuntunnya si bodoh ini pasti akan tersesat" balasku sambil menunjuk ke arah si baka-naru yang masih melekatkan pandangannya ke arah buku, aku yakin dia bahkan masih belum sadar jika kami sudah meninggalkan ruang guru.

Sensei melihat ke arah baka-naru lalu menaikan alisnya, sepertinya ini perltama kali nya dia melihat seorang kutu buku akut seperti Naruto "Baiklah, aku turut prihatin pasti berat mempunyai saudara seperti dia" ujar nya

"Terimakasih sensei, aku sudah terbiasa" kataku.

.

Change scene

.

Aku sedang duduk di depan gedung kepolisian menunggu kehadiran atasanku yang aku yakin saat ini sedang mendapat terapi kejiwaan dari para atasan. Tentu saja semua ini berhubungan dengan insiden semalam, sejujurnya aku juga kecewa dengan keputusan Taicho yang membiarkan pelaku lolos bahkan aku sempat berpikir bahwa dia juga ikut bersekongkol dengan si pencuri itu, namun aku segera membuang fikiran itu jauh-jauh karna aku yakin dia selalu memilik alasan yang logis untuk setiap keputusan yang diambil nya.

"Sudah lama menungguku Tobio" sapa seseorang yang sudah duduk di sampingku.

"Tidak…aku baru datang 20 menit 52 detik yang lalu Taicho" jawabku dengan asal, tentu saja kebenarannya lebih dari itu.

"Kita sedang tidak bertugas, jadi panggil saja namaku"

"Baiklah taic- maksudku kakashi senpai,,, jdi Bagaimana?" Lanjut ku mencoba menanyakan hasil dari rapat tadi.

"Itu lebih baik,,, seperti yang kau duga karna ledakan yang dibuat oleh rias aku mendapatkan kuliah spesial dari para atasan" yah wajar saja, keberadaan kami para holder sangat dirahasiakan di negara ini, setiap kejadian atau kejahatan yang berhubungan dengan para holder selalu di sembunyikan oleh negara, bahkan dari kalangan para penegak hukum juga sangat sedikit yang mengetahui keberadaan para holder. Oleh sebab itu pemerintah menyiapkan sebuah unit khusus dalam badan kepolisian bernama ANBU yang tentu saja beranggotakan para holder juga, karna bagaimanapun juga polisi biasa tidak akan bisa menangi kasus yang berkaitan dengan holder liar.

"Nah, sekarang aku menagih penjelasan yang kau janjikan" kata ku

"Bisa kita bicarakan nanti saja, lagipula Rias sedang tidak ada. Kau tahu aku malas menjelaskan sesuatu yang sama berulang kali"

"Tidak aku sudah tidak bisa menahan rasa penasaranku…dan tentang Rias aku yang akan menjelaskan kepadanya nanti" tegasku

"Ya apa boleh buat... Ikuti aku kita bicarakan di tempat lain" kata Taic- maksudku kakashi-senpai sambil berjalan ke arah parkiran mobil

"Baiklah"

"Jadi bisa kau jelaskan sekarang Senpai?" kataku memulai pembicaraan, saat ini kami sedang duduk di sebuah kedai ramen sederhana tempat biasa kami berkumpul setelah melakukan misi bahkan terkadang kami menyusun strategi disini.

Karna Teuchi-jisan pemilik kedai ini merupakan salah satu mitra kerja kami, tentu saja dia tahu siapa kami karena dia juga seorang holder jenis sonikinesis, jenis ini memungkinkan penggunanya dapat megendalikan atau bahkan menciptakan gelombang ultrasonik, ia menggunakan kemampuannya sebagai sensor dengan meniru prinsip dari kelelawar, dan itu membuat kami tak perlu khawatir akan ada orang luar yang mencoba menguping pembicaraan kami.

"Kau benar-benar tidak sabaran Tobio"

"Asal kau tahu, aku sudah cukup sabar sampai tidak bisa tidur tadi malam"

"Baiklah, jadi apa yang ingin kau ketahui"

"Tentu saja tentang 'itu' Taicho"

"Tentang 'itu' ya"

"Ya tentang 'itu' "

"Baiklah, jadi kau ingin tahu mengenai hal 'itu' "

"Ya, bagaimana?"

"Jadi mengenai hal 'itu'…."

"Ya"

"Aku akan menjelaskan tentang 'i-'"

'Bragg'

"Ok cukup Senpai kau membuat kesal" aku membentak Kakashi-senpai dan tanpa sadar aku menggebrak meja konter.

'Bragg'

"Jangan potong penjelasanju Kouhai kurang ajar" dan Senpai juga melakukan apa yang kulakukan, bahkan lebah keras.

'Bragg'

"Kau yang kurang ajar Senpai…mau berapa kali lagi kau mengulangi kata 'itu' hah?" Kataku sambil kembali menggebrak meja kali ini lebih keras dari yang tadi

'Bragg'

"Bukan kah kau yang memintaku menjelaskan hal itu" Senpai juga melakukan itu lebih keras lagi.

'Bragg'

"Tapi bukan berarti kau harus mengulangi kata 'itu' berulang-ulang"

'Bragg'

"Aku mengatakan 'itu' berulang-ulang agar kau paham"

'Bragg'

"Apanya yang paham hah? Kau hanya mengulangi kata 'itu' tanpa penjelasan tambahan"

'Bragg'

"Itu karena tadi kau memotong perkata-"

'Braggg'

'Krakkk'

"Tenanglah kalian berdua!, lihat kalian akan merusak mejaku! " Ow ow tenanglah jii-san kau terlihat sangat menyeramkan dan kau yang menghancurkan meja mu sendiri!

"Ahh maaf….Teuchi-san kami terlau terbawa suasana karna membahas tentang 'itu'" kata Kakashi-senpai dengan nada menyesal ehh maksudku ketakutan

"Yah aku juga minta maaf Teuchi-jisan" kataku dengan penuh penyesalah dan ketekutan tentunya.

"Bagus jangan di ulang lagi…karena aku tidak akan segan-segan meng-skors kalian ke tempat ini mengerti" dia memberi penekanan di kalimat terakhirnya di sertai dengan aura menakutkan yang bahkan dapat membuat orang seperti Kakashi-senpai berkeringat dingin.

"Dan juga jangan lupa mengganti mejaku kalian mengerti" oy kau sendiri yang menghancurkannya tua bangka, jadi kenapa harus kami yang menggantinya.

Seolah mengerti apa yang aku pikirkan Kakashi-senpai menatapku dengan tatapan sendu yang berarti 'iya kan saja jika kau ingin selamat'. Apa kau yakin senpai?. Aku mulai berpikir mungkin tua bangka ini memang mantan seorang yakuza tidak dia bahkan lebih menyeramkan dari bos yakuza sekalipun, lihat saja bahkan Kakashi-senpai sampai gemetar.

""Hai"" ujar kami bersamaan, dan mau tak mau kami harus menggantinya nanti karena keselamatan nyawa kami lebih terancam dari dompet kami.

"Baiklah Senpai jangan main-main lagi" kataku

"Baiklah…." dia menyelingi perkataan nya dengan meminum teh. Tanpa melepas masker nya entah bagaimana dia melakukan nya, tapi itu tidak penting sekarang.

"Kau tahu? Serum yang gadis itu curi adalah penyempurnaan dari serum SQ yang sebelum nya, dan benda itu sangat penting karna tidak ada lagi yang bisa membuat benda itu"

"Lalu apa sebenarnya kegunaan dari serum ini?"

"Kau tahu kan perbedaan kita para holder dengan manusia biasa?" katanya sambil menatap lurus ke depan.

"Ya tentu saja"

Kami para holder bisa dengan mudah memaksimalkan kinerja otak kami tanpa perlu bermeditasi karna terlahir dengan Mind unconsciousness yang lebih besar dan dominan, sehingga kami bisa dengan mudah mengalirkan energi pikiran dan menarik energi-enrgi lain yang terdapat dari benda-benda di sekitar kami. Berbeda dengan orang biasa meskipun mereka bisa fokus tapi mereka tidak bisa memaksimalkan kinerja otak mereka dan meskipun bisa dapat di pastikan mereka akan langsung mengalami gejala SHC karna tidak bisa mengendalikan energi yang membeludak secara spontan.

"Nah fungsi serum itu adalah merangsang otak manusia hingga mencapai batas maksimalnya, dengan kata lain serum ini bisa merubah warga sipil menjadi seorang holder"

Oy menciptakan seorang holder katanya? Apakah mungkin? Memang sih setiap orang dilahirkan dengan bakat telekinesis tapi membutuhkan waktu bertahu-tahun bagi orang biasa dapat mencapai tingkatan makro, belum lagi resiko mengalami SHC sangat besar.

"Berarti senpai bukankah sangat berbahaya jika sampai jatuh ketangan yang salah? " Yah aku masih belum mengerti, jika serum itu bisa merubah warga sipil menjadi seorang holder bukankah lebih baik di hancurkan saja dari pada berada di tangan musuh?

"Aku tahu apa yang kau pikirkan Tobio, tapi aku bisa menjamin bahwa serum itu masih aman untuk sekarang" jelas sekali ada nada keyakinan dari ucapannya

"Kenapa kau bisa seyakin itu?"

"Tentu saja, karna bagi seorang holder serum itu adalah racun"

"Hah?"

Aku menatap ke arah senpai, rancun katanya? Bukankah itu bisa menjadi kartu As?

"Kau belum tahu ya? Seorang holder hanya bisa membangkitkan satu jenis telekinesis"kata kakasi senpai sambil menoleh kearahku

Benarkah? Aku baru tahu itu.

"Hmm aku tidak pandai menjelaskan masalah ini, gampang nya coba kau bayangkan jika sebuah prosesor menjalankan 2 komputer sekaligus kira-kira apa yang akan terjadi?"

"Hmm tentu saja prosesor itu tidak akan mampu menahan muatan nya dan akan meledak mungkin?"

Jawabku seadanya yah aku tidak terlalu mengrti soal komputer soal nya.

"Begitu pula dengan otak kita"

"Jadi kau berasumsi bahwa serum itu masih aman karna mereka tidak bisa menggunakan serum itu"

"Yah begitulah" kata nya sambil kembali menyeruput tehe milik nya, lagi-lagi dia tidak membuka masker nya senpai masker mu bisa di kerumuni semut kau tahu?

"Tapi bisa saja kan ada orang biasa diantara mereka?" Tanya ku.

"Kau tidak perlu khawatir, aku sudah menyelidiki organisasi mereka sejak lama dan dari yang aku dapat 100% anggota mereka adalah holder" kata nya dengan penuh keyakinan.

"Jadi karna itu kau membiarkan gadis itu lepas, karena tau mereka tidak bisa menggunakannya?"

"Yah, itu lebih baik setidaknya kita punya kesempatan mendapatkannya kembali"

"Kalau begitu untuk apa mereka mangambil serum itu jika tidak ada gunanya bagi mereka?"

"Di jual!" Kata nya sambil menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat dari balik baju nya.

Saat Aku membuka amplop itu hal yang pertama kali ku lihat adalah foto seorang pria bule dengan rambut pirang panjang yang di sisir kebelakang, di sana juga tertera profil lengkap nya.

"Dia adalah Antonio Martin seorang anak dari pengusaha terkenal dan berpengaruh di eropa timur" kata senpai.

"Jadi dia yang berniat membeli serum itu?"

"Yah dan dari informasi yang aku dapat dia akan menyewa seorang holder untuk transaksi"

"Apa kah kau tahu siapa holder itu ?" Tanyaku.

"Aku tidak tahu, yang jelas kita harus mempersiakan diri untuk melakukan penyergapan saat mereka melakukan transaksi"

"Dan kapan itu?"

Dia benar-benar hebat pikirku meskipun terlihat malas dan selalu seenaknya namun kemampuan memimpin dan pengambilan keputusannya sangat hebat, tidak heran dia bisa menjadi seorang Anbu ketika usianya masih belia.

"Seminggu dari sekarang"

-To be continued-