The Biggest One

Chanyeol x Baekhyun (Chanbaek)

Kyungsoo, Kris, Sehun

Friendship

Oneshoot (PWP)

Warning! Mature, BxB, Explicit Content (blow job), No Children!

.

.

.

Angin terasa lebih kencang malam ini, sepertinya musim gugur akan segera tiba. Dedaunan pohon di kiri dan kanan jalan pun tampak telah berguguran. Orange-cokelat-merah daun berserakan di sepanjang trotoar. Beberapa berterbangan terbawa angin malam. Baekhyun menggigil, mengeratkan kemeja kebesaran (dalam arti harfiah) di tubuhnya yang sebenarnya tidak terlalu berdampak. Kemejanya tipis omong-omong, dan ia tidak membawa jaket. Lupa akibat terburu saat berangkat kuliah tadi pagi.

Pemuda bertubuh mungil itu pun menambah kecepatan kakinya. Ia sudah tak tahan. Tak tahan menahan cairan di kandung kemihnya yang mendesak ingin dikeluarkan. Baekhyun kebelet pipis, Tuhan. Tapi ia tak bisa mengeluarkannya sembarangan, takut terkena sawan kalau pipis di bawah pohon besar. Jalannya jadi terlihat menggemaskan, paha saling mengapit dengan dua tangan mengepal di depan selangkangan.

Uh, Baekhyun menggerutu sebal, memaki tidak adanya toilet umum di sekitar lingkungan flatnya. Apalagi sebentar lagi dia akan melewati gerombolan pemuda kurang kerjaan yang selalu—

"Hai, manis. Tidak ingin bergabung? Kami sedang butuh hiburan."

—menggoda Baekhyun.

Mereka tertawa kemudian, entah apa yang ditertawakan Baekhyun juga tak paham. Ini sudah biasa terjadi, jadi si manis maklum saja. Ia hanya melirik sengit memberi peringatan, yang akan ditanggapi gerombolan itu dengan suitan dan godaan-godaan lisan semata.

"Uuuhh... galaknya."

"Aku jadi semakin suka."

"Byun Baekhyun, saranghae."

Seperti itu contohnya. Mereka tidak akan berani bertindak lebih. Sebab di awal mereka menggoda Baekhyun dulu (secara fisik), pemuda-pemuda pengangguran tersebut telah merasakan nikmatnya bantingan hapkido si manis. Karenanya mereka sadar diri sekarang, tidak selamanya yang manis, imut, dan menggemaskan bisa dengan mudah ditakhlukkan. Pada akhirnya mereka harus puas menggodai Baekhyun hanya secara lisan.

Dan Baekhyun tidak akan merasa keberatan jika hanya begitu. Ia anggap itu sebagai konsekuensi atas kemolekan tubuhnya. Mau bagaimana lagi, dari lahir Baekhyun sudah seperti ini. Manis, imut, menggemaskan. Siapa pun pasti tidak akan tahan untuk tidak menggodai Baekhyun. Terlebih ia terlahir sebagai seorang pejantan.

"Uh, sabarlah burung kecil, kita akan segera sampai," gumam Baekhyun, berbicara pada miliknya.

Iya, Baekhyun memanggil miliknya dengan sebutan burung kecil. Kenapa? Ia tidak malu kok, memang kenyataannya seperti itu. Dan ia bangga. Miliknya imut, persis seperti dirinya. Toh, ia tidak punya tanggung jawab menyenangkan sebuah lubang.

Ting.

Pintu lift terbuka. Baekhyun secepat kilat kabur dari sana. Mengambil langkah seribu menuju pintu unit flatnya. Ceklak-ceklek Baekhyun berusaha membuka pintu. Ia sempat mengatai si kunci pintu yang macet seperti biasa. Tolong ingatkan Baekhyun untuk mengingatkan teman flatnya agar cepat-cepat memperbaikinya.

Begitu pintu terbuka, kaki Baekhyun otomatis menyasar kamar mandi. Bahkan ia sampai lupa mengganti sepatunya dengan sandal rumah. Buru-buru ia menggeser pintu kamar mandi, tidak sabar lagi membuang si air seni. Namun apa yang dilihatnya setelah itu, membuat kebeletnya seolah hilang begitu saja. Baekhyun mendadak berdebar, saudara-saudara.

Pasalnya di sana, di atas kloset. Terduduk housemate-nya... dengan celana tergeletak di bawah kaki, serta satu tangan menggenggam sesuatu di antara kedua pahanya.

"B-baek..." sang housemate berbisik gagap, menatap horor Baekhyun tapi luput menutupi kepunyaannya.

Sementara di ambang pintu tubuh Baekhyun mematung. Wajahnya perlahan memanas. Ludah tertelan susah. Tangan mengepal gemetaran. Mata pun tak berkedip melihat pemandangan menakjubkan di hadapannya.

Wow, itu penis yang besar dan panjang.

.

.

.

Baekhyun suka segala macam yang besar-besar. Suka pakai baju di atas size badannya, alias kebesaran. Suka pesan makanan porsi besar, berenang di kolam besar (lautan), bicara pun dengan mulut besar (banyak omong maksudnya). Pokoknya apa pun yang besar, Baekhyun suka. Termasuk ukuran kejantanan besar seperti milik Chanyeol, teman satu unit flatnya.

Itu adalah penis terbesar yang pernah Baekhyun lihat.

The hell... Baekhyun tak pernah menyangka, housemate yang sejak satu semester lalu tinggal bersamanya, mempunyai barang sebesar itu. Maksudnya, apa kalian pernah dengar? Menurut riset, ukuran kejantanan pria Asia di bawah rata-rata pria Barat. Dan Chanyeol memiliki kejantanan di atas standar lelaki Asia pada umumnya. Bahkan Baekhyun sampai berdebar-debar melihatnya.

Pandangannya pada Chanyeol pun seketika berubah. Baekhyun sekarang tampak malu-malu saat berhadapan dengan housemate -nya itu. Padahal sebelumnya ia sama sekali tidak punya malu.

"Kenapa menatapku begitu? Apa ada makanan di wajahku?" tanya Chanyeol saat keduanya sarapan bersama di flat. Yang ditanya hanya menjawab "tidak" sambil tersenyum sipu. Melanjutkan makan dengan pelan dan santun yang biasanya bar-bar.

Atau ketika Baekhyun tak sengaja berpapasan dengan Chanyeol di kampus. Si mungil yang hobinya berteriak heboh itu, kini hanya akan memanggil Chanyeol dengan suara sehalus sutra. Menunduk disertai lirikan gadis perawan sedang jatuh cinta.

"Hai, Chanyeol," Baekhyun menyapa, dengan gaya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Tersenyum manis lantas berlalu dalam diam.

"Kenapa dengannya? Kenapa berlagak malu-malu begitu?" komentar Kris, teman satu jurusan Chanyeol di kampus.

"Ya, Tuhan. Dia semakin manis saja," yang ini Sehun, adik tingkat Chanyeol dan Kris—yang sebenarnya sudah lama naksir pada Baekhyun. "Apa? Kenapa? Dia memang manis, kalian tidak akan paham karena kalian bukan gay." Sehun pergi sambil menahan kesal, tapi tetap dengan wajah datar. Kedua kakak tingkatnya itu selalu memandangnya aneh setiap ia memuji Baekhyun.

Chanyeol terdiam, berbalik memandang Baekhyun yang semakin menjauh. Membiarkan Kris melanjutkan perjalanannya lebih dulu. Dia memang bukan gay. Namun tak perlu menjadi gay untuk menyadari bahwa teman satu flatnya tersebut bertampang manis. Bisa dibilang cantik malah untuk ukuran laki-laki.

Pun ketika Baekhyun dan Chanyeol tengah menonton film berdua di flat. Baekhyun merupakan tipe orang yang tidak bisa diam saat menonton, suka mengomentari apa pun adegan yang ditontonya. Namun kali ini berbeda, Baekhyun duduk dengan tenang, dan diam-diam memandangi Chanyeol dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kemudian matanya akan berhenti di tengah-tengah. Pada benda besar yang tersembunyi di balik celana Chanyeol—yang beberapa malam lalu dilihatnya secara live.

Ya ampun, pipi Baekhyun bersemu lagi. Suhu ruangan tiba-tiba memanas dirasakan Baekhyun. Lebih-lebih saat Chanyeol menoleh padanya—memergoki Baekhyun yang tengah asyik curi-curi pandang.

"Kenapa di sini panas sekali?" ucap si mungil seraya mengipas-ngipas wajahnya menggunakan kedua tangan. Mengalihkan pandangannya ke segala penjuru ruangan asal bukan Chanyeol.

"Mau kukecilkan suhu AC-nya?" Chanyeol menawarkan dengan agak canggung, meraih remote AC di samping tempat duduknya. Bersiap menurunkan suhu ruangan tetapi Baekhyun sebaliknya membalas.

"Tidak perlu. Aku ke kamar saja, sudah larut. Good night, Chanyeol," dan terburu berlari ke kamarnya.

Sudah larut? Yang benar saja, jam di dinding bahkan belum genap menunjukkan pukul delapan malam. Film yang mereka setel pun baru setengah jalan. Chanyeol bukannya tak menyadari perubahan sikap Baekhyun. Ia paham malahan, teman mungilnya itu berubah sejak kejadian tempo hari, saat ia kepergok sedang mengocok di kamar mandi. Bukankah seharusnya Chanyeol yang merasa malu? Ya, pada awalnya. Namun... bukannya masturbasi adalah hal yang wajar dilakukan oleh laki-laki? Ia tak menyangka ternyata Baekhyun yang justru lebih malu dari dirinya.

Chanyeol hanya tak memahami, sebegitu terpengaruhkah seorang gay saat melihat penis pria lain?

.

.

.

Satu suap, lirik. Dua suap, lirik-lirik. Tiga suap, minum lalu lirik. Suap lagi, lirik lagi—oh! Baekhyun menunduk, menghindari tatapan target lirikannya. Suap-suap-suap. Mata si pemuda manis fokus hanya pada menu makan siangnya. Apakah ia ketahuan? Damn it. Baekhyun kembali mengangkat sedikit kepalanya, namun apa yang dilihatnya kini malah wajah menyebalkan sang sahabat jalang—yang sengaja menggeser tempat duduknya tepat di hadapan Baekhyun.

"Oke, Bitch. Kau bertindak aneh akhir-akhir ini," begitu katanya. Mata bulatnya menatap Baekhyun meminta penjelasan. Mulut mungilnya mengunyah sangat pelan, seolah mengintimidasi. Meh, seperti mempan saja untuk Baekhyun.

"Minggir, Kyung. Kau menghalangi pandanganku."

Yang dipanggil Kyung tetap tak bergerak. Ia menengok sekilas ke belakang tubuhnya, tempat si target lirikan Baekhyun duduk. "Kenapa kau curi-curi pandang pada Chanyeol? Jangan bilang kau mulai jatuh cinta padanya."

"A-ani, aku tidak jatuh cinta padanya," kilah Baekhyun, menyuap banyak-banyak nasi sup tahu miliknya.

"Ne, ne, ne, katakan pada bokong seksiku," Kyungsoo menyahut malas, menyuap kembali makan siangnya dengan gaya sok elegan. "Jelas-jelas kau jatuh cinta padanya. Akhir-akhir ini kau bahkan berlaku layaknya jalang perawan pada housemate-muitu. Kau tidak bisa membohongi Do Kyungsoo, Bitch," lanjutnya, menunjuk Baekhyun dengan sendok di tangannya.

"Yaaah... maksudku bukan pada dirinya." Baekhyun mengaduk tak minat sisa sup di depannya. "Dirinya yang sesungguhnya," kemudian mengedikkan bahu.

"Lalu pada apanya, heum? Penisnya?" tanya Kyungsoo asal, bermaksud mengejek disertai kikian menyebalkan. Namun tak seperti ekspektasinya (ia kira Baekhyun akan mengomel seperti biasanya), temannya itu ternyata tidak menanggapi, malah menenggak habis jus stroberinya sementara matanya lari ke mana-mana. Satu kesimpulan pun muncul di benak Kyungsoo, matanya membulat bertambah besar. "Bitch! Bagaimana bisa? Kalian sudah pernah—"

"Ya, kau gila?!" kali ini Baekhyun memotong. "Tentu saja belum, dia straight kau ingat?" suaranya terdengar semakin lirih. "Aku hanya... pernah melihatnya. Tidak sengaja saat ia sedang masturbasi di kamar mandi."

"Itu sebabnya kau bertindak malu-malu padanya? Karena melihat Chanyeol masturbasi? Sulit dipercaya. Seperti kau tidak pernah melihat penis saja." Kyungsoo mencibir.

"It was the biggest one I've ever seen, Kyung. Kau tidak tahu, aku selalu bermimpi sedang menungganginya semenjak itu. Itu yang membuatku malu... dan frustrasi. Setiap melihatnya aku selalu terbayang penis besarnya."

Keduanya terdiam sesaat. Suara gaduh kantin fakultas tak terdengar seramai sebelumnya. Jam makan siang sebentar lagi selesai. Sebagian besar mahasiswa telah menyelesaikan makannya masing-masing. Tersisa mereka yang tidak memiliki jam kuliah siang. Termasuk Baekhyun dan Kyungsoo. Serta Chanyeol dan temannya-temannya di sana.

"Kenapa tidak kau tunggangi sungguhan saja?"

Baekhyun menganga mendengar pertanyaan sahabat jalangnya. Oh! Ia tadi sempat melirik Chanyeol lagi, omong-omong. "Kau memang gila. Biar kukatan sekali lagi, dia bukan gay."

Si mata belo menyeruput jus jeruknya hingga berbunyi. "Jongin juga bukan gay, tadinya," balasnya santai. Yup, Jongin adalah kekasih Kyungsoo—yang sebelumnya merupakan playboy dengan kekasih wanita di mana-mana.

"Benar juga, bagaimana kau membuatnya sampai mengejar-ngejarmu begitu?"

"Blow job."

"Jalang sekali," Baekhyun gantian mencibir.

"Terserah apa katamu," lagi, si belo membalas santai, mengibas tangannya di udara. "Bukankah saat ini Chanyeol tidak punya pacar? Oh, jelas tidak. Dia bahkan masturbasi di kamar mandi," Kyungsoo cekikikan mengatakannya. "Katakan saja kau ingin membantunya. Percaya padaku, dia tidak akan menolak."

Blow job? Benarkah Chanyeol tidak akan menolak? Oh, Baekhyun ingin sekali melakukannya. Pasti kepunyaan Chanyeol akan sangat penuh di mulutnya, tarasa keras dan kasar, namun juga lembut di saat bersamaan. Haruskah ia mencobanya? Merayu Chanyeol dengan blow job.

.

.

.

Baekhyun bersiap di atas sofa. Duduk dengan kedua kaki tertekuk ke belakang. Memakai kemeja putih tipis over size miliknya—yang sebelah pundaknya sengaja ia turunkan. Berniat menampakkan bahu dan lengan putihnya serta tulang selangkanya yang seksi. Selain itu, ia hanya memakai dalaman hitam ketat yang membalut bokong montoknya.

Niatnya sudah bulat. Setelah memikirkannya masak-masak selama 2x24 jam, Baekhyun pun akhirnya memutuskan. Dia harus mendapatkan benda besar dan panjang yang beberapa malam terakhir ini selalu merasuki mimpinya. Cukup sudah ia merasa frustrasi karena hanya bisa membayangkan tanpa mampu menyentuh.

Masalah housemate -nya itu suka atau tidak, menolak atau menerima—Baekhyun harap Chanyeol ketagihan nantinya—atau ia malah akan mendapat pukulan dari Chanyeol? Pikirkan nanti. Baekhyun hanya ingin mencobanya lebih dulu. Kita tidak akan pernah tahu sebelum mencoba, kan?

Si mungil setia menunggu, menghadap ke pintu kamar mandi dimana Chanyeol tengah membersihkan badan saat ini. Biasanya Chanyeol hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit, terkadang bisa sampai tiga puluh menit, sih—dan Baekhyun tahu sekarang alasan sang housemate kadang menghabiskan banyak waktu di dalam sana. Jika Baekhyun ingat-ingat, semakin sering dua bulan belakangan. Semenjak Chanyeol putus dari kekasihnya, Wendy.

Pintu kamar mandi pun bergeser terbuka. Sepuluh menit lebih dua belas detik. Baekhyun pastikan Chanyeol tidak habis mengocok. Ini waktu yang tepat. Chanyeol keluar dengan handuk tersampir di atas kepala, kaus oblong biru dan celana bokser longgar. Pakaian wajibnya saat di flat. Ia menggusak sebentar rambutnya sebelum menyampirkan handuknya pada rak jemuran di depan kamar mandi.

Baekhyun terus memerhatikan. Tersenyum polos kala Chanyeol melihatnya (ia tidak mau membuat Chanyeol ketakutan dengan senyum menggoda). Lelaki itu lantas berjalan ke dapur, mengambil sekaleng bir dingin dari lemari es dan membawanya ke ruang tengah. Duduk di sebelah Baekhyun yang sedari tadi tak lepas menatapnya.

Chanyeol menyalakan tv dengan remote, menyeruput bir kalengannya tanpa rasa curiga sedikit pun pada tingkah Baekhyun kali ini. Ia diam saja saat si pemuda manis menggeser duduk hingga merapat padanya. Bahkan ketika Baekhyun mengambil alih bir yang sedang diteguknya, dan ikut menenggak begitu saja. Sepertinya Baekhyun yang tidak tahu malu sudah kembali, pikirnya.

"Kau sudah bertingkah seperti biasa."

"Heum?"

"Kau sudah bertingkah normal, meski kelakuan normalmu itu tidak normal," jelas Chanyeol. "Intinya, kau tidak bertingkah malu-malu dan menghindariku lagi."

Pemuda manis mengerjap, berteleng kepala dengan mulut membentuk huruf O. "Kau menyadarinya?" tanyanya memastikan.

"Hanya orang bodoh yang tidak menyadarinya, Baek. Kelakuanmu itu berubah seratus delapan puluh derajat. Kau menghindariku tapi diam-diam mencuri-curi pandang, aku tahu semuanya," Chanyeol menjawab sembari merebut kembali kaleng birnya, meminumnya lagi dengan santai. Membiarkan Baekhyun menggerutu entah apa dengan bibir mengerucut lucu. "Sekarang boleh aku tanya sesuatu?"

"Sesuatu?" tanya Baekhyun membeo, mata sipitnya mengerjap antisipasi.

"Jangan tersinggung, aku hanya penasaran," mulai Chanyeol, ia benar-benar tidak ingin menyinggung. Ia bukan gay, tapi juga bukan homofobia. "Apa... setiap gay selalu bertingkah sepertimu saat melihat pria masturbasi?"

Baekhyun tertunduk, kembali bertingkah malu-malu. Ia menggeleng sebelum menjawab, "Kurasa tidak," dan meremasi ujung lengan kemeja yang melebihi panjang tangannya.

"Lalu kenapa kau seperti itu?" Sekali lagi Chanyeol meneguk birnya.

"Karena aku menyukai penismu."

Dan Chanyeol sukses tersedak minumannya begitu mendengar jawaban Baekhyun. Lelaki dengan tinggi di atas 180cm itu terbatuk-batuk sambil memukuli dadanya.

"Chanyeol, kau baik-baik saja?" tanya yang lebih mungil merasa khawatir. Ia ikut menepuk-nepuk punggung Chanyeol, bermaksud meredakan panas di dada housemate-nya. Berlutut di atas sofa lalu sengaja menempelkan dadanya pada lengan berotot Chanyeol.

"Ya, kau—uhuk—ingin membunuhku? Jangan bicara sembarangan—uhuk-uhuk," Chanyeol memprotes masih sambil batuk-batuk.

"Ouh, mianhae. Aku tidak bermaksud begitu," lirih Baekhyun. Menekuk bibirnya tanda menyesal, namun kemudian melanjutkan, "Tapi aku memang menyukai penismu. Milikmu adalah yang terbesar yang pernah kulihat," dengan mata berbinar-binar.

Batuk Chanyeol memang telah mereda, tinggal nyeri panas di dada yang masih terasa. Juga panas yang mendadak merambati wajahnya. Ia menganga, kehilangan kata-kata atas pernyataan si pemuda manis. Apa Baekhyun baru saja memuji kejantanannya?

"Chanyeol, aku menyukai penismu."

Jangan bilang saat ini Baekhyun sedang menyatakan perasaaan pada penisnya! Chanyeol tergagap, "B-baek," seraya memundurkan posisi duduknya. Pasalnya yang lebih kecil semakin memajukan dirinya, hingga kini dia membungkuk di atas tubuh Chanyeol.

"Boleh aku menyentuhnya?" mohon Baekhyun, memperlihatkan tatapan anak anjingnya.

"Kau bercanda. Turun dari atasku, Baek."

Baekhyun menggeleng imut, bibir mencebik menunjukkan bahwa ia merajuk. Telapak tangannya menahan masing-masing pundak Chanyeol agar tak ke mana-mana. "Please..."

"Kau pasti mabuk—"

"Anggap saja aku membantumu," Baekhyun memotong, menghentikan Chanyeol yang sudah mengambil ancang-ancang untuk bangkit. "Sejak putus dari Wendy, kau sering mengocok sendiri, kan?"

"Ya! Kau sedang mengejekku?"

"Ani~" bantah Baekhyun, tangannya mulai berani menyentuh dada Chanyeol dengan seduktif. "Aku sedang melakukan penawaran. Biarkan aku memberimu blow job," mata Chanyeol auto melotot mendengar kata-kata terakhirnya, tapi ia tidak peduli. "Kita akan sama-sama untung, Yeol. Kau mendapat servis dariku, dan aku bisa menyentuh milikmu yang besar di dalam sini," dilirik selangkangan pria di bawahnya itu penuh minat. "Kujamin kau akan merasa puas dengan pelayananku, Yeol. Bagaimana?"

"Tidak, terima kasih. Aku bisa mengatasinya sendiri." Chanyeol benar-benar bangkit kali ini, dengan mudah ia mengangkat tubuh si mungil dan menggesernya ke samping. Namun selangkah ia berjalan, Baekhyun tiba-tiba menarik lengannya. Lantas dalam sekejap membanting tubuh Chanyeol hingga ia kembali terduduk di atas sofa. Oh, Chanyeol lupa, si kecil ini pernah menjadi juara nasional bela diri hapkido.

Baekhyun seketika mengambil posisi duduk di atas pangkuan Chanyeol. Menggerakkan bokongnya ke depan dan belakang—menggilas milik Chanyeol sampai si empunya kelepasan mendesah. Membuat Baekhyun terkikik senang.

"Jangan tertawa!" desis Chanyeol mengancam. Mencoba kembali menurunkan Baekyun tetapi lelaki cantik itu lebih dulu merosot ke bawah kakinya—yang kemudian dilebarkan—dan terduduk tepat di depan selangkangannya.

"Aku janji tidak akan membuatmu kecewa, Yeol. Izinkan aku menyentuh milikmu, heum?" Baekhyun tidak putus asa meminta, digusakkan pipi gembilnya pada gundukan di hadapannya. "Uh, besar sekali. Padahal dia masih tertidur." Lalu tangan nakalnya mulai menginvasi ke dalam kaus si tinggi, merabai perut kencang enam pak di sana.

Napas Chanyeol memberat. Sesuatu perlahan terbangkit. Bangkit karena sentuhan sesama laki-laki. Ia terangsang, demi Tuhan. "Keluarkan tanganmu, Baek," tapi ia masih kokoh menolak. Jelas-jelas suaranya telah memberat (lebih berat dari suara normalnya).

Baekhyun mendengung tak menuruti, kepalanya menggeleng pas di atas kebanggaan Chanyeol.

"Ah, shit!" umpatannya membuat yang lebih kecil terkikik lagi.

"Eoh! Lihat, Yeol. Dia mulai keras," Baekhyun terpekik kegirangan. "Aku akan membukanya."

"Baek!" bentak Chanyeol, mencegah tangan Baekhyun yang sudah memegangi karet boksernya untuk diturunkan. Dan bentakannya tersebut membuat wajah si mungil mengeruh, seperti puppy yang baru saja dimarahi majikannya. Astaga, Chanyeol merasa bersalah dibuatnya.

"Chanyeol marah?" tanya Baekhyun takut-takut, memandangi Chanyeol dengan kedipan polos bak bocah. Tapi kedua tangannya tak berpindah.

Yang lebih tinggi tidak menjawab, hanya balas menatap. Entah apa yang ada dalam pikirannya sekarang. Mungkin tengah menimbang-nimbang, 'tidak ada salahnya mengizinkan. Toh, miliknya juga sudah menegang'. Sampai Baekhyun bermain-main dengan karet boksernya pun Chanyeol membiarkan.

Jari-jari lentik milik Baekhyun menari-menari di pinggir karet bokser Chanyeol, sesekali ia melirik pemuda di atasnya. Lalu sedikit demi sedikit jemarinya masuk ke dalam, pelan-pelan menurunkan dengan gerakan hati-hati. Lirik-lirik lagi sambil menggigiti bibir bawahnya. Kedipan bulu mata lentiknya dapat secara jelas dilihat Chanyeol dari atas sana.

Baekhyun bergerak sedikit ke atas, menciumi perut Chanyeol dari balik kausnya. Tatapannya lurus ke atas, pada manik yang mulai terlihat bergairah pasrah. Sementara tangannya dengan cekatan menarik turun karet bokser di genggamannya. Dan ternyata, tanpa dimohon pun Chanyeol berinisitif mengangkat sendiri pinggulnya, sehingga Baekhyun dapat dengan mudah menggeser si bokser (serta perangkat lainnya) sampai ke mata kaki.

"Kau terlihat berpengalaman," seloroh Chanyeol, menyaksikan kebinalan Baekhyun di antara kedua kakinya.

"Aku senang mendengarnya," si binal menanggapi. Wajahnya berseri-seri melihat penis setengah tegang idamannya. Ia tercengir bahagia pada sang empunya. Kepala tersandar pada paha kanan Chanyeol—dengan satu tangan yang lanjut mengelusi perut berkotak. Dalam genggaman tangan lainnya, ia kecupi benda favoritnya itu seringan bulu.

Lidah ia julurkan, menyicipi tekstur lembut yang ia yakin sebentar lagi akan berubah keras. Atas-bawah-atas-bawah Baekyun menjalankan daging tak bertulangnya. Lalu mampir dan berputar di pucuknya, jilat-jilat hingga 'cairan mula' merembes keluar.

"Oh, God."

Baekhyun terkekeh. Ia tidak tahu Chanyeol sereligius itu, sampai sedang di -blow job pun ia menyebut nama Tuhan.

Oke, waktunya Baekhyun serius sekarang. Ia mengambil duduk tegak, mulai mengocok batang di tangannya dalam tempo medium. Kecupan di kepalanya pun berubah menjadi kuluman. Tangan yang lain kemudian ikut membantu, mengocok bersamaan karena si penis bertambah ukuran. Baekhyun bekerja keras menyelaraskan antara kuluman dan kocokan. Saliva ia keluarkan, sengaja untuk makin membasahi batang tegang berurat yang tengah dikerjainya.

Di atas, Chanyeol menggeram. Memejam dengan kepala tengadah. Ia akui mulut housemate-nya bekerja luar biasa. Bahkan sebelum miliknya masuk ke dalam sana sepenuhnya. Makin keras, makin besar, juga panjang. Kebanggaan Chanyeol telah sempurna menegang. Dan sesuatu yang hangat pula basah perlahan ia rasakan menyelimuti miliknya. Seperempat penis, setengah, lalu...

"Ugh, terlalu besar," Baekhyun mengeluh.

Membuka mata, Chanyeol menyeringai melihat tampang merengut housemate-nya. Namun begitu, Baekhyun tetap menjilat-jilati penisnya. Tampak lucu sekaligus menggairahkan. Chanyeol jadi teringat dengan kucing peliharaannya dulu. "Menyerah?"

Jelas Baekhyun menggeleng, mengecupi lubang penisnya seraya bertanya, "Apa hadiahnya kalau aku melakukan deepthroat?"

"Kenapa aku harus memberimu hadiah? Kau yang meminta penisku," Chanyeol menjawab disertai geraman. Sesungguhnya ia sudah tak sabar ingin memperkosa mulut mungil Baekhyun.

"Menyebalkan," tetapi kemudian Baekhyun kembali menelan batang Chanyeol. Masih tak muat, setengah saja yang tertelan. Ia mendongak, mengeluar-masukkan penis di mulutnya sambil menatap si pemilik. Kepala naik-turun seirama hisapan dan kuluman. Batang yang tak tertelan ia kocok menggunakan dua tangan.

Cpkk... cpkk...

Bunyi-bunyi erotis terdengar, Chanyeol menggeram lebih dalam. Tangannya pun tak tinggal diam. Sebelah mengelusi surai Baekhyun, sebelah lagi meremasi surai miliknya sendiri. Pinggulnya pun ikut bereaksi, bantu menyodoki mulut si mungil meski dalam tahap wajar.

"Mmphh... mmphh-mah," sesekali Baekhyun akan mengeluarkan miliknya, menjilati sembari terus mengurut, lalu ia masukkan kembali. Hisap-hisap hingga pipinya menyekung lantas ia keluarkan lagi. Gesek-gesek penis Chanyeol di bibir tipisnya kemudian ia telan lagi. Begitu terus penuh variasi. Si binal terlihat sangat menikmati.

"Ahh—shh... shit—ouhh."

Dan Baekhyun kian tersemangati berkat desahan nikmat Chanyeol. Ia suka intensitas sodokan penis Chanyeol di mulutnya. "Sodok mulutku lebih keras, Yeol—enggh..." pintanya, turut mendesah sebab saraf di tubuhnya ikut terkena afeksi kenikmatan.

"Kau yang meminta, Baek," dengan suka rela Chanyeol menyanggupi permintaan Baekyun. Chanyeol anggap itu sebagai kode agar ia mengambil alih permainan. Dijambaknya rambut halus Baekhyun, untuk selajutnya ia gerakkan naik-turun dalam kendalinya. Sementara dari bawah ia mulai menyodok lebih keras.

"Mmngg—mph—mphh—nghh."

"Sshh... ahh-ahh~"

Suara lenguhan Baekhyun dan desahan Chanyeol saling bersahutan. Melebur bersama kecipak mesum di antara cairan mulut dan penis.

Mata Baekhyun menyayu, jari-jarinya mencengkeram erat betis Chanyeol. Mulut menganga lebar tersumpal penis besar. Saliva beserta precum Chanyeol mengalir di sela bibir ke dagu hingga lehernya. Chanyeol pun makin mabuk memandangnya.

"Kau menyukainya, Baek? Suka saat penisku menyodok kasar mulutmu, hah? Iya?" Sodok! Sodok! Sodok!—yang hanya mampu dibalas Baekhyun dalam gumaman. Chanyeol tambah brutal, mendorong kepala Baekhyun sampai mentok pada pangkal penisnya. Mendiamkannya beberapa saat kemudian menarik kasar rambut Baekhyun. Mendongakkannya dan meludahi mulutnya. "Jawab, kau menyukainya?"

Baekhyun mengangguk dengan tatapan berserah. "Ne, Baekkie suka," seraknya. Wajahnya pun sudah full memerah. Pula dengan matanya, berair karena dorongan dalam yang dilakukan Chanyeol tadi. Napasnya putus-putus terdengar.

Chanyeol tersenyum puas. Memeganggi batang penisnya lalu menamparkannya di pipi Baekhyun, kanan dan kiri, berulang kali. Tangannya lantas memegangi masing-masing sisi kepala Baekhyun, menahannya agar tetap di tempat. "Buka mulut!" titahnya, dan lanjut mendorong pinggulnya ke atas, kembali menyodoki mulut yang lebih kecil.

Sodok!

Sodok!

Sodok!

Dalam dan kencang. Berkali-kali ujung penis Chanyeol mengenai tonsil di dalam mulut Baekhyun. Membuat perutnya otomatis bergejolak. Pada sodokan lambat, rasanya bahkan tambah parah. Chanyeol menyodok lebih dalam. Satu sodokan satu umpatan Chanyeol keluarkan.

Dan pada sodokan terakhir, pria tinggi itu kembali mendorong kepala Baekhyun ke bawah. Memaksa Baekhyun untuk menelan keseluruhan penisnya. "Tahan, Baekkie. Telan semua penisku," ia menggeram nikmat. Mendesah sambil terdongak, menikmati kedutan otot tenggorokan yang seperti memijat-mijat penisnya. Tanpa memedulikan suara tercekik Baekhyun dan delikan matanya. Ia menahan lebih lama. "Ouh... sebentar lagi."

"Puahh!—huek... ohokk-ohokhh," Baekhyun terbatuk-batuk begitu penis yang menyumpal mulutnya dikeluarkan. Tenggorokannya sakit, namun sepertinya Chanyeol tak peduli. Housemate-nya itu terburu mencengkeram dagunya, membuatnya tengadah menghadap penis dengan kepala jamur merah.

Chanyeol mengocok penisnya di depan mulut Baekhyun. Gerakan tangannya cepat memburu klimaks. Napasnya pun kian memberat.

Di bawahnya, Baekhyun dengan senang hati kembali membuka mulut, entah hilang ke mana rasa sakit di tenggorokannya. Tubuhnya ikut bergetar nikmat melihat Chanyeol terpejam menuju puncak. Ia bahkan menjulurkan lidah. Menanti muncratan mani kental dari penis besar.

Hingga akhirnya, "Ouh—fuck! Fuck, fuck, fuck."

Semen Chanyeol menyembur ke wajah Baekhyun, pipi, hidung, mata, sebagian masuk ke dalam mulutnya. Putih juga kental. "Mmhh..." si binal merengek manja. Menjilati lubang sumber semprotan dan kembali mengulum kepalanya. Membersihkan si penis dari sisa-sisa sperma yang mengalir ke batangnya. Kulum-kulum seolah tengah menikmati es krim rasa vanila.

"Bagaimana denganmu?" tanya Chanyeol, bersandar lelah dengan satu tangan menyela-nyela surai lembut Baekhyun. Penisnya sudah sepenuhnya ia serahkan untuk dinikmati si binal.

"Aku sudah keluar." Baekhyun tercengir malu-malu.

"Tanpa disentuh?"

Si binal mengangguk mengiyakan. Masih betah membelai sang benda favorit, bahkan menggunakannya untuk meratakan sperma di wajahnya.

"Kau ini maniak atau apa, hah?" Chanyeol tertawa, menggusak gemas rambut dalam usapan tangannya.

"Ani~ aku hanya suka sesuatu yang besar."

.

.

.

END

.

Satu lagi fanfic unfaedah.

Bosenin nggak sih bagian eksplisitnya? Kurang hot, kah?

Review juseyoooong~