The Biggest One (Naena Special)

Chanyeol x Baekhyun (Chanbaek)

Friendship

Oneshoot (PWP)

Warning! Mature, BxB, Explicit Content, No Children!

.

.

.

Chanyeol tidak tahu apakah dirinya termasuk gay atau tidak. Ia yang biasanya tidak pernah tergelitik... barang sedikit pun terhadap sesama jenisnya, kini malah dengan mudahnya 'berdiri' hanya karena melihat pantat menungging housemate-nya—yang bergoyang-goyang di balik pintu lemari es, entah sedang apa. Ingin ia tampari saja rasanya. Ya, Tuhan... maafkan Chanyeol yang sudah tidak lurus lagi. Maaf juga untuk Mia Khalifa yang tidak lagi menjadi objek fantasi nakalnya.

Ia berdeham, berniat memberi tahu keberadaannya pada si pemilik pantat. Namun apa yang dilihat selanjutnya justru semakin menyesakkan celananya. Sial! Ia salah perkiraan. Maunya menghentikan si pantat bergoyang, malahan disuguhi wajah terkejut bocah dengan es loli silindris menyumpal mulut. Demi celana kotak Spongebob, penisnya berdenyut nyeri.

"Oh, Chanyeol. Kau mengagetkanku," kata si bokong penggoda tanpa dosa. Menutup pintu lemari es, lalu memandangi teman tingginya sambil mengeluar-masukkan batang es loli di dalam mulut mungilnya. "Aku sedang memeriksa makanan apa saja yang perlu kubeli nanti. Kau ingin titip sesuatu, Yeollie~?"

Kurang ajar, Chanyeol hampir tersedak ludahnya sendiri. Panggilan yang belakangan menjadi, ekhem... fetish-nya, terdengar begitu mendayu di telinga lebarnya. Teman kecilnya ini minta diperkosa atau bagaimana? Memancing birahi saja kerjaannya.

"Yeollie~?"

"T-ti—khem, tidak. Tidak perlu, aku belum butuh apa-apa," si pemuda tinggi tergagap. Berusaha mengalihkan perhatian dengan memelototi pisang di atas meja makan. Dan dia mengumpat lagi, tidak adakah buah lain selain pisang? Ia jadi membayangkan Baekhyun mengulum-ngulum buah kuning itu.

"Baiklah, telpon saja kalau nanti kau butuh sesuatu," balas yang lebih pendek santai. Melangkah dari tempatnya hendak keluar dapur.

Sebenarnya Chanyeol sudah akan membuka mulut untuk memperingatkan, tapi kejadiannya sungguh sangat cepat. Ketika langkah Baekhyun tepat mengenai kulit pisang dan Chanyeol coba menggapai badannya agar tak terjatuh, yang terjadi malah mereka jatuh bersama. Yang tinggi terlentang, yang pendek tengkurap. Malangnya bagi Chanyeol, atau... beruntungnya? Wajah Baekhyun persis menabrak selangkangannya, pas sekali pada gundukan yang sekarang telah membentuk tenda.

"Oops..." Baekhyun tiba-tiba ingin mengganti es lolinya dengan batang loli yang lain.

.

.

.

Rencana belanja pun batal diselenggarakan. Justru keduanya berakhir di ranjang, sama-sama telanjang tanpa sehelai benang. Terlentang dengan kedua tangan tertekuk ke balakang, Chanyeol menikmati pekerjaan Baekhyun pada kebanggaannya—yang sedang menjilat-jilat nikmat dengan pantat menungging tinggi. Bergoyang ke kiri ke kanan seiring giatnya ia mengerjai sang penis besar dengan mulutnya.

Dari tempatnya, Chanyeol bisa melihat lekukan pantat seksi nan montok milik yang lebih kecil. Meliuk rendah di bagian pinggang lalu membesar di bagian pinggul. Tampak bulat, mulus, dan putih seperti bakpao. Oke, perumpamaan Chanyeol membuat dirinya lapar. Lapar ingin memakan bokong sintal Baekhyun juga tubuh moleknya. Diangkatnya satu tangan dari belakang kepala, berpindah mengelusi surai lembut di depan selangkangannya. Seolah memberi penghargaan saat mulut di bawah sana mulai menelan kejantanannya.

Baekhyun mendengkur seperti kucing, merasa nyaman kala rambutnya dibelai sayang. Kepalanya tengadah, bergerak kiri-kanan pelan menghadap Chanyeol dengan mulut penuh tersumpal. Mengisyaratkan bahwa ia suka elusan sang dominan. Dengkuran dan gerakan kepalanya alhasil semakin mengenakkan diri Chanyeol.

Napasnya memberat bersama geraman yang sesekali ia keluarkan. Hampir gila rasanya menonton miliknya sendiri tengah dilumati. Dihisap keluar-masuk sementara tatapan Baekhyun tak lepas darinya. Chanyeol mengumpat dalam geramannya, mengutuk tampang polos Baekhyun padahal ia sedang bermain dengan alat kelamin pria dewasa.

"Sepertinya kau memang sangat menyukai milikku," serak Chanyeol berkata, hanya berkomentar tanpa berniat berbincang. Sekadar menyampaikan pikirannya sembari menahan segala gejolak dalam tubuhnya.

Tanpa diduga reaksi Baekhyun tampak memalu, mengeluarkan penis dari mulutnya dan tertunduk sipu. Dipandanginya milik Chanyeol itu malu-malu—menggenggam di tangan kiri sedang telunjuk kanan menyentuh ringan, menggambar abstrak mengikuti urat-urat yang mulai bermunculan. "Aku suka punyamu karena ini besar, bukankah aku pernah mengatakannya?"

Chanyeol sungguh tak mengerti, ekspresi dan perbuatan housemate-nya ini sungguh bertolak belakang. Atau memang begini caranya menyenangkan laki-laki? Yah, kalau iya... berarti dia telah berhasil. Sebab anu Chanyeol nyatanya tambah berdenyut keras tiap melihat raut malu-malu kucing binal di wajah Baekhyun.

"Sudah berapa penis yang kau hisapi?" Mendadak Chanyeol penasaran—masa bodoh dengan bahasa vulgarnya, toh posisinya sekarang terbilang sangat mesum. Dilihat dari kecapan Baekhyun, pasti tidak sedikit pengalamannya.

Namun Baekhyun tidak menjawab, memilih mengabaikan dengan lanjut menjilati batang pengganti es lolinya. Meremas bola kembar di bawahnya sehingga si pemilik mendesah dalam. Yang benar saja, Baekhyun bukanlah Kyungsoo—sahabat jalangnya—yang bangga mengumbar pengalamannya bersama banyak zakar.

Dan diamnya Baekhyun pun menimbulkan ketidakpuasan Chanyeol. Mengangkat setengah badan, ia munumpu dua sikunya pada ranjang. "Kau sengaja mengalihkan perhatian? Tidak ingin menjawab, heum?" nadanya menyelidik. Sebenarnya dia bukan pribadi yang selalu ingin tahu kehidupan orang lain (apalagi masalah seks, dan sebagainya), tapi melihat respons menggemaskan Baekhyun, memberi sensasi tersendiri baginya.

"Aku malu~" balas pemuda cantik, merengek sambil menggelengkan kepalanya yang bersandar di penis Chanyeol. Menenggelamkan wajahnya di sana seakan ingin menyembunyikannya. Puft, lucu sekali—juga membikin horny.

Hah... si Tinggi bingung harus tertawa atau terdesah. Diangkatnya dagu housemate-nya dengan sebelah tangan, lalu menggunakan ibu jarinya untuk membersihkan sudut bibir Baekhyun yang terkena precum. "Kenapa malu? Kau bahkan sengaja menggoda housemate-mu untuk mendapatkan penisnya," santai sekali cara bicaranya.

Menyebabkan Baekhyun mendengus lucu. Itu adalah ide sahabat jalangnya—yang akhirnya ia ikuti. "Apa tidak ada bahasan lain? Masalah cuaca misalnya, atau anjing peliharaan unit sebelah?" Baekhyun menawar, mengedipkan mata anak anjingnya sambil mengilik lubang uretra Chanyeol dengan ujung lidahnya.

Dasar, Puppy! Batin Chanyeol menyumpah lagi—mengerang tertahan saat merasakan geli. Memangnya ada orang yang membahas cuaca dalam situasi seperti ini? "Tidak ada. Perbuatan mesum juga harus membahas sesuatu yang mesum."

Baekhyun cemberut, tertunduk sebal namun jempolnya mengusap-usap kepala penis Chanyeol. Lantas mengulumnya seraya mendongak-menunjukkan wajah memohon andalannya (minta diperkosa sekali), tetapi Chanyeol tetap tak tergoyahkan. Sampai si mungil pun menyerah. "Hanya beberapa penis mantan-mantanku," jawabnya setelah melepas kulumannya, dan lanjut mengocok penis di depan mulutnya dengan dua tangan.

"Dan berapa mantanmu?" Chanyeol lanjut bertanya, kembali merebahkan tubuhnya dengan kedua tangan memeganggi sisi-sisi kepala Baekhyun. Ia mulai kesulitan mengatur napas.

Butuh beberapa detik untuk yang lebih kecil menjawab, "Tujuh."

Si Tinggi hampir meledak, terpejam meresapi kelembutan tangan housemate-nya. "Semuanya kau cicipi?" yang kemudian ditanggapi Baekhyun dengan gumaman mengiyakan. Anehnya, ada secuil perasaan tak suka menulusuki hati Chanyeol—sedikit saja, entah kenapa. "Wow, kau ternyata memang sangat berpengalaman. Tidak kusangka," hingga ia tertawa sumbang, membuka mata dan memaksa Baekhyun menatap ke arahnya. "Kau bilang penisku terbesar yang pernah kau lihat?"

Menggigit bibir malu, Baekhyun mengangguk.

"Lebih besar dari penis mantan-mantanmu?"

Lagi, pemuda cantik menganggukkan kepala.

Dan perasaan tak suka Chanyeol langsung terobati oleh rasa bangga pada penisnya. Miliknya memang luar biasa, tidak terkalahkan. Ia pun menggiring Baekhyun untuk kembali menelan kesejatiannya. Membimbing naik-turun kepala si manis agar sesuai tempo yang ia inginkan. Dari sedang, cepat, dan bertambah cepat. Bahkan pinggul Chanyeol ikut bergerak menyodok. Memperkosa mulut mungil Baekhyun dengan penis besarnya.

Kecipak saliva bercampur precum menggema begitu erotis. Meski rahang pegal, Baekhyun bertahan. Perut berkotak ia rabai menggunakan jari-jemarinya. Ia suka teksturnya, keras dan berkelok. Menambah birahi hanya dengan menyentuhnya. Kepalanya lalu ditahan oleh Chanyeol, memberinya kesempatan untuk memandang lurus ke atas. Menyaksikan housemate-nya mengerang keenakan sembari menengadahkan kepala, sementara penisnya terus menyodoki mulut Baekhyun.

"Akhhss—sial, ketatkan mulutmu, Baek."

Baekhyun menurut, mengencangkan otot-otot mulut dan lehernya. Membiarkan Chanyeol kian semangat mendorong, cepat dan dalam. Rambut Baekhyun dijambaki saking nikmatnya. Jelas sekali pria bermarga Park itu di puncak pertahanan, batangnya panas pula keras. Tangan Baekhyun pun membantu dengan pijitan pada bola kembarnya.

"Ss-sial, Baek! Mulutmu, fuuuckk...!" semen Chanyeol menyembur deras, tepat di pengecap Baekhyun dan meluncur ke tenggorokan. Beberapa semprotan dibiarkannya keluar mengenai muka partnernya. Ia terengah, terlentang dengan kedua tangan terbujur ke samping, sejenak menikmati klimaksnya yang pertama. Membuka mata, diusapnya lembut pipi Baekhyun.

Si manis tengah menjilati sisa-sisa sperma di batang penisnya. Jilat-jilat atas-bawah serta memutar, tampak seksi dengan bercak lendir putih pada wajahnya. Ia tidak jua berhenti, sengaja melumati batang di tangannya yang tetap menegang. Sesekali membelainya di pipi. Memperlakukannya seperti benda kesayangan. Hingga kemudian Chanyeol membawanya naik, menyejajarkan tubuhnya di atas sang dominan.

Mereka berciuman—dengan Chanyeol sebagai inisiator awal. Berbagi rasa anyir serta asin dari air mani. Sebelumnya, Chanyeol tidak pernah suka mencium pasangannya setelah di-blow job, tapi bersama Baekhyun, ini layaknya pengecualian. Tanpa disadari ia melakukannya. Tanpa pikir panjang, tanpa keraguan. Dan ia menyukainya.

"Kau sengaja membuatku tegang lagi?" tuduhnya di sela ciuman. Menggerakkan pinggul Baekhyun melalui bokong sintalnya, membuat penis keduanya bergesekan.

"Emhh... punyamu memang masih tegang~" Baekhyun menyanggah, saparuh mendesah sebab bagian bawahnya dikerjai nikmat. Badannya menggeliat, telungkup sepenuhnya di atas Chanyeol dengan tangan menumpu cantik pada bahunya. Meremas-remas di sana sebagai pelampias kesedapan. Apalagi saat jari Chanyeol mengusap-usap belahannya, uuuhh... rasanya seperti di surga. Padahal belum juga masuk ke liang.

Sejujurnya Chanyeol tak tahu menahu proses gay bercinta, harus apa atau bagaimana terlebih dahulu. Ia mengikuti insting saja, bukankah pada dasarnya sama? Sama-sama memasukkan penis ke dalam lubang, dan berhubung Baekhyun tidak punya lubang di depan, maka otomatis Chanyeol menyasar lubang di belakang. Bedanya yang ini lebih serat, lebih membutuhkan banyak usaha bahkan hanya untuk sebuah jari.

"Shit, kenapa ini sempit sekali? Kukira kau sudah banyak dimasuki."

Jawabanya, karena atot rektum lebih elastis, tidak mudah kendur meski berkali-kali dijajahi. Spesialnya lagi, milik Baekhyun sudah setahun tidak diisi. Akibat memilih menjomlo dengan alasan ingin fokus kuliah. Meh. Silakan hujat Baekhyun karena alasan klasiknya—sebenarnya ia hanya malas sebab pacar-pacar terdahulunya cuma mengincar bokongnya.

"Akh, Chanyeol pelan-pelan..." rengek Baekhyun kala merasakan jari si telinga lebar menusuk kasar. Memutus pagutan—memerengut lucu dengan bibir memaju.

"Maaf," Chanyeol berucap sungguh-sungguh, mengecup banyak-banyak bibir maju Baekhyun sebagai tanda penyesalan. "Apa sakit?" tanyanya yang seketika dijawab anggukan menggemaskan, menjadikan Chanyeol makin geregetan. Dilumatnya bibir tipis Baekhyun sedang di bawah tangannya menjamahi paha mulus sang housemante, menarik masing-masing kakinya ke samping, lantas dibuatnya Baekhyun mengangkangi pinggulnya. Otomatis melebarkan belahan pantat si mungil—beserta lubangnya.

Namun Baekhyun malah menegakkan badan, dengan kedua tangan menekan dada Chanyeol. Pemuda cantik itu kemudian menggoyang pinggulnya maju mundur, menggilas benda menegang sang teman yang berada pas di belahan pantatnya. Gilas-gilas maju-mundur bersemangat, meratakan cairan precum ke seluruh batang, dengan sendirinya juga membasahi belahan pantat binal.

Jangan ditanya bagaimana nikmat yang dirasakan Chanyeol. "Ouhh—fuck, Baekhyun! Dari mana kau belajar ini?" ia menggeram tak kuasa, menguleni pipi bulat bokong Baekhyun sampai mengecap merah—bekas remasan. Matanya tak lepas memandangi rupa makhluk di atasnya, bergerak mengundang birahi dengan ekspresi minta dikawini.

"Kau suka, Yeollie~?"

"Shit!"

Baekhyun terkekeh imut, mejilati bibir bawahnya lalu mendesah dengan mulut setengah terbuka. Tampak menghayati perbuatannya sendiri. "Ahh, Yeollie... bokong Baekkie jadi gatal—emhh..." burung kecilnya bergoyang-goyang seiring makin gencar gilasannya. Terlihat memerah dengan precum membasahi ujungnya.

"Ya, brengsek! Jangan membuatku keluar lagi, aku belum membobol lubangmu."

Mendengar Chanyeol mengumpat kewalahan, Baekhyun pun menghentikan aksinya. Bergumam, "Arasseo," seraya bangkit berlutut. Masih mengangkangi yang lebih tinggi, dibawa satu tangannya ke belakang setelah membalurinya dengan cairan mula kepunyaannya—satu tangan lainnya menekan perut enam pak. Menggigit bibir antisipatif, detik berikutnya telunjuk dan jari tengah Baekhyun telah sukses tenggelam dalam liang miliknya sendiri.

Di bawah, tidak habis-habisnya Chanyeol menyumpah. Seumur hidup tidak pernah ia membayangkan... bahwa akan semenarik ini melihat sesama jenisnya melakukan self fingering. Chanyeol menemukan dirinya bertambah panas hanya dengan menonton pertunjukkan erotis Baekhyun. Cara tubuhnya menggeliat, mendesah dengan kepala terdongak, juga caranya menatap sayu, berhasil memana pandangan Chanyeol. Bahkan ia sampai tak sadar ketika Baekhyun perlahan mengambil kebanggaannya.

"Ouuhh..."

"Fuck!"

Keduanya mendesah dan mengumpat bersamaan. Baekhyun baru saja memasukkan kesejatian Chanyeol dalam sekali dorongan.

"Ahh, Yeollie... in-nihh, besar sekali. Rasa-nya... sangat penuh," yang lebih mungil meracau, duduk terdiam dengan penis Chanyeol menyumpal lubang. Mencoba mengatur napas sekaligus membiasakan senggamanya kembali dimasuki. Jari-jarinya mencengkeram perut sixpack, sebagai terapi menyamankan diri. Setelah ini, mungkin otot-otot di tubuh housemate-nya (terkhusus dada dan perut) akan menjadi fetish Baekhyun.

Kepala Chanyeol melesak pada bantal, mengerang jantan merasakan penisnya dipijat enak oleh dinding rektum. Tadi itu mendadak sekali, miliknya seolah disedot menggunakan vakum cleaner (tolong dimengerti ini hanya perumpamaan). Mengejutkan, tapi juga bikin ketagihan.

Selanjutnya Baekhyun mulai bergerak, mendorong maju-mundur pinggulnya kadang memutar—memperkenalkan si lubang kepada penis besar. Beberapa lama terus ia ulangi, putar-putar depan-belakang. Hingga lambat laun gerakannya mulai berubah naik-turun, keluar-masuk perlahan. Posisinya pun tidak lagi berlutut, namun berjongkok dengan telapak kaki menapak kasur. Ia bisa merasakan senggamanya tambah basah, kian licin sebab precum Chanyeol lanjut mengalir.

Semangat Baekhyun membumbung tinggi. Setelah setahun tak mendapat jatah, siapa sangka justru giant penis yang kini ia dapatkan. "Ouhh... penis Yeollie menyumpal lubang Baekkie~" racaunya lagi, sengaja mengintip ke bawah untuk menyaksikan liangnya mengeluar-masukkan penis besar.

"Kau ternyata berisik juga," komentar Chanyeol, ikut terengah melihat kelincahan Baekhyun mengerjai kepunyaannya. Tingkah malu-malunya hilang entah ke mana. Dibiarkan saja si kecil berbuat sesukanya, toh dia juga ikut kebagian enak.

"Ahh, Yeollie enak... penis Yeollie enak..." Baekhyun semakin menjadi, menjerit keenakan dengan pinggul mengentak hebat. Pegangannya berpindah ke belakangan, pada paha keras sang teman. Tubuh melenting indah, terdongak sambil bergerak cepat dan konstan. Lebih-lebih saat titik nikmatnya diketemukan, Baekhyun makin kesetanan. Ia seperti lupa daratan. Hanya mengejar kenikmatan untuk mencapai tujuan.

Dan Chanyeol yang baik hati pun tidak tinggal diam. Digapainya penis memerah Baekhyun, dibelai ujungnya memutar dengan telapak tangan lalu diurut sayang. Chanyeol takjub bukan main, posisi Baekhyun sekarang memperjelas pandangannya pada penyatuan mereka. Miliknya yang besar seakan tertelan berkali-kali oleh anus Baekhyun. Rasanya seperti sedang menonton film porno yang ia bintangi sendiri.

"Sebentar lagihh... ohh-yea—aahh... terus Yeollie, ak-kuhh hampir..." Kocokan Chanyeol mengacaukan pertahanan si kecil, gerakanya berubah tidak stabil. Kadang mengentak cepat kadang berputar lambat, apa pun untuk menggaruk rektumnya yang makin saja gatal. Matanya terpejam dengan mulut meracau ribut. "Yahh-yahh... yeahh—aakhh..." dan sentilan jari Chanyeol di bawah kepala penisnya mengakhiri segalanya.

Baekhyun melenguh panjang, cairan kentalnya mengenai tangan Chanyeol serta sebagian menetes ke perutnya. Si mungil terjatuh duduk, kaki tertekuk ke belakang dengan penis masih menyumpal. Tangannya tidak lagi kuat menahan, ia pun menghamburkan diri ke depan. Badannya lemas berpeluh, kepalanya bersandar miring pada dada bidang di hadapan—berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Lalu dirasakannya Chanyeol membelai lembut surainya.

"Lelah?" bisiknya bertanya—yang dijawab anggukan lemah oleh Baekhyun. Meski penisnya masih keras di dalam sarang, Chanyeol coba memahami. Memilih untuk lanjut membelai rambut Baekhyun lalu turun ke punggung sempitnya. Mengusap ringan di sana memberi partnernya kesempatan beristirahat. Namun, tak lama berselang Baekhyun malah menarik sebelah tangannya yang lain. "B-baek..."

"Tanganmu kotor," balas singkat pemuda manis, sebelum kemudian mulai menjilati telapak Chanyeol yang belepotan cairannya sendiri.

Holy shit!

Mata Chanyeol auto membelalak. Pikirnya, housemate-nya ini benar-benar berbahaya. Niatnya berbelaskasihan seketika lenyap melihat tingkah Baekhyun pada tangannya. "Kau sengaja, kan, Baek?"

Si mungil tidak cukup memahami perubahan suara sang dominan. Ia mendongak, berteleng kepala bingung dan balik bertanya, "Sengaja apa?" sembari tetap melakukan pekerjaannya. Membersihkan tangan Chanyeol dengan mengulumi jarinya satu per satu. Menatap Chanyeol sepolos bocah meminta penjelasan. "Yeol—

"Persetan!"

aakhhh... Chanyeol!"

Chanyeol membalik keadaan, berguling hingga kini dirinya yang berada di atas Baekhyun. Dikungkungnya pemuda mungil dengan tubuh raksasanya. Dalam satu gerakan kaki Baekhyun sudah terkangkang lebar, pahanya ditekan mencapai dada. Dan tanpa menunggu lama, Chanyeol pun kembali melesakkan penisnya, langsung menghajar sampai Baekhyun menjerit dalam keterkejutan.

Tubuh yang lebih kecil terentak-entak akibat dorongan brutal Chanyeol. Ia mengentak kuat dan dalam, menggeram keenakan tanpa memedulikan jerit putus asa partnernya—yang merasa ngilu karena baru saja mencapai puncaknya. Chanyeol masa bodoh, salahkan saja Baekhyun yang terus menggodanya. Entah itu disadarinya atau tidak.

"Chanyeol, jebal—akh! Terlalu dalam, terlalu dalam, ahh-appo jebal..."

Kamar Baekhyun rusuh dengan suara jeritan serta geraman. Menggema bersama kecipak mesum dan tumbukan antar paha. Chanyeol menyodok tak berbelas kasih, hitung-hitung balas dendam sebab dua bulan ia selalu bermain solo. Terlebih saat melihat tampilan Baekhyun yang begitu fuckable—telanjang tak berdaya dengan tubuh mengkilat oleh peluh, terentak pasrah memohon ampun—mustahil bagi Chanyeol untuk tidak bertindak kasar.

Baekhyun hanya bisa berserah sambil meremasi sarung bantal, tiada tenaga lagi untuk mengimbangi kegilaan Chanyeol. Pria di atasnya seperti banteng yang dilepas di alam liar, buas pula ganas. Tak juga memelan biarpun Baekhyun sudah menunjukkan wajah memelasnya. Demi Tuhan, kakinya pegal bukan main. Ia tidak tahu... bahwa tampang ketidakberdayaannya justru kian membakar libido Chanyeol.

"Enghh, Yeollie ampun... kaki Baekkie—hiks sakit~" adunya terisak, mencebikkan bibir memohon belas kasihan. Matanya berkaca-kaca persis anak anjing yang habis dimarahi majikannya.

Tersenyum miring, Chanyeol memenuhi aduan housemate-nya. Ditariknya kaki ramping Baekhyun dan dibawanya untuk melingkari pinggulnya. Chanyeol melandai, mengaitkan tangannya pada tangan Baekhyun yang meremasi bantal. "Kau yang menggodaku, Baekkie," bisiknya seraya menjilat basah lubang telinga Baekhyun, dan lanjut menyodokkan penisnya.

Rengek kesakitan Baekhyun pun perlahan bercampur lenguhan. Telinga adalah salah satu bagian sensitifnya, ia terbuai mendapat jilatan di sana. Belum lagi sodokan Chanyeol yang tepat presisi, "Ouh—ya ampun... Yeollie di situ," telak mengenai titik ternikmatnya.

"Di sini?" Chanyeol menumbuk di titik yang sama.

"Ya—aahhh..." desah Baekyun mengamini.

"Lagi?"

"Yess—emhh, please. Lagihh... teruss..."

"Dasar, binal," dan Chanyeol menumbuk titik yang sama berkali-kali. "Rasakan penisku, Baekkie. Aku tahu kau suka dikasari," lebih keras dan lebih kasar lagi.

Kedua tangan mereka saling menggenggam. Chanyeol berkonsentrasi menggenjot dari atas, sedang dari bawah Baekhyun turut menaik-naikkan pinggulnya. Mereka bergerak saling memberi kenikmatan. Walaupun tenaga Baekhyun nyaris tak bersisa, tumbukan Chanyeol di prostatnya nyatanya kembali membangkitkan ereksinya. Salahkan telinganya yang terlalu sensitif dan anusnya yang binal, pasti setelah ini tenaga si mungil benar-benar terkuras habis.

"Yeol-liehh... tusuk lebih-ouh dalam. B-besar... aku suka penis besar—ahh... Baekkie suka penis—emnhh Yeollie~" Baekhyun hanya mampu meracau serak. Mulutnya tidak bisa diam meski tubuhnya lelah dijajahi. Bergeleng lemah ke kanan dan kiri akibat tusukan sedap yang lebih tinggi.

"S-sial! Sebegitu sukanya... kau pada penisku, heum, Baekkkie?" Chanyeol menggeram berbahaya. Gesekan serta jepitan dinding rektum Baekhyun pada penisnya—pula keadaan si empunya—mempercepat tujuannya. Zakarnya berkedut tambah banyak, ia hampir pada klimaks keduanya.

"Hiks—Baekkie suka penis Yeollie... Baekkie suka penis Yeollie..."

"Sial, sial, sial!" Gerakan pinggul Chanyeol jadi tidak beraturan, cepat dan kian bertambah cepat. Pelirnya memberat, puncaknya segera datang, "Kalau kau menyukai penisku, kau juga pasti menyukai semenku, kan, Baekkie..." katanya di sela sodokan, tersenyum miring dengan ide cemerlangnya.

Sodok!

Sodok!

Sodok!

Dan tepat sebelum pelepasannya, Chanyeol seketika mengeluarkan penisnya—merangsek ke atas lalu berlutut persis di hadapan wajah Baekhyun. Dibawanya kedua tangan si mungil di atas kepala dalam satu genggaman, sementara tangannya yang lain mengocok penisnya sendiri. "Fuck! Fuck! Fuck!" Kocok-kocok beberapa kali, kebanggaan Chanyeol pun siap menyemburkan isinya, "Akkhhh—fuck! Rasakan, terima semua spermaku di wajahmu, dasar kucing binal..."

Baekhyun terpejam kaget begitu semen Chanyeol muncrat ke seluruh wajahnya, lantas melenguh panjang nan dalam—ia klimaks tepat saat membayangkan wajahnya yang kotor karena sperma. Semburannya kontan mengenai punggung Chanyeol.

Masing-masing bergetar dan terengah. Sang dominan belum bergerak dari tempatnya, masih asyik mengurut penis sembari mengusapkan ujungnya memutari wajah Baekhyun—meratakannya hingga membuatnya mengilat pula lengket.

"Buka mulutmu, Baek," titah Chanyeol—yang langsung dipatuhi. Dimasukkan penisnya ke dalam mulut mungil Baekhyun, mengeluar-masukkan dengan gerakan layaknya mencongkel, menggembungkan pipi kanan serta kiri bergantian. Dan lanjut memasukkan keseluruhan penisnya, bahkan biji kembarnya sampai menabrak bibir Baekhyun. Ia keluarkan lalu masukkan lagi berulang kali.

Di bawah, Baekhyun berinisiatif menggerakkan lidahnya, bantu membersihkan batang Chanyeol dari sisa-sisa sperma. Sebab hanya itu yang ia bisa. Baekhyun lemas tak bertenaga, seolah semua tulangnya dilolosi dari tubuhnya. Matanya terbuka sayu dengan kedipan lemah. Ia benar-benar mengantuk berat, tapi masih bisa dilihatnya Chanyeol yang meraih sesuatu dari nakas di samping ranjang—tanpa merubah posisinya.

"Ingin melihat wajah jalangmu, heum, Byun 'Binal' Baekhyun?" Chanyeol bertanya menggoda, mengarahkan ponsel ber-casing kuning pada wajah pemiliknya. "Ini sungguh sangat seksi, akan kuambilkan beberapa untuk koleksimu."

Cekrak, cekrek, Chanyeol mengambil gambar. Berlaku bak fotografer profesional—dengan Baekhyun sebagai model dan penisnya sebagai properti.

.

.

.

THE END

.

Noh, yang minta sequel. Dikasih spesial ena-ena.

Udah puas sekarang?

Panas nggak? Kalau belum bacanya sila deket-deket kompor, biar kebakar sekalian.

Awas ya kalau nggak review, lemparin Baekkie satu-satu :p

Review Juseyoooong...