Desclaimer by
Masashi Kishimoto
Son Jeho Lee Kwangsu
.
.
.
Genre : Fantasy, adventure, crossover, sci-fi, action
Warning : Typo everywhere, OOC, muntah, mual, pusing dan ayan-ayan
Rated : T - M
_
Dimana ini?'
.
.
.
Seseorang terlihat mengambang di tempat tak dikenal, hanya putih yang ada disana...
Tempat penuh kehampaan...
Kau mungkin tidak melihat ada tempat pijakan disana sebelum kakimu benar-benar menjejak sesuatu yang putih disana.
Dia hanya menatap kosong ke atas dengan posisi telentang tanpa ada niat untuk bangun.
.
.
.
.
"Kakak?"
Orang itu langsung menoleh menajamkan pendengarannya untuk mencari sumber suara yang memanggilnya tapi yang ia lakukan hanya menoleh kesana-kemari karena suara yang ia dengar terdengar disemua arah.
"Kau disini?"
"K-kau... kau kah itu? Dimana kau?"
"Aku disini"
"Aku hanya mendengar suaramu, dimana kau"
"Aku berdiri dan memperhatikanmu bukan disana"
"Tapi suaramu ada dimana-mana"
"Aku selalu menunggumu disini, tidak mungkin jika berpindah tempatkan khekhekhe"
"Bagaimana caraku menemukanmu?"
.
.
.
"Gunakan hatimu, maka kau akan bisa menemukanku..."
"Bagaimana aku menggunakan hatiku, aku sudah tidak punya hati"
"Setiap makhluk ciptaan tuhan pasti memiliki hati... kakak"
.
.
.
.
.
.
"Kau?!"
"Kau?!"
Naruto terkejut melihat Madara berada dihadapannya, ia mungkin sudah memaafkan Madara tapi tetap saja Madara adalah orang yang wajib diwaspadai. Madara hanya menatap Naruto datar dengan wajah tetap stay cool andalannya walau dalam hatinya ia bertanya-tanya kenapa Naruto bisa berada di after life seperti dirinya.
"Kau juga mati?"
"Kau yang melakukannya dasar kakek tua!"
"Cih dasar bocah lahir kemarin"
"Kau kakek-kakek tidak ingat umur, sudah tua berniat menguasai dunia lagi"
"Kau...!!!"
"Apa kalian akan seperti itu terus sampai ribuan tahun nanti?"
Naruto dan Madara seketika menoleh saat perdebatan mereka diinterupsi oleh orang asing.
"Kau... siapa?" Tanya Naruto heran, karena ia sama sekali tidak tahu sejak kapan orang asing itu berada disana.
"Itu Shinigami bodoh!" Dengus kesal Madara akan kapasitas otak Naruto yang begitu kecil.
"Apa?! Shinigami? Orang itu Shinigami?" Naruto kebingungan, karena sebelumnya yang ia bayangkan tentang shinigami adalah makhluk berwajah tengkorak dengan jubah putih, rambut putih dan sabit berantai serta pisau dimulutnya, setidaknya itulah imajinasi dalam pikiran Naruto.
Tapi yang ada dihadapannya adalah pria dengan wajah tampan, rambut hitam, mata berwarna emas dan jubah kebesaran berwarna putih, Naruto hanya meneguk ludahnya.
"Aku tak menyangka 2 orang musuh bisa berada di satu tempat tanpa saling melukai satu sama lain"
"Sialan orang ini" Madara mendecih, jika ia tidak ingat orang menyebalkan ini adalah shinigami mungkin ia akan merobek mulutnya dengan sabit berantai.
"Santai saja Madara tidak usah mengeluarkan aura seperti itu, kekuatanmu yang kau agung-agungkan itu tidak akan berguna disini" Naruto sontak tertawa terbahak-bahak membuat mood Madara tambah hancur.
Naruto lalu duduk dengan menyilangkan kaki nya karena ia lelah terus berdiri, hei orang mati juga bisa kelelahan kalian tau.
"Dengar itu kakek tua"
"Kau cukup diam bocah!"
"Bisakah kalian diam?! atau aku akan melempar kalian ke kawanan cerberus yang lapar" shinigami itu hanya berucap datar, dia ingin berbicara santai dan lembut tapi dua orang ini ingin sebaliknya.
"Cer-cerberus?!" Naruto hanya meneguk ludahnya kasar, ia tidak mau berurusan dengan anjing berkepala 3 itu lagi, cukup saat ia berhadapan melawan Pain saja.
"Aku hanya penarik jiwa kalian dari dunia ke after life. Setelah ini, kalian harus memikirkan cara keluar dari sini dan berhadapan dengan Kami-sama" Madara hanya memandangnya datar, tapi jauh dilubuk hatinya ia takut, takut ia tidak akan bisa bertemu Izuna dan takut akan hukuman yang berikan Kami-sama nanti, ia tahu seberapa besar dosanya selama hidup, bahkan setelah mati pun ia tidak jera melakukannya karena hasutan dari Zetsu hitam. Sialan, ia ingin sekali membakar makhluk itu sebelum menyegelnya bersama ibunya di bulan.
Naruto sudah komat-kamit mengucapkan doa-doa yang mungkin bisa menyelamatkannya dari hukuman nanti, Naruto sendiri sadar kalo ia bukan orang religius tapi ia juga bukan pendosa seperti Madara. Shinigami terkekeh melihat sifat 2 orang yang berlainan sisi itu, dia pasti akan dapat tontonan yang menarik dari mereka berdua.
Setelah menjejakan kaki nya pelan ke bawah sontak saja ia menghilang begitu saja meninggalkan dua anak adam yang dalam mode kebingungan sekaligus terkejut, "Eh dimana orang itu?" tanya Naruto entah pada siapa dan Madara hanya memandangnya datar khas Uchiha "mana aku tau bodoh" tukasnya lalu menyibak sedikit poni panjang di mata kanannya dan mulai berjalan ke arah tujuan yang tidak jelas.
'Jika dicari secara acak mungkin saja ketemu sambil tetap berpikir dan menganalisis keadaan' pikir Madara mencoba menghibur dirinya sendiri, Madara sebenarnya sadar bahwa ia meninggalkan seorang pemuda lebih tepatnya bocah tapi siapa peduli, bocah itu sudah menyulut perang dingin setelah penghinaannya beberapa waktu yang lalu jadi ia tidak akan peduli jika memang benar Naruto akan dimakan Cerberus. Ia malah bersyukur, setidaknya bebannya akan sedikit berkurang.
"Hei kau mau kemana kakek tua?" Teriak Naruto sembari bangkit dari posisi duduk bersila nya tadi dan mulai berlari mengikuti Madara, sebenarnya perasaannya tidak yakin kalau kakek tua itu tau jalan keluar dari ruangan hampa putih ini.
"Ikuti saja atau kau kutinggal disini"
"Seperti kau bisa meninggalkanku saja"
"Baiklah tetap disini dan jangan ikuti aku" Naruto terkesiap, jika ia mengikuti Madara, ia akan sengsara tapi jika ia tetap disini ia juga semakin menderita, sial ini seperti berada di ujung jurang dengan hewan buas dibelakangmu, kecuali jika Madara mau disamakan dengan kucing.
"Kau masih saja kekanakan walau sudah berumur ratusan tahun" dengus Naruto berbicara fakta yang menbuat alis Madara berkedut kesal.
"Lihat siapa yang bicara, yang tidak mau ditinggalkan dan mengekor seperti anak ayam"
"Daripada kau berlagak seperti harimau padahal sebenarnya takut seperti kucing" sengit Naruto, tenang saja mereka tidak melakukan pertumpahan darah hanya akan ada perang mulut.
"setidaknya kucing tidak menangis dan tidak mengekor seperti anak ayam" balas Madara dengan cuek, mereka tetap saling balas hinaan dan ejekan sambil terus berjalan.
"Aku tidak menangis!"
"Aku tidak bilang kau menangis Uzumaki" seringai Madara.
"Aku tidak--"
"Apa?"
Skak mat
Naruto terdiam, Madara berjingkrak-jingkrak dalam hati nya, mulut tajamnya sudah terlatih puluhan tahun untuk memenangkan suatu perdebatan apalagi melawan bocah seperti Uzumaki muda ini.
"Kenapa kau sejak tadi mengikutiku, carilah jalan keluar sendiri!"
"Bukankah lebih baik bekerja sama untuk mencari jalan keluar daripada pergi sendiri-sendiri kakek tua" Madara mendelik ke arah Naruto, masih berani juga bocah ini meledeknya kakek tua, dasar tidak sopan. Madara sontak makin mempercepat jalannya setelah mendengar ejekan (baca: hinaan) yang terlontar dari mulut kurang ajar Naruto. Naruto segera mempercepat jalannya mengikuti Madara membuat Madara lebih kesal bahkan untuk melihat wajah Naruto tersenyum bodoh, jika ia tidak ingat seberapa besar kekuatan anak ini ia akan dengan senang hati mengoyak tubuhnya.
Naruto sudah komat-kamit mengucapkan doa-doa yang mungkin bisa menyelamatkannya dari hukuman nanti, Naruto sendiri sadar kalo ia bukan orang religius tapi ia juga bukan pendosa seperti Madara. Shinigami terkekeh melihat sifat 2 orang yang berlainan sisi itu, dia pasti akan dapat tontonan yang menarik dari mereka berdua.
Setelah menjejakan kaki nya pelan ke bawah sontak saja ia menghilang begitu saja meninggalkan dua anak adam yang dalam mode kebingungan sekaligus terkejut, "Eh dimana orang itu?" tanya Naruto entah pada siapa dan Madara hanya memandangnya datar khas Uchiha "mana aku tau bodoh" tukasnya lalu menyibak sedikit poni panjang di mata kanannya dan mulai berjalan ke arah tujuan yang tidak jelas.
'Jika dicari secara acak mungkin saja ketemu sambil tetap berpikir dan menganalisis keadaan' pikir Madara mencoba menghibur dirinya sendiri, Madara sebenarnya sadar bahwa ia meninggalkan seorang pemuda lebih tepatnya bocah tapi siapa peduli, bocah itu sudah menyulut perang dingin setelah penghinaannya beberapa waktu yang lalu jadi ia tidak akan peduli jika memang benar Naruto akan dimakan Cerberus. Ia malah bersyukur, setidaknya bebannya akan sedikit berkurang.
"Hei kau mau kemana kakek tua?" Teriak Naruto sembari bangkit dari posisi duduk bersila nya tadi dan mulai berlari mengikuti Madara, sebenarnya perasaannya tidak yakin kalau kakek tua itu tau jalan keluar dari ruangan hampa putih ini.
"Ikuti saja atau kau kutinggal disini"
"Seperti kau bisa meninggalkanku saja"
"Baiklah tetap disini dan jangan ikuti aku" Naruto terkesiap, jika ia mengikuti Madara, ia akan sengsara tapi jika ia tetap disini ia juga semakin menderita, sial ini seperti berada di ujung jurang dengan hewan buas dibelakangmu, kecuali jika Madara mau disamakan dengan kucing.
"Kau masih saja kekanakan walau sudah berumur ratusan tahun" dengus Naruto berbicara fakta yang menbuat alis Madara berkedut kesal.
"Lihat siapa yang bicara, yang tidak mau ditinggalkan dan mengekor seperti anak ayam"
"Daripada kau berlagak seperti harimau padahal sebenarnya takut seperti kucing" sengit Naruto, tenang saja mereka tidak melakukan pertumpahan darah hanya akan ada perang mulut.
"setidaknya kucing tidak menangis dan tidak mengekor seperti anak ayam" balas Madara dengan cuek, mereka tetap saling balas hinaan dan ejekan sambil terus berjalan.
"Aku tidak menangis!"
"Aku tidak bilang kau menangis Uzumaki" seringai Madara.
"Aku tidak--"
"Apa?"
Skak mat
Naruto terdiam, Madara berjingkrak-jingkrak dalam hati nya, mulut tajamnya sudah terlatih puluhan tahun untuk memenangkan suatu perdebatan apalagi melawan bocah seperti Uzumaki muda ini.
"Kenapa kau sejak tadi mengikutiku, carilah jalan keluar sendiri!"
"Bukankah lebih baik bekerja sama untuk mencari jalan keluar daripada pergi sendiri-sendiri kakek tua" Madara mendelik ke arah Naruto, masih berani juga bocah ini meledeknya kakek tua, dasar tidak sopan. Madara sontak makin mempercepat jalannya setelah mendengar ejekan (baca: hinaan) yang terlontar dari mulut kurang ajar Naruto. Naruto segera mempercepat jalannya mengikuti Madara membuat Madara lebih kesal bahkan untuk melihat wajah Naruto tersenyum bodoh, jika ia tidak ingat seberapa besar kekuatan anak ini ia akan dengan senang hati mengoyak tubuhnya. melihat ke arah yang dilihat Madara.
seketika ia terdiam.
"Ini...!!" Naruto kehilangan kata-katanya
"Kau benar... ini adalah jembatan seleksi" Madara berusaha mempertahankan keseimbangannya karena merasakan tekanan yang begitu gelap disekelilingnya. Seolah-olah jiwa-jiwa yang tersesat di bawah jembatan ini berusaha menariknya untuk bergabung bersama mereka.
"Ini adalah jembatan untuk menyeleksi kita apakah sanggup untuk mencapai pintu akhirat atau tidak. Naruto! kali ini jangan membantah dan dengarkan aku, kita akan melewati jembatan panjang ini dan jangan sampai kau menoleh ke kanan atau kekiri jika kau tidak ingin menjadi jiwa yang tersesat seperti mereka!" Naruto mengangguk setuju tanpa banyak bicara lagi.
Mereka berjalan dengan penuh kewaspadaan. Sesekali Madara atau Naruto akan tersandung lalu terseret jika mereka menoleh walau hanya sekilas saja, itulah yang membuat Naruto kali ini benar-benar bersyukur Madara mau memberitahunya
'setidaknya Madara memiliki sisi baik yang tersembunyi' batinnya
Setelah memakan waktu yang lama dengan penuh ketakutan dan kecemasan dihati, mereka berhasil sampai di tepi jembatan dan disana sudah berdiri seorang penjaga gerbang dengan tubuh yang bahkan lebih besar dari susanoo sempurna milik Madara karena tubuh yang 200 kali lipat dari tubuh mereka, penjaga itu terlihat menganggukan kepala setelah melihat mereka berdua berhasil melewati jembatan penyortir lalu membuka gerbang besi berukuran besar dihadapan mereka.
"Silahkan masuk kedalam dan tolong jaga sikap kalian" ucap penjaga tersebut
"iya iya kami me ittaiiii!!!!" Naruto terkejut begitu merasakan ada menginjak kakinya dengan kekuatan penuh, Madara hanya memberi kode lewat tatapan matanya seakan berkata diam-atau-gargoyle-itu-akan-melempar-kita-ke-neraka
Naruto langsung terdiam tidak berani berkata apa-apa lagi, Madara mengangguk pelan pada gargoyle itu lalu menarik Naruto yang masih takut untuk masuk kedalam.
Setelah melewati gerbang raksasa tadi mereka dihadapkan pada sebuah tangga menuju ke atas mengarah pada sebuah tempat aneh yang entah apa itu, Naruto hanya menelan ludah gugup karena ia sebentar lagi akan bertemu kami-sama.
"Akhirnya kalian datang, sudah lama aku menunggu disini"
.
.
.
.
.
.
.
.
"Dasar bodoh" Seseorang berdiri di tengah derasnya hujan, mengabaikan gelapnya malam dan dinginnya musim gugur di bulan Oktober. Ia hanya berdiri disana, memakai pakaian hitam dan berdiri di depan pusara seseorang yang ia bilang bodoh, orang itu memang benar-benar bodoh, dia sudah mengumpat kata yang sama puluhan kali berharap orang yang terbaring disana dapat mendengar umpatannya lalu bangun dan meninjunya tepat diwajah, ia tidak peduli.
Orang yang pernah berteriak ingin jadi Hokage
Orang yang sangat membelanya disaat semua orang menghakiminya
Orang yang mau bersusah payah membawanya pulang
Kenapa saat dirinya pulang, orang bodoh itu yang pergi?
Jadi ini karma karena dosanya dimasa lalu?
"Kau bodoh, dobe, usuratonkachi" Sasuke hanya menatap datar, tapi tidak ada yang tau lelehan air matanya yang tersamarkan rintikan hujan, hanya Sasuke dan tuhan yang tau.
Sakura hanya bisa menatap Sasuke dari kejauhan, ia tidak berani mendekat. Sasuke saat ini masih diselimuti duka karena sahabat terdekatnya meregang nyawa tepat setelah mereka menggunakan jutsu Rikudou untuk membebaskan orang-orang yang terkena Mugen Tsukuyomi. Jika Sasuke terus seperti ini, ia hanya akan menyakiti diri nya sendiri.
"Sasuke, ayo pulang. Kau sudah 4 Jam berada disini, kau bisa sakit" Sakura membawa payung untuk Sasuke. Sasuke tidak mengatakan apapun, ia berbalik menuju arah Sakura dan berjalan tanpa peduli pada Sakura yang sejak tadi mengikutinya untuk memastikannya tidak kehujanan lagi.
"Bukankah Naruto orang paling bodoh, ia menyia-nyiakan dirinya sendiri demi dunia terkutuk ini" gurat marah tergambar jelas di wajah Uchiha terakhir di dunia shinobi itu. "Ia melakukannya atas keinginannya sendiri Sasuke, aku hanya bisa berharap di kehidupan selanjutnya Naruto mendapatkan hidup seperti yang ia impikan"
"Aku akan menjalani hukuman setelah ini dan mengembara ke seluruh pelosok dunia Shinobi" Sakura sedikit terhenyak, tapi apa yang bisa ia perbuat, sejak awal dirinya hanya menjadi beban untuk tim 7.
"Jangan menganggap dirimu beban, Sakura. Semua orang mempunyai kekuatan mereka sendiri, kau hanya belum menunjukannya pada dunia" wajah Sakura memerah, tapi ia segera tersadar dari Euphoria karena ini masih hari duka untuk Konoha dan seluruh dunia Shinobi.
Apakah Naruto bisa kembali?
.
.
.
.
.
.
.
"Kami-sama?!" tidak ada yang akan menyangkal bahwa Naruto saat ini benar-benar terpukau bahkan Madara yang sudah pernah mati dua kali pun tidak pernah bertemu dengan Kami-sama sebelumnya.
"Wah... Kalian datang lebih cepat dari yang kuduga, aku pikir kalian akan bermain sebentar dengan roh tersesat dibawah sana. Nah bagaimana kabar kalian? Jangan terlalu terburu-buru, kita bisa mengobrol layaknya manusia kan? Aku punya beberapa cangkir teh dan oh apa kalian mau lemon drop?" wajah kami-sama terlihat berseri-seri
Sungguh, melihat Kami-sama menunjukan keramahannya seperti ini membuat Madara merinding seketika, apa semua dewa semenggelikan ini? bahkan ia lebih memilih menendang pantat Hashirama daripada harus disini, oh iya ingatkan dia jika bertemu nanti.
Pandangan Naruto mengenai kami-sama jauh di luar ekspetasinya, ia ingin kabur dari sini, tapi apakah bisa? dia sudah mati. Mengingatnya saja membuatnya kembali merindukan teman-temannya.
"Jadi anda benar-benar kami-sama?"
"Terserah kalian ingin percaya aku atau tidak sekarang ikut denganku"
Kedua anak adam beda generasi itu segera mengikuti sang dewa tanpa banyak bicara ataupun berdebat seperti tadi, sepertinya pengaruh sang kami membuat mereka mencicit ketakutan.
Mereka sampai di suatu tempat yang tampak seperti ruang sidang.
"tempat apa ini?"
"ini nibbana"
"nib-nibbana?" tanya Madara, bukankah tempat ini tempat penghakiman ya?
"eh dimana kami-sama" tanya Naruto kebingungan karena begitu ia berkedip sosok yang mengaku dewa sudah lenyap dari pandangannya.
Madara merasakan hawa yang aneh bahkan Naruto yang notabene orang paling tidak peka didunia merasakan sesuatu yang tidak beres disini.
Tiba-tiba tubuh mereka langsung menjadi kaku, Naruto mulai panik dan berusaha menggerakan badannya sedangkan Madara tetap tenang walau tangannya juga berusaha kuat untuk melepaskan diri.
Kaki mereka sudah menapak berbagai hal bergerak secara perlahan menghadap sang hakim dari segala hakim.
"Uchiha Madara, Kesalahan mu sungguh sangat besar, pembunuhan, berusaha menghancurkan dunia, berusaha menjadi tuhan, berusaha mengacaukan arus dunia, dengan ini kau akan dihukum di neraka tingkat 7" Ucap kami-sama bagaikan bilah pedang yang memotong tenggorokan Madara, ia terdiam ia tau mungkin ini yang harus ia terima, menjadi konsekuensi karena perbuatannya tapi apa masih mungkin ia akan diampuni? Madara mengepalkan tangannya yang berkeringat dingin mencoba menghibur dirinya sendiri. Naruto hanya terdiam memperhatikannya, kalau sudah menyangkut akhirat, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Uzumaki Naruto" Naruto seketika menoleh dengan panik begitu namanya disebutkan dengan lantang, ketakutannya akan menjadi kenyataan. "Kau punya kebaikan yang begitu besar, tidak ada dendam di dalam hati mu kau juga mengorbankan dirimu sendiri untuk kebaikan orang lain, dengan ini kau akan di tempatkan di nirwana bersama orang tuamu" Naruto hanya menatap kosong, setelah ini ia akan benar-benar bertemu orang tua nya? kebahagiaan membucah dalam dirinya kala ia mengingat kalo ayahnya akan menjemputnya setelah ini, tak terasa sungai kecil mengalir dari kedua pipinya yang halus bak kulit bayi walaupun kulit itu menjadi saksi goresan kesakitan yang dia alami selama hidup nya. Naruto segera tersadar dan mengusap kasar pipinya untuk menghilangkan bekas air mata.
Tapi Naruto ingat tentang Madara, bukankah Madara harusnya tidak mendapat hukuman seberat ini, ia hanya korban hasutan iblis yang sesungguhnya.
"Kami-sama, aku ingin minta keringanan hukuman Madara, bagaimanapun ia hanya dihasut Zetsu hitam untuk menjalakan niat yang sebenarnya, Madara ditipu dengan cara mengubah isi tablet batu Uchiha sesuai keinginan Zetsu" Naruto bersujud dihadapan sang hakim, Madara terkejut atas tindakan Naruto yang mempermalukan dirinya sendiri hanya karena ingin membelanya, tapi ia tak mungkin membenarkan atau menyangkal nya ia serba salah disini "Angkat kepalamu nak, kau tidak perlu memohon seperti itu" Naruto perlahan mengangkat kepalanya menatap sang hakim.
"Baiklah begini saja, kalian akan mendapat misi jika kalian berhasil menyelesaikan misi itu kalian berdua akan kumasukan ke surga tapi jika kalian gagal sebelum misi nya tercapai kalian kalian akan dimasukan ke neraka berdua juga, bagaimana?" Naruto dan Madara seketika mengangkat kepalanya dengan perasaan kaget dengan mata terbelalak.
Kesempatan kedua...
Jika berhasil ia bisa bertemu adiknya
Jika gagal ia akan di neraka selamanya
Naruto maupun Madara tidak memberikan respon terkait pernyataan kami-sama beberapa saat yang lalu, mereka menimbang baik buruknya untuk mengambil keputusan.
Kenapa Naruto malah mempertimbangkannya bukankah ia sudah pasti fix masuk surga jika ia menolaknya dan bisa jadi ia malah terjerumus di lembah neraka hanya karena gagal melaksanakan misi.
Hey ma men ia masih punya hati.
"Aku terima, apa misi nya?"
Madara menatap Naruto dengan tatapan bertanya-tanya? apa sebenarnya yang tertanam di otak anak ini?
"Apa yang kau katakan bocah?! bukankah sudah jelas kau pasti masuk surga. Kenapa kau malah menerima misi ini dengan membahayakan dirimu sendiri untuk kedua kalinya?!"
"Aku sudah memikirkannya matang-matang, ini keputusanku dan akupun tidak peduli bagaimana keputusanmu nanti"
"Baiklah misi kalian ada di dimensi lain, jadi aku akan mengirim kalian ke dimensi itu dan membiarkan kalian hidup untuk kedua kalinya"
Misi di dimensi lain?
Bahkan mereka saja tidak diberitahu apapun tentang dimensi yang akan mereka jalani
"Anggap saja misi ini hadiah dariku"
"Kau menganggap misi sebagai hadiah?"
"Lalu kalian ingin menganggap ini apa? Hukuman? Apa kesempatan hidup untuk kedua kalinya dianggap sebagai hukuman?"
TBC.