Nesting?
.
.
.
Zrash...
Air Shower tepat mengguyur rambutnya, memijat titik-titik di kepala dan pundaknya yang terasa begitu penat. Kedua matanya ia pejamkan bersamaan ketika air yang mengguyur kepalanya mulai meleleh menuruni wajah dan lehernya.
Pikirannya melayang jauh, memusatkan otaknya untuk memikirkan sebuah objek. Objek yang selalu memenuhi suatu bagian di kepalanya, objek yang selalu ia puja setiap saatnya, objek yang terlalu sayang untuk dilewatkan kehadirannya. Objek yang selalu membuatnya bimbang dengan perasaan hatinya yang tak kunjung mendapatkan balasan pasti.
" Hyung, Saranghae~ " Ucapnya mengecup pergelangan tangannya sendiri, membayangkan dirinya tengah mengecup sesuatu milik orang yang dicintainya itu. Lima jemari di tangan lainnya merambat turun, menggenggam batang kerasnya yang mungkin tengah meraung sedih karena tak kunjung menemui sarangnya.
Sesi mandi itu berlanjut dengan deru nafas berat dan suara-suara kulit bergesekkan yang tak lain berasal dari kegiatan solo yang di lakukan oleh seorang bernama, Jeon Jungkook.
.
.
.
" Ada apa dengan mu? " pemuda berambut pirang dengan hoodie supreme menghampiri Taehyung yang sedang duduk meringkuk di atas sofa. Taehyung melepaskan pelukan pada lututnya kemudian beralih menyerbu si pirang.
Jimin namanya, ia diserang begitu saja hingga tubuhnya terbaring di sofa dengan Taehyung yang berada di atas tubuhnya. " Ada apa? " Jimin bertanya setelah menyamankan posisi kepala Taehyung di dadanya. Tangannya yang semula memegang bungkus mie instan kini digunakan untuk mengelus surai abu milik pemuda yang asyik menggesekkan pipinya di dada kirinya.
Taehyung merengut. " Chimchim-ah~ " ucapnya terdengar merajuk. Jimin membalasnya dengan deheman lembut seraya memejamkan matanya menikmati sesi cuddling yang sedang mereka lakukan.
Mungkin bagi beberapa dari kalian tak habis pikir, Kim Taehyung merupakan seorang pemilik dealer mobil terbesar di Daegu, seorang bos muda berumur 23 tahun kaya raya yang dikenal sebagai pria perkasa idaman para beta dan omega di wilayah kekuasaannya yang hampir seluas Daegu. Pemuda perkasa itu nyatanya kini sedang merengut manja di tubuh Jimin si karyawan kantoran yang telah menemaninya sejak 10 tahun yang lalu, menekuk kedua kakinya hingga tubuhnya terasa lebih mungil dibandingkan dengan pria berambut pirang yang sedang memangkunya itu.
" Kookie ku di dekati Alpha lain... " ucap Taehyung sendu, masih dengan merengut manja sambil menggesekkan wajahnya ke tubuh Jimin. Aroma kuat Alpha Jimin menguar hingga melingkupi tubuh Taehyung, aroma kuat itu bercampur dengan aroma manis di tubuh Taehyung.
Jimin masih senantiasa mengelus rambutnya, memberinya ketenangan seperti setiap malamnya bersama Taehyung. Jimin sangat paham kini sahabatnya sedang khawatir, khawatir yang berlebihan, khawatir jika Jungkook akan diambil oleh alpha lain dan meninggalkan dirinya.
Jimin menghela nafasnya, " Tae, " ucapnya memberi jeda, mencoba menghilangkan sesak yang menyumpal dadanya hingga ia sulit bernafas. " hhh... jangan khawatir, Jungkook mencintaimu 'kan? Dia tak akan membiarkan dirinya ditandai oleh orang lain selain dirimu. " Jimin berkata lembut, berusaha sebisa mungkin menyembunyikan kecemburuan yang melanda dirinya kali ini.
Tak ada jawaban dari Taehyung, membuat Jimin membuka matanya dan menunduk untuk mengintip Taehyung. Senyuman tipis muncul di bibir Jimin saat melihat wajah damai Taehyung yang sedang tidur. Bibirnya yang sedang tersenyum itu ia arahkan ke kening sempit pemuda bersurai silver itu, mengecupnya lama hingga menimbulkan bunyi nyaring saat ia melepaskan kecupannya.
Tangan kanannya ia taruh di paha Taehyung, menangkup kedua paha molek itu di lengan kanannya. Tangan kirinya ia gunakan untuk menyampirkan kedua lengan Taehyung di lehernya, lalu mengangkup punggung berbalut piyama hitam itu dengan hati-hati. Dibawanya tubuh jenjang sang putri tidur menuju kamar pribadinya.
" Astaga berantakan sekali. " Gumam Jimin melihat ranjang itu dipenuhi dengan pakaian yang menggulung dan menutupi seluruh permukaan ranjang mewah itu. Jimin mengubah gendongannya menjadi koala hug, melingkarkan kedua kaki setengah telanjang Taehyung ke pinggangnya dan menangkup pantat Taehyung dengan satu lengan.
Tangan Jimin yang lain bergerak untuk menyingkirkan satu persatu baju yang memenuhi ranjang Taehyung. Tapi gerakan tangannya terhenti ketika ia mendapati baju-baju yang menggulung di sana beraroma lain, tepatnya bukan aroma manis dari Taehyung. Satu tangannya menarik hoodie hijau yang tergeletak di bawah bantal, merentangkannya di kasur dan mencoba membaui hoodie branded tersebut.
" Jeon Jungkook... " desahnya saat mengenali bau menyengat khas alpha muda ini. Hatinya mencelos saat menyadari kalau semua baju yang berserakan ini adalah milik Jungkook, sang rival yang selalu berusaha ia jauhkan dari Taehyung.
Jimin menatap wajah terlelap Taehyung dengan pandangan lirih, cemburu yang sebelumnya terasa membakar kini terasa begitu menusuk dirinya hingga rasanya Jimin ingin menangis saja di pelukan ibunya.
" Whoa~ Kamar Taetae berantakan sekali! " ucapan polos dari pria yang baru datang membuat Jimin memperbaiki raut wajahnya. Diletakkannya Taehyung di tengah gulungan pakaian itu, kemudian menyelimuti paha mulusnya dengan selimut biru bertotol kuning kesukaan pemuda itu.
Jungkook dengan bathrobe mandinya berjalan masuk dan menatap nyalang ke kasur Taehyung yang super duper berantakan. " Kukira Taetae itu clean-freak, habisnya sering marah sih. Ternyata isi kamarnya beranta- " ucapan polos dari alpha muda itu berhenti saat matanya mengelilingi ruangan pribadi milik Taehyung. Rahangnya berhenti berkutik saat dirinya menyadari kalau tak ada satu pun sisi kamar Taehyung yang berantakan −selain ranjang.
Mata elang Jungkook kembali pada gulungan baju yang kini menjadi alas tidur sang pemilik kamar. Tangan lembapnya dengan kasar menarik sehelai hingga dua helai pakaian di sana untuk ia amati seteliti mungkin. " I-ini kan... "
" Bajumu " si surai blonde menyela. Tatapan datarnya mendelik sekilas pada Jungkook sebelum kemudian kembali pada Taehyung yang tertidur.
Jungkook itu polos, untuk beberapa hal memang iya. Contohnya saat ini, ia hanya terkekeh geli melihat tumpukan bajunya berserakan di ranjang Taehyung tanpa curiga sedikit pun tentang kelakuan nyeleneh ini.
Ia mengangkat seragam sekolahnya dan membaui kain putih tersebut, bibirnya tersenyum lebar saat aroma Taehyung tercium begitu kuat di kain seragam yang dipakainya kemarin. Bisa disimpulkan bahwa pakaiannya sudah dipakai oleh Taehyung.
Masih belum sadar dengan apa yang sebenarnya terjadi, ia kembali mengorek-ngorek tumpukan baju miliknya untuk ia baui seperti tadi. Namun tangannya menemukan kain yang lain, bukan miliknya maupun milik Taehyung.
" Ayo, biarkan Taehyung istirahat. " Jimin berjalan menuju pintu keluar dengan berat hati, agak was-was meninggalkan Jungkook bersama Taehyung.
Belum sampai tungkainya menyentuh pintu, Jimin sudah harus berlari kembali ke ranjang saat mendengar suara debuman halus yang berasal dari Jungkook yang meloncat ke ranjang Taehyung. Jimin berdiri di samping Jungkook, menjewer telinga lebar itu hingga pemiliknya meringis kesakitan. " apa yang kau lakukan, keparat. " Jimin menarik telinga itu kasar, memaksa Jungkook untuk turun dari ranjang Taehyung.
Sialan, bahaya besar kalau Alpha muda itu ditinggalkan sendirian bersama Taehyungnya.
" Jimin Hyung... " Jungkook menatapnya serius, mengabaikan jarinya yang masih menjepit telinga kirinya.
Jimin menatapnya datar, konsisten dengan ekspresinya yang sudah diatur sedemikian rupa. " Setidaknya gunakan pakaianmu dasar bocah cabul. " Jimin melepas jewerannya sambil memberikan sedikit tamparan di pipi tegas Jungkook. Saat pemuda pirang itu hendak keluar, jungkook segera menarik pergelangan tangannya hingga Jimin terjatuh di atas kasur, duduk sejajar dengan dirinya di sisi kiri ranjang.
Jimin memukul pelan kepala Jungkook. " Wae geurae? " tanyanya berpangku tangan.
Jungkook menoleh ke arah Taehyung yang tidur dengan mulut terbuka, sedikit tersenyum lalu kemblai menatap Jimin. " Kau pernah menyukai Taetae? " tanya Jungkook to the point.
Jimin melirik Jungkook dengan tatapan sinis, membuang muka dari Jungkook dan berniat untuk pergi tanpa menjawab pertanyaan dari Jungkook.
" Tidak...
Pernah...
Atau Masih? "
Jimin berhenti di langkah pertamanya. Jungkook menyeringai sambil meremas kain di bawah tubuhnya yang siap ia lemparkan kapan pun ke arah Jimin. Pemuda pirang itu terlihat membuang nafas panjang, menunduk sambil mengepal kedua tangannya. " Kenapa? Kau cemburu? " tanya pemuda Park itu tanpa menoleh ke arah Jungkook.
Yang paling muda menatap Taehyung, merapikan surai kelabu pria itu kemudian menaikkan posisi selimut yang sempat merosot. Jungkook terkekeh lirih sambil mengencangkan ikatan jubah mandinya. " Ya. Aku cemburu, Jimin-ssi. " jawabnya randah.
Jimin kembali membuang nafas. Kali ini dirinya berbalik dan menatap Jungkook sendu. Jungkook yang tidak memanggilnya−atau siapapuntanpa embel-embel hyung adalah Jungkook yang berbeda. Merupakan seorang Alpha dengan dominasi tinggi yang mampu menundukkan seluruh pack dengan satu kibasan ekor.
Jimin memberikan fake smile terbaiknya untuk Jungkook, mengatur raut wajah seramah mungkin untuk menghindari peperangan. " Tenanglah, Taehyung hanya mencintaimu Jungkook. "
" begitukah? "
Belum satu detik, pernyataan Jimin sudah diserbu dengan pertanyaan lain yang kurang masuk akal. Taehyung jelas-jelas hanya mencintainya, sejak umur mereka 13 tahun pun Jimin sudah menjadi saksi kisah cinta monyet antara Jungkook dan Taehyung. Setiap harinya bersama Taehyung hanya berisi curhatan tentang Jungkook, tawa pemuda asli Daegu itu hanya berasal dari Jungkook, dan bahkan tangisannya pun adalah tangisan untuk Jeon Jungkook, Alpha gelandangan yang Jimin bawa ke kehidupannya bersama Taehyung.
Menyesal?
Ya, sangat!
Tapi sudah terlambat,
Taehyung dan Jungkook saling mencintai dan dirinya hanya berperan sebagai penjaga keperjakaan dan keselamatan Taehyung semata, tidak lebih dari suatu kurungan berjudul ; teman.
" Omong kosong, Jungkook! " tanpa sadar nadanya meninggi saat Jungkook berkata ' Bagaimana kalau Taetae mencintaimu juga? ' . Sungguh sebuah pertanyaan konyol yang Taehyung harap tidak akan terjadi sampai kapan pun. Sebesar apa pun cintanya pada Taehyung, Jimin tidak sudi jika cintanya akan menghancurkan dinding pertemanan mereka. Lagi pula, Jungkook tidak memiliki siapa pun selain Taehyung dan dirinya.
Biarlah Jimin berkorban demi cintanya.
Mata sabit Jimin membola saat melihat Jungkook mengacungkan dua helai pakaian berwarna putih dan biru. Hidung mancung sempurna milik si muda itu mengendus baju yang diacungkannya dengan mata terpejam. " Bau pinus yang begitu menyengat, milik siapa? " Jungkook kembali menyeringai seram.
Jimin menarik dua baju di tangan Jungkook yang tak lain adalah miliknya. Otaknya berhenti berpikir saat kepalanya mengumandangkan sebuah pertanyaan rumit berbunyi ; kenapa Taehyung tidur dengan bajuku juga?
Jungkook menghela napas panjang dan mengganti seringainya dengan senyuman manis khas seorang Kookie yang ia kenal. Jungkook menarik Jimin hingga terbaring di samping Taehyung sementara dirinya pindah ke sisi lain tubuh Taehyung.
" Aku tidak akan marah atau pun benci, Jimin Hyung selalu menjaga Taetae. " katanya sambil memeluk tubuh Taehyung, menyimpan kepala abu itu di dadanya paksa. Jimin menoleh bingung dengan senyum polos yang dilontarkan Jungkook. Tak mengerti dengan pengorbanan Jungkook yang rela membagi Taehyung untuk berdua.
Namun Jimin balas tersenyum dan memeluk Taehyung dari belakang, menghirup dalam-dalam kulit leher Taehyung. " Eungh... " erang yang sedang tertidur itu.
Kedua alpha di sana tersenyum lembut lalu menyusul sang Omega untuk segera tidur dan berjumpa di alam mimpi.
02:56 KST
" Umh! Sa-kith... akh! "
Jimin terlempar dari mimpi indahnya. Kedua tangannya yang semula memeluk perut rata Taehyung terlepas begitu mendengar rintihan pilu Taehyung, takut karena pelukannya lah Taehyung kesakitan. Mendapati Taehyung kembali tenang membuatnya memilih lanjut tidur tanpa memeluk Taehyung.
Namun kembali pria bermarga Kim itu merintih pilu sambil meremas bagian perutnya yang terekspos dan menempel dengan badan Jungkook. Jimin duduk dan mengecek suhu tubuh Taehyung. " Astaga, " Jimin menggulung lengan bajunya lalu menggoyangkan tubuh Jungkook hati-hati, mencegah agar Taehyung tidak ikut terbangun. " Jeon Jungkook! " desahnya rusuh karena Jungkook tak kunjung terbangun.
Dipencetnya dua lubang hidung Jungkook hingga sang pemuda kehabisan nafas dan terbangun dengan panik. Tubuh setengah telanjangnya yang menempel sempurna dengan kening Taehyung pun merasakan betapa panasnya suhu tubuh omega tersebut.
Panik melanda keduanya, Jungkook menyingkirkan semua benda di atas ranjang dan menyisakan sepasang bantal dan guling. Jimin berlari ke luar untuk mengambil air dan perlengkapan lain untuk mengompres Taehyung, dilanjut Jungkook yang sibuk mengambil segala jenis obat yang ada di kotak P3K.
Keduanya berjalan tergesa menuju kamar Taehyung, namun terhenti di ambang pintu saat kedua hidung mereka menangkap sebuah aroma.
Aroma manis yang begitu menyengat hingga membuat kepala mereka pusing.
Jimin yang pertama menyadarinya, ia melepaskan genggaman tangannya pada gagang pintu dan berbalik memandang Jungkook yang sibuk memfokuskan kembali kesadarannya.
" Ini bukan demam, Jeon. " Jimin mendesis sambil menaruh baskomnya di lantai begitu saja. Jungkook memegangi keningnya dan mengerenyit bingung. " lalu? " tanyanya masih mencoba fokus.
Jimin melirik sekilas dari lubang kunci, kembali menatap Jungkook, lalu menendang lantai. " Dia Heat! " pekiknya seraya menggigit bibir.
Jungkook bengong seketika, pikirannya mendadak kosong dan melayang-layang entah ke mana. Yang pertama kali ia sadari adalah bahwa kemarin pun dirinya hampir saja mengalami rut saat tidak sengaja bangun dan iseng mengintip Taehyung pada jam yang sama.
" Nesting! " pekiknya tiba-tiba. Dua alpha itu menutup hidung mereka sebisa mungkin menghalangi manisnya feromon omega yang sedang heat di dalam sana. " Baju-baju itu, semuanya. Dia sedang melakukan Nesting, Hyung! " Jungkook akhirnya sadar kenapa pakaiannya berada di ranjang Taehyung. Omega itu pasti perlu perlindungan saat tak ada alpha yang bisa melindunginya, juga tidak salah lagi jika omega tersebut sedang meredam aroma feromonnya agar tak mengundang kedatangan alpha ke tempatnya.
Jimin tiba-tiba menepuk bahu Jungkook, wajah kemerahan itu menunduk lesu menatap lantai. " Pergilah. " ucapnya menarik Jungkook mendekati pintu. Belum mengerti maksud yang lebih tua, Jungkook hanya terdiam sambil memandang Jimin yang lagi-lagi bertingkah dramatis.
" Sana selamatkan Taehyung, dia membutuhkanmu, Keparat! " nadanya kembali meninggi, membuat Jungkook bimbang untuk segera bertindak.
Dan langkah yang diambil Jungkook menjadi awal dari perubahan besar. Pintu itu dibuka sehingga aroma manis itu pun menyerbu dirinya brutal. Jungkook mendapati Taehyung yang setengah sadar sedang meringkuk di bawah kasur, menggulung dirinya di pakaian yang berserakan dengan mata terpejam.
Mulut itu terus merintih kesakitan, dengan satu tangan yang senantiasa meremas perut bagian bawahnya.
Jungkook menoleh ke samping, menatap Jimin yang membuang muka tak mau melihat keadaan Taehyung. Tangan kekar Jungkook meremas bahu mungil alpha tersebut, kemudian ditariknya Jimin untuk ikut mendekat pada Taehyung.
" Mari lakukan bersama, Jimin-ssi. "
.
.
.
.
.
.
Next jangan? :V