" FALL FOR YOU "
.
.
.
Inuzuka Kiba, Ino Yamanaka
Alternative Universe
By: Redpapillon
.
.
.
Menurut mu, jatuh cinta itu mudah?
Apakah akan selalu membuat mu bahagia?
Kau bisa menjamin bahwa segalanya akan berarti dengan cinta?
Aku rasa tidak, Tidak akan semudah itu bagi ku.
.
.
.
CHAPTER 1
Perlahan kedua manik aquamarine itu terbuka, memancarkan keindahan dari sana, sesekali mengerjap karena silau terkena pancaran cahaya. Ia meringis dan sesekali mendecak sebal. Alih-alih meluapkan emosi, ia cenderung menggerutu. Atensi nya mengarah pada jam weker di meja, membulat seketika lantaran terlalu terkejut.
"Sial…"
Tubuh bergerak penuh gegabah, tak heran jika pijakannya belum sepenuhnya bertumpu, membuat sang tubuh goyah dan sesekali terhuyung. Tangannya bergerak cepat meraih rajutan benang halus untuk segera dibawa mandi. Hela nafas berat dihempaskan ketika gadis pirang itu selesai menguncir rambut. Ia memilih berkacak pinggang sejenak sambil bercermin sebelum tungkainya benar-benar membawanya pergi.
.
.
.
"Selamat pagi, miss!" Sapaan yang terdengar ramah berlangsung keluar dari bibir pemuda penata busana, Deidara. Mendapatkan sang model yang baru datang tidak bisa membuat Deidara menahan senyum.
"Selamat pagi, Dei. Oh ya, apakah sudah akan dimulai?" sang pemilik mata aquamarine itu membalas sapaan dengan ramah sebelum kedua matanya terkesan meredup karena panik takut terlambat.
"Kau beruntung hanya telat satu menit, segeralah ke ruang ganti dan berpoles lah, Miss." Yang bertanya hanya bernafas lega seraya menganggukan kepala.
Kedua kaki jenjang dan mulus miliknya melangkah mengikuti saran yang Deidara berikan. Tangannya meraih knop pintu, samar-samar mendengar suara cukup bising dari dalam. Keningnya mengernyit, matanya juga setengah menyipit karena orang-orang di dalam terlalu sibuk. Jadi, siapa yang akan mendandaninya?
"Oh, Ino-miss! Wah—cepatlah gunakan pakaian mu dan aku akan mendandani mu" celetuk nona dengan rambut pirang sebahu, Samui.
Ino Yamanaka hanya mengangguk dan mulai bergegas. Lima menit berlalu dan lilitan kain sutra sudah melekat pada tubuh Ino.
"Ino-miss! Sebelah sini!" Samui berseru memanggil sang model yang siap ia dandani.
Sudah, selesai sudah semua make-up yang kini bersemayam di wajahnya. Ino bercermin, tangan Samui memang selalu menganggumkan, tak pernah ia di buat kecewa karenanya. Hasilnya sangat terkesan natural di wajah Ino, tak sedikit pun menampilkan kesan buruk rupa disana, malah membuat Ino nampak sempurna.
"Ino Yamanaka, silahkan ke stage." Ucapan dari sang pemuda menyadarkannya dan Ino langsung bergegas.
Sinar cahaya dari flash kamera menyeruak dalam mata aquamarine milik Ino. Gadis itu tak sedikitpun terganggu, ia malah tetap berkesan profesional dan masih berkutat pada apa yang dikerjakannya.
"Stand by… satu, dua, tiga…" hitungan sang fotografi membuat Ino merenggangkan beberapa tubuhnya untuk berpose, tak sesekali gadis bermarga Yamanaka ini memasang gaya seksi andalannya untuk memikat banyaknya penikmat agensi majalahnya.
"Kau memang luar biasa seksi, Ino. Bersyukurlah aku masih bisa mengontrol nafsu ku agar tidak mencoba untuk meniduri tubuh indah mu." Ino menoleh ketika mendapati Sasori yang sedang memuja tubuh ideal nya begitu selesai difoto.
"Cih, mesum!" Ino mencibir, tatapannya malah terkesan suram lantaran ucapan Sasori menyebalkan.
"Hah, kau itu memang sulit sekali di taklukan." Sang pria hanya mendengus pasrah.
Seluruh ruangan dibuat menoleh begitu mendengar tepukan tangan dari sang direktur untuk meminta perhatian. Ino mengernyitkan kening heran, sebenarnya ada apa?
"Baik semuanya, harap berkumpul dan dengarkan. Aku mendapatkan sebuah email yang ingin bekerja sama dengan kita. Dan kalian tau siapa yang akan bekerja sama dengan kita? Agensi dari majalah BOY-PLAY Konoha! Kalian tau kan? Itu, sebuah agensi yang berisi dengan pria pria tampan dan seksi juga berotot!" jelas Obito di ikuti dengan kedua tangannya yang mengipaskan wajah.
Ino jelas sangat terkejut! Bagaimana bisa? Lantaran agensi majalah itu sudah sangat tenar sejak 4 tahun yang lalu hingga sekarang. Sedangkan agensi majalah dimana tempatnya bekerja baru saja satu tahun yang lalu meluncur pesat di pasaran.
Ino kembali menyimak, tak jarang kedua matanya mengitar memperhatikan para model dan juga para staff yang berjumpalitan saking tidak percayanya. Sebuah senyum sudah tidak mampu Ino tahan lagi, kali ini senyuman itu melebar dan membuat deretan gigi rapihnya terlihat.
"Kira-kira, sang direktur mereka, Itachi dan para staff juga modelnya akan datang besok. Jadi, siapkan diri kalian dengan berpose sangat cantik dan seksi, nona nona!" Obito mengerlingkan mata sebelum ia beranjak pergi.
"Wah! Aku benar benar tidak menyangka pria kaum elite seperti mereka akan berkolaborasi dengan kita!" Seronok bahagia dari gadis berambut pink yang sedang terlena dalam hayalannya. Sakura akan seperti itu jika sebentar lagi matanya akan tercuci karena melihat sesuatu yang bening.
"Ayolah Sakura, pasti kau hanya ingin melihat otot-otot kekar mereka kan?" Ino menyeringai karena ulahnya yang menggoda Sakura.
"A-apa? Tidak, kok! Aku hanya ingin melihat wajah mereka yang terbilang tampan—tunggu, tidak! Bahkan mereka sangat sangat sangat tampan!" Sakura tidak terlalu menghiraukan cibiran Ino, malah sekarang sudah kembali terlena dengan khayalan.
"Dasar munafik!" Ino terkekeh, padahal sudah jelas dirinya akan seperti itu juga.
.
.
.
Menyeruput kopi buckstar adalah hal yang dilakukan Ino dikala bosan, mengambil sebuah meja di pojok ruangan café juga menjadi tempat favoritnya. Selain lepas dari rasa bising, setidaknya ia punya waktu bersantai dan cukup hening untuk membaca novel.
Bisikan bisikan kecil membuat atensi sang Yamanaka beralih, membuat tengkuknya yang semula tertunduk, kini di tegakkan. Hanya menatap balik beberapa orang yang sedang memperhatikannya, Ia enggan mengambil pusing setiap obrolan yang tak berarah itu dan kembali membaca.
"P-permisi…"
Baiklah, sekarang apa? Masih adakah hal lain yang akan menganggunya? Ino kembali menengadahkan kepala guna memperhatikan seseorang yang memanggilnya. Oh, rupanya seorang pria paruh baya! Ada apa?
"Ya, ada apa, tuan?" masih dengan lembut hati melayani.
"A-apa kau benar-benar Yamanaka Ino dari majalah KONO-GIRL, kan? Kalau begitu, a-aku sangat menyukai mu, nona muda! Tubuh mu begitu menakjubkan di sampul majalah itu, astagaa! Ternyata tidak hanya melihat majalah, melihat mu langsung juga membuatku terkesima!"
Mendengar hal itu sontak membuat Ino terkekeh, wajahnya memerah mendengar semua pujian untuknya. Apa Ino semengagumkan itu, eh?
"Apa aku benar-benar seperti itu tuan? Aku bahkan tidak menyangkanya, haha!"
Ino mengernyit, memperhatikan pria berambut putih panjang berjigrak itu yang kini merogoh isi tas yang ia genggam.
"Boleh aku meminta tanda tangan mu, nona muda?" ia menyerahkan pulpen dan majalah bercover wajah dan tubuh cantik milik Ino.
"Dengan senang hati, tuan!" Ino tersenyum, dan mulai menandatangani majalah tersebut.
"Astagaaa! Andai saja umur ku masih muda, aku akan dengan senang hati mengumumkan kesemua orang lewat sosial media. Terimakasih ya, Yamanaka-muda." Pria tua itu mengerling dan berlalu pergi.
Ino hanya menggelengkan kepalanya melihat reaksi sang pria paruh baya yang nampak senang bertemu dengannya. Kembali ia menyeruput kopi di meja dan melanjutkan membaca. Getaran dari ponsel kembali membuat atensinya terbagi. Jari lentiknya bergerak meraih benda elektronik itu, telunjuknya bergerak mengesampingkan layar kunci pada ponselnya. Sebuah notifikasi dari berita fashion dan permodelan.
Kali ini, ia tengah sibuk memandang layar ponsel dan membaca cuplikan dari judul berita tersebut. Tangannya sibuk menggeser berita dari atas hingga bawah, sampai sedetik kemudian kedua mata itu mengerjap. Seruputan kopi rasanya seketika mampir menjadi jelmaan kematian untuk Ino. Membuat tenggorokannya menjadi kering, dan sakit. Sial, Ino tau bahwa kelezatan dari buckstar coffee tidak pernah berkhianat, lantas?
Ya, kedua mata itu tengah terpengaruh pada beberapa berita yang menjadi highlight saat ini. Bukan berita tentang agency nya atau kabar bahwa agency nya akan berkolaborasi dengan agency mahal papan atas, melainkan berita dari agency sebrang yang debutnya baru satu tahun juga sama seperti agency milik Ino. Agency yang merupakan tempat kerja kekasihnya saat ini.
BREAKING NEWS: Sai have a new girlfriend?
HOT NEWS: A model from TAKA-GAZINE, Sai dating a new woman.
"A-apa-apaan?!" masih sangat tidak percaya, Ino membuka satu persatu artikel yang menyebutkan pacarnya jika sedang mengencani wanita lainnya. Ino geram, entah terhadap berita yang sengaja memanas-manaskannya, berita ini fakta atau bualan, geram terhadap kekasihnya yang main belakang, dan terutama dengan gadis yang berada di foto itu. Siapa jalang kurang ajar itu, hah?
Belum selesai membaca semua artikel itu, ponselnya berdering. Layar yang semula putih berubah menjadi hitam dengan tertera display bertuliskan nama Sakura.
"Apa?" Ino mengangkat panggilan itu dengan raut wajah yang benar benar masih dalam ladang tidak percaya.
"Kau sudah membacanya?" oh, bagus. Sekarang rekannya ini menelepon hanya untuk memberitahukan berita bualan itu?
"Oh, ayolah Sakura. Kau tau bukan paparazi kadang begitu licik hanya untuk mengedepankan rating. Itu hanya bualan, berita berita sampah seperti itu harusnya kau kesampingkan!" Ino berusaha optimis meskipun berita miring itu membuat hatinya terkikis.
"Kau yang harusnya berpikir dan mengesampingkan pria brengsek itu Ino! karena aku benar benar melihatnya berkencan dengan wanita yang bahkan lebih jelek dari mu." Suara Sakura yang terkesan membentak sekaligus serius itu seakan menghantam dada Ino. Astaga, jadi berita itu sungguhan?
"T-tidak mungkin, S-sai tidak akan seperti itu!"
"Terserahlah jika kau memang tidak bisa mempercayainya. Tapi serius Ino, campakan pria brengsek itu! Aku benar benar melihatnya!"
Seberapa lama Ino menimpal ucapan Sakura, faktanya berita sialan itu memang benar adanya. Sialan! Ino bersumpah gadis jalang itu akan merasakan akibatnya!
"Cih! Dasar pria brengsek!"
.
.
.
Sudah berjam jam Ino lalui dan kepalanya masih terasa pusing berkat gosip sialan itu. Dan sudah berjam jam pula Ino tidak berkomunikasi dengan Sai demi meminta klarifikasi sesungguhnya, bahkan Ino sendiri juga tidak mendapatkan kabar apa apa dari Sai. Cih! Memang pria sialan!
Mempunyai keinginan juga tidak membuat Ino mempunyai nyali untuk menghubungi pria itu, yang ada malah hatinya akan sangat sangat terluka. Berjam-jam air matanya teruras hanya untuk hal yang tidak berguna, bahkan mendapatkan informasi apapun dari bibir pendusta itu juga tidak ada. Biarlah, toh Ino juga akan menjadi benci sebenci-bencinya pada pria pucat itu.
"Pendusta brengsek!" kembali lagi ia terhenyak dengan tangisan yang cukup membuat tubuhnya berguncang. Tangannya tak segan membanting bingkai foto di meja rias, setidaknya hal itu bisa membantu meluapkan emosinya demi merusak wajah Sai yang terbingkai rapih.
Kaki jenjangnya kini membawa tubuh rentan itu pada kasur, membuat dirinya terlena dengan isak tangis diatas benda kenyal dan empuk itu. Ponsel yang berada dalam tas jinjing nya tadi kembali bergetar, tangannya meraih ponsel itu dan membaca sederet notifikasi dari LINE. Dari group KONO-GIRL!
Obito: Semuanya, siapkan satu set pakaian dalam dan baju tidur yang seksi malam ini ya! Karena besok kita akan mengambil tema Summer and Sleep party! (stiker ciuman Connie dan Brown)
Ino tidak membaca semua pesan yang tertera disana sih, ia hanya menyimak notifikasi yang telah di announce saja. Kali ini tangan itu mematikan layar ponselnya, ia menghela nafas berat ketika berhasil membuat tangisnya terhenti. Perlahan namun pasti, kedua netra itu meredup dan terpejam. Rasanya Ino benar benar lelah.
.
.
.
Entah kenapa rasanya malam ke pagi benar benar cepat bagi seseorang seperti Ino. Rasanya tubuh yang masih letih itu harus ia paksa berjalan hanya untuk mencari uang sumber kehidupannya. Ia sudah menyiapkan semua yang ia perlukan untuk pemotretan hari ini. Ia juga semalaman sudah bersikeras merawat diri dengan masker hanya untuk menghilangkan kantung mata dan mata bengkak super seram akibat menangis.
Ya, Ino super duper siap untuk melakukan pemotretan dengan model-model papan atas!
Kakinya membawanya pergi keluar apartemen, menelusuri jalanan setapak yang sudah biasa ia lalui. Hari ini ia ingin mencoba tersenyum, semoga saja tidak ada hal brengsek lainnya yang bisa menghancurkan moodnya hari ini. Jangan, jangan sampai ada.
Kerumunan orang yang berlalu lalang pada jalan setapak ini sangat ramai. Memang rutinitas setiap pagi, tapi entah kenapa pagi ini sedang sangat ramai. Ino lebih memilih untuk berjalan kaki dibanding mengendarai mobilnya, pasalnya jarak tempat kerjanya dengan apartemen tidak jauh, hanya beda beberapa blok dari persimpangan jalan.
Jari jemari lentiknya bergerak anggun memainkan tuts keyboard ponsel, mengetik pesan dan memberitahukan kepada semua rekan kerjanya bahwa ia sebentar lagi akan tiba. Obito bilang, beberapa model dari BOYPLAY: Konoha sudah datang, dan ia berharap kepada semua pegawainya untuk datang tepat waktu.
Terlalu fokus pada ponsel dalam genggamannya membuat Ino menabrak beberapa pejalan kaki, ia mendecak kesal dan hanya menoleh singkat lalu mengabaikan, ia lebih enggan menanggapi karena motivasinya hari ini adalah untuk selalu tersenyum, ingat itu! Pesan yang berada di group line juga lebih penting dari pada tabrakan itu. Ia kan juga tidak sengaja.
Satu tarikan pada tangan sebelah kanannya berhasil membuat Ino memutarkan tubuh, mengerjap beberapa kali ketika ia baru sadar seorang pria kini berada di hadapannya dengan wajah—kesal? Kening Ino mengernyit dan memasang wajah heran.
"Apa?" ucapnya penuh tanya dan masih menggenggam ponsel. Matanya juga tak ia alihkan dari mata cokelat sang pemuda.
"Apa kau tuli? Aku saran kan untuk membersihkan kuping mu tiap saat, tiap hari. Mengerti?"
Kasar sekali pria ini! Dan… apa-apaan itu maksudnya? Dikiranya, Ino adalah gadis jorok, hah? Sinting!
"Apasih? Tidak kenal saja kau sudah berani berucap kurang ajar! Dasar sinting!" sialan, Ino malah gagal dalam berteguh pendirian pada motivasinya untuk terus tersenyum hari ini.
"Kau yang sinting! Sudah aku panggil berkali kali tapi kau tidak mendengarnya." Rupanya sang adam tidak ingin mengalah. Keras kepala sekali!
"Kau saja tidak memanggil nama ku, bagaimana bisa aku menoleh?!" Ino hanya merasa bahwa pria ini sudah mengenalnya karena ia cukup tenar belakangan ini.
"Aku tidak memanggil nama mu, tapi aku menyebut gadis berbaju ungu!"
"Kau buta? Disini kan cukup banyak yang memakai baju ungu!"
"Ya intinya kau salah satunya, harusnya kau menoleh dong!"
Ino berhasil dibuat bungkam oleh sang pemuda berambut cokelat dengan tato segitiga terbalik ini. Ada benarnya sih, Ino juga tidak menoleh. Tapi tunggu, itu kan karena topik di group line jauh lebih menarik dari apapun! Apa Ino harus meminta maaf? Tapi, hei! pria ini juga tidak berucap yang sopan, jadi untuk apa?
"Cih, terserahlah! Jadi apa mau mu?" Ino menghela nafas meskipun pelipisnya tengah berdenyut.
Dilihatnya sang pemuda yang tidak berceloteh lagi, ia lebih memilih menggunakan bahasa non verbal dengan menunjuk sebuah jaket denim yang berada pada tas milik Ino. Sontak, kedua mata aquamarine itu membulat. Bagaimana bisa—?!
"B-bagaimana…"
"Tersangkut, saat kau menabrak ku tadi." Jelas sang pemuda dengan singkat.
"Oh." Hanya gumaman singkat yang bisa Ino ucapkan, tangannya kini bergerak mengulurkan jaket denim pada sang pemuda.
Hening menyelimuti mereka, pemuda itu masih tidak beranjak dari tempatnya. Sekali lagi, Ino mengernyitkan keningnya heran. Mau apalagi, sih? Seketika tubuh Ino bergidik, ia baru sadar akan sesuatu bahwa ia tidak meminta maaf. Ya, mau tidak mau memang ini salah Ino. Jika ia fokus menelusuri jalan, Ia tidak akan menabrak pria menyebalkan ini.
"A-ah, Maaf ya." Dengan geliat yang canggung, Ino mencoba mengukir senyum tipis yang terkesan sedikit terpaksa.
"Hm." Hanya anggukan kecil yang di berikan pemuda sebelum melangkah pergi.
Ino hanya terpaku ditempat tanpa bergeming sedikitpun, baru kali ini ia lihat ada pria yang benar benar tidak punya tata krama seperti pria itu! Dasar pria gila!
.
.
.
"Oh, Aku benar-benar tidak sabar untuk melihat para pria tampan itu!" Sakura mulai berisik dan kembali berfantasi dalam khayalan klasik di benaknya.
"Aku juga! Aku benar-benar penasaran dengan pria bernama Neji. Terakhir kali aku hanya melihatnya di majalah, tapi kali ini aku benar benar penasaran dengan wujud aslinya!" Tenten juga ikut tidak sabar menanti para tamu di ruang aula.
"Hei, apakah kalian tau? Mereka juga membawa 3 model unggulan mereka, loh! Sudah sejak 4 tahun nama mereka terkenal!" Temari ikut bergosip dengan yang lain.
Ino memilih diam, ia masih kesal dengan pria menyebalkan tadi. Ia kira tidak akan ada yang bisa menghancurkan mood nya hari ini, ternyata ia salah!
"Kau benar Temari! Aku tidak pernah melihat wajah mereka karena saat ini yang berada di cover majalah BOYPLAY hanya para pendatang baru, ahh aku kecewa!" timpal Tenten kembali.
Beberapa menit berlalu, direktur dari KONO-GIRL, Obito memasuki ruangan. Ia tidak sendiri, bahkan di belakangnya ada pria dengan umur berkisar sama dengan Obito.
"Baik ladies, Ini adalah direktur dari BOYPLAY, Itachi. Ia akan menyampaikan beberapa pesan kepada kalian, jadi cermati dengan baik ya!"
"Halo nona nona." Suara bariton yang terdengar ramah itu menyapa, wajahnya masih terbilang tampan walaupun ia sudah menginjak umur 30-an.
"Terimakasih Obito, baik lah sekarang aku akan memperkenalkan para model-modelku ya. Edisi ke 20, silahkan memasuki ruangan." Tak lama kemudian, beberapa anak muda yang masih terbilang bocah memasuki ruangan.
Ino dan temannya seketika terpaku, benar benar tidak menyangka bahwa di usia mereka, otot kekar mereka sudah jadi. Beberapa gadis muda di bawah Ino dan teman-temannya bersorak senang.
"selanjutnya edisi ke 15, silahkan memasuki ruangan" sekitar 10 orang pria memasuki ruangan, dan salah satu dari mereka berhasil membuat tenten menjerit.
"K-KYAA! I-ITU NEJI? A-ASTAGA KEKAR SEKALI! D-DAN SANGAT TAMPANN!" semburat merah di wajah Tenten tidak bisa di tahan lagi, realitanya jauh lebih sempurna!
"Selanjutnya edisi ke 10, silahkan memasuki ruangan" kali ini semakin sedikit, hanya 5 orang pria yang masuk tapi kharisma mereka masih benar benar menakjubkan.
Ino menoleh pada seorang gadis di sampingnya yang sedang terperangah, bibirnya bahkan terbuka lebar, kedua mata itu juga tidak berkedip. Bisa di ibaratkan mata itu sedang terpancar kilauan cahaya.
"Temari? Kau baik baik saja? Oh—sial! Ayolah berkedip, kau membuat ku takut!" gerutu Ino yang setengah merinding menatap Temari.
"Selanjutnya, ini adalah model-model yang unggul di majalah kami. Langsung saja kita panggil edisi ke 5, untuk para 3 besar, silahkan memasuki ruangan." Itachi menatap pintu yang belum sama sekali memunculkan sesosok siapapun dari sana. Bahkan Ino bisa melihat jelas bahwa kening Itachi mengernyit sebal.
Jeda beberapa detik, suara langkah kaki mendekat kearah pintu aula, satu persatu menampilkan tubuh tegap tiga pria yang memang mempesona. Meskipun kali ini ketiganya sempat menutupi paras mereka dengan mengenakan kacamata hitam dan dengan jaket denim yang lebih mereka pilih untuk di ikat dan di selempangkan.
Ino menatap satu persatu model yang berada didepan ketika mereka membuka kaca mata hitam itu, kepalanya bergerak dari kiri ke kanan dan… apa?! B-bukankah pria itu….
"Hei, Temari. Apa kau mengikuti semua edisi dari majalah BOYPLAY?" Ino berbisik, tatapannya masih terpaku pada tiga pemuda di depan sana.
"Tentu saja, bagaimana bisa aku melewatkan foto-foto pria tampan dari generasi ke geneari?"
"Kalau begitu kau tentu tau kan, semua namanya? Jadi… siapa nama pemuda dengan pemilik tato segitiga terbalik itu?"
Temari mengamati sebelum akhirnya ia menjawab.
"Oh, dia Inuzuka Kiba. Yang paling berkharisma dari ketiganya."
Ino hanya terdiam, sebelum akhirnya mengangguk.
.
.
.
TO BE CONTINUED
Jangan lupa untuk tinggalkan like dan review nya ya!
