Rewrite The Stars

By: the autumn evening

Pairing: Sasuke/Sakura

Rating: T

Disclaimer: I do not own Naruto. Title is from Anne-Marie James Arthur's song

Warning: AUMultichapters. SASUSAKU. Slight!SASUINO. Slight!GaaSaku. Klise. Typos (do tell if you find any). AU.

Summary:

Pemuda Misterius bertanya, "Siapa yang sedang kau pandangi?" Tanyanya padaku yang sedang terpaku memandang seorang Pemuda Tampan dari kejauhan

"Aku tidak sedang memandangi. Aku sedang mengagumi—dari jauh."

Pemuda itu jelas tidak percaya dengan sanggahanku, karena selanjutnya dia mengatakan; "Orang menyebutnya menguntit."

o

O

o

Prolog

o

O

o

Adrenalin yang memacu kencang dalam aliran darahnya adalah sensasi yang sudah biasa ia rasakan. Tidak ada yang bisa memacu darahnya mengalir sekencang ini selain pertandingan seru di lapangan hijau. Dia tahu pertandingan kali ini adalah salah satu dari pertandingan yang akan dia ingat. Fakta bahwa mereka akan melawan rival lama sekolah, membuat kemenangan mereka akan terasa sedikit lebih manis. Sasuke Uchiha memindai lapangan dengan ekspresi santai saat dia menjatuhkan tas ransel ke atas bangku.

"Ini akan menyenangkan." Komentar temannya dengan suara tak acuh. Tapi Sasuke tahu maksud sebenarnya. Mereka sama-sama tidak sabar menantikan pertandingan kali ini.

Bangku penonton cukup terisi penuh, Sasuke mengamati ekspresi harap di wajah pendukung kedua tim. Ternyata bukan hanya mereka yang akan bertanding saja yang bersemangat. Tawa terdengar, "Kita tahu ada satu orang yang ingin Sasuke kalahkan."

Decakan mengikuti kalimat itu. Sasuke hanya mengangkat alis terhibur.

"Siapa?" tanya temannya yang lain.

Satu temannya menunjuk ke belakang Sasuke, diikuti teman lain yang mengikuti arah jari telunjuk itu mengacung. Dengan acuh—kalau kau bisa menyamakan sebal dengan acuh—Sasuke ikut menoleh...

—dan seketika kesulitan bernafas.

"Sabaku? Kenapa?" Percakapan temannya berlanjut, Sasuke tak mendengarnya lagi.

"Mereka sudah jadi rival sejak pertandingan persahabatan di SMP."

"Siapa dia?" Tanya Sasuke mengabaikan percakapan teman setimnya.

Hening mengikuti pertanyaan Sasuke, pemuda itu tahu teman- temannya berhenti mengobrol dan mengikuti arah pandangannya pada seorang gadis—lekat. Gadis itu amat cantik, dan Sasuke ingin mengetahui namanya.

Rambut panjangnya diikat dalam ponytail tinggi. Sinar matahari membuat helaian merah muda seperti permen kapasnya terlihat semakin indah berkilau. Seragam cheerleader membungkus tubuhnya dengan sopan, pas namun tidak ketat dan sedikit lebih panjang. Tidak seperti seragam gadis lain di timnya. Itu malah membuatnya terlihat semakin menarik... memberi kesan inosen dan tak tersentuh.

Namun yang paling mengalihkan perhatian adalah senyumannya. Dia memiliki senyum paling memesona yang pernah Sasuke lihat.

"Sasuke!" dia mendengar suara tawa keras. "Kau terbelalak. Aku rasa pacarmu tidak akan senang jika tahu kau memandangi gadis lain seperti itu."

Sasuke memutar tubuhnya diikuti bola matanya. "Dia cantik," kata Sasuke singkat, seperti itu adalah jawaban yang cukup. Tidak ada sedikit pun nada cabul dalam suaranya, wajahnya juga tidak menampakan seringaian nakal—Sasuke hanya mengatakan yang sejujurnya. Gadis itu memang cantik—indah, dan tidak ada seorang pun yang bisa menyangkal pernyataannya.

"Lagipula, sepertinya dia sudah punya pacar."

Sasuke hampir tidak bisa menahan geretakan giginya. Tentu saja, pacar Sabaku Gaara. Bintang sekolah dengan penampilan menawan yang bisa menarik gadis mana saja ke dalam pelukannya. Sasuke juga tidak dapat mengabaikan senyum gadis itu yang terlihat dipaksakan, dari sudut mata gadis itu yang mengetat tidak natural. Sesuatu seperti meremas dada Sasuke melihat rasa takut yang tersirat dari gadis itu merespon sentuhan Sabaku.

Seseorang menahan lengannya. "Kau mau ke mana?"

Sasuke menoleh dengan wajah tidak senang—tanpa sadar dia baru saja akan melangkah menuju dua sejoli tadi. "Dia jelas tidak ingin Sabaku menyentuhnya."

Teman- temannya melihat Sasuke dengan tatapan penuh arti. "Lalu apa itu masalahmu?"

Sasuke membuka mulutnya, namun segera menutupnya kembali. Mereka benar, ini bukan masalahnya. Dia menarik lengannya dari cengkeraman temannya dengan kasar, matanya masih mencari objek yang menarik perhatiannya sejak tadi. Bibir Sasuke menipis membentuk garis. Sabaku mencengkeram lengan gadis itu erat, Sasuke bahkan bisa melihatnya dari kejauhan. Sasuke selalu tahu Sabaku tidak lebih dari seorang brengsek. Butuh kekuatan penuh untuk membuat kakinya tetap berdiri di tempat.

"Dia cantik, ya?" sebuah suara melodi mencapai telinganya. Sasuke mengangguk mendengar suara kekasihnya, membuat gadis itu tertawa singkat. Cemburu tidak ada dalam kamus hubungan mereka... well, setidaknya tidak sering. "Dia wakil kapten cheers... ahli gimnastik. Tim cheers kita kalah karena dia. Ingat aku pernah bercerita tentang dia?"

"Ya," Sasuke menunduk menatap wajah cantik tersenyum padanya dibingkai surai pirang. "Kau kenal dia?"

Bibir gadis itu menekan membentuk senyuman saat dia menggelengkan kepala. "Tidak, aku hanya tahu saja. Aku dengar dia sangat manis dan baik, seseorang yang membuatmu ingin berteman dengannya."

"Kelihatannya seperti itu," Sasuke setuju, mata mereka kembali menatap objek yang sedang dibicarakan. Kekasihnya sepertinya tidak menyadari ketegangan yang menguar dari sang gadis merah muda saat berinteraksi dengan Sabaku—tapi Sasuke melihatnya dengan jelas, membuat rahangnya mengeras. Bagi orang yang melihat sekilas, gadis itu terlihat tengah bercanda biasa. Namun Sasuke dapat melihat keengganan dalam gerakannya, dan dia juga melihat gestur paksaan Gaara. Rasa tidak menyenangkan dalam dada Sasuke hanya dapat dijelaskan sebagai rasa tidak percaya—untuk Gaara Sabaku—dan kecemasan—untuk sang gadis.

"Kau memandangnya terlalu lekat," Ino tertawa, menyikut perutnya. "Apa aku perlu khawatir?"

Menggelengkan kepala, Sasuke tersenyum terhibur menatap Ino. "Tentu saja tidak," jawab Sasuke, lengannya dengan mudah melingkari pinggul kekasih pirangnya. Perlahan ia memutar tubuh dari adegan tidak menyenangkan yang sedari tadi ia perhatikan. Lagipula, kenapa dia sangat peduli? "Hanya kau satu- satunya untukku."

"Harusnya memang begitu," canda Ino, lengannya ikut memeluk pinggul Sasuke.

Sasuke menoleh untuk kali terakhir pada wajah menawan yang mungkin tidak akan pernah ia lihat lagi. Sekali lagi, udara seperti dikuras dari paru- parunya saat matanya bertemu pandang dengan sepasang emerald indah gadis itu. Gadis cantik itu tersenyum ke arahnya, matanya cerah berbinar... sebelum memalingkan wajah.

Sasuke menghela nafas yang dia sendiri tidak sadar ia tahan. "Siapa namanya?" Tanya Sasuke santai, merengut merasakan perasaan aneh di dadanya saat mengingat senyum gadis misterius itu. Sungguh aneh.

Ino mendongak menatapnya bingung, namun mengedikan bahu dan menyingkirkan segala pemikiran tidak perlu dari kepalanya. Kekasihnya adalah Sasuke Uchiha, pria paling setia yang pernah ia kenal. Dia tidak perlu mengkhawatirkan ancaman pesona seorang gadis yang mungkin tidak akan mereka jumpai lagi.

Sasuke menatap kekasihnya menunggu, menunggu mendengar sebuah nama yang dia tidak tahu suatu hari akan mengubah hidupnya sepenuhnya.

"Namanya Sakura Haruno."

"Sakura Haruno," nama itu melantun mudah dari lidah Sasuke seperti lirik lagu favoritnya. Sasuke mengangguk bersamaan dengan suara pelatih yang berteriak menyuruh mereka berkumpul. Sasuke mencoba menekan semua pemikiran tentang Sakura ke belakang kepalanya.

Sakura Haruno. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menoleh sekali lagi pada pemilik nama itu... yang juga tengah menatapnya, alisnya mengernyit. Sasuke tersenyum kecil dalam kuncian matanya.

Lalu momen singkat mereka berakhir, keduanya memalingkan pandangan, kembali pada kenyataan. Sasuke tidak akan pernah melihatnya lagi.

Setidaknya... itu yang ia kira.

TBC

o

O

o

AN: Cerita baru lagi! Yaay~~

Cerita kali ini bakal drama dan panjang—gak seperti cerita Eve yang biasanya—tapi semoga prolog ini cukup menarik dan bikin penasaran.

Chapter selanjutnya akan melompat ke beberapa bulan/ tahun selanjutnya, dan—hanya akan diceritakan dari sudut pandang Sakura. POV Sasuke hanya untuk prolog ini saja.

Anyway, Terimakasih sudah membaca.

Kritik, saran dan pendapat silahkan sampaikan lewat review.

-with cherry on top-

.the autumn evening.