Chanyeol, seorang dokter kandungan dan anak. Entah apa motivasi dirinya ingin menjadi dokter itu. Membuat dirinya terkenal dirumah sakit Heart Seoul, khususnya bagi ibu-ibu dan carrier. Mereka setiap hari mengantri ingin di check up oleh dokter Park. Bahkan ada yang sampai berpura-pura mual gejala hamil lain agar diantar suami ke dokter Park, aslinya kalian bisa tahu sendiri, mereka tidak hamil.

Membuat Chanyeol geleng-geleng kepala kecil mengingat kejadian-kejadian lucu yang ia dapat saat bekerja.

"Kenapa senyum-senyum?!"

Suara penasaran sekaligus curiga suami cantiknya yang berbadan gendut, bukan gendut karena karena gemuk, tapi itu... hasil pengisian dari Chanyeol. Membuat suami cantiknya jadi memiliki perut seperti balon.

Chanyeol mendekati suaminya yang pemarah itu, "Kau datang, sayang." Ia memeluk pinggang menuntun suami munyilnya untuk duduk di sofa ruangan pribadinya.

Saat ini, pekerjaannya tengah di handle oleh asistennya. Jika itu bukan sesuatu yang penting, ia berikan tugas ini pada asisten cantiknya, Irene.

Baekhyun. Kekasih yang sudah menjadi suami bagi Chanyeol mereka berpacaran sejak masa kampus dulu. Baekhyun saat ini menjadi guru musik, yang banyak memujanya karena dia orang yang kalem dan baik bagi muridnya. Tapi, aslinya tidaklah demikian kawan.

"Aku cape, Chan. Seminggu lagi aku juga akan berhenti mengajar, seperti yang kau katakan, aku akan mengambil cuti." Baekhyun mengelus perutnya yang sudah berumur 5 bulan, Chanyeol ikut duduk disampingnya, sambil mengelus perut itu senang.

Ini adalah kehamilan pertama Baekhyun, dan ia berbangga hati bisa menjaga kekasihnya dan baru bisa ia nikmati seutuhnya saat mereka telah menikah. Ia bisa menaklukan kekasih galaknya menjadi lelaki yang menuntut, jika sudah diatas ranjang.

"Bagus kalo begitu, kau sungguh istri yang penurut ya." Ucapnya masih asyik mengusap.

Baekhyun mendecih, "Jangan salah sangka, aku melakukan ini karena bayiku!" Balasnya tidak ingin Chanyeol berbangga hati dan kege'eran karena ia menuruti keinginan Chanyeol semalam.

"Jika kau lupa, dia juga anakku." Goda Chanyeol, berbisik di telinga Barkhyun sensual.

Membuat Baekhyun menjauh karena geli, "Yasudah jagan seperti ini juga!"

Trelelet trelelet

Suara telepon berbunyi membuat Chanyeol bangkit mendekat kearah meja, "Hallo, irin. Ada apa?"

"Hallo, pak. Disini ada pasien yang akan segera melahirkan, ini lebih cepat dari waktu yang kita tentukan."

Chanyeol mendengus, "Baik, aku akan kesana 10 menit lagi." Baru saja ia memulai untuk menikmati istirahatnya bersama sang istri.

Ia menutup teleponnya, melihat kearah Baekhyun yang sudah menyilangkan lengan di dadanya sambil cemberut, tanda ia sudah bete.

Chanyeol berjalan mendekat, bersimpuh didepan Baekhyun, "Kau tahu, aku tidak bisa seenaknya, ini pekerjaanku." Balas Chanyeol.

Membuat Bawkhyun mendengus, "Sana! Dan lihat apakah vaginanya lebih bagus dariku!!" Teriaknya kesal

"Baby, jangan marah please." Chanyeol mengerang kesal.

"Pergi.Chanyeol." Ucapnya penuh penekanan, menatap tajam Chanyeol.

Chanyeol menghela nafas sabar, "Baiklah." Chanyeol bangkit untuk memulai tugas, ia akan mengurus ini lebih dahulu dan biarkan nanti saja ia di marahi habis-habisan.

...

Chanyeol disana berhadapan langsung dengan vagina pasien seperti biasa, pasien ini bernama Jisoo. Yang tengah mengerang kesakitan, Chanyeol hanya akan menyuruhnya 'mendorong', 'tarik nafas saat merasa kontraksi' dan begitulah seterusnya, dia juga memegang lutut pasien agar tetap terbuka tidak dikatup atau angkat, setelahnya digantikan oleh suster untuk memegang.

By the way, disana juga ada seorang suster dan asistennya, mereka akan menyeka keringat Chayeol dan pasien.

Wanita itu menjerit keras berusaha mengeluarkan bayinya sekuat tenaga dengan selamat, saat bayinya keluar. Chanyeol bawa sambil melihat jenis kelamin juga apakah bayi itu lengkap dan sehat. Dan setelahnya ia berikan pada suster, sambil ia mengatakan bahwa bayi jenis kelamin bayinya wanita dan sehat, membuat pasien mendesah haru sekaligus lega.

Setelahnya suster membersihkan bayi itu, membungkusnya dengan selembar kain saat di berikan pada dokter.

Chanyeol membuka maskernya, menerima bayi itu lalu ia serahkan pada pasien, menyimpan bayi merah itu di dada pasien yang kancingnya sudah dibuka oleh asistennya supaya bayi bisa mendapat asi.

"Terima kasih, dok. Aku harap dia mirip dengan anda yang tampan, pasti dia akan menjadi wanita cantik." Ujar jisoo, sang pasien yang mulai dibersihkan didaerah intimnya oleh suster bahkan sampai di jahit sedikit, karena selalu mengejan saat bayi tidak mengajak keluar.

Chanyeol tersenyum menanggapi itu, "sama-sama." Ucapnya, ia tidak masalah karena ini bukan yang pertama.

"Irene, kau bisa mengurus semua ini kan?" Tanyanya beralih ke asistennya yang sibuk menulis.

"Baik, pak." Balasnya Irene yang kembali sibuk.

Chanyeol menyukai asistennya ini, Irene sangat penurut dan pintar membuat Chanyeol merasa terbantu dalam pekerjaannya.

Ia keluar menuju ruangannya, bersiap diri mendapat amarah istrinya. Sebelumnya ia memberitahu keluarga wanita itu bahwasannya anak dan istri sudah lahir dengan sehat dan selamat.

Ia membuka pintu memperlihatkan Baekhyun yang bermain ponsel, lalu menyilangkan kembali tangannya angkuh saat ia memasuki ruang itu.

"Bagaimana? Enak lihat vagina sempit!!!" Mulainya bicara dengan urat.

Chanyeol hanya diam sambil berjalan mendekat pada Baekhyun. Seperti biasa baik dirumah, di kantor atau dimanapun Baekhyun akan menggunakan alasan ini untuk memarahinya atau menyudutkannya. Menuduh ingin menjadi dokter kandungan, hanya ingin melihat vagina-vagina atau dubur wanita atau carrier.

Hal ini membuat Chanyeol mendesah sabar sekaligus kesal dan akan mengalah.

"Enak!lagi dan lagi dan lagi kau harus melihat vagina orang lain!! Enak hah??" Baekhyun marah, kesal bukan main.

Ia takut Chanyeol tergoda yang setiap harinya akan melihat vagina berbeda-beda didepan mata telanjangnya! Ia takut Chanyeol terpincut ke vagina yang sempit darinya. Baekhyun saat ini tidak bisa mengencangkan tubuhnya ke gym, karena ia tengah mengandung dan itu ditakutkan akan membahayakan anaknya.

"Aku tidak tahu itu sempit apa tidak, karena aku tidak memasukannya." Balas Chanyeol membuat Baekhyun menatap tajam Chanyeol.

Chanyeol memang tidak memasuki penisnya kesana, ia seorang dokter. Ia hanya akan melihat untuk memeriksa dan meraba saja. Ia bukan orang cabul.

"Pergi ih!!!" Baekhyun mendorong dada Chanyeol, saat Chanyeol semakin mendekat berusaha memeluk sambil berucap seperti itu.

"Aku lebih tertarik pada lubangmu, yang hanya aku yang bisa merasakannya. Dan sudah jelas bagaimana rasanya, keset." Ucapan itu membuat Baekhyun mengerang pura-pura marah akan ucapan itu.

Melihat Baekhyun menahan senyum malunya, membuat Chanyeol semangat menggodanya,

"Aku ingin memakanmu disini, rawwww." Goda Chanyeol.

Jelas membuat Baekhyun berteriak takut dan berdiri menghindar sambil tertawa. Chanyeol ikut tertawa melihat kebahagiaan itu. Ia memeluk Baekhyun. Masih terkekeh.

"Jangan marah-marah terus, itu tidak baik bagi kesehatan anak kita." Ujarnya memberitahu sambil mengusap kembali perut itu, membuat Baekhyun mengangguk.

Baekhyun menengadah, "Maaf ya, karena aku suka marah akhir-akhir ini." Baekhyun menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya itu.

"Sudah biasa. Itu sudah seperti makanan sehari-hari. Karena kau memang galak sejak dulu. Bahkan kau menendang hidungku sampai berdarah saat aku akan memberikanmu sesuatu yang nikmat." Jelas Chanyeol sambil mengenang saat dirinya hampir merusak kekasih hatinya.

Hal ini membuat Baekhyun mendengus kesal, "Itu karena kau mesum!"

"Tapi aku bersyukur. Aku bisa menjagamu sampai waktunya tepat. Dan aku sangat bangga bisa melihatmu begitu sexy dalam gairah, juga sangat berbangga hati saat tahu akhirnya aku berhasil mendapatkan kehormatanmu." Penjelasan itu membuat Baekhyun tersenyum tanpa sadar dalam dekapan Chanyeol.

"Jangan bahas itu!!"

Tolak si kecil, enggan membicarakan sesuatu yang bisa membuatnya kalah. Ia paling malas berbicara mengenai hal memalukan mengenai dirinya.

Chanyeol tertawa bahagia berhasil menggoda suaminya ini. Chanyeol mengeratkan pelukannya, menikmati moment ini.

Amarah dalam hubungan itu biasa. Karena hubungan tanpa pertengkaran akan terasa hambar. Kadang cinta tidak muluk harus sesuatu yang bahagia, hubungan juga butuh warna baru untuk menyempurnakan... ehe

.

.

SHORT STORY

.

.

END