"Kau secara emosional sudah menutup diri dariku sejak aku mengatakan bahwa aku mencintaimu. Jadi, kalau kau benar-benar serius mengatakan bahwa kau begitu menyesal dan kau sungguh sungguh tidak ingin aku pergi, maka ucapkan kata-kata itu. Katakan kau mencintaiku."

Melihat keraguan pada diri Chanyeol, tikaman rasa sakit yang menjelajahi sampai ke dada Baekhyun. Keheningan bergema menjalari tubuhnya sekeras kereta barang. Dia menggelengkan kepalanya.

"Itulah apa yang kupikirkan," gumam Baekhyun.

Tangannya meraih tas yang ada di sampingnya, dan dia meraba-raba mencari DVD. Dengan semua rasa sakit hati dan kemarahan yang mengalir dalam dirinya, dia melemparkan DVD itu ke Chanyeol.

Keras langsung mengenai dadanya, menyebabkan Chanyeol meringis. "Bukan berarti membuatmu tertarik, tapi itu adalah video dari anakmu. Aku hanya bisa berharap dan berdoa dia tumbuh tidak seperti ayahnya!"

Sambil menangis, Baekhyun berbalik dan lari dari ruangan. Toben mengikutinya keluar pintu, melolong bersamaan dengan tangisan Baekhyun.

Saat dia merogoh kuncinya, Chanyeol memanggil Baekhyun beberapa kali untuk kembali, tapi dia menolak.

Lalu Chanyeol mulai memanggil Toben. "Kembalilah, boy," Baekhyun menginstruksikan, jarinya yang gemetar menunjuk ke arah Chanyeol.

Dia langsung membuka pintu mobil, tetapi Toben tetap tidak mau pergi dari sisinya.

"Sialan, Toben, aku bilang datang!" teriak Chanyeol, melangkah dari teras.

Dia berjalan menghampiri mereka dan mencoba menarik ke belakang ikatan tali leher Toben.

Tapi Toben menyentak menjauh. Hidungnya menciumi perut Baekhyun, dan dia melolong. Baekhyun bertemu dengan pandangan Chanyeol yang terkejut.

"Anjingmu bahkan lebih setia kepadaku dan anakmu daripada kau!" Dengan tatapan mengalah, Chanyeol menunduk dan membebaskan ikatan tali leher Toben.

"Baik, bawa dia."

"Ayo, boy. Masuk ke mobil," instruksi Baekhyun.

Toben mengibas ngibaskan ekor dan bersemangat melompat ke dalam. Tanpa melihat Chanyeol lagi, dia membanting pintu.

Suara decitan ban terdengar saat dia keluar menuju jalan raya, dia mencoba untuk menjaga emosinya terkendali. Tapi itu tidak ada gunanya.

Dia butuh setengah blok berkendara di jalan sebelum dia menepi. Air mata membutakan matanya dimana dia tidak bisa melihat jalan di depannya, dan dia tidak bisa bernapas dari isak tangis yang berkecamuk di dadanya.

Sebuah ketukan di jendela mobilnya menyebabkan dia melompat. Sebuah harapan terpantul di dalam diri Baekhyun bahwa Chanyeol datang mengejarnya. Mendongak, jantungnya langsung jatuh.

"Baekhyun?"

Sial. Dia bahkan tidak berpikir tentang kemungkinan akan berakhir dengan bertemu saudari Chanyeol di jalan.

Merasa malu, dia menyeka air matanya dengan punggung tangannya dan mencoba untuk

menenangkan diri. Akhirnya, dia menekan tombol untuk menurunkan kaca jendelanya.

.

.

"Hai," katanya, dengan pasrah.

"Oh Tuhan, dia tidak akan melakukannya?"

Air mata sekali lagi memenuhi mata Baekhyun. Tidak bisa berbicara, dia hanya menjulurkan kepalanya.

"Aku sangat, sangat menyesal. Dia mencintaimu, sayang. Aku tahu itu. Seluruh keluarga tahu itu. Dia hanya menjadi seorang bajingan yang sangat bodoh."

Baekhyun terisak diantara tangisan. "Katakan itu padanya dan wanita yang akan dia ajak tidur sebelum aku masuk."

"Aku akan membunuhnya," gumamnya dengan gigi terkatup.

Dia menggelengkan kepalanya. "Dan jika aku tidak bisa, salah satu dari gadis-gadis lain yang akan melakukannya."

Dia membuka pintu mobil. "Keluar. Kau ikut denganku."

"Tidak, aku tidak bisa. Aku berantakan. Apa yang akan aku katakan pada anak-anak?"

"Ada yang mengajak mereka ke bioskop malam ini. Disana hanya aku."

Ketika Baekhyun tetap merasa ragu-ragu, dia menyilangkan lengannya di dadanya. "Dengar, kau akan pulang denganku meskipun aku harus menyeretmu sendiri."

"Aku parkir di sisi jalan."

"Tidak apa-apa." melihat Toben di kursi belakang.

"Apa yang kau lakukan dengannya?"

"Dia tidak akan membiarkan aku pergi."

"Siapapun mengatakan laki-laki adalah anjing yang merindukan perhatian. Toben punya loyalitas yang benar. Baekhyun tersenyum setengah hati.

"Ceritakan tentang hal itu." menarik Baekhyun keluar dari kursinya dan satu lengannya memeluk pinggang Baekhyun.

"Dengar, kita akan memesan beberapa masakan Cina atau pizza atau apapun yang kau dan bayimu inginkan. Lalu aku akan memanggil para gadis. Kita akan melakukan pertemuan untuk mengatur strategi tentang Chanyeol."

Baekhyun mengangkat kedua tangannya. "Dan apa yang ingin kau capai? Mengikatnya dan memaksa dia untuk bersamaku? Jika kau melewatkan catatan itu, dia tidak menginginkan aku! Dia membuat itu sangat jelas tidak hanya hampir meniduri wanita lain, tetapi tidak bisa mengatakan padaku bahwa dia mencintaiku."

"Hal seperti ini bukan pertama kali dia melakukannya, Baekhyun. Pasti dia sudah bercerita tentang Rose?"

"Ya, bagaimana Chanyeol tidak akan mengatakan itu, kemudian Rose memergokinya dengan wanita lain dan memutuskan hubungannya dengan Chanyeol."

"Apakah dia juga memberitahumu bagaimana dia menghabiskan waktu setahun terbaiknya dengan minum sampai mabuk dan keluar masuk terapi karena dia mengalami kegilaan atas apa yang dia lakukan terhadap Rose?"

Baekhyun tersentak. "Tidak, dia tidak mengatakannya."

"Kurasa dia juga berhasil menghilangkan bagian dimana dia mencoba berulang kali untuk meminta Rose kembali padanya, tapi Rose menolak? Dia akhirnya harus menyerah ketika Rose menikah dengan orang lain."

Baekhyun hampir tidak bisa mempercayai pendengarannya. Chanyeol telah berbohong kepadanya tentang apa yang telah terjadi dengan Rose.

Dia tidak pernah membiarkan kebenaran tentang perasaannya yang begitu mendalam terhadap Rose untuk diketahui.

"Dia tidak pernah mengatakan padaku semua tentang itu."

"Aku mengenal kakakku. Dia melakukan apa yang dia lakukan padamu malam ini mendorongmu pergi, bukan karena dia ingin meniduri wanita lain. Dia telah merusak dirinya sendiri setiap kalinya!" Dia mengguman dengan frustrasi.

"Berdasarkan cara dia bertindak tentang suatu hubungan, kau akan berpikir dia dibesarkan

di rumah yang disfungsional oleh kekacauan atau sesuatu." Baekhyun bersandar ke mobil dan meletakkan kepalanya di tangannya.

"Aku tidak berpikir aku bisa menangani semua ini!"

"Kau harus memutuskan di sini sekarang juga apakah kau akan berjuang untuk dia."

"Aku? Kenapa aku harus berjuang? Dia orang yang sangat brengsek!"

"Aku tidak mengatakan dia bukan orang yang brengsek. Tapi berjuang untuk dia tidak berarti kau bisa diinjak-injak dan berlari kembali ke tangannya yang terbuka, Baekhyun. Ini artinya kau mau bertahan dengan omong kosong apapun itu yang diperlukan untuk membuat dia berjuang mendapatkanmu kembali."

"Kau benar-benar berpikir dia akan berusaha untuk itu?" ia menyeringai.

"Oh ya. Besok pagi, bahkan mungkin malam ini, Chanyeol akan menyesali saat dimana dia membiarkanmu keluar dari hidupnya, dan kau akan bisa menikmati setiap menitnya!"

.

.

Chanyeol duduk di ruang keluarga yang sangat gelap selama berjamjam setelah Baekhyun meninggalkannya. Dia ingin meraih telepon untuk berbicara dengan Baekhyun tapi kemudian menghentikan keinginannya sendiri.

Dia akan berdiri untuk mendatangi Baekhyun kemudian berpikir bahwa dirinya orang yang bodoh. Tidak, dia bukan pria yang dibutuhkan Baekhyun.

Dia tidak pernah bisa memenuhi harapan Baekhyun sebagai seorang suami yang seharusnya

menjadi seorang ayah juga. Mereka berdua telah terjebak. Chanyeol menginginkan jalan keluar selama seminggu terakhir, dan dia telah menemukannya.

Tapi bukannya merasa lega, tapi dia merasa sengsara. datang bersama kepergian Baekhyun. Sebaliknya, perasaan itu lebih kencang mengelilingi dirinya daripada sebelumnya. Dia kalah, dia bangkit dari sofa untuk mengambil bir.

Kakinya sengaja menendang kotak DVD sampai menyeberangi ruangan. Dia membiarkannya tergeletak di sana saat dia menuju ke dapur.

Setelah menyambar satu pak bir isi enam dari kulkas, dia kembali lagi ke ruang keluarga. Matanya melihat kotak plastik DVD, dan dia berhenti lalu mengambilnya. Melemparkannya di atas meja, lalu dia menyalakan TV dan mulai mencari-cari saluran.

Setelah bir ketiga, rasa ingin tahunya akhirnya muncul pada dirinya. Dia mengeluarkan kepingan DVD itu dan memasukkannya ke dalam DVD player.

Suara dari permainan basket yang tadi ditonton menghilang, dan digantikan oleh bunyi detakan keras bergema diseluruh ruangan.

Detak jantung anaknya.

Chanyeol membeku, menatap gambar berbintik di layar televisi. Sampai terakhir dia melihat bayi itu hampir tidak mirip apa-apa. Terlihat sesuatu seperti kecebong yang aneh.

Sekarang detail-detailnya tampak jelas tangan dan kakinya seperti melambai sementara

mulutnya yang kecil bergetar terbuka dan menutup.

Jika dia menjadi lumpuh karena emosi sewaktu dia merasakan bayinya bergerak, kejadian saat itu tidak bisa dibandingkan ketika dia benar-benar melihat gambar anaknya. Satu bagian dari dirinya telah tumbuh menjadi kuat dan sehat di dalam diri Baekhyun.

Seorang anak yang telah dia janjikan akan dimiliki ibunya. Tapi anaknya sudah pergi. Begitu juga dengan Baekhyun. Chanyeol telah membuang jauh kebahagiaan itu dengan kedua tangan.

Menenggelamkan dirinya di sofa, dia membiarkan isakan tangis berputar pada dirinya. Terakhir kali dia menangis ketika dia kehilangan ibunya. Sekarang dia mengalami kehilangan lagi yang membuat jiwanya remuk.

Dengan jari-jari gemetar, dia meraih telepon. Setelah menekan nomor yang familiar itu, dia membawa telepon ke telinganya.

"Tolong jawab, tolong jawab," pintanya.

"Halo?"

"Ayah, ini aku. Aku mengacaukannya, dan aku butuh bantuanmu."

.

.

END

Mau lanjut The Proposal gak?

Summary The Proposal

Beberapa minggu setelah pengkhianatan Chanyeol, Baekhyun berusaha sekuat tenaga untuk melanjutkan hidupnya. Tapi nasib berkehendak lain ketika persalinan prematur memaksa Baekhyun harus beristirahat total. Chanyeol melangkah kedepan dengan proposal yang mengejutkan. Untuk membuktikan cinta dan komitmen terhadap putra mereka yang belum lahir. Selagi Baekhyun tersentuh oleh perhatian dan kasih sayang Chanyeol, Baekhyun dikejutkan oleh perhatian mesra seorang Dokter.