"Tenang. Ini aku, Reiju."

"Sasuke, kau mengagetkanku. Kenapa kau tiba-tiba muncul di belakangku?"

"Tiba-tiba muncul? Aku berjalan dengan santai, kau tahu? Lihat, aku bahkan membereskan beberapa Angkatan Laut," ucap Sasuke sambil menunjuk arah belakangnya yang terdapat beberapa Angkatan Laut yang terbaring lemas.

"kau membunuh mereka?"

"Tidak, aku hanya menebas mereka sedikit. Aku yakin mereka tidak akan mati," ucapan Sasuke terhenti sejenak saat ia melihat kondisi lawan dari Reiju.

"Kau membunuhnya? Maksudku, itu terlihat seperti luka yang cukup serius bagiku."

"Aku yakin dia tidak akan mati. Kemungkinan terburuknya, mungkin dia akan lumpuh karena degger-ku menembus tulang tengkoraknya."

"Wow, kau benar-benar sadis, Reiju."

Reiju sedikit menghela napas, "bagaimana denganmu? Kau tidak membunuh wakil admiral itu, kan?"

"Tenang saja, aku hanya memotong salah satu lengannya dan merobek dadanya."

"Kau menyebutku sadis, tapi lihat apa yang kau lakukan," ucap Reiju lemah sambil memijit pelipisnya.

Percakapan santai yang Sasuke dan Reiju lakukan terpaksa harus terhenti ketika melihat sebuah cahaya merah yang melayang tinggi di langit malam. Jika dalam kondisi normal, cahaya seperti itu akan terlihat indah, bagaikan sebuah kembang api yang akan dinyalakan pada sebuah perayaan.

Akan tetapi, bagi Sasuke dan Reiju, cahaya merah itu berarti sebuah pertanda buruk bagi teman kecil mereka.

"Happy!"


Naruto by Masashi Kishimoto

One Piece by Eiichiro Oda

genre : Adventure, Fantasy, Friendship, little bit romance.

Summary : Buah iblis yang sangat luar biasa? tidak, dia bukan orang beruntung yang bisa memakannya. Pedang yang termasuk dalam jajaran pedang tertajam di dunia? Bodoh, orang miskin sepertinya tidak mungkin mampu membelinya. Hanya berbekal pedang kayu yang ia miliki dan orang-orang aneh yang mengikutinya, bisakah ia menemukan kembali tujuan hidupnya yang telah lama hilang?

Chapter 11 : Gadis kecil dan Anak Kucing.


XxxxX

Booommmm!

Suara dentuman yang terdengar begitu keras memekakan telinga kedua penghuni yang saat ini sedang berdiri di dalam dapur kapal. Dentuman yang sangat menggelegar bagaikan suara guntur, sukses membuat makhluk berebeda ras itu melonjak ketakutan.

"A- apa itu tadi?" ucap Happy dengan melompat ke arah sosok lainnya dengan tidak sengaja.

"E- entahlah, suara barusan membuat jantungku ingin copot," ucap orang tersebut dengan suara yang sangat feminim.

Menyadari kebodohannya karena melompat ke pelukan orang yang seharusnya menjadi lawan, Happy pun dengan cekatan melepaskan kembali pelukannya dan berlari ke pojokan dapur.

Bukan hanya Happy, sosok itu juga terperanjat kaget ketika menyadari bahwa anak kucing di depannya itu ternyata dapat berbicara normal layaknya seorang manusia. Rasa terkejutnya itu mendorong seluruh kekuatan yang berada pada otot diafragma-nya untuk mengeluarkan sebuah teriakan yang sangat keras.

"Kyaaaa kucingnya berbicara, kucingnya berbicara. Apa yang harus kulakukan? Benar, aku harus menggambar karakter manusia di tangan dan memakannya."

Sesuai dengan apa yang ia katakan menggunakan suaranya yang feminim. Sosok itu mulai menggambar karakter manusia di telapak kirinya menggunakan ujung jari telunjuk kanannya. Saat gambar imajiner itu telah selesai, ia pun mengarahkan telapak tangan kirinya untuk memasukkan gambar imajiner tersebut ke dalam mulutnya.

Happy adalah seorang anak kucing. Bahkan, usianya pun tidak genap satu bulan. Hal itu lantas menumbuhkan kemampuan alami yang umumnya dimiliki oleh anak-anak lain. Sama seperti anak kecil lainnya, Happy memiliki kepekaan yang cukup tinggi terhadap orang lain. Dia dapat mengetahui apakah orang yang di sekitarnya itu orang baik ataukah orang yang jahat.

Meskipun orang di depannya ini adalah anggota Angkatan Laut, dia berpikir bahwa orang tersebut tidak sama dengan Angkatan Laut lain yang selama ini selalu mengejarnya dengan tuduhan mencuri makanan warga. Terlebih, saat mendengar suaranya yang feminim, dia tahu bahwa gadis di depannya itu pastilah bukan orang jahat.

"Ah, benar juga!"

Tiba-tiba, ia teringat dengan pesan Reiju sesaat sebelum mereka berpisah. Happy ingat harus menyalakan suar berwarna merah jika ia bertemu Angkatan Laut atau menghadapi kesulitan lainnya.

Karena itulah, Happy mengeluarkan sayapnya dan terbang untuk keluar segera dari dapur. Dengan cekatan pula, ia berusaha menaih suar yang tersimpan pada ransel kecil yang menggantung di punggungnya.

"Kucingnya … kucingnya bisa terbang!" teriak kembali gadis tersebut.

Happy mengabaikan teriakan keras yang disuarakan oleh gadis tersebut. Tanpa memedulikan apa pun, ia terus terbang keluar ruangan. Bagaimanapun juga, anak kucing tersebut tentu panik karena tugas pertamanya yang diberikan oleh Reiju menjadi gagal begitu saja.

Sesampainya di luar ruangan, Happy lantas menyalakan suar merah tersebut dan mengarahkannya ke langit. Asapnya yang tebal, membumbung tinggi ke atas sebagai sebuah tanda bahwa si anak kucing itu dalam masalah yang serius.

Gadis yang sedari tadi hanya bisa terkaget-kaget melihat keanehan kucing yang tiba-tiba menyelinap di dapur kapal, akhirnya tersadar ketika melihat anak kucing tersebut menyalakan suar. Tentu saja, dia sangat penasarn, bagaimana bisa anak kucing sepertinya dapat berbicara menggunakan bahasa manusia, mampu mengeluarkan sayap, dan juga memiliki sebuah suar.

Akan tetapi, yang paling membuatnya penasaran adalah dentuman keras yang sempat ia dengar beberapa saat yang lalu. Karena itulah, ia keluar dari dapur tersebut dan pergi menuju ke arah anak anak kucing yang masih memegangi suar.

"Sebenarnya, apa yang terjadi?" ucapnya setelah sampai di belakang Happy.

Kedua matanya membola seketika saat ia melihat ke arah pelabuhan Angkatan Laut. Bangunan tinggi yang seharusnya menjadi markas dan pusat administrasi Angkatan Laut cabang Pronteina. Tempat itu benar-benar kacau, lubang besar juga terlihat di dinding yang seharusnya menjadi kantor kapten yang memimpin cabang ini.

Bukan hanya itu saja. Istana yang seharusnya selalu terlihat indah—entah itu saat malam ataupun siang hari—kini justru nampak hampir semuanya ditelan oleh sang jago merah. Bukan hanya itu, salah satu kubah yang ada di istana, terlihat seperti telah terpotong oleh sesuatu.

"A- apa yang se- sebenarnya terjadi?" gumam gadis itu ketakutan.


XxxxX

Kedua jantung milik Sasuke dan Reiju berdegup kencang saat melihat suar merah dari kapal yang telah mereka targetkan. Mereka berdua tahu apa arti dari suar merah yang telah menarik hampir seluruh perhatian dari orang-orang yang berada di pelabuhan.

Sasuke terus menebas para Angkatan Laut yang berusaha menyerang mereka. Begitu pula dengan Reiju, segala macam tendangan dan pukulan tidak hentinya ia lakukan demi mengurangi jumlah lawan yang menghadang.

"Bukankah kau dapat mengeluarkan racun dan memiliki baju aneh? Kenapa tidak kau gunakan?" tanya Sasuke sambil terus menebas lawannya.

"Jika aku menggunakannya, mereka akan tahu kalau aku adalah putri Vinsmoke. Juga, raid suit-ku bukanlah baju aneh," balas Reiju dengan sedikit kesal.

Saat Sasuke melihat bahwa ada beberapa orang yang berlari menuju ke kapal yang telah ia targetkan, itu membuatnya menjadi tidak sabar untuk segera pergi ke kapal tersebut. Akan tetapi, ada beberapa hal yang masih harus ia perhatikan terlebih dahulu.

'Keadaannya semakin mendesak, tetapi aku tidak bisa meninggalkan Reiju seorang diri di sini,' batin Sasuke sambil melihat gadis merah muda itu.

"Reiju, kau dapat membuat anggota tubuhmu menjadi keras, 'kan?" tanya Sasuke.

Ketika Sasuke menanyakan hal tersebut, membuat kepala Reiju serasa ingin meledak. Bagaimana tidak? Ia yakin bahwa saat ini samurai itu sedang memiliki rencana gila lainnya yang ada di dalam kepalanya. Namun, meskipun begitu, Reiju tidak dapat berbohong atau mengabaikan pertanyaan tersebut. Atau lebih tepatnya, ia tidak ingin mengabaikan samurai yang telah menjadi penyelamatnya.

"Begitulah," balasnya Singkat.

"Aku tidak ada waktu untuk menjelaskannya. Jadi, menghadaplah ke arah kapal dan melompatlah ke atas. Tidak perlu lompatan tinggi, cukup lompatan sedang saja."

Tanpa bertanya lebih lanjut, Reiju mengikuti titah dari sang samurai itu, Bahkan, meskipun keringat dingin muncul dari keningnya, ia tidak memiliki hak untuk protes apabila dia tidak mempunyai ide lain.

Gadis merah muda itu pun mengikuti perintah Sasuke. Ia melompat seperti biasa. Seperti yang diinginkan Sasuke, ia tidak melompat terlalu tinggi. Jika diperhatikan, tinggi kakinya saat melompat, hanya setinggi dada milik Sasuke.

"Segera jalankan kapalnya, aku akan membereskan yang di sini terlebih dulu. Setelah itu, aku akan segera menyusul," ucap Sasuke sebagai pesan terakhirnya sebelum ia melakukan aksinya.

Dengan timing yang tepat, Sasuke pun memukulkan sisi lebar dari pedang kayunya. Ia arahkan pedang kayu tersebut ke kaki Reiju dan memberikan dorongan yang sangat kuat.

"Sasuke, kau baji—."

Sebelum Reiju menyelesaikan umpatannya, tubuhnya telah terlebih dahulu melesat ke arah kapal dengan kecepatan tinggi. Di dalam hati, Reiju mengeluarkan sumpah serapah yang ia tujukan kepada samurai konyol itu. Namun, ia tidak bisa memungkiri bahwa cara ini adalah jalan pintas tercepat untuk sampai ke tempat Happy.

Jauh di dalam lubuk hatinya, Reiju merasa marah karena lagi-lagi Sasuke mencoba untuk mengatasi semuanya sendirian. Ia mengerti, Sasuke termasuk ke dalam golongan para monster di Dunia Baru, tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa mereka saat ini adalah rekan.

Reiju maraah kepadanya dirinya karena tidak dapat membantu banyak. Perebedaan kekuatan yang sangat jauh antara dirinya dan Sasuke, membuatnya merasa frustasi.


XxxxX

Happy saat ini sedang melayang tepat di sisi gadis berambut dark blue tersebut. Dari sisi pembatas kepala, mereka berdua menyaksikan keributan besar yang terjadi tepat di depan mata kepala mereka masing-masing.

Bila diperhatikan dengan seksama, baik Happy maupun gadis itu nampak tidak ada ketegangan sama sekali di antara mereka berdua. Hal tersebut tentu sangat berbanding terbalik dengan keadaan mereka berdua beberapa waktu yang lalu. Entah karena mereka terlalu polos atau ada alasan lain, yang pasti adalah mereka bisa cepat akrab dalam waktu dekat.

Di tengah ketegangan yang terjadi di dermaga Angkatan Laut, Happy tiba-tiba melihat sesuatu yang melesat cepat ke arahnya. Ia sangat mengenali sosok yang sedang menuju ke arahnya itu. Saking bahagianya, dia sampai-sampai tidak dapat menahan diri untuk tidak berteriak dengan kencang.

"REIJU, AKU DI SINI REIJU!"

Teriakan keras dari Happy itu tidak hanya menarik perhatian gadis berambut merah muda itu saja. Bahkan, hampir seluruh orang yang berada di dermaga menoleh ke arahnya. Setelah sebelumnya mereka mendapati bahwa ada suar yang menyala dari kapal itu, sekarang mereka yakin bahwa di sana juga ada penyusup.

'Happy, kau terlalu keras,' batin Reiju dengan cemas. 'Selain itu, siapa dia?'

Kedua iris karamel milik Reiju menangkap seorang gadis yang berdiri tepat di sisi Happy yang sedang melayang. Gadis itu nampak sangat muda, rambut dark blue miliknya yang ia kepang menjadi dua bagian, membuatnya terlihat seperti gadis desa yang pendiam. Meskipun setelan yang gadis itu kenakan berbeda dengan seragam anggota Angkatan Laut yang lain, tetapi Reiju dapat mengenalinya dengan cepat bahwa itu adalah seragam yang umum digunakan untuk koki kapal milik Angkatan Laut,

Dengan menyesuaikan waktu dan kecepatannya, Reiju mampu mendarat dengan mulus tepat di sisi pembatas kapal. Tanpa pikir panjang, ia pun lantas melesat ke arah gadis yang berada di samping anak kucing kesayangan Sasuke tersebut.

Alih-alih memukul atau menendangnya, Reiju justru meraih salah satu pergelangan gadis itu dan membantingnya. Tidak cukup sampai di situ, Reiju juga mengunci kedua tangan gadis itu dan menindihnya agar gadis tersebut tidak memberontak.

"Re- Reiju, dia o- orang baik," ucap Happy terkejut.

Reiju tidak mengindahkan ucapan Happy sama sekali. Baginya, entah itu baik atau tidak, selama itu berada di sisi yang berlawanan dengannya, Reiju tidak akan melepaskannya begitu saja.

"Siapa kau? Apa kau ingin menyergap Happy saat ia lengah?" ucap Reiju tegas sambil terus menekan gadis itu.

"A- aku koki ka- kapal ini, Tadokoro Megumi. A- aku juga ti- tidak tahu Ha- Happy itu a- apa," jawabnya sambil sedikit merintih kesakitan.

"Happy adalah kucing yang sedari tadi bersamamu."

"Reiju, tolong hentikan. Dia terlihat kesakitan," rengek Happy kembali.

Umumnya, ia tak akan mendengarkan siapa pun dalam kondisi seperti ini. Namun, setelah mengunci pergerakan gadis yang bernama Tadokoro Megumi itu, ia menjadi tahu bahwa gadis tersebut benar-benar lemah. Bahkan, Reiju dapat merasakan bahwa otot-otot di tangan gadis itu tidak terbentuk dengan baik.

Bukan hanya itu, setelah ia perhatikan, tubuh gadis ini benar-benar kecil. Itu membuatnya berpikir, bahwa gadis dengan marga Tadokoro itu masih berada di usia sekitar 14 atau 15 tahunan.

Pandangan Reiju sedikit melirik ke arah Happy, ia mendapati mata kucing tersebut mulai sedikit mengeluarkan air. Sebagai seseorang yang memberikan nama pada anak kucing itu, membuat perasaan Reiju menjadi campur aduk.

"Untuk saat ini, aku akan mengawasimu. Sasuke akan menentukan nasibmu nanti," Ucap Reiju sambil mengikat tangan gadis itu. "Happy, ayo ke ruang kemudi."

Dengan membawa gadis itu bersamanya, Reiju dan Happy pun menuju ke tahap akhir rencana pelarian mereka. Meski Happy sedikit sedih karena orang yang baik padanya itu tidak dilepas begitu saja, tetapi ia tidak bisa melawan perintah Reiju lebih dari ini.


XxxxX

Sudah tidak terhitung berapa banyak tubuh yang telah berjatuhan di tanah itu. Walau lawannya hanya satu orang saja, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang mampu mengalahkannya. Jangankan untuk mengalahkan, hanya satu goresan pun tidak dapat mereka sarangkan di tubuh orang yang mengaku seorang samurai tersebut.

Dari dermaga yang sudah kacau balau itu, seorang Uchiha Sasuke menatap jauh sebuah kapal incarannya yang sudah mulai berlayar. Sebuah perasaan lega menyelimuti batinnya karena rencananya berjalan dengan mulus.

Sebelumnya, ia melihat sebuah suar berwarna merah yang menandakan sebuah sinyal tanda bahaya. Namun, setelah Reiju ia paksa untuk pergi dan melihat keadaan si anak kucing itu, Sasuke percaya bahwa semua akan baik-baik saja.

Sepasang kelopak mata yang ia gunakan untuk melihat kapal tersebut mulai berlayar, kini ia alihkan untuk menatap sekawanan Angkatan Laut yang terus berdatangan. Selain dari para Angkatan Laut, kini justru bertambah pasukan tentara dari kerajaan tempat ia singgah. Mereka yang berdiri sekitar 20 meter di depan Sasuke itu, merasa begitu kesulitan bahkan hanya untuk menenggak air liur saja.

"Baiklah. Sekarang, apa yang harus kulakukan pada kalian?" ucap Sasuke dengan wajah datarnya.

"Se- serahkan dirimu dan se- semuanya akan berakhir," teriak salah satu prajurit Angkatan Laut.

Hembusan napas lelah dikeluarkan oleh Sasuke melalui mulutnya. Meskipun hasilnya sudah jelas, tetapi mereka tidak berniat melepasnya begitu saja. Sejak awal, Sasuke tidak berminat untuk membunuh siapa pun di sini. Oleh karena itu, serangan yang ia buat sangatlah hati-hati agar tidak memberikan luka yang dalam bagi para keroco-keroco Angkatan Laut.

Menghadapi ribuan musuh seperti itu tanpa harus membunuh, tentu saja itu membuat Sasuke sedikit kesulitan.

"Daripada terus menggangguku, bukankah lebih kalian menolong teman-teman kalian yang sudah tidak berdaya itu? Asal kalian tahu saja, mereka semua masih hidup. Masih ada waktu untuk menyelamatkan mereka."

Meskipun sudah mendapati peringatan keras dari Sasuke, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang mendengarkan teguran tersebut. Walaupun mata mereka telah dipenuhi ketakutan, tetapi harga diri mereka masih memaksa kaki-kaki yang sedari tadi telah gemetaran tersebut untuk tetap berdiri.

Sebagai seseorang yang telah melewati banyak pertempuran dan menderita kekalahan menyakitkan dalam sebuah perang besar, tentu membuat Sasuke marah saat melihat orang-orang yang mengabaikan rekan-rekannya yang masih bisa diselamatkan. Karena pemandangan memuakkan tersebut, mengingatkannya akan kebodohannya pada empat tahun yang lalu.

"Jika kalian tidak mendengarkan, aku tidak punya pilihan lain lagi," ucap Sasuke sambil mengangkat katana kayunya secara perlahan.

Dengan sedikit melebarkan kuda-kudanya, ia mengayunkan pedangnya ke depan secara horizontal.

Para prajurit yang menyaksikan itu sedikit bingung, karena tidak ada apa pun yang terjadi setelah Sasuke mengayunkan pedang kayunya itu. Namun, sepersekian detik kemudian, mereka merasakan sebuah angin yang berhembus kencang melewati tubuh mereka masing-masing.

Seharusnya, setiap ada angin yang bertiup kencang, setidaknya itu akan membawa perasaan sejuk pada mereka yang dilaluinya. Akan tetapi, alih-alih membawa sebuah kesejukan, mereka justru merasakan perasaan merinding saat dilewati oleh angin tersebut. Perasaan tersebut bukanlah sebuah perasaan yang asing bagi prajurit terlatih seperti mereka. Para Angkatan Laut dan tentara kerajaan itu sangat mengenali perasaan ini. Sebuah perasaan yang di mana kematianmu telah berada di ujung tanduk.

Tidak salah lagi, itu bukanlah angin yang berhembus untuk menyejukkan perasaan semua orang. Melainkan angin yang ditiupkan oleh dewa kematian untuk menekankan keberadaannya.

Sesaat setelah angin itu melewati mereka semua, tiba-tiba tanah lapang tepat di belakang mereka terbelah menjadi dua bagian. Seperti ingin memotong apa pun yang dilaluinya, angin tersebut terus mengoyak tanah dan benda-benda yang ada di depannya.

Bahkan, bangunan setinggi lima yang dijadikan sebagai markas utama Angakatan Laut cabang kerajaan Pronteina tersebut, telah terbelah menjadi dua secara vertikal. Tidak sampai di sana, tebasan itu masih terus mengoyak apa pun yang dilaluinya hingga 500 meter jauhnya.

Seluruh perwira dan pasukan kerajaan itu jatuh terduduk menyaksikan kerusakan yang dapat dilakukan oleh samurai tersebut dalam sekali tebas saja. Mereka yang semula telah diliputi oleh ketakutan, kini benar-benar dibuat keputus asaan.

"Ba- bagaimana bisa … bagaimana bisa seperti itu?" ucap salah satu dari mereka.

Lutut yang terus-menerus bergetar kini tidak lagi kuat menyangga beban tubuh dan beban mental yang mereka alami. Gaya gravitasi dan beratnya rasa putus asa, membuat mereka semua jatuh terduduk di tanah.

"Ini adalah peringatan terakhir dariku. Jika kalian mengejarku, aku akan benar-benar melenyapkan negara ini," ucap Sasuke dingin.

Samurai muda tersebut berbalik arah dan berjalan menuju ujung pelabuhan tersebut dengan langkah tenang. Ia sudah tidak khawatir lagi akan diikuti oleh mereka, karena Sasuke yakin bahwa gertakan barusan sudah cukup untuk meruntuhkan semangat mereka.

Perasaan lega di hati para Angkatan Laut pun muncul sedikit demi sedikit seiring menjauhnya samurai muda tersebut. Mereka bersyukur, dewa kematian yang sedari tadi telah berdiri mengintimidasi di depan mereka, kini telah perlahan menghilang.

Bersambung


Author Note : Yahallo, lama sekali rasanya fict ini tidak aku update hm. selain karena kesibukan, sejujurny aku cukup kesulitan untuk menulis fict ini.

kalau bicara soal ide, aku sudah ada idenya dan sudah aku buat kerangka besarnya. hanya saja, karena fict ini akan menjadi fict yang mengutamakan fight-nya, itu membuatku kesulitan. yah, tapi itu bukan berarti aku bakal drop fict ini sih. Maksudku, selama ide itu masih ada, pasti bakal aku update fictku ini haha.

Oke, aku sempat berpikir kalau chapter ini akan menjadi akhir dari north blue saga sih. tapi ternyata aku salah perhitungan. jadi, mungkin chapter depan akan menjadi chapter terakhir dari arc north blue dan akan masuk ke Grand Line. di Grand Line nanti, akan menjadi arc yang panjang karena ceritanya akan menjadi sangat kompleks. jadi, tetap nantikan kelanjutan fict ini, oke? haha

Oke, itu saja dariku. Aku ucapkan terima kasih banyak bagi yang udah review dan baca fict ini. Selain itu, tolong juga kritik saran yang membangun pada kolom review. Sekali lagi, terima kasih banyak dan sampai bertemu di chapter selanjutnya.