berminggu-minggu kemudian...
"Jaemin-ah" Jeno muncul di pintu kelas Jaemin yang tak berpenghuni, menyisaka sesosok mungil yang masih duduk di kursi terakhir ketiga dari depan dekat jendela yang mengarah langsung ke lapangan sekolah mereka.
Namja mungil itu masih disibukkan buku dan pensilnya, entah menggambar apa.
Jeno yang melihat tersenyum menampilkan eyesmile andalannya, mungkin jika siapapun yang melihatnya akan menjerit atau luluh dalam sekejap.
Tapi tidak, Jaemin tetap megabaikannya. Tetap sibuk dengan buku sketsanya.
"Sedang apa?" Si manis itu masih terus menorehkan apa yang ia pikirkan dengan pensilnya.
Jeno menopangkan dagunya pada bahu Jamin. "Kau tidak ingin pulang apa?"
Masih di abaikan.
"Nana-yaa."
"..."
"Jaeminnie."
"..."
Jeno merengut ia paling tidak suka di abaikan. Terutama oleh Jaemin, pria manis itu akan mengabaikan semua hal jika sudah sangat fokus dengan buku sketsa dan pensilnya. Dan yang paling sering di abaikan adalah Jeno.
Chu~
Jeno mengecup pipi Jaemin sekali. Si manis masih tidak bergeming sama sekali. Apa mungkin kekasihnya itu menganggapnya tidak ada. Huh.
Cup cup cup cup cup
"Hentikan Jeno-ya." Akhirnya Jaemin bersuara juga.
"Ayo pulang Jaemin-ah~~." Jeno merengek, sesuatu yang tak akan pernah di lihat siapapun kecuali Jaemin, sayangnya Jaemim tidak mempan akan hal itu.
Sebenarnya Jeno bisa saja merebut alat gambar yang sekarang ada di tangan kekasihnya tapi dengan memikirkan berminggu-mingu di diamkan oleh makhluk imut kesayangannya itu akan lebih membuatnya frustasi dari hal apapun.
Alhasil Jeno hanya bisa menunggu dengan memosisikan diri melingkarkan tangannya di sekeliling pinggang ramping Jaemin, menopang dagunya pada bahu sempit pria imut itu memasang tampang seperti kucing kehujanan agar ia bisa pulang dengan segera.
"Ayolah Jaeminnie. Ayo kita pulang aku lelah sekali seharian ini harus berlatih basket dan memantau para anggota baru yang sangat-sangat menyebalkan itu. Lalu aku kena omel Oh Saem karena terlambat padahal aku kan sudah buru-buru mengganti pakaianku sehabis istirahat tadi tapi Oh Saem tidak menerima alasanku." Jangan berpikirang jika Jeno adalah si pengeluh yang terkesan manja. Tapi yang harus kalian ketahui Jeno hanya akan mengeluhkan semuanya pada Jaemin.
Berhasil.
Jaemin menghaentikan pekerjaanya, ia menaruh peralataanya di meja dan menoleh pada Jeno.
Wajah mereka sangat dekat karena Jeno masih menopang dagunya di bahu Jaemin. Bahkan hidung mereka sudah bersentuhan.
"Mianhe Jeno-ya. Aku tidak tahu harimu seberat ini." Jaemin mengusap pipi kekasihnya yang mirip sekali dengan Donghae saem itu.
Jeno tersenyum
Chu~
Sepertinya kali ini Jaemin termasuk yang luluh akan perlakuan Jeno. "Energiku sudah terisi sangat penuh kembali hanya karenamu Nana-ya."
Jaemin mencebikkan bibirnya.
"Pantas saja semua orang menerorku sampai pusing. Apa kau melakukan hal seperti ini juga pada semua orang." Jaemin mencubit kedua pipi Jeno yang otomatis melepaskan pelukannya dan memegangi tangan si pelaku di pipinya.
"Tidak, aku bersumpah...aw...Jaemin-ah sakit...Aku tidak pernah melakukan apapun kecuali padamu."
"Awas saja aku menangkapmu melakukannya." Cubitan itu menjadi usapan lembut, dan Jeno sampai menutup matanya menikmati apa yang Jaemin lakukan.
"Apa kau tidak penasaran dengan yang ku gambar?"
"Apa, Apa yang kau gambar?" Yang Jeno sangka adalah Jaemin sedang menggambar seri komik miliknya atau membuat fanart atau sebagainya.
Tapi tidak
Lukisan yang tersaji di buku sketsa A4 milik kekasihnya adalah gambarnya. Gambar seorang Lee Jeno yang tengah melakukan slam dunk, seperti biasa apapun yang di gambar Jaeminnya tidak pernah mengecewakan.
Tanpa sempat Jaemin menjelaskan gambarnya ia sudah di hujani oleh ciuman bertubi-tubi di wajahnya. Melupakan bahwa mereka masih di sekolah
Dan melupakan bahwa hari mulai gelap
FIN
Terima kasih buat yang udah ngikutin sketsa dan sabar nungguin aku up di antara ke mentokan yang ada.
Maaf work ini rancu banget dan gak jelas dari mana kemananya.
Very big thanks for you all
As always, Love you guys ?