Karen Symphony
Naruto by Masashi Kishimoto
High School DxD by Ichiei Ishibumi
Tidak mengambil keuntungan apa pun dari fic ini
Warning: Hanya fanfiksi! Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata.
Arc I: Member Party
Chapter 1: Beginning
1000 tahun yang lalu, seorang wanita bangsawan memakan buah terlarang dan mendapatkan kekuatan dahsyat. Dikatakan dalam sejarah, wanita bangsawan itu menghentikan peperangan yang tiada akhir dengan kekuatannya. Tidak lama kemudian dia diangkat menjadi ratu kekaisaran dan mulai menaklukkan kerajaan-kerajaan tetangga.
2 tahun kemudian dia melahirkan sepasang anak kembar. Anak tertua berkelamin wanita dan adiknya adalah laki-laki. Mereka diberkahi kekuatan yang sama seperti ibunya.
Sang Adik yang memiliki kekuatan besar terobsesi pada kekuasaan. Ia mendirikan aliran bela diri yang disebut Sihir dan menamai kekuatan supranatural di dalam tubuhnya dengan Mana.
Berbeda dengan sang Kakak yang tubuhnya lemah sejak kecil, dia mendapat cemooh dari kalangan bangsawan lainnya. Mengetahui hal itu, sang Ratu yang terlanjur malu mengurung anak pertamanya di ruang bawah tanah kastil dan menyegel untuk selamanya. Kastil itu terletak di tengah hutan lebat yang dulunya dipakai musuh sebagai markas.
Sang Kakak yang kesepian di tengah ruangan minim cahaya dan hanya ditemani oleh beberapa senjata usang seperti tombak dan pedang mulai memainkan senjata itu dengan kekuatannya.
20 tahun berlalu sejak sang Ratu naik tahta, kekaisaran semakin perkasa dan hampir menguasai separuh benua Artem. Tahun berikutnya, pada malam bulan purnama diadakan penyerahan tahta kepada sang Adik dan di saat yang bersamaan kekuatan sang Kakak bangkit.
Sang Kakak berhasil keluar dari kurungan yang membelenggunya dan melayang di tengah bulan purnama. Tubuhnya yang kurus dan rambutnya yang tidak terawat tersapu oleh angin malam. Ia dikelilingi oleh beberapa senjata bercahaya.
Pandangannya tertarik ke atas. Kedua tangannya terentang. Ia mulai berbicara dengan lantang.
"Aku … abadi … … dendam ... selamanya!"
Setelah ucapannya semua senjata itu terbang ke berbagai penjuru dunia dan dia sendiri menghilang.
Seperti itulah kesaksian yang dikatakan oleh prajurit yang selamat dari istana tersebut. Kata-katanya akan menjadi sejarah yang tak akan pernah terlupakan.
Sang Kakak yang menghilang, tidak ada kabar darinya. Bagaikan ditelan oleh bumi. Tidak ada yang tahu ke mana ia pergi. Tidak ada yang tahu apa yang dia lakukan. Sampai orang mulai melupakan keberadaannya.
Namun, satu hal yang pasti. Sedikit demi sedikit kesatria dari kerajaan musuh menggunakan kekuatan yang seharusnya hanya dapat dilakukan oleh keturunan sang Ratu. Sejarah itu terus berlanjut sampai dunia sihir terbentuk.
-K. Symphony-
Malam yang penuh bintang bersinar. Menghiasi malam indahmu. Mengitari satu bulatan besar yang disebut bulan. Jauh di selatan benua Artem, terdapat kerajaan kecil bernama Lily Kingdom. Kerajaan ini hanya memiliki 2 kota besar dan salah satunya adalah ibu kota. Sisanya merupakan desa-desa yang tersebar di perbatasan kerajaan.
Sepasang kaki mungil melangkah dengan gemetar. Mulutnya tidak berhenti mengeluarkan napas berat. Sepasang tangan kecilnya menggenggam erat kain putih yang terhubung ke benda panjang di punggungnya. Entah itu benda apa karena dibalut oleh kain putih–tidak bisa dikatakan putih juga karena hampir sebagian warnanya merah oleh sesuatu.
Entah apa yang terjadi pada anak itu sampai setengah wajahnya berlumuran darah. Rambut pirang panjangnya–yang bahkan poninya hampir menutupi seluruh wajahnya–bercampur dengan merah. Jika melihat ke belakang, maka kita akan tahu penyebab kondisi anak ini.
Jauh di belakangnya, di kaki gunung, cahaya jingga menyala dengan kasarnya. Api hitam terlihat menutupi bintang yang bersinar. Sebenarnya ada desa di kaki gunung itu, tepat di sumber cahaya jingga yang menyala kian besar.
Apa yang sebenarnya anak itu alami, tidak ada yang tahu. Bahkan dirinya juga tidak ingin memberitahu kepada orang lain. Dia–anak yang saat ini terjatuh lelah–hanya memiliki satu tujuan; lari sejauh mungkin.
Kata orangtuanya. Jika dia menyusuri jalan setapak ini dan melewati satu gunung maka ia akan melihat pemandangan kota. Itulah tujuannya saat ini; lari ke kota. Mencari perlindungan dan bertahan hidup. Untuk siapa? Untuk dirinya dan harapan orangtuanya.
"Aku … rus … hidup." Dia bergumam lemah.
Sudah 6 jam berlalu. Dia terus melangkah dengan kaki gemetar. Ia sudah berada di tengah hutan dan berhadapan dengan jalan bercabang. Dia masih ingat perkataan ibunya.
'Lari sejauh mungkin, berlindunglah di kota. Ikuti jalan setapak itu dan jika menemukan jalan bercabang ambil yang kanan–ARGHH!"
Ya. Dia harus ambil jalan kanan. Namun, kaki yang butuh istirahat tidakmengizinkannya. Ia terjatuh. Kesadarannya mulai hilang. Namun sebelum ia benar-benar pingsan, ia memeluk erat benda panjang yang dibawanya. Itu adalah barang berharga miliknya.
Sekilas ia melihat sepasang kaki hitam yang berjalan pelan ke arahnya.
-Karen S.-
Dia tidak pernah berpikir akan bisa membuka mata lagi. Menurutnya ia akan mati saat hampir pingsan. Namun takdir berkata lain. Saat dia membuka matanya, ia dapat melihat langit-langit … itu batu. Ya, batu.
Tangan kecilnya meraba bagian atas kepala, ada perban di sana. Lukanya sudah disembuhkan seseorang–dia sadar itu.
"Barangku!"
Ketika dia ingat ia membawa benda berharga, naluri alami membuatnya berteriak. Badannya bangkit dari posisi tidur dan tepat di depannya ia melihat punggung seseorang.
"Oh, kau sudah sadar rupanya, Bocah,"
Dari suaranya ia tahu bahwa orang di depannya adalah wanita, dan saat ia menoleh prasangka itu semakin menguat. Anak kecil itu melihat wajah anggun.
"Barangku, di mana barangku?"
"Hmm, maksudmu benda panjang di sana?" wanita itu menunjuk ke sisi kanan anak itu.
Aman. Ia tersenyum lega melihat barang berharganya tidak hilang.
"Terima kasih,"
"Untuk apa?"
"Nee-san yang menyelamatkanku, 'kan?"
"Begitulah, lagipula itu hanya kebetulan aku menemukanmu tergeletak di jalan. Jadi aku membawamu ke sini. Oh ya, namamu?"
"Naruto … hanya Naruto."
Wanita itu menyipitkan matanya, berusaha melihat sepasang mata di balik poni pirang itu.
"Namaku Scathach … hanya Scathach."
Naruto mengangguk. "Scathach-nee."
Wanita berambut merah gelap itu terkikik geli. "Baru kali ini aku dipaggil Kakak."
"Di mana ini?" Naruto bertanya ketika ia sadar bahwa ini bukanlah sebuah rumah, lebih mirip goa.
"Kita berada di goa dekat pesisir pantai barat."
"Goa? Apa Nee-san nggak punya rumah?"
"Hmm, itu rumit untuk dijelaskan."
"Baiklah."
"Makanlah ini,"
Scathach memberikan semangkuk sup ikan pada Naruto. Anak itu tidak sanggup untuk menolaknya karena perutnya sudah panas kelaparan. "Sup itu akan mengembalikan tenagamu."
"Terima kasih." Naruto memakan sup buatan Scathach dengan lahap. Dia memuji makanan Scathach.
Tidak ada pembicaraan yang berlanjut. Naruto kembali tidur karena masih lelah.
Hari-hari berikutnya keadaan Naruto kian membaik. Scathach selalu pergi ke luar untuk mengurus sesuatu–katanya–entah apa yang wanita itu sebenarnya lakukan, Naruto tidak tahu. Namun satu yang pasti, saat Scathach pulang, ia selalu membawa sesuatu untuk dimakan.
Hari berganti minggu, di bawah gemerlap cahaya bintang dan api unggun yang menghangatkan, mereka berdua duduk. Diam memandang bulan–yang sudah tidak utuh–dengan lamunan masing-masing.
Scathach melirik Naruto melalui ekor matanya. Tidak ada apa-apa selain poni yang menghalangi wajah. Pandangannya lalu berganti ke pada benda yang dibalut kain putih itu. Dari awal ia melihatnya, ada sesuatu yang mengganggu perasaannya.
"Naruto,"
"Hm?"
"Sebenarnya apa yang ada di balik balutan kain itu?"
Naruto memandang lama objek yang dimaksud Scathach. Ia berpikir apakah bagus untuk memberitahu wanita itu tentang barang berharganya, atau tidak. Namun, Scathach adalah penyelamatnya. Mungkin tidak apa untuk memberitahunya.
Naruto mengambil barangnya lalu perlahan membuka kain yang membaluti. Dari ujung sana Scathach bisa melihat gagang berwarna biru, hingga ia dapat melihat keseluruhan wujud dari benda berharga Naruto.
Itu adalah tombak.
Tombak yang tidak biasa.
Tombak yang memiliki hiasan ekor naga sampai ke pangkal belatinya. Ia belum pernah melihat tombak seperti ini–maksudnya Scathach belum pernah merasakan tombak yang memiliki aura sihir kuat di dalamnya.
Scathach mencoba untuk memegang gagang tombak itu. Namun, belum sedetik bersentuhan tombak itu seakan menolah sentuhan Scathach. Wanita itu merasakan kesemutan di jarinya, seperti tersengat listrik.
Di dorong dengan rasa penasaran tinggi, ia kembali memegang tombak itu. Kali ini menggunakan tangan yang dialiri cukup Mana.
Bukannya berhasil, tombak itu malah semakin kuat menolak sentuhan Scathach. Ia meringis sesaat.
"Namanya Holy Spear*. Kata orangtuaku tidak akan ada yang bisa memegang tombak ini kecuali keturunan Mana yang dikehendaki." Naruto berkata pelan.
"Holy Spear, kah? Aku belum pernah mendengar nama tombak seperti itu. Yang kutahu tombak ini bukan tombak biasa. Ini termasuk magic weapon*."
"Lalu apakah kau bisa menggunakannya?" Scathach bertanya.
Naruto menggeleng pelan. "Aku nggak pernah diajari cara memakai tombak. Tapi aku dapat memegangnya." Naruto menjawab sambil menggenggam tombak itu dan diayunkan pelan seakan berat tombak itu hanya seukuran ranting pohon.
'Jadi ini maksud perkataan keturunan Mana yang dikehendaki.'
"Apa yang akan kau lakukan terhadap senjata–barang berhargamu?"
Naruto memandang tangan yang menggenggam tombak dengan erat. "Aku akan menggunkannya, nggak ada pilihan lain. Aku harus kuat untuk bertahan hidup."
"Kau ingin … menjadi Lancer*?"
"Aku nggak tau apa itu Lancer, tapi yang pasti aku akan menguasai tombak ini."
Scathach memandang Naruto cukup lama. Berpikir. "Kau ingin aku ajari cara memakainya?"
Naruto menatap wanita itu, tersentak. "Nee-san bisa memakai tombak?"
Scathach menyeringai tipis, ia merentangkan tangan kanannya ke ruang bebas. Tidak lama kemudian tercipta bulatan hitam legam yang dari sana mengeluarkan sebuah tombak berwarna merah gelap–warna yang sama seperti rambutnya.
"Kebetulan aku ahli di bidangnya."
"Kalau begitu ajari aku!" Naruto tanpa sadar mendekatkan wajahnya. Scathach dapat melihat ekspresi kegirangan lewat senyum sumrigah itu.
"Hmm …."
"Ayolah, Nee-san,"
"Hmm …."
"Kumohon,"
Scathach cukup terhibur oleh tingkah Naruto yang memohon. "Baiklah, tapi ada satu syarat yang harus dipenuhi."
"Apa pun akan kulakukan."
-K. Symphony-
Di sinilah mereka, di tebing curam dengan angin laut yang kencang. Di bawah tebing itu, air laut yang ganas siap melahap apa pun yang jatuh ke bawah, tanpa terkecuali. Seperti contoh seekor ular yang terlihat merayap di sela-sela akar pohon yang mencuat ke permukaan tebing, ular itu terbawa oleh kencangnya angin dan berakhir di balik ombak yang menerjangnya. Penampakkannya tidak terlihat lagi, seakan mati ditelan ketiadaan.
Scathach dan Naruto berhadapan di atas tebing. Waktunya menyiksa–melatih Naruto teknik yang Scathach kuasai. Sebagai permulaan, Naruto berlatih menggunakan bambu yang ujungnya telah diruncingkan.
"Ingat satu hal, kau akan berada di neraka kesengsaraan, Naruto."
"Aku nggak peduli. Selama itu membuatku kuat, aku akan terima." Naruto berkata dengan penuh keyakinan.
Samar-samar Scathach bisa merasakan sorot mata penuh keseriusan di balik poni itu.
"Jawaban yang bagus. Aku akan melatihmu sampai kau tidak bisa lagi mengangkat tombak. Persiapkan dirimu untuk 10 tahun ke depan!"
"Ha'i!"
-Karen S.-
10 tahun adalah waktu yang lama, tapi tidak bagi Naruto. 10 tahun adalah waktu yang sangat, sangat lama. Kenapa? Karena selama kurun waktu itu ia berada dalam penderitaan yang disebut latihan. Namun ia tidak akan mengeluh dengan hal itu, selama ia mendapat hasil dari penderitaannya itu sudah cukup.
Naruto yang kecil dan mungil saat itu kini berubah menjadi remaja tampan dan gagah dengan potongan rambut pendeknya. Poni yang dulu penutupi hampir seluruh wajah kini hanya sampai atas alisnya saja. Begitu pun dengan rambut belakangnya yang hanya sampai leher.
Ada satu hal yang tidak berubah dari Naruto. Sorot mata. Sorot mata itu masih sama seperti dulu–yang memberikan ketenangan dan kelembutan.
Saat ini, Naruto dan Scathach sedang duduk di ujung tebing menunggu matahari terbit. Keduanya tidak memasang wajah santai atau senang, tapi serius dan tegang. Keduanya mempersiapkan diri masing-masing. Scathach sudah memakai pakaian tempurnya yang dominan berwarna hitam.
Naruto memakai jubah bernama Martial Arts Gi*, jubah berwarna abu kegelapan dengan tambahan sisi berwarna merah. Tidak lupa terdapat beberapa armor emas untuk perlindungan di titik tertentu. Dari mana Naruto mendapatkannya? Mencuri dari pencuri.
"Apa Nee-san benar-benar akan pergi?" Naruto bertanya untuk memastikan. Sebenarnya ia masih tidak rela berpisah dengan orang yang sudah ia anggap selayaknya orangtua.
"Tentu saja. Persembunyianku sudah diketahui oleh prajurit kerajaan. Nggak lama lagi pasukan besar akan datang mengincarku. Aku bersyukur Naruto nggak ada waktu itu jadi kau masih aman."
Mata Naruto menyayu. Ia sudah tahu sejak 3 tahun yang lalu bahwa Scathach adalah buronan kerajaan. Dulunya Scathach adalah Knight* kerajaan namun membelot karena alasan pribadi–alasan yang bahkan Naruto tidak boleh tahu.
"Apa kita akan bertemu lagi?"
Scathach menghentikan kesibukannya dan memandang dalam Naruto. Ia dengan cepat menjitak kepala berbalut rambut pirang itu sampai Naruto meringis kesakitan.
"Jangan berkata seakan kita nggak akan pernah bertemu lagi, adik bodoh. Tentu saja kita akan bertemu. Entah itu kapan, entah itu di mana, kita akan bertemu lagi suatu hari."
Naruto senang dengan ucapan itu. Dia tersenyum lega. "Syukurlah."
"Waktu kita nggak lama. Setelah matahari terbit aku yakin pasukan kerajaan telah berada di sekitar sini. Lebih baik kita berpisah sekarang, selagi langit masih gelap."
Mereka berdua berdiri. "Nee-san akan pergi ke mana setelah ini?"
"Entahlah, yang pasti pergi sejauh mungkin. Naruto, saranku cobalah bergi ke kota Eternal. Mungkin di sana kau akan mendapatkan sesuatu. Di sana juga ada guild adventurer*."
"Sepertinya aku akan bergabung dengan guild itu."
"Ho, kenapa kau memberitahukannya kepadaku?"
"Tentu saja untuk memberitahu keberadaanku jika saja Nee-san ngebet ingin ketemu denganku."
"Keh, percaya diri sekali."
Keduanya tertawa ringan. Inilah yang dibutuhkan saat keadaan semakin memanas.
"Aku pergi duluan, jaga dirimu baik-baik Naruto." Setelah perkataan itu, Scathach menghilang di balik pepohonan gelap.
"Kota Eternal, kah …."
-K. Symphony-
Kota Eternal adalah salah satu dari dua kota terbesar di Lily Kingdom. Kota ini beroperasi sebagai pusat perdagangan kerajaan. Jadi maklum jika sepanjang jalan kau akan menemukan dua orang yang sedang bernegoisasi sesuatu.
Seorang dengan pakaian jubah–yang dianggap aneh oleh sebagian besar orang yang melihatnya–berdiri tepat di pintu besar yang di atasnya terdapat papan bertuliskan 'Eternal Guild Adventurer'.
"Di sini ya,"
Naruto melangkah masuk ke dalam gedung tertinggi itu–biasanya bangunan guild adventurer bukan hanya beroperasi sebagai kantor saja, tapi di dalamnya menyatu dengan bar dan tempat penginapan sehingga para Adventurer* tidak perlu repot-repot menjadi tempat tinggal dan bar untuk bersenang-senang selepas menjalankan quest*.
Lonceng berbunyi ketika Naruto mendorong pintu, menandakan bahwa ada yang masuk. Seorang resepsionis sudah berdiri di tempat kerjanya dengan senyum manis, menyambut calon pelanggan atau calon adventurer.
"Selamat datang." Melodi nan indah Naruto dengar dari mulutnya. Memberikan nuansa nyaman sekaligus bersahabat.
Remaja itu mendekati resepsionis yang memiliki wajah ayu dengan rambut hitam panjang dikepang, semakin membuat wajahnya tambah manis.
"Ada yang bisa saya bantu?" Ia bertanya setelah sedikit tersentak karena pakaian yang Naruto pakai. Aneh tapi entah kenapa itu terlihat cocok dipakai olehnya.
"Aku ingin menjadi adventurer." Naruto berkata ringan.
Para adventure lain yang sejak tadi tertarik pada Naruto–tentu saja karena pakaian yang ia kenakan–menggumamkan sesuatu seperti,
"Kau dengar tadi, dia ingin menjadi adventurer?"
"Dia pasti mati dengan cepat kalau menjalankan quest pakai pakaian aneh seperti itu."
"Dia juga bahkan tidak membawa senjata apa pun."
Beberapa malah menertawakannya secara sembunyi.
Hal sama berlaku pada Gadis Resepsionis. Ia juga heran dengan permintaan laki-laki di depannya. "Etto, bisa Anda ulangi lagi?"
"Aku ingin menjadi adventurer." Naruto mengulang tanpa ada penambahan maupun pengurangan kata.
"E-eh apa Anda yakin?"
Pertanyaan itu dijawab dengan anggukan.
Gadis Resepsionis merasa ragu, tapi ia tetap memberikan formulir pendaftaran itu pada Naruto. "Kalau begitu isilah formulir ini."
Naruto mengisi formulir itu. Yang ditanyakan hanya data pribadi seperti nama dan umur, lalu kemampuan di kolom paling akhir.
"Ini," Naruto menyerahkan formulir yang telah diisi.
"Terima kasih … hmm, jadi namamu Naruto …,"
"Ya, Naruto … hanya Naruto."
"Baiklah … dan kemampuanmu seni bela diri tombak." Gadis Resepsionis berkata sambil melihat setiap inci tubuh Naruto. Tidak ada tombak sama sekali!
"Etto, di mana senjatamu?"
"Disimpan."
"Begitu. Ini," Ia memberikan sebuah kalung yang bertuliskan Low-Adventurer.
"Low-Adventurer?"
"Ha'i. Itu adalah peringkat terendah untuk petualang pemula. Ada 10 tingkatan di guild ini. Setiap tingkatan melambangkan kekuatan seorang adventurer."
"Aku mengerti. Bisakah aku mengambil quest pada hari ini juga?"
"Boleh. Untuk pemula, aku menyarankan quest sederhana seperti membantu petani membajak sawah atau membantu ibu rumah tangga membersihkan halamannya."
"Aku tidak mau."
"Huh?"
"Aku ingin quest membasmi goblin."
Sejak hari itu, dimulailah petualangan Naruto menjadi seorang Lancer terkuat di benua Artem.
Tsudzuku
Holy Spear: Adalah nama senjata Naruto. Wujudnya sama dengan Holy Spear milik Cao Cao di DxD.
Magic Weapon: Senjata yang bahan dasarnya terbuat dari sihir. Senjata ini memungkinkan penggunanya untuk mengaliri Mana ke senjata itu, berbeda dengan senjata biasa yang tidak mungkin dialiri Mana.
Lancer: Sebutan class untuk pemegang/ahli tombak.
Martial Arts Gi: Nama kostum di game MMORPG Lineage 2 Revolution. Untuk visualnya dapat dilihat di cover fic (agar mudah membayangkan) dan akan dihapus setelah chapter 5.
Knight: Gelar yang diberikan untuk para prajurit terkuat di kerajaan sekaligus di bawah perintah raja.
Guild Adventurer: Adalah tempat atau organisasi yang di dalamnya terdapat sekumpulan para adventure yang akan menyelesaikan quest.
Adventurer: Orang, atau lebih tepatnya provesi bagi mereka yang bekerja untuk memenuhi permintaan seseorang.
Quest: Sebutan untuk permohonan seseorang lalu adventurer akan mengambil quest sebagai pekerjaannya.
9 Oktober 2018