(flashback Cy side—

Chanyeol Pov's)

Aku menatap Baekhyun datar. Setelah insiden mobilku yang tertabrak tiang listrik hingga penyok, aku dan dia terpaksa pulang dengan menggunakan bis. Selama perjalanan menuju halte dengan berjalan kaki, Baekhyun tidak henti-hentinya membuatku menggeleng dan menahan senyum dengan tingkah lakunya yang berubah-ubah.

Terkadang dia berceloteh tentang pengendara yang tidak patuh aturan, mentertawakan bocah-bocah pejalan kaki yang ketakutan karena badut, hingga meledekku. Bisa kusimpulkan pula bahwa dia hanya akan diam saat aku mendiamkannya. Dia takut padaku. Apa mungkin dia berpikir aku terlalu serius dan kaku?

Itu hanya sebagian dari acting-ku. Jika diingat dari awal betapa gilanya aku memikirkan gadis di mimpi itu kemudian bertemu dengannya di pesta malam itu, hingga hari dimana ia membuatku terkejut dengan keberadaannya di sekolahku. Dengan rok pendek dan kemeja ketat yang membuatku menahan untuk berekspresi. Gadis nakal yang menggodaku saat di toilet hingga aku berakhir dengan melakukan onani.

Terkadang aku tidak paham bagaimana Baekhyun bisa menjadi sosok gadis yang polos dan sexy di saat bersamaan. Entah sengaja atau tidak dia selalu membuatku merada tergoda setiap kali aku melirik padanya.

Beberapa kali juga dia mengeluh lapar hingga kami memutuskan berhenti di sebuah restoran mie hitam untuk mengisi perut. Aku makan dengan diam, memperhatikan dia yang memakan lahap mie-nya sambil sesekali bergumam tidak jelas.

"Chanyeol,"

"Hm,"

"Aku kenyang."

Aku mengalihkan perhatianku dari jendela ke wajahnya kemudian pada mangkuknya yang masih setengah. "Habiskan."

"Tapi aku benar-benar kenyang."

"Aku lihat kau makan dengan rakus tadi,"

"Apa—Hey! Aku tidak rakus!" dia menggebrak meja kayu kami hingga pemilik restoran menatap kami berdua dengan tajam. "Aku hanya lapar."

"Kalau begitu habiskan."

"Tapi sekarang sudah kenyang."

"Ya sudah. Kalau begitu aku juga kenyang."

"He?"

Aku menahan kekehan melihat ekspresinya yang—

"Restoran kami akan tutup lebih cepat hari ini. Ada serangkaian tes kesehatan yang akan di lakukan." Aku mendengar Bibi pemilik restoran berbicara dengan seorang pria setengah abad. Suara gesekan antara kaki kursi dan lantai kayu licin mau tak mau membuatku mengikuti pergerakan Baekhyun. Beranjak setelah membayar makanan kami.

Angin sore berhembus lembut, membawa surainya yang lurus jatuh sempurna diantara pinggangnya yang ramping. Aku memfokuskan atensi pada jalan di depan kami saat ia melirikku sekali dua kali hingga aku merasa risih.

"Anjingnya cantik." Tukasnya, menunjuk anjing putih dengan pemiliknya yang seorang wanita hamil. Aku tersenyum kecil menyetujui.

"Tentu. Dia seperti majikannya."

"Maksudmu wanita hamil itu?"

"Menurutmu?"

Baekhyun menatapku balik. Wajah bingungnya berubah menjadi senyuman lebar. "Woah, kau menyukai wanita hamil?"

"Menurutmu?"

Baekhyun memalingkan wajahnya ke depan. Senyumnya masih bertengger, kali ini ia mengerutkan bibirnya. "Kalau aku juga hamil, apa kau akan menyukaiku?"

Aku tersedak ludahku saat aku ingin menelannya. Dia pasti menyadari rona merah di pipi dan telingaku hingga dia terlihat begitu menyebalkan.

"Ah! Kalau begitu benar!"

"Apanya?"

"Hamili aku!"

"H-huh?"

Aku melotot padanya. Dia tertawa beberapa detik kemudian. Memegangi perutnya dan menepuk-nepuk bahuku hingga aku merasa malu bukan main.

"Kau percaya itu? Astaga. Aku hanya bermain-main, Chanyeol." Dia tertawa lagi. Kali ini lebih keras hingga aku mendengus dan melajukan jalanku, meninggalkannya yang berteriak memanggil namaku dan mengimbangi langkahku dengan langkah kaki yang besar.

"Hey! Jangan tinggalkan aku."

Baekhyun meraih lenganku. Memeluknya saat dia mengimbangi aku hingga akhirnya aku memelankan langkahku yang tergesa. Mulai kembali berjalan lebih lambat dengan langkah kecil. Mengimbangi kakinya terasa semakin memelan.

Selama perjalanan kaki yang sama sekali tidak melelahkan, aku di buat tertawa dengan tingkah konyol Baekhyun yang sesekali berakting menirukan cara jalanku dengan menegapkan bahunya hingga kedua dadanya membusung. Aku bahkan baru tahu jika dia sekonyol ini. Dia bahkan telihat seperti menirukan seekor gorila.

Meraih tangannya, aku tidak tahu kenapa tiba-tiba akh ingin menggenggam jemarinya. Kami membeli permen kapas dan menunggu bis selanjutnya hingga hari menjelang sore.

Aku senang dia bersikap baik dan terkejut dengan sikap tenangku setelah jelas-jelas kemarin-kemarin aku selalu menghindari bahasan tentang Baekhyun yang selalu terjadi saat keluargaku berkumpul.

Aku tidak lagi menolak. Tidak lagi memotong ucapan ayah dan ibu yang bahkan telah membahas pasal cucu di depanku dan Kyungsoo. Aku sedikit risih dengan topik itu namun sejak hari dimana aku bertemu dengan Baekhyun di pesta malam itu, aku juga tak lagi berusaha kabur dalam pembahasan yang monoton.

...

Sebenarnya suasana hatiku sangat baik. Tapi saat mendapati tumpukan sampah di depan pekarangan rumahku, tiba-tiba saja rasanya aku ingin meledakkan kepala seseorang.

Aku memerintah Baekhyun untuk masuk ke rumah sementara aku menyambangi tetanggaku yang tidak tahu diri dengan mengetuk pintu rumahnya. Tidak lama dia membuka pintu dengan pakaiannya yang aneh, rumbai-rumbai di pinggang mengingatkanku pada pakaian hawaii. Aku menggeleng cepat dan menatapnya.

"Bisa kau jelaskan apa itu?"

"Sampah.."

Dia melirik sampah-sampah yang aku tunjuk. " Itu sampah." Ia mengulangi. Aku memutar mata.

"Kau tahu?"

"Tentu saja. Itu kan milikku."

Aku mendengus keras. Melihat dia menutup kedua mulutnya dengan mata yang seperti ingin keluar. Aku menyeringai padanya.

"Kalau begitu, kenapa kau menaruhnya di perkarangan rumahku?"

"Aku hanya menumpang sedikit lahan sebelum mereka di angkut ke bak sampah." Aku mengernyit mendengar alasannya yang tolol. "Apa kau tidak pernah merasakan bokongmu di tusuk tulang belulang?"

Ringisan Baekhyun membuatku meliriknya sekilas, mendapati dia yang tengah menatap kami dengan menangkupkan kedua jemarinya menjadi kepalan di dagu. Dia menegapkan tubuh, bersiul tak jelas, aku memutar mata padanya. "Masuk, Baekhyun."

"Tapi aku masih ingin menyaksikan show nya."

Aku melirik tetangga bodohku yang menahan tawa. Bahkan aku sama sekali tidak merasakan dimana letak lucunya sarkas itu.

"Kau harus menyusulnya sebelum dia kabur,"

"Kau pikir aku penculik?"

"Bukan aku yang berkata. Tapi kau."

Telunjukku hampir menyampir di dahinya saat aku mendengar suara bantingan pintu keras dari rumahku yang menandakan Baekhyun telah masuk ke dalam sesuai perintahku tadi.

"Chan,"

"Oke, Jungseok? Kau akan membersihkan kekacauan itu, bukan?"

"Itu pacarmu, bro? Wow. Kau hebat."

Aku mengalihkan wajahku dari tirai jendela rumahku yang bergerak padanya. Menaikkan sudut bibirku dan mendengus. "Jangan mengurusi urusanku, urus saja sampah-sampahmu itu. Kau terlihat seperti mereka. Tak berguna."

Dia mendengus dan memukul kepalaku. "Kurang ajar." Aku mundur beberapa langkah hingga dia tertawa. Tidak sadarkah bahwa dia jika aku bosan dengan kebodohannya? Aku ingin memangkas gigi-giginya yang tajam.

"Bersihkan itu, oke? Aku bisa menyewakan sebuah truk sampah tapi jangan letakkan mereka di pekarangan rumahku. Aku tahu karena mungkin saja kai terlalu putus asa, tapi aku benar-benar serius kali ini. Tolong. Bereskan kekacauan itu."

Dia tampak sedikit luluh dengan nadaku yang memelas. Aku benar-benar tidak akan menusuk pantatnya dengan tulang belulang, mengingat dia tinggal sendiri dan itu akan menjadi hal yang merepotkan juga bagiku jika dia dengan pantat bodohnya tersungging sementara aku dan ibuku menyuapinya makan. The hell. Aku bergidik membayangkan betapa akan lebih merepotkannya dia dalam hidupku.

"Sekalian, aku membutuhkan jasa tukang kebun untuk memperbaiki pekarangan rumahku. Aku menelpon atas—"

"Bajingan."

Aku segera meninggalkannya saat dia belum sempat menyelesaikan ucapannya. Kudengar dia manggil namaku di belakang kemudian lenyap saat aku menutup pintu dan mendapati Baekhyun yang menegapkan tubuhnya. Dia menyengir padaku kemudian. Aku tahu gadis ini tukang mengintip.

"Apa yang kau lakukan disana?"

"Membersihkan debu.." Aku mendengus dan melirik roknya yang tersingkap dan membuang wajah. Membuka sepatu dan masuk ke dalam rumah. Kudengar suara kakinya yang berlari kecil mengejarku di belakang.

Aku menelisik dapur dengan sekali sapuan mata dan membuka lemari pendingin. Mengambil dua botol air dingin saat aku mendengar suaranya memanggilku pelan. "Chanyeolla,"

Aku menyerahkan satu botol padanya, tidak membalas panggilannya dan meminum cepat airku hingga rasa melegakan menyapa tenggorokanku hingga tubuhku terasa segar. Aku menghembuskan nafas keras setelah botolku kosong dan mendapati dia yang menatapku dengan dahi mengerut.

Ingin ku kecup, eh?

"Apa?" alih-alih menggodanya seperti biasa, nada jutek kembali melantun dari bibirku yang selalu kutahan untuk tersenyum saat berhadapan dengannya.

Hm, apakah aku munafik?

"Sampai kapan kau terus memperlakukanku sebagai asistenmu, hm? Aku butuh kebebasan, Chanyeol. Aku ingin jalan dan berkumpul dengan teman-temanku saat pulang sekolah... Bukannya dikurung di rumah bersamamu."

Aku menatap Baekhyun datar. Melihatnya memainkan butiran es dan melirikku. Aku menaruh botol yang telah kosong dan membuka blazerku tanpa menanggapi ucapannya. Melangkahkan kaki menuju kamar hingga aku dapat mendengar gerutuan dan hentakan kaki jauh di belakangku.

Aku merasakan Baekhyun telah berada di ambang kamar ketika aku mulai memilih baju di lemari. "Antarkan aku pu—"

Aku mencium bibirnya secepat kilat hingga dia terdiam dengan wajah memerah. Hmm, lucu juga.

Mundur selangkah, dia menggenggam erat dua tangannya sementara aku mulai melepaskan kemejaku.

"Sudah ku bilang. Mulutmu itu masalah, Byun."

"A-apa yang kau lakukan?!"

Aku memiringkan kepala dan berkedip padanya. "Mengganti baju tentu saja."

Aku melihat Baekhyun membuka mulut kemudian mengatupnya kembali saat aku memakai kaosku dengan cepat. Mendengar nafasnya berhembus keras saat aku meraih kunci motorku. Aku menunjuk ranjangku tanpa menatapnya, memerintahnya untuk duduk di sana sementara aku pergi.

"Kau mau kemana?"

"Membeli kondom."

Aku tertawa mendengar gerutuannya. "Dasar sinting." Mendekat padanya, aku mengacak rambutnya hingga dia memajukan bibir karena tatanan rambutnya rusak.

"Jangan menyentuh apapun. Aku tidak akan lama."Aku berjalan ke luar dan mengedipkan mata hingga dia melotot malu, segera menutup pintu sebelum aku melihat dia membuka mulutnya untuk memaki. Aku tertawa seperti orang gila hingga di bawah tangga. Berhenti di depan cermin yang memantulkan bayanganku.

Suara dentuman dari teras membuatku melangkah tergesa dan mengintip dari balik jendela. Melihat beberapa pria tambun yang mengerumuni satu vespa dan satu mobil sedan, aku membuka pintu yang seketika membuat mereka melihat padaku.

Aku menelisik pekaranganku yang sebelumnya berisi sampah tetanggaku yang bodoh. Yang sekarang telah bersih. Aku menyeringai, ternyata dia benar-benar percaya bahwa aku akan menusuk bokongnya dengan tulang belulang. Alasan terkonyol sebenarnya. Dia hanya perlu di ancam.

Benar-benar menyusahkan.

Aku melihat mobil ayahku tak jauh di seberang jalan, mendapatinya berdiri di antara pria lainnya yang seperti sedang berdiskusi.

"Halo disana," aku mendekat tanpa menjawab teriakan Ayahku. Melihat satu vespa di tengah-tengah mereka. Vespa biru muda. "Ada apa?"

"Tidak, kami hanya sedang menawar harga vespa ini." Aku menaikkan alisku ke atas. Hanya itu? Tidak penting sekali.

"Berapa harga yang kau tawarkan?" aku beralih pada pemiliknya yang terus menggumamkan kalimat tidak jelas. "$15.000 dollar,"

"Kau ingin memeras atau apa?!"

"Dengar dulu, nak." Ayah menepuk pundakku. Kemudian berbisik di telingaku hingga aku membulatkan mata. "Kau serius?"

"Tentu saja, kau pikir aku ini bajingan atau bagaimana, eh?"

"Tapi, yah—"

"Kau ingin aku merebut gadismu itu darimu?"

Aku memutar mata dengan ancaman centilnya yang main-main. "Aku bersyukur Ibu tidak di sini dan tidak mendengarmu."

"Ibumu mencintaiku, nak."

"Ya, dia mencintai bajingan."

"Tentu. Bajingan ini yang membuatmu lahir di dunia ini jika aku boleh mengingatkan."

Aku melirik jendela kamarku dan melihat Baekhyun yang sepertinya sedang menerima telepon. Aku melangkah meninggalkan mereka saat Ayahku masuk kembali ke mobilnya. Pergi meninggalkan aku berdua dengan Baekhyun. Sebuah keuntungan untukku, mungkin?

Aku mengitari ruang tengah saat memesan makanan cepat saji melalui layanan pesan antar. Berjengit dari kursi setelah baru saja menapakkan bokong, aku akan memeriksa Baekhyun. Mungkin saat ini dia tengah kebosanan karena menungguku.

Berjalan ke arah dapur, aku berdiri di pembatas counter dan melihat beberapa bungkus popcorn yang berserakan di meja. Tak berniat membersihkannya, aku mengambil dua kaleng soda dari kulkas dan beranjak menuju kamar.

Sedikit tersandung karena kebodohanku yang tidak melihat jalan. Aku memutar kenop pelan, berniat mengejutkan Baekhyun namun malah aku yang terkejut oleh—

"Baekhyun, apa yang kau lakukan?"

Dia menarik tangannya dari celana dalamnya. Berdiri dan menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggung. "Ini tidak seperti apa yang kau lihat," ia berujar saat aku bahkan tidak bisa bereaksi lain selain menatapnya tak percaya.

Dia masturbasi di rumahku?! Yang benar saja!?

"Ya tuhan, Baekhyun..."

"Chanyeol, tidak, a-aku tidak—"

"Kau memuaskan dirimu sendiri di rumahku? Di kamarku? Apa kau bercanda, Byun?"

Aku suka melihat rona merah itu. Menggigit bibirnya, Baekhyun membawa lirikan matanya sekilas padaku lalu mengalihkannya ke arah lain.

"Kau menghina harga diriku." Aku berucap dengan penekanan. Dia mengangkat wajahnya dan menatapku tak percaya. "A-apa? Kapan aku menghina harga dirimu?"

"Kau pikir aku tidak bisa memuaskanmu hingga kau memilih untuk memuaskan dirimu sendiri?"

Aku melihatnya tergagap.

"C-chanyeol, berhenti di sana."

"Aku? Kenapa?"

"Jangan mendekatiku, oke?"

"HEY! APA YANG KAU LAKUKAN DI RANJANGKU?!"

"Ranjangmu? Seingatku ini masih Rumahku."

Baekhyun merona dan mengedipkan matanya cepat beberapa kali. "Maksudku di ranjang yang aku duduki."

"Jadi, kau ingin aku berbagi ranjang denganmu, ya?"

"A-apa? Ti-tidak tidak! YA, BRENGSEK! JANGAN ROBEK SERAGAMKU—YA PARK CHANYEOL!"

Dan kini aku bisa melihat dua gundukan sintal itu. Oh.

Tiba-tiba aku tergagap.

End of Chanyeol Pov's

...

Apa lagi yang paling beruntung selain menemukan gadis binal yang sedang memuaskan diri di rumahmu?

Well, Chanyeol tidak lagi bisa berpikir hal lain, atau mungkin kemungkinan yang menguntungkan lainnya—karena ia kini di hadapkan dengan sebuah tubuh yang, mungkin akan ia sebut boneka barbie?

Walau ia tidak yakin bagaimana seksinya boneka barbie yang telanjang. Baekhyun tentu jauh lebih seksi.

Ya, mungkin ia akan menyebutnya begitu. Karena serius, tubuh Baekhyun begitu putih dan mulus, dan hm.. Halus. Seluruh bagian tubuhnya kencang. Dan dia sangat sialan bergairah bahkan hanya dengan membayangkan betapa lembut dan kenyal tekstur kulit itu.

"Kenapa kau merobek seragamku?" Baekhyun menekan bibirnya menjadi garis tipis. Gadis itu menutupi bagian depan tubuhnya dengan seragam yang kini mengenaskan di dalam dekapannya.

Chanyeol memutar mata. Ia kemudian berjalan mendekati si gadis. Menatap wajahnya lekat-lekat, berusaha mengingatnya.

Mata bening dengan retina cokelat terang, hidung bangir yang lancip di hujungnya, alis yang cukup tebal, beberapa tapi lalat di—pipi, atas bibir, hidung, dagu dan dahi, bibir tipis yang merah muda, pipi yang tirus terlihat lembut, dan dagu yang runcing.

Chanyeol menarik wajahnya dan mengernyit. Sedang gadis di depannya menatapnya tak senang. Well, memang sejak kapan ia merasa senang dengan Chanyeol? Hampir tidak pernah. Menurutnya. Ia terlalu menyebalkan dan selalu berubah, mungkin sebentar lagi Baekhyun akan menjuluki dia si Bipolar. Padahal sebenarnya mereka berdua sama saja.

Yeah, andai saja ia mengenyahkan hati nurani dan mendahului ego jahilnya yang sedikit sinting.

"Aku tidak tahu apa tujuanmu merobek bajuku, dan sekarang aku kedinginan."

Chanyeol mengangkat sebelah alis, satu seringai kurang ajar menyampir di bibirnya yang sialan seksi. Aku ingin menggigit bibir itu—Oh, apa katamu, otak?

"Bisakah kau tidak menyeringai begitu?"

Lagi, ia menambah lebar seringainya. Kali ini mungkin Baekhyun akan menjulukinya bajingan. Karena, Ya Tuhan, dia sangat sialan tampan. Dan Baekhyun hanyalah gadis malang yang kini berdiri di depannya tanpa pakaian. Dan dia membencinya.

"Bagaimana jika kita bernegosiasi?" Chanyeol beranjak hingga Baekhyun dapat bernafas. Ia terkekeh. "Sedari tadi kau menahan nafasmu? Apa karena aku terlalu tampan?"

"Apa katamu?"

"Negosiasi, bodoh. Kau tuli, ya?"

Baekhyun mengerjap sekali. "Maksudku apa yang ingin kau negosiasikan." Ia membenci kalimat sombong Chanyeol sebelumnya, walau sebenarnya dia tidak salah juga.

Chanyeol menegapkan tubuhnya, menyandarkan lengannya pada lemari dan berdengung seperti berpikir. Padahal Baekhyun tidak yakin dia punya otak.

"Lama sekali sih? Seperti memikirkan masa depan saja."

"Ini memang mengangkut masa depan, Baekhyun. Karena kau bisa saja hamil, 'kan?"

"Eh? Apa maksudmu?" Baekhyun mundur selangkah.

Dan Chanyeol maju. Tentu saja. "Aku ingin bercinta denganmu tapi tentunya kau inginkan sebuah kelonggaran, benar?"

"Siapa bilang aku juga ingin bencinta denganmu hingga kau bisa menyimpulkan bahwa aku akan hamil?" Ia berdecih. "Kau terlalu percaya diri, Park."

Chanyeol menatap Baekhyun kagum. Mulutnya terbuka dua ruas. "Wah, Baek. Mulutmu." Singgungnya. "Jangan munafik."

Baekhyun tertawa jengkel. Dilihatnya wajah lelaki itu baik-baik, "Apa yang membuatmu begitu yakin, bahwa aku tertarik padamu?"

"Memangnya siapa yang berkata tentang ketertarikan di sini?"

Gadis itu memiringkan kepala. Tidak menyukai fakta bahwa Chanyeol turut mendebatnya. Ia hanya suka pada lelaki yang selalu berkata "Ya" untuk setiap apa yang ia ucapkan. Namun saat bertemu dengan Chanyeol, rasa kesal, penasaran, heran, bingung, sedikit—tidak banyak—suka, juga ingin memukulinya.. Baekhyun akui. Mungkin ia gadis paling brutal yang pernah ada dan Chanyeol pastinya belum tahu akan hal itu. Atau mungkin dia sudah tahu, Baekhyun hanya kesal padanya yang selalu menjengkelkan.

Jadi dia memasang ancang-ancang, siap melayangkan tinju jika Chanyeol berani mendekat dan menciumnya seenak jidat lagi. Tapi gerakannya tidak lebih cepat dari Chanyeol yang segera menggenggam kedua lengannya dan menyentak mereka ke atas tubuh Baekhyun sebelum menjatuhkan tubuh mereka ke ranjangnya yang bergelombang.

"Sialan! Kau berat, bodoh."

Baekhyun mengerang sakit di punggungnya dan menampar sisi kepala Chanyeol. Tapi lelaki itu segera menciumnya lagi, kali ini lebih ganas. Baekhyun berteriak diantara bungkaman bibirnya yang membuatnya tidak bisa bernafas.

Kedua tangannya kembali di tahan oleh Chanyeol di atas tubuh. Dia ingin berlari sekarang dan meneriaki Chanyeol hingga ia puas, mungkin dengan sedikit kekonyolan, karena permusuhan mereka sebenarnya tidak sepenuhnya benar-benar terjadi. Mereka hanya dua remaja naif yang konyol dan suka berubah. Dan itu adalah garis besarnya. Mereka di jodohkan, kemudian keduanya menyangkal, tapi saling mau, tapi kemudian bisa berubah menjadi sangat galak atau sangat tolol.

Jelas. Mungkin mereka dua pasangan tak resmi, yang paling aneh se-jagad raya.

...

"Aku benci kau," kata Baekhyun setelah Chanyeol menarik wajah dari dadanya. Lelaki itu kembali mencumbui puncak payudaranya tanpa peduli dengan erangan Baekhyun. Bahkan gadis itu beberapa kali menendangnya namun Chanyeol seakan tidak merasakan apapun. Tubuhnya terlalu keras dan berujung Baekhyun yang kesakitan karena memukulinya.

Suara bel yang nyaring terdengar. Ia yakin si tamu jelas memencet belnya tiga kali dalam sedetik. Hal itu membuat Chanyeol mengerang dan menarik diri dari atas tubuh Baekhyun.

Kakinya berjalan dengan tergesa menuju ke bawah, meninggalkan Baekhyun yang bodoh dengan cengiran lebar dan rona pipinya.

Gadis itu meregangkan tubuh dan berdiri. Menatap pantulan dirinya di cermin dan mengabaikan sorakan dewi batinnya yang riuh karena ia akan melepas keperawanannya, dengan lelaki itu.. Yang Luhan katakan bagai Dewa. Baekhyun berdecih. Tertawa dalam hati, ia membayangkan betapa berisiknya Luhan jika tahu apa yang dia dan Chanyeol lakukan sekarang.

Melangkahkan kaki dengan gontai dengan tujuan yang bersarang di kepala, dapur. Ia berniat memakan camilan Chanyeol sampai habis dan meminum seluruh koleksi susunya. Masa bodoh lelaki itu akan marah. Dia begitu lapar sekarang.

Mengabaikan dadanya yang tanpa helai benang dan mengikuti pergerakan tubuhnya saat berjalan, ia membuka pintu kulkas. Meneliti isinya yang berjejer rapi. Banyak minuman dan makanan hingga Baekhyun bingung ingin mengambil yang mana.

Di dengarnya suara obrolan Chanyeol dengan seorang lelaki tanpa minat. Sebelum akhirnya dua tangannya berhenti di sebuah produk keju olahan dan sebatang cokelat greentea.

...

Chanyeol melotot pada tetangganya yang bodoh. Boxer Squidward yang ia gunakan kini melotot sesekali. Menambah kesan tololnya menjadi-jadi.

Ia berpikir yang datang adalah tukang pengantar Pizza, nyatanya malah petaka.

"Bung, apa kau serius? Kau menggangguku."

"Well, maafkan aku. Aku tahu. Aku ingin meminjam onderdilmu. Aku tahu kau sedang," dia melirik Baekhyun yang tidak mengenakan baju tengah memunggungi mereka. Seperti sedang memakan sesuatu sambil berbicara pada lemari es. Chanyeol seketika merentangkan tangan di depannya. "Apa yang kau lihat?!"

"Oh, itu. Ya. Dan apa kau bersedia? Kau tahu, aku dan Ibumu.."

Chanyeol memijat kepala. Si mulut lemes ini harus disuap dahulu agar tidak bocor. "Ya. Diamlah! Jangan bergerak atau akan aku tendang bokongmu."

Dia ber-Yes ria di depan pintu. Sementara Chanyeol berjalan tergesa menuju dapur dan berdiri di belakang tubuh Baekhyun yang hanya mengenakan rok sekolahnya.

"Apa yang kau lakukan?!" tanyanya tak santai. Dua tangannya terlipat di depan dada sementara matanya masih mengawasi tetangga bodohnya yang menelisik ruang tamu. Dia melambai kepada Chanyeol hingga lelaki itu memutar mata.

"Aku lapar. Kau tidak memberiku makan." Kata Baekhyun kesal. Masih memakan cokelatnya. Chanyeol melirik ke samping, takut terlirik 'yang lain'. Jadi dia membuat matanya kembali berfokus pada tetangganya yang membuat gestur 'Mana barangnya?'

"Kenapa kau tidak pakai bajumu?"

"Baju yang mana? Yang kau robek itu? Ya. Satu-satunya seragam sekolah yang kumiliki, kan. Maksudmu." Balas Baekhyun terlalu santai. Chanyeol tercekat ludahnya. Ia menegapkan tubuh dan segera berbalik untuk menuju gudang kecil di bawah tangga rumah.

"Jangan pernah membalikkan tubuhmu." Ia segera melepaskan t-shirtnya kemudian menyampirkannya pada punggung dan bahu Baekhyun. Gadis itu terdiam di tempatnya. Bahkan kunyahannya sontak terhenti. Dan ada suatu yang menggelitik isi perutnya.

...

Chanyeol menerima pesanan Pizzanya dan menaruhnya di meja dapur. Membiarkan Baekhyun memakan setengah kotak dengan tubuh yang masih menghadap lemari es. Berbicara seolah itu adalah temannya.

Tapi dia bersyukur gadis itu telah memakai t-shirt nya.

Lelaki itu menyerahkan peralatan onderdilnya pada lelaki yang sedang tersenyum sumringah kini.

"Ini, jangan kembalikan!"

"Wah," ia menatap apa yang Chanyeol bawa dengan antusias.

"Aku tidak serius secara keseluruhan. Maksudku kembalikan saat kami selesai."

"Dan bagaimana aku bisa tahu jika kau dan dia—"

"Ya! Diamlah! Pergi sana."

Dan dia membanting keras pintu hingga suara tawa tetangganya kini terdengar.

Kenapa dia senang sekali menggangguku. Chanyeol menggerutu.

"Baek?" panggilnya. Dilihatnya gadis itu menatapnya kembali dengan sebotol susu pisang di tangannya. "Sudah kenyang?"

Baekhyun mengangguk. Ia berjalan menuju ke tangga meninggalkan Chanyeol yang menatapnya heran. Dia masih memakai t-shirt Chanyeol. Dan sekarang malah lelaki itu yang bertelanjang dada.

Ia menyusul ke kamarnya dan menemukan Baekhyun yang terbaring terngkurap di ranjangnya sambil melihat ke luar jendela kaca di samping ranjangnya.

Hampir hujan.

Chanyeol duduk di sampingnya. Tiba-tiba keadaan kembali canggung. Sedang Chanyeol bertanya, apa yang harus ia lakukan?

Memeluk gadis itu dan melanjutkan hingga tahap percintaan?

Oh.

Kenapa tiba-tiba ia menjadi sangat malu.

...

Namun nyatanya keraguan Chanyeol hanya sebatas mendung di siang bolong. Sementara.

Kini ia bahkan telah menggeluti tubuh polos Baekhyun dengan memberikan cumbuan di beberapa titik tubuhnya. Dan saat ia menghisap kuat bagian leher gadis itu, satu tepukan keras mendarat di kepala tersayangnya.

"Aw, kenapa kau gemar sekali memukul kepala seksiku, sih?"

"Jangan buat tanda di tubuhku, bodoh. Nanti ketahuan."

Chanyeol melengkungkan bibirnya ke bawah. Kembali melanjutkan sesi cumbuannya pada leher jenjang itu sementara dua tangan panasnya kini meremas dua gundukan sintal Baekhyun yang sedari tadi membuatnya terengah.

Gadis itu menggigit bibirnya. Sedari tadi, tidak ada desah ataupun leguhan yang terdengar. Ia masih terlalu malu untuk membuka bibirnya.

Chanyeol yang menyadari itu tidak ambil pusing. Ia menjalankan bibir panasnya di sepanjang perut rata Baekhyun dan turun ke pahanya. Menjilat paha dalam gadis itu hingga kakinya yang terbuka ia rapatkan.

Lelaki itu menahannya di kiri dan kanan. Menekuknya hingga ia bisa melihat kewanitaan lembab yang bersih dan berwarna merah muda. Chanyeol melirik sang empu yang menatapnya dalam. Warna kewanitaannya seperti bibir gadis itu. Chanyeol menjilat bibirnya. Terlihat menyeramkan di mata Baekhyun.

Diliriknya Baekhyun selama ia menyapa kewanitaan yang indah itu dengan lidahnya. Baekhyun mengangkat wajahnya terkejut, matanya melebar dan bibirnya terbuka. Masih tidak ada suara yang terdengar hingga Chanyeol semakin penasaran untuk mengerjainya hingga dapat mendengar suara gadis itu.

Di sapukannya lidahnya diantara lipatan basah. Maniknya perlahan tertutup karena merasakan sensasi erotis yang pertama kali seumur hidupnya. Di kecapnya lagi, di mainkannya clit gadis itu dengan bibirnya hingga ia bisa mendengar suara nafas berat di atas sana.

Chanyeol semakin gencar. Ia mencumbu rakus kewanitaan yang mengeluarkan sedikit pelumas itu dan menghisap keras clitnya. "AH! CHANYEOL!"

Yes!

Chanyeol membuka mata. Di suguhkan dengan ekspresi paling sensual yang pernah ia lihat. Baekhyun datang dengan cairan yang menyembur kecil dari kewanitaannya yang basah dengan saliva Chanyeol.

Lelaki itu menyeringai. Di angkatnya tubuh gadis itu hingga miring dan mensejajarkan dirinya dengan tubuh molek itu.

Baekhyun menggigit bibirnya.

Sebentar lagi kau akan bercinta, Baekhyun. Dewi batinnya berteriak bahagia.

Dengan perlahan Chanyeol membuka zipper celananya di depan Baekhyun yang masih menetralkan nafasnya. Wajahnya merona malu dan matanya diselimuti kabut nafsu.

Kejantanannya terbebas saat ia menyapukan lidahnya di bibir menggoda itu. Dirasakannya tangan Baekhyun yang terulur untuk memijat kesejatiannya. Sementara bibir mereka saling berpangut mesra. "B-besar." Bibir bergetar Baekhyun berucap.

Chanyeol meleguh saat gadis itu memutar jemarinya melingkar di sekitar kesejatiannya dan menaik turunkannya dengan tempo sedang. "Ahh" desahnya terlepas.

Baekhyun tersenyum nakal karena reaksi itu. Ia menggigit bibirnya, turun merengkak ke bawah dan mensejajarkan wajahnya di selangkangan Chanyeol.

Benda yang berdiri tegak itu membuat Baekhyun menganga sensual, dijulurkannya lidahnya untuk merasakan sensasi panas dari batang Chanyeol. Diukurnya dengan lengan dan ternyata hampir sama. Well, lengan Baekhyun memang kecil, seukuran wanita normal, tapi jika ada kejantanan seukuran lengan perempuan, maka itu tergolong besar.

Baekhyun melirik Chanyeol. "Apa ini sekitar 21 cm? Hmm diameternya, sepertinya 8 cm.." katanya samar dengan pipi memerah. Chanyeol mengangkat alis bingung. Ia tidak tahu, tidak pernah mengukur. "Mungkin."

Dan kalimat selanjutnya yang ia dengar adalah, "wah, keren." Ia terkekeh karena Baekhyun terlihat polos namun binal.

Dibiarkannya Baekhyun yang mengecupi kejantanannya, menjilat di sepanjang urat yang menonjol dan menamparkan batang gemuk itu di pipinya. Chanyeol menyaksikan semuanya dengan mata yang luar biasa merah. Ia tidak bisa menahan nafsunya lebih lama lagi.

Ia dan Baekhyun sama-sama pertama kali dalam hubungan intim, jadi dia tidak ingin terburu-buru. Ia membiarkan si kecil itu mulai memasukkan kejantanannya ke dalam mulutnya yang kecil.

Kepala itu terlihat naik turun, mengeluarkan kejantanannya yang gemuk dan panjang dari bilah bibirnya yang panas mencengkram kesejatian keras Chanyeol. Sementara twins ball lelaki itu sesekali ia kulum dan putar di dalam mulutnya.

Rasa itu membuat Chanyeol bukan main terbuai. Ia sampai menutup matanya dan meracau tidak jelas. Yang Baekhyun ketahui sebagai dirty talk. Yeah, Chanyeol sangat panas.

Deru nafas Baekhyun menyapa kulit paha dalam Chanyeol dan membuatnya merasa rileks. Ia mengeluarkan batang besar itu dari mulutnya, meludah di atas kepalanya yang besar dan mulai menaik turunkan tangannya dengan gerakan seakan memutar. "Ohh, astaga. Baekhyun.."

Chanyeol menutup matanya. Deru nafasnya berlomba-lomba masuk dan keluar dari kedua mulut dan hidungnya. Seperti Baekhyun yang kini mendudukkan diri di atas Chanyeol. Menekan kejantanan itu pada kewanitaannya yang basah dan terasa panas. Chanyeol mendesis dan menarik Baekhyun untuk berada di bawahnya.

Gadis itu segera membuka kedua lebar pahanya, menggantungkan mereka di bahu Chanyeol sementara lelaki itu mengurut clitnya untuk membuatnya lebih basah.

Baekhyun mendesah parau. Dirasakannya kewanitaannya mulai dimasuki oleh sebuah benda yang keras dan besar. Ia menggeleng lemah karena rasa perih yang menghantam setiap saraf kemaluannya.

Chanyeol yang menyadari segera mempertemukan bibir mereka dalam sebuah ciuman basah. Baekhyun menarik lidahnya untuk bergelut sementara Chanyeol hampir memenuhinya. "A-ah. Sakit."

"Ohh"

Keduanya bersahutan setelah memutuskan tautan bibir. Dirasanya penis Chanyeol yang besar telah masuk seluruhnya ke dalam dirinya yang ketat. Baekhyun meringis perih. Benar-benar tidak menyangka rasanya tidak semengenakkan ini.

Chanyeol melirik darah Baekhyun yang merembes di sekitar kemaluan mereka dan melengkungkan kedua alisnya. "Selamat. Kau sudah aku perawani."

Baekhyun menampar sisi kepala Chanyeol dan dia kembali mengaduh. "Berhentilah bermain-main."

"Aku tidak."

"Itu sangat sakit, bodoh. Kau ini tongkat satpam atau apa." Baekhyun menggerutu.

"Tahanlah sebentar, apa kau benar-benar menyakitimu?" tanya Chanyeol di depan bibirnya. Baekhyun memutar mata.

"Itu sebuah hal biasa, kau merenggut keperawananku. Tapi kau sialan menyebalkan. Aku ingin menamparmu" Katanya dengan jengkel. Lelaki di depannya terdiam. Bibirnya menekuk haru. "Terima kasih, Baek." Ucapnya.

Baekhyun tidak menggubrisnya. Dia merasakan ujung timpul lelaki itu menyentuh prostatnya, jadi dia berdesir karena sensasi menggelitik juga nikmat sedang di luar kewanitaannya masih amat perih.

"Aku akan bergerak. Katakan jika aku menyakitimu."

Baekhyun memejamkan matanya. Dirasanya Chanyeol menarik diri kemudian menghentak dalam— "OHH!" Baekhyun memekik terkejut saat rasa nikmat dan perih menghantam tubuhnya.

Chanyeol mulai lagi. Kali ini sebuah tempo dimilikinya. Kaki Baekhyun yang mengalung di lehernya ia kecup. Hentakannya ia tambah hingga Baekhyun menutup matanya erat. Kedua bibirnya yang seksi terbuka. Hanya deru nafas yang terdengar serta suara hentakan dari dua kelamin yang beradu.

"Kau sangat ketat, dan terasa nikmat." Racau Chanyeol. Tangannya terlulur untuk meremas dua gundukan yang ikut terombang ambing karena gerakan yang keduanya ciptakan.

Baekhyun merengkuh tubuh Chanyeol erat, diikutinya irama lelaki itu hingga kini suara basah terdengar dari kelamin mereka. "Ah ah" ia juga sesekali melantunkan desah. Chanyeol menarik tangannya dari dada Baekhyun. Mulutnya menggantikan saat di turunkannya kedua kaki Baekhyun untuk memeluk pinggangnya.

"Mendesahlah." Kata Chanyeol. Dia menghentakkan lebih dalam dan cepat hingga Baekhyun semakin meremas sprei di bawah mereka.

"Ya tuhan, Ahh, Chanyeol, Hmm.." Chanyeol memberinya ciuman basah. Di angkatnya pinggul Baekhyun hingga kini lebih tinggi. Di tusuknya lagi lubang basah itu hingga Baekhyun melepas ciuman mereka dan mendongakkan kepalanya ke atas. "Ahh—Haa—Ah"

"Yeah, desahkan namaku."

"C-Chanyeolhh"

"Lagi, Baek."

"Ohh, Chanyeol.."

Lelaki itu menyeringai dan mencium keningnya yang berkeringat. "Ya, sayang."

"Please," Baekhyun merintih karena perih masih mendera dan kenikmatan karena g-spotnya yang terus di tumbuk. "Katakan."

Baekhyun menarik nafasnya dalam dan memijat dada basah Chanyeol. Dijilatnya bibir lelaki itu kemudian menatap kedua matanya. "Lebih cepat."

Chanyeol menyeringai. Dia menghentikan hujamannya dan mendudukkan Baekhyun di atas pangkuannya. Dilihatnya Baekhyun tersenyum lega, ia membalas dan tawa keduanya pecah kemudian.

"Lagi, kan?" Bisiknya di depan bibir merah itu. Baekhyun mengangguk dan mengulumnya sekali. Melepaskannya saat ia merasakan Chanyeol mulai menghujam dari bawah dengan cepat dan keras.

Tubuh Baekhyun melengkung indah. Dua tangannya tersampir dan meremas bahu lelaki itu. "Enak?" Tanya Chanyeol.

Baekhyun mengangguk cepat. Diliriknya lelaki di bawahnya yang semakin mempercepat gerakan mereka. "Ohh, astaga, Park Chanyeol."

Chanyeol tertawa dan mengecupi payudara Baekhyun. "Kau cantik." Bisiknya membuat Baekhyun terdiam dengan dua alis nyaris menyatu. Tertegun.

Namun tak berselang lama, Chanyeol kembali memompa dengan cepat dan kasar hingga Baekhyun kembali menyuarakan desahannya yang tertahan di ujung lidah.

"Sebentar lagi," Chanyeol meremas punggung Baekhyun dan menarik kepalanya untuk kembali menyatukan bibir keduanya.

Dan tiga hentakan terakhir ia segera menarik diri dan menumpahkan cairannya di atas tubuh Baekhyun yang melengkung indah.

"Astaga."

"Ya tuhan."

Kata itu selalu bersahutan dari bibir keduanya.

Mata mereka saling terkunci sebelum satu tawa terdengar.

"Aku tidak menyangka." Kata Baekhyun. Dia menyamakan dirinya di atas tubuh Chanyeol yang terkulai lemas, lelaki itu memeluk tubuhnya dan mengecup bahunya.

"Tidak menyangka apa? Akan senikmat ini? Kau orgasme? Atau kita akan bercinta?"

"Semuanya." Sergah Baekhyun cepat. Dilihatnya Chanyeol yang masih menempelkan bibirnya pada bahunya yang ada beberapa titik merah keunguan. Lalu beralih pada lengan dan bagian tubuhnya yang lain.

Dan tak sampai lima detik untuk Baekhyun menyadari bahwa tubuhnya penuh dengan kissmark.

Gadis itu mendorong keras tubuh Chanyeol dan berdiri di sisi ranjang. Sedang lelaki itu sibuk mengerang karena kepalanya yang berciuman mesra dengan sisi ranjangnya yang keras.

"Astaga, apa lagi, sih?" Tanya Chanyeol tak santai. Padahal baru saja mereka berbaikan. Kini sepertinya perkelahian konyol keduanya akan terjadi lagi.

"Kau serius, Park Chanyeol. Menandai seluruh inci tubuhku?!" Baekhyun merentangkan kedua tangannya tak percaya. Wajah kesalnya begitu kentara.

Chanyeol menegapkan punggung dan mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya. "Dan kau baru protes sekarang?"

Baekhyun meremas rambutnya. Ia memunggungi Chanyeol hingga tubuhnya yang molek itu terlihat penuh dengan kissmark sana sini. Diam-diam Chanyeol tersenyum bangga.

"Itu bagus, karena kau tidak bisa lagi mengenakan pakaian kurang bahan."

Baekhyun melotot padanya. "Pakaian kurang bahan katamu? Itu Fashion, Chanyeol. Kau ini tidak tahu atau bagaimana?"

"Aku benar-benar-benar tidak peduli mau fashion, atau apa, aku tidak suka saat kau mengumbar bagian tubuhmu."

"Apa? Kenapa?"

"Well,"

Chanyeol meraih tangan gadis itu hingga ia terjatuh ke ranjang dan tertelungkup dengan tidak elitnya. Baekhyun yang merasa bodoh segera bangkit dan melayangkan satu tamparan pedas di sisi kepala Chanyeol.

Lagi-lagi kepala jeniusnya yang menjadi korban.

"Bisakah kau sedikit lebih lembut pada wanita?"

"Oh, lihatlah di sini ada seorang wanita." Ejek Chanyeol.

Baekhyun ingin menampar sisi kepalanya yang lain namun Chanyeol menahannya dan segera menyambar bibir merah Baekhyun hingga gadis itu tidak dapat meronta karena kukungannya. "Ya! Jangan di masukkan lagi. Aku lelah, Chanyeol—AHH!"

.

.

.

TBC

Cot :

HOREEE NC *tebar bunga*

Jangan panggil author/thor/min lahh. Ga enak di dengar. Gimana kalo kalian panggil Hera aja?

Berdoa aja semoga aku ga ngaret dan ff yang lain berjalan lancar agar semua idenya tersalurkan dengan benar. Wkwk. Pusing karna kebanyakan yang harus di kerjakan. Ya gitulah, aku selalu kerja serempak—ga pernah satu satu— dari dulu, dan dalam hal lainnya—juga begitu, ga tau juga kenapa ga bisa satu satu.

Dan mungkin karena kebiasaan. Dan saat bersamaan idenya ngalir deras, tapi kalo ngerjain satu aja, stuck. Aneh emang. Tapi gapapalah ya, selagi aku bisa menangani.. Walau ngaret update, yamaap:( aku sudah berusaha kok heuheu

Ya gitu aja deh. Babaayy

Ps. Thanks yang udah fav, follow dan riview.. Itu sangat membuat author terharu karena merasa di hargai 3

Cek karyaku yang update berjamaah ini ya! Hehe kalau berkenan:3

— Obliviate (Feat Breakfastcouple92) - Chapter 1 (*new) ; wp&ffn

— Honey Drip Drip aka Gang Bang - Chapter 4 ; wp&ffn

— Love is True (Feat Meput) - Chapter 2 ;wp&ffn

Wattpad aku ; herajung99

SEMUA YG DI UP HARI INI, ADA NC—kecuali LIT krna masih permulaan. HAHAHAHA YUHUU. BHAY!