Edisi Remake

Ada beberapa perubahan yang terjadi disini,

Hanabi adalah Saudara kembar Hinata bukan adiknya

Ada Uchiha lain yang selamat selain sasuke, yaitu Kirina akan tetapi ia hanya setengah uchiha

Naruto disini pintar,

Dll

Chapter 1

Angin berhembus kencang meniup pepohonan. Matahari menyorot bumi tanpa terhalang sang awan.

Manusia beraktifitas dengan penuh semangat. Lalu Anak-Anak bermain dengan ceria. Para pejalan kaki berjalan dengan cepat menuju tempat mereka bekerja.

Inilah situasi saat ini di konohagakure. Setidaknya itu yang berhasil Naruto simpulkan. Naruto yang saat ini tak memiliki aktifitas, duduk diatas kepala Hokage keempat sambil mengamati para pejalan kaki.

Bosannyaa... Apa tidak ada hal yang bisa kulakukan saat ini? Hmm mengerjai orang? Tidak, aku sedang tidak ingin melakukannya. Makan? Tidak, aku sudah kenyang. Bermain? Kurasa tak ada yang mau latihan denganku. Hari ini sangat membosankan, kurasa aku akan berkeliling desa mencari hal yang menarik.

Jika anda bertanya bagaimana anak berusia 12 tahun bisa sampai di tempat setinggi ini, maka jawabannya gampang.

Dia memanjatnya. Buktinya adalah seutas tali yang menjalar ke bawah disamping Naruto. Menaiki bukit Hokage sudah menjadi kebiasaan sehari-hari baginya.

Menggunakan tali yang dia pakai untuk memanjat, Naruto turun dari bukit itu. Beberapa Anbu dan Ninja tentu melihat sosoknya yang sedang menurunj bukit, tetapi mereka mengabaikannya karena hal ini bukan pemandangan asing bagi mereka.

Setelah beberapa saat, Naruto turun dengan selamat. Aku sudah melakukannya beberapa kali tapi itu masih agak menakutkan memikirkan betapa tingginya tempat ini. Naruto menghela nafas lega memikirkan ia turun dengan selamat.

Meninggalkan tempat itu, Naruto berjalan tanpa arah tujuan yang jelas, bak seorang ronin.

Tentu saja, saat ia berjalan banyak orang yang menatapnya tajam, tapi Naruto sudah terbiasa dengan hal itu. Ia memilih mengabaikannya. Sebaliknya ia malah memperhatikan para pejalan kaki lainnya. Ada seorang ibu yang berjalan sambil menuntun anaknya, yang sejujurnya membuat Naruto iri. Ada seorang ninja yang jounin yang diikuti para genin, yang membuat Naruto penasaran dan ingin mengikuti rombongan ini. Ada juga sepasang kekasih atau suami istri mungkin? Yang sedang mengobrol. Naruto memperhatikan semuanya, bukan karena ia mencari informasi atau semacamnya, tapi karena ia bosan.

"Yo! Naruto!"

Sebuah teriakan seorang bocah masuk dalam gendang telinga Naruto. Tanpa berbalik melihatnyapun Naruto sudah tau siapa itu.

Inuzuka Kiba.

Pewaris Klan Inuzuka yang bodoh, dan berapi-api. Ah! Sedikit tambahan, dia juga membawa anjing lugu yang kelihatan bodoh Menjengkelkan, kenapa aku harus bertemu si bodoh ini.

"Yo Kiba! Apa yang sedang kau lakukan," tanya Naruto dengan senyum lebar pada kiba yang berjalan mendekatinya. Kiba yang ditanya Naruto, langsung menaruh seringai yang lebar, "Aku disuruh ibu untuk mengantarkan ini pada seseorang." ucapnya sambil memperlihatkan sebuah kotak besar yang dibawanya. "Jadi, bagaimana dengan dirimu? Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Kiba.

Naruto menggosok bagian belakangnya dan tersenyum malu," Aku hanya sedang berjalan-jalan. "

"Baiklah kalau begitu aku duluan ya! Sampai jumpa," ucap Kiba sambil berjalan pergi. Ketika aku akademi libur, aku tak memiliki hal yang harus kulakukan, ini sangat membosankan. Sebelum Naruto bergerak sedikitpun, sesuatu menabraknya. Narutopun langsung terjatuh.

"Aduh!"

"Aww, sialan!"

Naruto membuka matanya melihat sebuah... Celana dalam, err lebih tepatnya sebuah pantat yang memperlihatkan celana dalam warna pink. Pemilik celana dalam itu bergerak bangun, mukanya sangat merah, ia memiliki rambut pirang dan kulit putih bersih, matanya biru cerah, "maafkan aku! Aku tak sengaja," ucapnya sambil membungkuk ia juga menjulurkan tangannya pada Naruto yang masih terbaring. Naruto menggapai tangan dan berdiri menghadap si gadis cilik.

Cantiknya, kurasa dia labih cantik dari sakura. Pikir Naruto dengan pipi memerah.

"A-anda me-me-meliha-hatnya?" ucap sang gadis, masih dengan wajah merah.

"Iyups,seleramu sangat bagus! Aku suka pink."

Bruk!

Sang gadis pingsan dengan mulut berbusa.

"Shiooooon-samaaaa!"

.

..

XxxxxxxxX

"Sekali lagi saya minta maaf atas kelakuan anak ini Miroku-dono," Seorang kakek-kakek yang memakai jubah hokage terlihat sedikit membungkuk. Sedangkan itu perempuan yang disebut Miroku hanya tersenyum, "Ah,Sudahlah lagipula ini bukan masalah besar, lagipula Shion tidak apa apa."

Hokage kembali lagi duduk di Sofanya. Ahh berbicara tentang hal itu, sebenarnya Naruto juga sedang duduk disamping Hokage tapi ia terlihat diam saja dari tadi.

Miroku menatap wajah polos Naruto dan bertanya, "Ngomong-ngomong siapa namamu anak muda?"

"Uzumaki Naruto," ujar Naruto singkat. "Aku harap kau bisa berteman dengan Shion suatu saat nanti," Ujar Miroku sambil bangkit dari sofanya.

"Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu Hokage-dono. Ah! dan Naruto-san Aku harap suatu saat nanti kau akan berkunjung ke Negeri Iblis."

"Apa saya perlu mengirimkan ninja untuk mengawal Anda, Miroku-dono?" Tanya Hokage dengan Sopan.

"Tidak perlu, aku percaya pada para pengawalku," ucapnya dengan senyum, ia membungkuk lalu berjalan keluar ruangan.

Naruto mengalihkan perhatiannya pada sang Hokage, "Apa dia soerang diplomat?"

Hokage mengisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya, "Ya begitulah, dia diamyo dari Negeri Iblis,"

Naruto menganggukan kepalanya dengan serius lalu berkata, "Jadi dia ratu iblis ya?"

Sebuah keringat besar muncul di dahi sang kage, "Err, Jangan panggil dia seperti Naruto-kun."

Naruto hanya tertawa pelan melihat reaksi Hokage. Kemudian ia ingat ada hal yang harus ia bicarakan dengan Hokage. Naruto berdiri dari Sofa, memasang wajah lesunya kembali kemudian ia memasang tangannya pada pundak sang kage yang masih duduk di sofa. "Hokage-jiji apa kau punya hal yang bisa kubantu? Aku sangaaaat bosan tak bisa melakukan apapun di hari libur kau tahu!" katanya sambil menggoyangkan badan Hokage ketiga.

"Kenapa tidak belajar? Murid akademi sepertimu membutuhkan banyak pengetahuan," ucap sang kakek.

Naruto menatap Hokage dengan wajah datar, "Apa yang kau ucapkan? Aku sudah menguasai seluruh materi murid akademi bahkan mungkin genin, kecuali kau mengijinkanku membaca materi Chunin."

Hokage langsung menyingkirkan tangan Naruto dari pundaknya, dan menghela nafas dalam-dalam, sepertinya diriku lupa betapa cerdasnya anak ini "lalu kenapa kau tidak berlatih saja? Bukannya tinggal satu tahun lagi sebelum kelulusan? Kau masih belum bisa melakukan bunshin kan?"

Naruto menaruh tangannya pada dagunya dan memikirkan hal itu, beberapa saat kemudian ia menjentikkan jarinya,"Aku sudah mencoba berlatih bunshin minggu kemarin akan tetapi, berapa kalipun kucoba tetap saja tidak bisa. Selain itu aku tak tahu harus berlatih apalagi, berilah diriku petunjuk Hokage-jiji!" kata Naruto dengan lantang.

Dengan keringat pada dahinya Hokage Ketiga menjawab, "Bagaimana kalau kau berlatih fisikmu atau mungkin kontrol chakra? Kau tidak bisa melakukan bunshin karena kontrol chakramu buruk," saran Hokage.

Mendengar hal itu Naruto langsung berpikir, "Hmm, mungkin kau benar, kontrol chakra selanjutnya setelah menempelkan daun itu... Kalau tidak salah berjalan di pohonkan? Lalu melatih fisikku ya.. Kurasa taijutsuku memang kurang dibandingkan dengam Sasuke."

"Jadi, apakah kau punya tempat latihan yang tak terpakai jiji? Biasanya tempat latihan dipenuhi genin atau chuunin."

Hokage memutar otaknya untuk mengingat kembali tempat latihan yang kosong, beberapa saat kemudian dia tersenyum, "sepertinya ada, Kuma!"

Swush! Seorang Anbu dengan topeng beruang tiba-tiba muncul dihadapan sang Kage. "Apa perintah anda Hokage-sama?"

"Bawa bocah ini ke tempat latihan nomor 37," perintah Hokage.

Anbu berkode nama Kuma tersebut langsung bangkit dan menggendong Naruto dengan paksa ke pundaknya.

Naruto yang digendong secara paksa marah, dia memukul-mukul punggung anbu tersebut tapi sayang anbu tersebut tak bergeming sedikitpun.

"Hei! Jangan menarikku! Ah lepaskan aku! Hei Kakek bau tanah! Kau harus mengganti An-.."

Sebelum Naruto menyelesaikan kalimatnya, sosok anbu tersebut membawanya menghilang dari hadapan sang Kage, "Hahaha, dia memang anak kalian berdua Minato, Kushina," ucap Hokage sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

.

.

.

Dengan kecepatan seorang anbu hanya butuh sekitar 3 menit untuk sampai pada tempat tujuan. Naruto yang sadar pukulannya tak berdampak bagi sang anbu memilih diam.

Menapakkan kakinya di tanah, Anbu tersebut menurunkan Naruto dari pundaknya," Kita sudah sampai bocah, kau bisa bermain disini."

Naruto memandang kesal anbu itu, "Saat aku menjadi Hokage kau orang yang pertama kuusir dari anbu."

Anbu itu tertawa pelan mendengarnya, "sebelum kau membahas hokage pertama lulus dulu dari akademimu bocah."

Setelah mengucapkan itu, anbu tersebut menggunakan shunshin menghilang dari pandangan Naruto.

"Lihat saja nanti, aku pasti akan menjadi hokage," gumam kesal Naruto.

Tempat latihan ini adalah sebuah area terbuka yang dikelilingi hutan, besaran area terbukanya kira-kira 200 meter persegi. Di sebelah selatannya dibatasi oleh sungai yang kedalamannya Naruto perkirakan tak lebih dari 50 cm. Naruto bisa melihat ikan-ikan yang berenang di dalamnya saking jernihnya sungai ini. Di tengah area ini ada tiga batang pohon yang tertancap entah mengapa.

Baiklah, mari kita mulai dengan lari 10 keliling. Naruto langsung berlari di pinggiran lapangan. Pada putaran pertama sampai ketiga ia terlihat baik-baik saja. Pada putaran keempat sampai keenam ia mulai berkeringat dan nafasnyapun sedikit tersengal-sengal. Pada putaran ketujuh sampai kesembilan, Naruto berkeringat sangat deras dan nafasnyapun tak teratur. Pada putaran terakhir, Naruto terlihat memaksakan dirinya, baju putih dengan lambang pusaran miliknya basah kuyup, nafasnya terputus-putus dan larinyapun mulai tak tentu arahnya. Dan tentu saja akhirnya ia jatuh dan terbaring di tanah.

Satu putaran penuh artinya Naruto berlari 800 m, sedangkan Naruto melakkan sepuluh putaran artinya Naruto telah berlari sejauh 8 Km. Bila anak akademi lainnya yang melakukannya tentu mereka akan pingsan ditengah perjalananpun, bahkan Sasuke yang dikatakan terbaikpun paling hebat cuma 5 km. Hal itu membuktikan Naruto memiliki stamina lebih banyak dibanding yang lain.

Setelah 15 menit istirahat Naruto berdiri kembali, lantas ia melakukan push up terus menerus sampai tangannya kaku, setelah itu ia melakukan Squat Jump sampai kakinya tak kuat lagi. Setelah ia istirahat Naruto kembali melakukan latihan lainnya.

Berbagai latihan fisik Naruto jalani akan tetapi latihan sendirian memiliki kekurangan yang fatal, Aku tak bisa berlatih taijutsuku tanpa partner bertarung. Pengalaman bertarung dan ketepatan penggunaan gerakan adalah hal penting dalam taijutsu, dan untuk melatihnya ia memerlukan partner bertarung.

Karena hal itu Naruto memutuskan untuk fokus pada berlatih fisik saja.

Tanpa Naruto sadari matahari mulai berjalan kearah barat. Waktu berlalu dengan cepat. Naruto terlihat terbaring di atas tanah tanpa baju kesayangannya. Sebuah latihan yang keras akan membuahkan hasil yang memuaskan.

"Sial, Aku memaksakan tubuhku sampai tak bisa bergerak lagi! BAGAIMANA CARAKU PULANG SIALAAAAAN!"

Yah mungkin hasilnya akan terlihat nanti, Naruto yang malang.

XxxxxxxxX

Setelah pulang dari akademi Naruto mengulangi latihan itu setiap sore. Sebulan berlalu dan akhirnya Naruto merasa latihannya mulai tak berdampak. Berdasarkan buku yang dibacanya, Naruto memutuskan untuk memakai beban pemberat. Tapi, masalah kompleks muncul... Bagaimana Naruto bisa menemukan sebuah toko yang memiliki beban pemberat tanpa diusir ataupun diabaikan?

Akhirnya Naruto memutuskan untuk berhenti sementara pada pelatihan fisik dan fokus pada kontrol Chakra.

Naruto berdiri di depan sebuah pohon dan menginjakkan kaki kanannya pada pohon itu, tak lupa ia memasukan chakra pada kakinya, lalu ia mengangkan kaki kirinya, akan tetapi ia jatuh. Tapi Naruto tak menyerah, ia bangkit lagi dan mencobanya. Jatuh! Bangun lagi dan mencobanya dan Jatuh lagi! Hal itu terus menerus terjadi.

Bukan Naruto namanya jika ia mudah menyerah. Rasa gigih dan semangat membara tertanam dalam dirinya. walau begitu, butuh lebih dari sekedar usaha untuk menguasai latihan ini.

Hari pertama Naruto gagal melakukannya.

.

Pada hari kedua komplotan Shikamaru-Chouji-Kiba mengajaknya bermain, Naruto senang mereka mengajaknya bermain tapi, Naruto memutuskan untuk menolak ajakan tersebut dan menjalani latihan dengan serius.

Sekali lagi, chakra seorang Uzumaki yang berlimpah ditambah ia adalah seorang Jinchuuriki menyulitkannya untuk melatih kontrol chakra.

Hari kedua Naruto berhasil memanjat setengah tinggi pohob tersebut.

.

.

Bagaimanapun sulitnya, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Kerja keras Naruto berbuah manis.

Pada hari ketiga Naruto berhasil mencapai puncak, walaupun begitu ia belum bisa berjalan bolak balik di pohon dan belum bisa bertahan menempel dipohon lebih dari satu menit, sehingga ia memutuskan untuk melanjutkan pelatihan. Setelah dua minggu Naruto berhasil menyempurnakan pelatihannya.

Sekarang ia bisa berjalan di bidang vertikal seolah sedang berjalan di atas tanah. Setelah itu ia melanjutkan latihan kontrol Chakra selanjutnya, yaitu berjalan diatas air. Jika kau bertanya bagaimana Naruto bisa mengetahui hal itu. Jawabannya adalah karena ia memeras Hokage untuk mendapatkan info itu.

Berdiri di depan sungai, Naruto membuat wajah bingung, Jadi bagaimana melakukannya? Karena pohon merupakan benda padat, Aku tak perlu mengubah ubah jumlah Chakra ketika berjalan diatasnya, akan tetapi itu berbeda dengan air, air adalah benda cair yang tak mempunyai bentuk dasar, dan air itu cenderung berubah ubah. Artinya aku juga harus mengubah-ubah jumlah chakra, juga untuk mengambang itu Ahh! Sudahlah biar kucoba saja! Kata Naruto dalam hati. Ia lalu melompat menuju sungai, ia mengalirkan chakra pada kakinya, dan menapakan kakinya diatas air sungai, sayang sekali itu tak berhasil, Narutopun basah kuyup karenanya.

Seperti biasanya, ia tak menyerah ia melakukannya berulang kali hingga matahari terbenam. Menyadari hal itu, Naruto menyeret kakinya berjalan pulang menuju apartemen dengan baju basah. Bila Naruto adalah anak normal mungkin para penduduk desa akan melihatnya dengan muka kasihan, sayangnya Naruto bukanlah anak yang normal.

XxxxxxxxX

Jika kau bertanya bagaimana kehidupan Naruto di akademi, apakah ia seorang deadlast? Ataukah jenius? Bisa dibilang Naruto masuk ke dalam kategori murid kelas atas, dia pintar dalam pelajaran maupun praktek ninja. Nilai testnya menyamai Shikamaru dan Sakura, yaitu 100 sedangkan nilai Sasuke selalu lingkup 90 keatas. Dalam hal ninja, seperti taijutsu dia hanya kalah dari Sasuke. Dalam praktek kunai dan shuriken dia mencetak nilai sempurna sama seperti Sasuke.

Apakah dia punya penggemar wanita seperti Sasuke? Sayangnya tidak, ia memiliki tampang yang biasa saja.

"Adakah yang ingin kalian tanyakan?" Suara Iruka bergema diruangan itu. Setengah jam lebih ia menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan misi. Karena murid-murid di kelas ini telah menginjak tahun terakhir maka teori-teori yang dipelajaripun bertujuan untuk mempersiapkan murid-murid akademi yang berkemungkinan menjadi genin konoha.

Salah seorang murid mengacungkan tangannya. "Ya, Sakura?"ujar Iruka"Bagaimana jika jounin yang kami terima tidak kompeten, apakah kami diperbolehkan untuk menentang perkatannya?" tanya Sakura.

"Sebenarnya untuk menjadi jounin diperlukan syarat-syarat tertentu, salah satunya adalah memiliki kompetensi dalam memimpin pasukan genin, karena itu tak mungkin seorang jounin tak berkompeten Sakura-san. Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?"

Naruto mengacungkan tangannya, "Ne Sensei, jika seorang jounin pembimbing mati dalam misi, siapa yang akan mengambil komando pada tim tersebut?" tanya Naruto.

"Tentu saja yang paling kuat," bukan Iruka yang menjawab melainkan Sasuke.

"Benar! Yang paling kuatlah yang harus memimpin!" dukung Sakura.

"Aku tak bertanya padamu Teme!" ujar Naruto dengan sarkas.

"Apa kau bilang Hah!?" bentak Sasuke yang marah.

"DIAAAAMM!" Teriak keras Iruka.

Mereka berdua langsung terdiam. Iruka menghela nafas dan melanjutkan perkataannya, "Sebenarnya kasus ini jarang terjadi, karena genin biasanya tak akan melakukan tugas yang berbahaya. Tapi, jika situasi dimana Jounin berada dalam bahaya muncul, mungkin dia akan memberi komandonya pada genin yang dipercayai, atau jika dia tak sempat, kurasa ini bisa diputuskan atas kebijakan dan kesepakatan diantara genin-genin itu sendiri."

Semua murid mendengarkan dengan baik, bahkan Shikamaru yang biasanya tidur sekarang terbangun dan mendengarkan ceramah Iruka. Waktu berjalan dengan kencang. Tanpa disadari bell pun berbunyi. Para murid berlarian keluar kelas untuk pulang.

Seperti biasa Naruto berencana untuk duduk diayunan sambil merenung lagi, rencana itu sayangnya hanya rencana.

"Tunggu! Naruto-san," sebuah suara yang berasal dari pita suara seorang gadis bergema di telinga Naruto. Naruto menoleh pelan untuk melihat siapa yang mengganggu rencananya.

Hyuuga Hanabi, sosok Hyuuga yang memiliki rambut coklat dipotong pendek dengan gaya bob, saudara kembar Hyuuga Hinata. Berbeda dengan Hinata yang pemalu, Hanabi itu sosok yang pemberani, dan memiliki harga diri tinggi atau bisa dibilang agak sombong. Dalam Taijutsu ia cukup mengesankan, Naruto bahkan kesulitan untuk mengalahkannya sebelum ia rajin berlatih.

"Ada apa, Hanabi-san?"

"Datanglah ke kompleks Hyuuga besok." ajak, bukan, tapi perintah sang putri Hyuuga.

Itu ajakan? Apa itu ajakan? Tidak itu adalah perintah, dia memerintahku, pikir Naruto yang berkeringat di dahinya.

Naruto terdiam sebentar sebelum kembali bertanya, "Apa yang akan kulakukan disana?"

"Berlatih bersama, sebenarnya aku mengajak Sasuke tapi dia menolaknya. Jadi aku mengajakmu," Hanabi tak berani menatap langsung Naruto bergumam dalam hatinya, tak mungkin aku sudi mengajak Uchiha sombong itu ufufu! Ia tersenyum memikirkan kebohongannya.

Kurasa aku memang membutuhkan partner bertarung Naruto menganggukan kepalanya, "Baiklah, aku akan datang." ucapnya.

Mendengar hal itu Hanabi tersenyum sedikit, "Benarkah? Ehh tidak maksudku.. sudah kewajibanmu sebagai rakyat biasa patuh pada bangsawan," ujar Hanabi dengan pipi agak merah.

"Dasar cewek judes," ucap Naruto pelan.

"Hah!? Apa kau bilang!" ujar Hanabi marah.

"Tidak ada," ucap Naruto sambil melenggang pergi.

.

.

.

~Omake~

Author : Jadi kenapa lo mutusin ikut syuting film 'Naruto : The Son of Wind' padahal lagi syuting sinetron Boruto?

Naruto : gw merasa kecewa thor, punya anak ga ada akhlak.

Author : yah, tapikan disana ada Hinata, disini pair kamu Hanabi, apa gak kecewa?

Naruto : di boruto Hanabi tambah cantik Thor, gw juga kecewa ama Hinata.

Author : loh kok kecewa?

Naruto : pas lawan pein, gw sadar satu hal tentang Hinata.

Author : oh lu sadar cinta dia ke lu?

Naruto : bukan, gw sadar oppainya Hinata gede.

Author : eh bangsat, lu suka hinata karena Oppainya doang?

Naruto : Iya lah, pas Naruto The Last, oppainya nyaingin Tsunade, gara2 itu gw nikahin Hinata.

Author : aelah, trus? Trus?

Naruto : ternyata Oppai Hinata sekedar bantalan doang, pengen nangis gw thor.

Author : jadi Hinata pake bantalan supaya Oppainya keliatan gede?

Naruto : iya, thor lu liat sendiri di Boruto, Hinata gak pake bantalan.

Author : ketipu dong lu wkwkwk

Naruto : makanya gw mau coba Hanabi, tiap kali Hanabi mampir kerumah, ada rasa gimana gitu.

Author : yaudah lu sono, syuting lagi cepet.

~Rahasia yang terungkap : Hinata pake bantalan~

Chapter 1 End

Ini Chap pertama jadi wajar cuma 2K kedepannya saya usahakan 5k keatas untuk jadwal up, mungkin 3 hari sekali? Gak tau pastinya tapi saya usahakan enggak hiatus. Dan jangan lupa Review ya biar Ane Semangat, lagian Review minimal 'Next' lah gitu gak ada salahnya kan?

Tbc