Luhan pov

Hari ini adalah hari Minggu. Sekarang aku, Jaemin dan Jisung tengah asyik menonton TV di ruang tengah rumah kami yang kecil.

"Kak, kenapa hidup kita sekarang begitu serba kekurangan?." tanya Jaemin dengan lemah. Aku terdiam mendengar pertanyaan dari Jaemin adikku.

Dulu hidup kita memang serba kecukupan. Ya, dulu. Sebelum perusahaan Ayahku bangkrut.

"Jaemin, tidak boleh berkata seperti itu sayang. Apapun keadaan kita sekarang, kita harus tetap bersyukur. Jadikan hari ini sebagai pelajaran supaya kelak ketika kita kembali sukses kita lebih bisa menghargai uang." ucapku memberi nasihat pada Jaemin.

"Iya, Kak. Jaemin minta maaf sudah bertanya seperti itu." ujar Jaemin menyesal. Aku membawa Jaemin dan Jisung kepelukanku, memeluk adik-adikku. Aku akan lebih giat bekerja agar adik-adikku tidak terlalu merasakan bagaimana hidup susah.

"Jaemin, kakak tinggal pergi dulu ya. Kau disini jaga Jisung."

"Memangnya kakak mau kemana?" tanya Jaemin.

"Hari ini ada pekerjaan yang harus kakak kerjakan."

"Ini'kan hari Minggu kak?" tanya Jaemin sedikit kesal.

"Jaemin, selagi ada orang yang memberi kita kepercayaan untuk bekerja, mengapa tidak kita ambil?" kataku memberi pengertian pada kedua adikku.

"Tapi kak,... Sudahlah, terserah kakak saja. Yang penting kakak harus jaga kesehatan kakak juga." ucap Jaemin pasrah.

Aku mengerti apa yang Jaemin rasakan, Jaemin mungkin ingin setidaknya hari minggu kita bisa berkumpul bersama-sama, tapi apa boleh buat, keadaan yang membuatku harus terus bekerja walaupun di hari libur sekalipun.

000oooo000

Jam 9 pas, aku sudah tiba di tempat kerja sampinganku, yaitu kantor yang menyediakan jasa badut untuk acara ulang tahun atau acara apapun yang menggunakan jasa badut. pekerjaan yang cukup miris bagiku. Ya, dulu waktu aku kecil aku adalah orang yang paling takut akan sesuatu berbau badut. Disaat ulang tahunpun aku paling anti dengan badut, tapi siapa yang tahu sekarang aku malah bekerja sebagai badut. Sudahlah lebih baik aku segera masuk.

"Selamat pagi!" ujarku.

"Ah, Luhan. Syukurlah kau sudah datang. Cepat masuk kedalam dan ambil peralatan kerjamu. Hari ini ada orang kaya yang menggunakan jasa kita, kau tau'kan jika orang kaya tak senang menunggu?" kata boss shindong.

"Siap, Boss! laksanakan!." ujarku sambil tertawa dan bergegas masuk kedalam untuk mengambil peralatanku.

"Luhan, ini alamat rumah yang harus kau datangi. Ingat, jangan membuat kesalahan sekecil apapun. Mereka keluarga terhormat di Negeri ini, ok!" ulang boss Shindong kembali mengingatkanku. Aku hanya mengangkat jempolku untuk memberi kode Ok!, lalu aku pergi dengan rekan kerjaku ketempat tersebut.

Saat diperjalanan, aku melirikkan tatapanku ke kanan dan kiri. Tunggu, aku seperti tidak asing dengan arah jalan ini. Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Tapi lama-lama aku semakin yakin bahwa dulu aku sering sekali melewati arah jalan ini, dan dugaanku benar adanya, saat mobil yang kunaiki berhenti di salah satu rumah mewah yang ada di kawasan perumahan ini. Rumah Sehun!

"Lu? kau tidak apa-apa?." tanya Jaehwan padaku. suara Jaehwan menyadarkanku dari lamunanku.

"Ah, tidak apa-apa, ayo kita masuk. Jangan sampai mereka menunggu kita." ajakku

"Ayo!" kata Jaehwan, lalu kamipun masuk kedalam rumah. Aku tidak boleh gugup, jangan sampai Sehun tahu bahwa badut yang di sewanya adalah aku. Jika dia tahu maka semuanya akan kacau, dan mungkin dia akan mempermalukanku di hadapan para tamu, parahnya lagi dia akan mencari-cari kesalahanku dan mengadukannya pada boss Shindong.

Aku mengetuk pintu, lalu tidak lama seorang maid membukakan pintu dan membawaku ke taman belakang, tempat diadakannya pesta. Aku merasa gugup karena semua orang mulai memperhatikanku. tapi di tengah gugupku seorang anak kecil berlari kearahku dan memelukku, anak ini sangat manis dan lucu, wajahnya sedikit mengingatkanku pada Sehun. Ah, apa anak manis ini adiknya Sehun yang pernah Sehun ceritakan padaku?

"Luna! hati-hati nak, jangan lari-lari!" ucap seseorang yang menghampiri kami, dan ternyata beliau adalah Nyonya Yoona, ibunya Sehun.

"Mama, Luna suka badutnya, gemass." ucap Luna dengan lucunya.

"Mama tahu nak, ayo sekarang kita kembali ketengah-tengah pesta. Ayo tuan badut." kata Nyonya Yoona. Lalu kamipun pergi ketengah-tengah pesta, Luna tidak mau melepaskan tangannya dari lenganku. Saat tengah asyik-asyiknya menari lucu, tiba-tiba aku melihat kedatangan Sehun bersama wanita yang kemarin aku lihat di ruangan Sehun. Semua mata memandang kearah pasangan itu, banyak yang berdecak kagum juga. Bagaimana tidak, penampilan mereka begitu mengagumkan, bagaikan seorang pangeran dan putri kerajaan. tampan dan cantik. Aku segera tersadar dari rasa kagumku karena ketampanan Sehun. Aku kembali melakukan pekerjaanku menghibur orang-orang yang ada dipesta ini sambil mencoba terus tersenyum lebar walau didalam hatiku rasanya sakit melihat Sehun bersama orang lain. Kuat, aku harus kuat.

Setelah acara tiup lilin, para tamu di ijinkan mengambil makanan apapun yang mereka inginkan. Mereka makan-makan sambil berbincang dengan begitu gembira, sedangkan aku disini hanya berdiri dan terus bergerak memainkan bola-bola badutku. sesekali aku melirikkan pandanganku kearah Sehun dan pasangannya. Karna konsentrasiku sedikit terganggu maka bola yang kumainkan jatuh menggelinding ke arah tamu dan parahnya berhenti tepat di hadapan sepatu Sehun yang mengkilap. Aku cepat-cepat malangkah kearah Sehun untuk mengambil bolaku. Saat aku berjongkok untuk mengambil bola itu, tanpa kuduga Sehunpun ikut berjongkok, dan otomatis tanganku dan Sehun bersentuhan. Kuarahkan pandanganku kearah Sehun dan Sehunpun melakukan hal yang sama, kita bertatapan dalam beberapa detik, sedikit demi sedikit Sehun memajukan wajahnya kearahku. Ketika bibir kita hanya berjarak 3cm saja, dia membisikan beberapa kalimat yang membuatku kesulitan bernafas dengan baik...

000oooo000

Sejam yang lalu aku sudah tiba di rumah kecilku ini. Aku duduk di kasurku sambil mengingat kembali kejadian-kejadian yang kulalui di rumah Sehun tadi.

'Aku tahu, badut ini adalah kau Luhan. Seorang OB di kantorku, dan seorang badut di hari Minggu kkkk lucu sekali! Sebegini susahnya'kah kau sekarang?. Mmm.. aku penasaran, jadi apa kau di hari sabtu? seorang pelacur mungkin?.' kata-kata itulah yang Sehun bisikkan padaku tadi. Air mataku kembali membasahi pipiku setiap kali aku mengingat perkataan itu. Hiks.. Hikss... kemana Sehunku yang dulu, kemana rasa cintanya yang besar padaku seperti dulu...

Sebenarnya, akulah yang seharusnya membencimu Sehun!. Akulah yang seharusnya marah padamu!. Aku seharusnya membawa Ibumu kepenjara!. Nyonya Yoona yang telah membuatku menderita! Nyonya Yoona yang membuatku kehilangan kedua orang tuaku. Nyonya Yoona juga yang membuatmu salah paham padaku Sehun hiks.. seharusnya Nyonya Yoona yang kau benci! hikss.. hikss...

tbc

note; maaf buat kalian lama nunggu (kalo ada yg nunggu).. karena sebenarnya aku kurang pd buat ngelanjutin cerita membosankan ini :(

Menurut kalian gimana nih gaes??

Hatur nuhun~~~