"Haaaah? Apa katamu tadi?" Gintoki memasukkan jari kelingkingnya ke telinga, mana tau dia salah dengar ucapan anak gadisnya.

"Aku tidak ikut pulang, Gin-chan," ulang Kagura kesal.

Pria berumur sekitar 20 tahunan-umur pasti tidak diketahui-yang masih memakai baju kerjanya berupa jas putih khas dosen Universitas Gintama itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Kagura masih normal kok. Sougo yang membenamkan kepalanya di meja tanda kelelahan juga masih terlihat biasa-biasa saja. Ahoge Kamui yang berada di rangkulan pria itu tanda mau mati juga masih mengacung.

Berarti ... "Ah, apa meteor akan jatuh, ya?"

Bogem mentah ditelan Sakata Gintoki bulat-bulat.

Lesson 3: Baper itu Tidak Baik

Jam dua lewat 10 menit. Shinsengumi Okita-chan masih sepi pelanggan. Terik matahari diluar juga sangat menyengat, untung saja, UNTUNG SAJA di toko ada AC hasil jerih payah Oni no Fukuchou kita.

Dan ... disinilah otp tercinta kita sedang malas-malasan. Dengan menggeser beberapa meja dan kursi, Okita Sougo menggelar tikar lembut bermotif 'S' di lantai. Persetan dengan pelanggan, gadis monster yang berbaring di sampingnya hampir mati kepanasan walaupun ada AC. Sougo sendiri malas mengambil minuman kaleng dingin di dalam rumah, menurutnya buang-buang energi, dan energinya terlalu berharga hanya untuk mengambil minuman untuk Kagura juga.

"Tak kusangka danna mengidap daughter complex," kata Sougo tiba-tiba, membuat Kagura menoleh pada lelaki itu.

Kagura menghentikan kipasnya, menelan ludah karena hampir dehidrasi. "Papi mana yang mau meninggalkan anak gadisnya dengan pria sadis nan menjengkelkan sepertimu-aru? Lebih baik ambilkan aku nilo dingin, keberadaanmu akan lebih berharga bila bisa disuruh-suruh-aru," kata Kagura.

Perempatan muncul di dahi Sougo. Sudah cukup harga dirinya terinjak-injak tadi, dan tanpa sadar Sougo menendang tubuh Kagura hingga mengguling keluar dari tikar.

"Apa yang kau lakukan, kuso gaki?!"

"Menendangmu."

Kini, giliran dahi Kagura yang muncul perempatan. Memang, tiada hari tanpa bertengkar. Kagura kembali masuk kedalam tikar, berbaring membelakangi Sougo yang menatap langit-langit toko. Untuk beberapa menit, terjadi keheningan. Angin AC yang berhembus kearah keduanya membuat suasana sedikit mencair. Sougo hampir saja tertidur kalau Kagura tidak angkat bicara.

"Oi, sadis," panggil gadis Kankou itu. Sougo tidak menjawab, masih menutup matanya tetapi mendengarkan perkataan Kagura. "A-aku ... b-bukannya ingin menemanimu disini, ya! T-tadi itu aku hanya menjalankan amanah Mitsuba-nee saja-aru." Yato bungsu itu menahan napasnya. Gugup, mungkin? Tapi, ayolah ... ini kan obrolan tidak penting.

"Lalu?" Sepertinya Sougo tidak tertarik dengan percakapan ini.

"Y-ya, j-jadi jangan berpikir kalau aku modus ingin berduaan denganmu saja-aru. Kau itu menyebalkan, berbagi oksigen denganmu saja aku terpaksa-aru." Entah kenapa bagian menyindirnya malah lancar.

"Hirup saja mayones Hijibaka-san. Aku bersedia mengambilnya kalau kau mau," ucap Sougo.

Sumpah, Kagura kesal bukan main. "Ingin sekali aku melakukan rencana pembunuhan untukmu-aru."

"Maa, ganbatte naa."

Kagura menghembuskan nafas. SI SADIS INI MEMANG TIDAK ADA PEKANYA-ARU!

"S-Sou ... Sougo no baka!"

Eh?

Mendadak organ tubuh Sougo berhenti semua. Tubuhnya terasa kaku, lidahnya kelu hanya untuk mengucapkan, "Terserahmu, kuso gaki."

Tapi ...

Kagura memanggil dengan nama kecilnya?

Maksudku ... Halo? Apa ada dokter kejiwaan disini?

Sougo menutup rasa kekagetannya. Gadis ini pasti ada maunya. Kalau ingin menghina dia bisa memanggil 'sadis', kan? Bukannya itu yang selama ini dia lakukan? Jadi, apa-apaan dia memanggil 'Sougo' begitu? Apa gadis itu memang punya hati seperti remaja perempuan lainnya? Seperti ... Cewek yang malu-malu ngajak cowok atau senpai ke taman belakang cuma buat nyatain cinta dengan gagap-gagap? Cewek yang ... feminim? Manis? Moe? Kawaii? Atau apapun yang berhubungan dengan itu semua?

Sumpah Sougo ingin muntah di tempat sekarang.

Kagura jelas bukan Soyo atau Nobume yang diam-diam juga mengikuti fashion terkini. Kagura masa bodoh. Selama ia bisa makan banyak, hidupnya akan bahagia. Jadi kemungkinan, Kagura juga tidak peduli dalam dunia percintaan.

Sougo berpikir keras. APA-APAAN ITU?!. Teriaknya dalam pernah terpikir sedikitpun Kagura akan menunjukkan sisi kewanitaannya.

Gugup ... terhadap seorang pria?

Terlebih lagi ... senpai Kagura saat di SMA dahulu?

SHIMATTA! DIA MENEMBUS PERTAHANANKU!

Tak ambil pusing, Sougo bangkit dari tidurnya. "O-oi, dengerin gak?!"

Sayang seribu sayang, yang bersangkutan malah masuk kedalam rumah meninggalkan Kagura yang ingin melayangkan sendal kelincinya (lagi).

Tak berapa lama kemudian, Sougo kembali dengan membawa nampan. Diletakkannya di dekat Kagura, sedangkan si Sadis Okita itu sudah membuka tutup kaleng minuman dinginnya. Menyadari tak ada respon yang diberikan Kagura (karena gadis itu tidur membelakanginya), ia menyentuh kaleng minuman dinginnya ke kulit Kagura.

Kagura memekik kecil, tapi tak lama kemudian berbalik menghadap Sougo. Manik birunya mengedip pelan, melihat Sougo yang menyodorkan sekaleng nilo dingin yang nampak menggiurkan untuk diteguk.

Untuk sesaat, Kagura terdiam. Tak menyangka si Sadis itu mau-mau saja mengambilkan nilo dingin untuk Kagura. Apa pria ini sudah menerima takdirnya sebagai budak Kagura?

"Jangan kebaperan. Kau menjijikkan kalau bersikap manis, China."

Kagura menyesal sempat terpana.

"TEMEEEE!"