Batman

Mereka bertemu di sungai saat Summer Camp. Chanyeol ingin mengasingkan diri dari teman-temannya, Baekhyun menangis.

.

Ini bukan kali pertama Chanyeol mengikuti Summer Camp di sekolahnya. Sudah dua kali semenjak musim panas tahun lalu dan selalu berjalan membosankan. Chanyeol mulai berfikir mungkin ibunya tak ingin ia tinggal di rumah saat libur sekolah. Karena Ibunya akan selalu mendaftarkan Chanyeol mengikuti Summer Camp setiap tahun.

Sudah menjadi kebiasaan Chanyeol untuk melarikan diri menuju sungai saat Summer Camp berlangsung. Chanyeol memang kurang bergaul dengan teman-temannya. Sering kali Ibunya memperingatkan Chanyeol untuk lebih peduli dengan teman-temannya. Biasanya Chanyeol akan mengakhiri makan malam yang baru seperempat disentuhnya saat Ibu sudah memulai topik tentang itu.

Padahal Chanyeol sudah siap dengan psp portable ditangannya. Tapi ketika ia melihat seseorang di pinggir sungai, dan bahunya naik turun karena menangis tersedu. Chanyeol tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mendekati orang itu.

"Apa kau menangis?"

Itu bukanlah sapaan yang baik yang seseorang lakukan saat bertemu orang asing. Chanyeol tak memperdulikannya, dia fikir Ibu pernah mengajarkan cara menyapa seseorang dengan baik dan benar, tapi Chanyeol tak mengingatnya. Jadi, biarkan saja.

Orang yang disapa oleh Chanyeol yang ternyata adalah seorang anak seumuran dengannya menatap Chanyeol sekilas sebelum kembali menangis tersedu-sedu. Anak itu bukan anak sekolah Chanyeol, karena ia memakai jaket yang berbeda dengan jaket team camp-nya, karena itu Chanyeol tidak mengenal anak ini. Tapi, saat mendapat reaksi seperti itu, Chanyeol pikir ia tidak seharusnya menyapa dengan cara seperti itu. Jadi ia memulainya lagi.

"Hei, jangan menangis."

Anak itu-- atau namja itu (karena Chanyeol baru sadar kalau dia adalah anak laki-laki yang punya rambut coklat yang indah) menghlentikan tangisnya lalu menatap Chanyeol dengan mata sayunya.

"Tapi.. tap--tapi.. hiks.. hikss," anak laki-laki itu menangis lagi.

Umur Chanyeol 10 tahun, dan ia tidak tau cara menghentikan tangis seorang anak laki-laki. Karena jika ia menangis ibu akan segera datang lalu memberinya ice cream pisang yang lezat. Di sekolah Chanyeol, anak laki-laki tidak menangis, tapi Jongdae menangis saat si Bonbon yang berbadan seperti pelampung merampas makan siang temannya itu. Chanyeol tidak bersusah payah menolong. Sebenarnya dia sendiri sedikit takut pada Bonbon. Maka untuk jaga-jaga, Chanyeol selalu membawa jarum pentul yang disematkan di saku samping tas punggungnya. Jika nanti Bonbon mengganggu makan siangnya, Chanyeol akan menusuk kudanil yang bisa berbicara itu dengan jarum sampai meletus.

Jangan tanya dia mendapat ide itu dari mana, dia berguru pada si Vin manusia dan Jack si anjing.

"Anak laki-laki itu lebih tangguh jika tidak menangis,"

Anak laki-laki itu kembali menatap Chanyeol sambil mengusap airmatanya. "Tapi Lulu meninggalkan Hunhun sendirian," di tunjukkannya boneka panda yang sedari tadi dipeluknya.

Alis Chanyeol menyerngit heran. Dia tidak punya teman yang namanya Lulu. "Lulu siapa?"

"Lulu itu, teman sehidup sematinya Hunhun,"

Bingung.

"Lulu siapa?"

"Ini!" Anak laki-laki itu menunjukkan bonekanya.

Oh.

"Memangnya Lulu kemana?" Tanya Chanyeol yang sudah lupa dengan psp-nya.

Anak laki-laki itu menunjuk sungai, lalu matanya kembali berkaca-kaca. "Hanyut dibawa sungai... hiks,"

Chanyeol menatap anak laki-laki yang ternyata sangat manis itu lalu menatap bonekanya. Bahkan saat sedang menangispun tetap terlihat manis. Ide brilian pun muncul dikepalanya.

"Aku boleh meminjam bonekamu?"

Anak itu mengangguk sambil sesekali cecegukan. Chanyeol mengambil boneka itu, lalu mendekat ke sungai. Sebelum anak laki-laki itu dapat menghentikan aksi Chanyeol. Chanyeol telah menghanyutkan Hunhun terlebih dahulu.

"Yaaa!!! Apa yang kau lakukan?" Marah Anak laki-laki itu mendekat kearah Chanyeol yang berdiri di batu pinggir Sungai. Tapi ia berhenti saat melihat seringai Chanyeol tak bersalah.

Dengan ringan Chanyeol menjawab; "Sehidup semati kan?"

Mendengar jawaban Chanyeol, anak itu lantas diam dan mengerucutkan bibirnya kesal.

"Iya.. tapi! Itu boneka yang paling aku suka! Sekarang aku tidak punya boneka lagi..."

Sebelum anak laki-laki cengeng itu sempat menangis, Chanyeol buru-buru menghampiri anak itu itu.

"Karena bonekamu hanyut, kesedihanmu juga harus hanyut," Ia mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. "Ini."

"Ini apa?"

Chanyeol tersenyum. "Ini boneka Batman favoritku, kau boleh menyimpannya. Aku masih punya boneka Robin di rumah."

"Terima kasih..." Anak laki-laki itu tersenyum membalas Chanyeol. Ia menangkup boneka plastik itu kedadanya.

"Err.. iya sama-sama... eng, namaku Park Chanyeol, kau bisa panggil aku Chanyeol."

Chanyeol mengulurkan tangannya. Anak laki-laki itu menyambutnya dengan malu-malu. Rambut coklatnya bermain ditiup angin.

"Namaku Byun Baekhyun. Panggil saja Baekhyun." Ucap Baekhyun tersenyum.

"Namamu aneh,"

Baekhyun tertunduk lesu. Selalu itu yang dikatakan orang-orang saat tau namanya. Di daerahnya nyaris tidak ada orang yang bermarga Byun. Maka ia bertanya, "Apa itu buruk?"

Senyum Chanyeol mengembang sampai matanya tak terlihat lagi oleh Baekhyun. Dengan jenaka ia menjawab, "Aneh itu seperti Pizza dipotong persegi empat,"

Lalu?

Tapi Chanyeol belum selesai. Perkataan yang ini membuat pipi Baekhyun memerah.

"Aku suka Pizza persegi empat, maka aku juga menyukaimu."

Padahal ia sama sekali tidak mengerti maksud Chanyeol apa. Tapi ia tetap senang. Mungkin karena teman baru-nya itu memiliki lesung pipi yang sangat imut saat tersenyum. Mungkin.

Lalu Chanyeol mengajak Baekhyun kembali ke Camp. Api unggun akan dimulai sebentar lagi. Baekhyun mengikuti Chanyeol dari belakang. Mister Batman masih tersimpan dipangkuannya.

"Chanyeol!"

"Ya?"

Baekhyun tersenyum ceria. "Terima kasih telah menghanyutkan sedihku."

Chanyeol ingin bercerita pada ibunya sepulangnya nanti. Summer Camp-nya menyenangkan ya Bu.

.

Yo i'm done with my life